• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.6.2 Teori Sastra Historis

Karya sastra sebagai simbol verbal mempunyai beberapa peranan di antaranya sebagai cara pemahaman, cara perhubungan, dan cara penciptaan. Objek karya sastra adalah realitas, apapun juga yang dimaksud realitas oleh pengarang. Apabila realitas itu berupa peristiwa sejarah maka karya sastra dapat, pertama, mencoba menerjemahkan peristiwa itu dalam bahasa imaginer dengan maksud untuk memahami peristiwa sejarah menurut kadar kemampuan

pengarang. Kedua, karya sastra dapat menjadi sarana bagi pengarangnya untuk menyampaikan pikiran, perasaan dan tanggapan mengenai suatu peristiwa sejarah. Dan ketiga, seperti juga karya sejarah, karya sastra dapat merupakan penciptaan kembali sebuah peristiwa sejarah sesuai dengan pengetahuan dan daya imajinasi pengarang (Kuntowijoyo, 2006:171).

Sesuai dengan perkembangan metode dan teori di satu pihak, usaha untuk menghindarkan sekat pemisah antar disiplin di pihak lain, masalah-masalah sosiologi dan sejarah dalam sastra justru menemukan tempat yang subur. Setidaknya ada tiga masalah yang perlu dikemukakan dalam penelitian dengan menggunakan pendekatan historis, yaitu (1) relevansi fakta-fakta sejarah, dalam hal ini berkaitan dengan isi. (2) Homologi unsur-unsur, dalam hal ini berkaitan dengan struktur. (3) Relevansi proses kreatif dalam hal ini berkaitan dengan perkembangangenresastra (Ratna, 2005: 354).

Dalam penelitian ini, penulis akan mengkhususkan pada relevansi fakta- fakta sejarah Diponegoro dengan novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado. Ratna (2005:356) menjelaskan bahwa keterlibatan fakta sejarah dapat diidentifikasikan secara jelas, seberapa jauh sebuah karya mencerminkan sejarah. Hubungan ini dapat dipahami melalui tokoh, kejadian, dan latar. Nama tokoh, nama tempat, dan tahun-tahun kejadian merupakan unsur- unsur yang sangat mudah untuk dikaitkan dengan sejarah umum, sisa peninggalan sejarah, dan sumber-sumber tertulis lain. Oleh karena itu, sastra sejarah bagi

masyarakat lama, novel sejarah bagi masyarakat modern dianggap sebagai memiliki fungsi-fungsi ganda, fungsi estetis sekaligus dokumen sosial

Keberadaan fakta-fakta sejarah dalam sastra tidak harus memberikan makna yang sama dengan sejarah. Tujuan karya sastra dengan sejarah jelas berbeda. Sesuai dengan hakikatnya, tujuan karya seni adalah kualitas estetis, artinya, apapun yang terkandung di dalamnya difungsikan untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila fakta sejarah memberikan makna sebagai kebenaran yang dapat dipercaya, sebaliknya karya sastra justru memberikan pertimbangan lain, bahkan sebaliknya (Ratna, 2005:356)

1.7 Batasan Istilah 1.7.1 Politik

Penulis menggunakan konsep politik dalam rangka memahami intrik politik dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado.

Politik berasal dari bahasa Belanda politiek dan bahasa Inggris politics, yang masing-masing bersumber dari bahasa Yunani τα πολιτικά (politika - yang berhubungan dengan negara) dengan akar katanyaπολίτης(polites- warga negara) danπόλις(polis- negara kota). Secara etimologi kata ‘politik’ masih berhubungan dengan polisi, kebijakan. Kata ‘politis’ berarti hal-hal yang berhubungan dengan politik. Kata ‘politisi’ berarti orang-orang yang menekuni hal politik

(http://id.wikipedia.org/wiki/Politik#Etimologi). Dalam penelitian ini penulis menggunakan pengertian politik sebagai kebijakan.

Ramlan Surbakti (1992: 1-2), menjelaskan sejak awal hingga perkembangan yang terakhir ada sekurang-kurangnya lima pandangan mengenai politik. Pertama, politik ialah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik ialah segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ketiga, politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Kelima, politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting.

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan konsep politik yang ketiga yaitu politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam rakyat. Hal ini dikarenakan konsep politik ini digunakan sebagai kegiatan mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam hal ini direpresentasikan oleh penguasa dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah. Jadi, konsep politik yang ketiga ini yang paling relevan dalam memahami intrik politik novelPangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah.

1.7.2 Intrik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Intrik adalah penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan (KBBI, 2008: 544). Penulis menggunakan istilah intrik untuk mengidentifikasi segala bentuk penyebaran kabar bohong yang dilakukan tokoh-tokoh dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifahuntuk menjatuhkan lawan politiknya masing-masing.

1.7.3 Intrik Politik

Politik adalah segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam rakyat (Surbakti, 1992: 2). Intrik adalah penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan (KBBI, 2008: 4). Dalam penelitian ini, penulis menggabungkan istilah intrik dan politik sebagai batasan istilah intrik politik yaitu usaha penyebaran kabar bohong yang sengaja untuk menjatuhkan lawan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam rakyat.

1.8. Pendekatan

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis. Penelitian dengan menggunakan pendekatan ini berdasarkan sejarahnya dan dibedakan dengan sejarah sastra, sastra sejarah, dan novel sejarah. Hal ini dikarenakan penelitian sastra dengan menggunakan pedekatan historis tidak bisa lepas dari fakta-fakta sejarah.

Diawali dengan melakukan analisis struktural terhadap novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah karya Remy Sylado untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang sama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Langkah selanjutnya adalah melihat teks sejarah yang berkaitan dengan situasi politik di Yogyakarta pada tahun 1811-1825. Setelah itu. penulis memfokuskan pada peristiwa-peristiwa yang menghadirkan intrik politik dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah. Langkah terakhir adalah menarik relevansi antara intrik politik dalam novel Pangeran Diponegoro: Menuju Sosok Khalifah dengan situasi politik di Yogyakarta tahun 1811-1825 dalam beberapa teks sejarah seperti Kuasa Ramalan : Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855 Karya Peter Carey,Perdjanjian Gianti- Perang Pahlawan Dipanegara karya Soekanto, Pahlawan Dipanegara Berdjuang: Bara Api Kemerdekaan Tak Kunjung Padamkarya Sagimun MD,dan Pengantar Sejarah Indonesia Baru : 1500-1900 Dari emporium Sampai Imperium karya Sartono Kartodirjo.

1.9 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Suatu metode yang dipilih dengan mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek yang bersangkutan (Yudiono, 1986: 14).

Metode penelitian meliputi metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data seperti berikut.

Dokumen terkait