• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

3. Teori Produktivitas Kerja

a. Pengertian Produktivitas Kerja

Di dalam buku karangan Ndraha (1997: 44), menurut Dewan Produktivitas Nasional Indonesia mendefinisikan produktivitas sebagai :

Suatu sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini (harus) lebih baik dari hari kemarin,

Sedangkan, doktrin pada Konferensi Oslo di Norwegia pada tahun 1984, tercantum definisi umum produktivitas semesta, yaitu (Sinungan, 2005: 17) :

“Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber riil yang

makin sedikit jumlahnya.”

Menurut Ndraha (1997: 44) Pada tingkat manajerial, produktivitas tenaga kerja didefinisikan sebagai perbandingan antara tingkat output

(misalnya: laba kotor) dengan tingkat input-nya (misalnya: total upah atau gaji, persatuan waktu,dll). Jadi, produktivitas tenaga kerja dapat ditulis dengan rumus :

Produktivitas Kerja = 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭𝑶𝒖𝒕𝒑𝒖𝒕 𝐓𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐭𝑰𝒏𝒑𝒖𝒕

Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber-sumber yang ada secara efisien dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu antara sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal dan teknologi, manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat melalui konsep produktivitas semesta atau total (Sinungan, 2005: 17-18).

Pengertian produktivitas dapat berbeda untuk tiap negara tergantung pada potensi dan kelemahan yang ada, serta perbedaan

aspirasi jangka pendek dan jangka panjang. Tetapi, produktivitas di setiap negara relatif memiliki kesamaan pada aplikasi di bidang industri, pendidikan, jasa-jasa pelayanan dan sarana masyarakat, komunikasi dan informasi. Produktivitas juga memiliki pengertian yang lebih luas dari ilmu pengetahuan, teknologi dan teknik manajemen, yaitu: sebagai suatu filosofi dan sikap mental yang timbul dari motivasi yang kuat dari masyarakat, yang secara terus menerus berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan (Sinungan, 2005: 18).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat gizi, kesehatan, pendidikan dan manajemen pimpinan. Namun bagi pekerja berpenghasilan kecil, tingkat gizi dan kesehatan merupakan faktor dominan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Betapapun baiknya manajemen, produktivitas kerja karyawan sukar ditingkatkan bila kondisi gizi dan kesehatan karyawan sangat rendah. Sebab itu untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja para karyawan, upah mereka harus cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan fisik minimumnya (Simanjutak, 2001: 132-133).

Menurut Ravianto (1995: 91) berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja menurut para ahli, yaitu :

(1) Pendidikan baik formal maupun informal.

(2) Keterampilan dalam bekerja dan memakai fasilitas kerja dengan baik.

(3) Disiplin kerja, yaitu sikap patuh, taat dan sadar pada peraturan lembaga atau organisasi.

(4) Sikap dan etika kerja yang menjadi pedoman dan pola perilaku karyawan agar bersikap produktif dan mengerahkan kemampuan dalam mengerjakan suatu pekerjaan.

(5) Motivasi, yaitu dorongan kehendak yang mempengaruhi perilaku karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

(6) Gizi dan kesehatan yang baik akan meningkatkan semangat kerja karyawan.

(7) Tingkat penghasilan dan yang sesuai akan menimbulkan konsentrasi dan kemampuan yang dimiliki karyawan.

(8) Jaminan sosial akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan. (9) Lingkungan kerja yang baik bagi kenyamanan bekerja.

(10)Kemajuan dan ketetapan teknologi menyebabkan penyelesaian proses produksi atau proses belajar mengajar tepat waktu, jumlah produksi lebih banyak dan bermutu serta memperkecil pemborosan bahan sisa.

(11)Manajemen, yaitu sistem yang diterapkan atasan untuk mengelola dan mengendalikan bawahannya, sehingga mendorong bawahan bertindak produktif.

(12)Kesempatan untuk berprestasi akan memberikan dorongan psikologis untuk meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki.

Sedangkan menurut Anoraga (1998: 56) tinggi rendahnya produktivitas kerja karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti : (1) Pekerjaan yang menarik.

(2) Upah yang baik.

(3) Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan. (4) Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan. (5) Lingkungan atau suasana kerja yang baik.

