• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan tentang organisasi dan kelembagaan negara, hal pokok dapat dimulai dengan mempersoalkan hakikat kekuasaan yang dilembagakan atau diorganisasikan kedalam bangunan kenegaraan. Kuncinya pada apa dan siapa yang memegang kekuasaan tertinggi atau yang biasa disebut sebagai pemegang kedaulatan (sovereignty) dalam suatu negara. Sehubungan dengan konsep tertinggi dan konsep kedaulatan, dalam filsafat hukum dan kenegaraan, dikenal adanya lima ajaran atau teori yang biasa diperdebatkan dalam sejarah, yaitu kedaulatan tuhan (Sovereignty of God), Kedaulatan Raja (Sovereignty of the King), Kedaulatan Hukum (Sovereignty of Law), Kedaulatan Rakyat (Poeple’s Sovereignty) dan ajaran kedaulatan negara (State’s Sovereignty).10

Menurut John A. Jacobson, bahwa secara umum, struktur organisasi lembaga perwakilan rakyat terdiri dari dua bentuk yaitu lembaga perwakilan rakyat satu kamar (unicameral) dan lembaga perwakilan rakyat dua kamar (bicameral).11 Dalam sistem ketatanegaraan di Indonesia sesuai dengan apa

9Efriza, Ilmu Politi (Bandung: Alfabeta, 2013, cet.Ke-3), h.112.

10 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitualisme Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2011, Cet.Ke-2) h.135

11Saldi Isra, Penataan Lembaga Perwakilan Rakyat Sistem Trikameral di Tengah Supremasi Dewan Perwakilan Rakyat, Jurnal Konstitusi, Vol No. 1, Juli 2004, h.116.

yang telah termaktub dalam UUD 1945 pra amandemen dinyatakan bahwa negara Indonesia menganut sistem unicameral dengan menempatkan MPR RI sebagai supremasi yang memegang penuh kedaulatan rakyat. Akibat dari itu timbul ketimpangan ketatanegaraan terutama antar lembaga negara, dimana akibat dari superioritas tersebut MPR RI dapat memberikan justifikasi pada semua lembaga negara tanpa terkecuali, sehingga eksistensi kekuasaan lembaga (Legislatif, Eksekutif dan Yudukatif) menjadi semu.

Dalam sidang umum MPR tahun 2001 berhasil mengamandemen UUD 1945 dengan mengembalikan sistem ketatanegaraan khususnya pada kelembagaan negara pada proporsinya, yaitu mengembalikan eksistensi lembaga legislatif ke sistem bicameral. Amandemen ini tidak lagi menempatkan MPR RI sebagai supremasi tetapi sebagai lembaga tinggi negara yang keanggotaanya meliputi DPR RI dan DPD RI. Pertimbangan logis Indonesia mengadopsi sistem bicameral dengan membentuk kamar kedua setelah DPR RI, yaitu DPD adalah untuk mewadahi keterwakilan yang berbeda, yaitu pusat dan daerah.12

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Seperti dinyatakan terdahulu, para pendiri negara (the founding father)

menempatkan MPR RI sebagai lembaga tertinggi negara yang membawahi beberapa lembaga tinggi negara. Namun setelah adanya amandemen UUD

12

Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011, cet.Ke-2), h.184.

1945 MPR RI tidak lagi berkedudukan seabagai lembaga tertinggi negara dan pemegang kedaulatan rakyat tertinggi. Penghapusan sistem lembaga tertinggi negara merupakan upaya logis untuk keluar dari perangkap desain ketatanegaraan yang rancu dalam menciptakan mekanisme check and belancec di antara lembaga-lembaga negara.

Perubahan terhadap kedudukan MPR RI secara otomatis berpengaruh terhadap tugas dan wewenang dalam kaitanya dengan kedudukan Presiden. Jika kedudukan Presiden merupakan wewenang penuh MPR RI, dalam arti pengangkatan dan pemberhentian. Maka dengan dipilihnya langsung Presiden oleh rakyat, kewenangan ini tidak lagi dimiliki oleh MPR RI.

