1.1. Latar Belakang
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.3. Teori Motivasi
2.3.1. Maslow’s Need Hierarchy Theory
Salah seorang ilmuwan yang dipandang sebagai pelopor teori motivasi
adalah Abraham H. Maslow, Maslow mengemukakan teori motivasi yang
dinamakan teori hierarki kebutuhan dari Maslow. Teori Maslow ini di ilhami oleh
Human Science Theory dari Elton Mayo Menurut teori ini seseorang bekerja atau berperilaku di sebabkan oleh adanya dorongan atau memenuhi berbagai macam
kebutuhan. Maslow menyatakan ada suatu hierarki kebutuhan dan setiap orang
akan memberi prioritas kepada kebutuhannya sampai kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi. Jika suatu kebutuhan telah terpenuhi, maka kebutuhan yang kedua
akan memegang peranan, demikian seterusnya. Teori ini dikembangkan sekitar
tahun empat puluhan4.
Menurut Maslow manusia mempunyai lima tingkat kebutuhan sebagai
berikut :
1. Physiology Needs, adalah kebutuhan dasar yang meliputi sandang, pangan, dan papan.
4
2. Safety Needs, adalah kebutuhan akan keamanan atas perlindungan dari bahaya fisik dan keamanan dari ekonomi serta keinginan untuk dapat
memprediksi kondisi dunia.
3. Social Needs, adalah kebutuhan untuk rasa memiliki, bergaul, penerimaan dari orang lain serta saling memberi dan menerima kasih sayang dan
persahabatan.
4. Esteem Needs, adalah kebutuhan akan penghargaan, berupa kebutuhan akan harga diri dan pandangan baik dari orang lain terhadap kita.
5. Self Realization / Self Actualization, adalah kebutuhan atas potensi diri, pemenuhan diri, dan menjadi kreatif.
kebutuhan yang diinginkan seseorang itu berjenjang, artinya jika
kebutuhan pertama telah terpenuhi yaitu kebutuhan dasar, maka kebutuhan
kedua akan diprioritaskan menjadi yang utama dan demikian selanjutnya.
Physiological Needs
Kebutuhan untuk bertahan hidup, makan, minum, tidur, berkembang biak Self Actualization
Kebutuhan untuk melakukan pekerjaan yang disukai
Social Needs
Kebutuhan untuk disukai dan menjadi suatu bagian dari masyarakat
Safety Needs
Kebutuhan untuk merasa aman dan terjamin Esteem Needs
Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
Gambar 1. Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow.
Sumber: Thomson (1993) dalam Ahmad (2006).
Budaya suatu daerah mempengaruhi tingkat kebutuhan manusia di
daerah tersebut, sehingga perbedaan daerah akan menjadikan hirarki kebutuhan
di masing-masing daerah berbeda, hal tersebut dibuktikan oleh hasil penelitian
Hirarki kebutuhan Maslow dan kebutuhan pokok dalam penelitian untuk
budaya Barat dan kebudayaan Asia dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Ket : 1.
Aktualisasi diri (individu)
2. Kebutuhan prestise (sosial)
3. Kebutuhan sosial (sosial)
4. Kebutuhan keamanan (fisik)
5. Kebutuhan fisiologis (fisik)
Gambar 2. Hierarki Kebutuhan Maslow Untuk Budaya Barat
Sumber : Schulle and Ciallante, 1998
Gambar 3 menunjukan bahwa kebutuhan paling tinggi untuk budaya barat adalah
aktualisasi diri, sedangkan untuk budaya asia kebutuhan paling tinggi adalah
kedudukan atau status sosial.
Ket : 1. Kedudukan atau status (sosial)
2. Kebanggaan (sosial)
3. Hubungan (sosial)
4. Kebutuhan keamanan (fisik)
5. Kebutuhan fisiologis (fisik)
Gambar 3. Hierarki Kebutuhan Maslow Untuk Budaya Asia
Sumber : Schulle and Ciallante, 1998
2.3.2. Herzberg’s Two Factors Motivation Theory
Teori ini merupakan acuan bagi penelitian yang akan dilakukan dimana
dalam teori ini salah satu hal yang dikemukakan yaitu faktor Hygiene sebagai
salah satu faktor teori ini yang meliputi balas jasa, pengawasan, hubungan antar
manusia, rasa aman, lingkungan kerja, dan status dalam hal ini sesuai dengan
rangsangan bagi tenaga penunjang untuk bekerja lebih giat dengan imbalan
memperoleh insentif tambahan jika memiliki nilai bagus pada penilaian yang
dimana laporan ini memiliki porsi paling besar dalam memberikan penilaian
sebesar 60 persen disamping kehadiran sebesar 20 persen dan penilaian user
sebesar 20 persen. Dalam teori Herzberg juga dijelaskan selain keteladan,
rangsangan juga penting bagi sebuah motivasi, dimana laporan penilaian tenaga
penunjang merupakan rangsangan bagi pegawai untuk meningkatkan kinerjanya.