(6) Promosi dan pengembangan diri mereka seimbang dengan perkem- bangan organisasi atau perusahaan.

(7) Merasa terlibat dengan kegiatan-kegiatan organisasi. (8) Pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi.

(9) Kesetiaan pimpinan atau kepala perusahaan pada diri karyawan dan disiplin kerja yang keras.

c. Dimensi Produktivitas Kerja

Produktivitas erat terkait dengan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan. Hasil kerja karyawan tersebut merupakan produktivitas kerja sebagai target yang didapat melalui kualitas kerjanya dengan melaksanakan tugas yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan. Kemudian, dikemukakan beberapa faktor sebagaimana yang dinyatakan sebagai indikator dari produktivitas kerja menurut Gary Dessler (1997) yang dikutip oleh Agus (1995: 476) dalam Astrini (2012: 23-26), antara lain :

(1) Kualitas Pekerjaan

Kualitas pekerjaan menyangkut mutu yang dihasilkan. Seorang karyawan dituntut untuk mengutamakan kualitas dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. Kualitas bagi kebanyakan orang tampaknya berarti kualitas tinggi. Kehidupan kerja yang berkualitas yaitu keadaan dimana para karyawan dapat memenuhi kebutuhannya dengan bekerja di dalam organisasi atau perusahaan. Dan kemampuan untuk hasil tersebut menurut Gary Dessler bergantung pada apakah terdapat adanya :

a) Perlakuan yang adil dan sportif terhadap karyawan.

b) Kesempatan bagi karyawan untuk menggunakan kemampuan secara penuh dan kesempatan untuk mewujudkan diri yaitu untuk menjadi orang yang mereka rasa mampu mewujud- kannya.

c) Komunikasi terbuka dan saling mempercayai diantara sesama karyawan.

d) Kesempatan bagi semua karyawan untuk berperan secara aktif dalam pengambilan keputusan-keputusan penting yang melibat- kan pekerjaan-pekerjaan mereka.

e) Kompensasi yang cukup adil. f) Lingkungan yang aman dan sehat. (2) Kuantitas Pekerjaan

Perkembangan organisasi menuntut adanya kuantitas pekerjaan. Kuantitas pekerjaan menyangkut pencapaian target, hasil kerja yang sesuai dengan rencana organisasi. Rasio kuantitas karyawan harus seimbang dengan kuantitas pekerjaan sehingga dengan penimbangan tersebut dapat menciptakan tenaga kerja yang produktif untuk meningkatkan produktivitas kerja di dalam organisasi tersebut. (3) Ketepatan Waktu

Pengetahuan akan orientasi waktu yang berlainan dari masing- masing budaya suatu perusahaan dapat memberikan wawasan pentingnya tenggang waktu, bagaimana perencanaan jangka panjang jika dipraktekkan secara meluas, pentingnya pengawasan kerja dan apakah yang menyebabkan keterlambatan-keterlambatan.

(4) Semangat Kerja

Moekijat (1997: 31) menyatakan bahwa semangat kerja menggam- barkan perasaan yang berhubungan dengan jiwa, semangat kelompok, kegembiraan dan kegiatan. Apabila karyawan tampak merasa senang, optimis mengenai kegiatan dan tugas serta ramah satu sama lain, maka karyawan itu dikatakan mempunyai semangat yang tinggi dalam melaksanakan setiap tugasnya.

(5) Disiplin Kerja

Dalam melaksanakan disiplin kerja, disiplin yang baik dapat diukur dalam wujud :

a) Pimpinan atau karyawan datang dan pulang kantor tepat pada waktu yang ditentukan.

b) Menghasilkan pekerjaan baik kuantitas maupun kualitas yang memuaskan.

c) Mematuhi semua peraturan yang ada. d. Dalil Mengenai Produktivitas Kerja

Menurut Afzalur Rahman (1995: 248), bekerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan anggota badan atau pikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas, termasuk semua jenis kerja yang dilakukan fisik maupun pikiran. Allah berfirman di dalam Al-Quran sebagai berikut :



































“Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamukerjakan". (Q.S. At-Taubah : 105)

4. Teori Sumber Daya Manusia (Karyawan)

Dokumen terkait