Secara jelas pasal 3 UUD 1945 menetapkan tugas majelis yaitu : a. Mengubah dan menetapkan UUD 1945 (Ayat 1)

b. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden (Ayat 2)

c. Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD 1945 (Ayat 3)13

2. Dewan Perwakilan Rakyat

Dewan Perwakilan Rakyat (selanjutnya disebut DPR) ialah lembaga pemegang kekuasaan membentuk Undang-Undang, atau sebagai lembaga legislatif. Fungsi DPR, sebagaimana ketentuan Pasal 20A Ayat (1), adalah

13

Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011, cet.Ke-2), h.190.

fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.14 Pada hakikatnya tiga fungsi utama DPR RI memiliki hubungan yang erat dan ketiga fungsi ini selalu bersentuhan dengan fungsi lainnya, misalnya ketika DPR RI menghasilkan Undang-Undang yang kemudian disetujui bersama dengan Presiden, maka DPR RI harus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan produk Undang-Undang oleh lembaga Eksekutif yakni Presiden.15

Berdasarkan pasal 2A Ayat (1) menyatakan, DPR RI merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara, yang memiliki fungsi antara lain :

a. Fungsi legislasi yaitu fungsi untuk membentuk Undang-Undang yang dibahas oleh Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

b. Fungsi anggaran, yaitu fungsi untuk menyusun dan menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) bersama Presiden dengan memperhatikan pertimbangan DPD RI.

14A.M. Fatwa, Potret Konstitusi Pasca Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Kompas, 2009, cet.Ke-1) h.310.

15Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012, cet.Ke-5), h.184.

c. Fungsi pengawasan, yaitu fungsi melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan UUD 1945, udnang-undang, dan peraturan pelaksananya.16

Untuk melaksanakan tugas dan wewenang itu, DPR RI sebagai lembaga perwakilan rakyat dibekali berbagai hak. Pertama, hak meminta keterangan kepada Presiden. Kedua, hak penyelidikan. Ketiga. Hak atas melakukan perubahan atas Rancangan Undang-Undang. Keempat, hak mengajukan peryataan pendapat. Kelima, hak untuk mengajukan seseorang untuk megisi jabatan lembaga tinggi negara jika ditentukan oleh Undang- Undang. Keenam, hak mengajukan Rancangan Undang-Undang. Selain itu, anggota DPR RI secara perseorangan dibekali hak mengajukan pertanyaan, hak protokoler dan hak keuangan dan administratif.

3. Dewan Perwakilan Daerah

DPD RI dibentuk untuk lebih mengembangkan sistem birokrasi di Indonesia dan untuk menampung aspirasi di daerah agar mempunyai wadah untuk mencurahkan harapan daerah dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. posisi seperti masyarakat tidak menyerahkan kekuasaan keapda penguasa secara langsung dan tidak diserahkan kepada siapa saja secara seporadis, akan tetapi kekuasaan itu diserahkan kepada orang-orang yang dianggap berkompeten.

16

Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2011, cet.Ke-2), h.193.

Kehadiran DPD RI pada era reformasi paling tidak memberikan angin segar dalam memperjuangkan aspirasi kedaerahan karena memperoleh perhatian besar dari publik, masalah yang menyangkut ketidakpuasan daerah mendapat media yang luas untuk diperbincangkan dan dibahas secara terbuka sehingga menjadi wacana public. Pemahaman tersebut membuka jalan kepada daerah-daerah untuk lebih bebas dan mandiri dalam mengatur serta memprakarsai daerah masing-masing. Dalam menjalankan kewenanaganya, DPD RI memiliki fungsi yang hampir sama dengan DPR RI yakni diantaranya adalah fungsi pengawasan, fungsi anggaran dan fungsi legislasi.17

17Muhammad Yusuf, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (Arsitektur Histori, Peran dan Fungsi DPD RI Terhadap Daerah di Era Otonomi Daerah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013, cet.Ke-1), h. 70.

31

Dokumen terkait