Herzberg berpendapat, cara terbaik untuk memotivasi pegawai adalah
dengan memasukan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai
keberhasilan dalam pekerjaan mereka. Menurut Herzberg penerapannya bias
dengan pengayaan pekerjaan, yaitu suatu teknik untuk memotivasi pegawai yang
melibatkan upaya pembentukan kelompok kerja natural, pengkombinasian
tugas-tugas, pembinaan hubungan kerja dengan klien, pembebanan vertikal dan
pembukaan saluran balikan.
Herzberg mengemukakan suatu teori yang dikenal dengan teori dua
faktor atau two faktors theory. Teori ini menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu faktor Motivator dan faktor Hygiene. Faktor motivator
mencakup prestasi, penghargaan, tantangan, tanggung jawab, peluang untuk
berkembang, keterlibatan, dan kesempatan melakukan pekerjaan. Faktor
hygiene mencakup balas jasa, pengawasan, hubungan antar manusia, rasa aman, lingkungan kerja, dan status.
Herzberg menyarankan jika manajer memberikan motivasi maka
perhatiannya harus diberikan tidak hanya pada faktor-faktor kesehatan saja
tetapi juga pada faktor-faktor rangsangan. Herzberg mengusulkan supaya
manajer harus memberikan keteladanan yang baik pada pegawai begitu juga
2.3.3.Content Theory and Process Theory
Teori motivasi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu teori kepuasan
(content theory) dan teori proses (process theory). Teori kepuasan mendasarkan
pada faktor-faktor kebutuhan dan kepuasan individu sehingga mereka mau
melakukan aktifitasnya. Teori ini mencoba mengetahui kebutuhan apa yang
dapat memuaskan dan yang dapat mendorong semangat kerja seseorang.
Menurut teori motivasi proses daya penggerak yang memotivasi
semangat kerja terkandung dari harapan yang akan diperolehnya. Jika
harapannya menjadi kenyataan, pekerja cenderung meningkatkan kualitas
kerjanya. Teori motivasi yang dikenal sebagai teori harapan atau Expectancy
Theory. Teori ini menyatakan bahwa seseorang bekerja untuk merealisasikan harapan-harapannya dari pekerjaan itu.
2.3.4. Mc Gregor’s X and Y Theory
Mc Gregor memperkenalkan dua jenis individu yang menjalani
pandangan teori X dan teori Y yang beranggapan bahwa teori X yang dasarnya
otoriter dipegang oleh sebagian besar manajer industri dalam masyarakat kita.
Jika manajer memegang pandangan teori X kemungkinan manajer untuk
mengelola perusahaan memiliki sifat atau ciri-ciri sebagai berikut :
1. Manajer bertanggung jawab pada keputusan dan rencana yang dibuat
perusahaan.
2. Jika manajer tidak bertindak, pegawai tidak akan banyak bekerja, oleh karena
itu manajer bertanggung jawab terhadap motivasi pegawai.
3. Manajer tidak dapat mempercayai pegawai dengan keputusan-keputusan.
Jika manajer memegang teori Y untuk mengelola perusahaan, maka
kemungkinan manajer mengikuti cara-cara sebagai berikut ini :
1. Manajer dapat menyerahkan keputusan-keputusan untuk mutu yang rendah.
2. Dengan seringnya pergantian manajer pegawai tidak akan giat bekerja.
3. Manajer menunjukan kemampuan yang tinggi untuk mengembangkan,
menerima tanggung jawab dan memotivasi diri sendiri, oleh karena itu
manajer tidak harus melakukan pekerjaan dalam kondisi yang benar untuk
membawa semua kemampuannya.
4. Manajer dapat mempercayai pegawainya atau bawahannya.
Menurut Mc Gregor ciri-ciri pegawai penganut teori X adalah :
1. Rata-rata pegawai malas dan tidak suka bekerja.
2. Umumnya pegawai tidak berambisi untuk mencapai prestasi yang optimal
dan selalu menghindarkan tanggung jawabnya dengan cara mengkambing
3. Pegawai lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam melaksanakan
pekerjaanya.
4. Pegawai lebih mementingkan diri sendiri dan tidak memperdulikan tujuan
organisasi.
Menurut teori X, untuk memotivasi pegawai harus dilakukan dengan
cara yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja
sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung kepada motivasi
negatif, yaitu dengan menerapkan peraturan dan hukum yang tegas. Tipe
kepemimpinan teori X adalah tipe otoriter. Sedangkan gaya kepemimpinannya
berorientasi kepada prestasi kerja (Hasibuan, 2006).
Sedangkan ciri-ciri untuk pegawai yang menganut teori Y adalah :
1. Rata-rata pegawai rajin dan bersungguh-sungguh, bekerjasama wajarnya
dengan bermain-main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu dihindari dan
dipaksakan, bahkan banyak pegawai yang merasa tidak betah dan kesal jika
tidak bekerja.
2. Lazimnya pegawai dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk
dapat mencapai prestasi kerja yang optimal. Mereka kreatif dan inovatif untuk
mendapatkan metode kerja yang baik.
3. Pegawai selalu berusaha mencapai sasaran organisasi dan mengembangkan
dirinya untuk mencapai sasaran itu. Organisasi seharusnya memungkinkan
pegawai untuk mewujudkan potensinya sendiri dengan memberikan
sumbangan pada tercapainya sasaran perusahaan.
Menurut teori Y, untuk memotivasi pegawai hendaknya dilakukan