• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggota III : Dr. H. Muhizar Muchtar, M.S

1.4 Landasan Konsep dan Teori

1.4.2 Teori

1.4.2.2 Teori Semiotika

Dalam mengkaji bentuk-bentuk ornamen masjid Raya Al-Mashun Medan

dibutuhkan penelaahan dari kaca mata seni rupa yang mengupas kandungan makna yang ada didalamnya. Penulis memfokuskan terhadap kajian semiotika atau teori tanda dalam usaha untuk memahami kandungan makna apa yang ada didalam ornamen-ornamen di masjid Raya Al-Mashun Medan.

Penulis harus memilih teori yang cukup dekat dengan kajian penelitian ini,

penulis memilih teoritis yang tepat adalah Charles Sanders Peirce yang mengemukakan tentang tanda. Tanda adalah bahasa, ornamental yang ada di masjid Raya Al-Mashun tersebut bukan sekedar persoalan bentuk-bentuk yang

indah. Bentuk-bentuk tersebut di rancang atas konsep ide yang membutuhkan maksud dan tujuan.

Gagasan penciptaan visual art (seni rupa) tentu dilandasi konsep yang

mengaitkan maksud yang akan di capai oleh media sebagai hasil karya seni. Maksud sebagai tujuan gagasan itulah adalah isyarat, Peirce menyebutnya sebagai bahasa. Tentu bahasa inilah kontens makna yang dipresentatifkan oleh Peirce sebagai sasaran.

Menurut Peirce, Semiotika bersinonim dengan logika, manusia hanya

berpikir dalam tanda. Tanda dapat dimaknai sebagai tanda hanya apabila ia berfungsi sebagai tanda. Fungsi esensial tanda menjadikan relasi yang tidak efisien menjadi efisien baik dalam komunikasi orang dengan orang lain dalam pemikiran dan pemahaman manusia tentang dunia. Tanda menurut Pierce kemudian adalah sesuatu yang dapat di tangkap, representatif, dan interpretatif.

Bagi Peirce, tanda “ is something which stands to somebody for something in

some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi,

oleh pierce disebut Ground. Konsekwensinya, tanda (sign atau representamen),

selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, objek, dan interpretant,

Gambar 1.triangle meaning

Pierce mengklasipikasikan tanda yang dikaitkan pada ground dan menjadi

tiga bagian yakni, qualisign, sinsign dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang

ada pada tanda misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign

adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda misalnya, kata

kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan

bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah norma yang dikandung oleh

tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia (Sobur,Alex, 2004:41).

Charles Sanders Peirce menyatakan tanda adalah mewakili sesuatu bagi

seseorang berikutnya mengaitkan hubungan secara konvensi. Tanda tidak pernah berupa suatu entitas sendirian, yaitu memiliki ketiga aspek. Berdasarkan objeknya

Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol (simbol).

Ikon adalah hubungan yang bersifat bersamaan bentuk alamiahnya.

Dengan kata lain tanda dan objek bersifat kemiripan, misalnya potret dan peta.

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda

dengan penanda yang bersifat kausal atau sebab akibat. Contohnya adanya asap

penanda dengan petandanya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (kesepakatan) masyarakat.

Ornamen merupakan bahasa visual dalam kelompok simbol. Di dalamnya

ada kaitan bentuk-bentuk sederhana yang bertujuan mendapatkan pemikiran yang sama agar digunakan sesuai kehendak bersama. Dari setiap bentuk deformatif alamiah mengisyarakatkan atau mengartikan sesuatu sebagaimana sistem kultural. Piece juga mengembangkan tanda menjadi sepuluh. Kaitannya dengan ornamen

yang lebih dekat adalah IconicLegisign, dan Rhematic Symbol.

Iconic Legisign yakni tanda yang mendekati kemiripan, misalnya foto,

diagram, peta, serta tanda baca. Ornamen adalah representatif bentuk yang telah berobah dari bentuk-bentuk alamiah seperti tumbuhan, makluk hidup, alam benda dan fenomena alam semesta. Kaitan tanda terhadap objek visual terkadang jauh dari kemiripan, namun ide akar dasarnya terjadi atas konsepnya.

Rhematic Symbol atau symbolik rheme, yakni tanda yang dihubungkan

dengan objeknya melalui asosiasi ide umum. Misalnya seseorang akan mengatakan harimau apabila melihat kain beludru bercorak belang hitam berdasar kuning. Asosiasi tanda ini karena telah mengenal betul subjek yang dipahami. Ornamen masjid Al-Mashun Medan dengan sejumlah tipe ornamen, jika di lihat jauh setiap bagian bentuknya akan terdapat objek-objek yang dapat dikelompokkan kepada sesuatu benda atau sifatnya.

Penulis melihat ornamen sebagai bagian seni yang istimewa, sehingga

menjadi persoalan pada penelitian ini. Penelitian ini terletak pada seluruh aspek yang melekat terhadap ornamen (kajian seni rupa), tentunya keterkaitan media

seperti latar belakang penciptaan (sumber ide), bahan yang digunakan, teknik pembuatan, praktisi dan berikutnya kepada makna.

Unsur rupa yang terdapat di setiap elemen ornamen adalah menjadi kajian

penelitian. Setiap bagian ornamen terdapat bagian-bagian yang menjadi bagian

keseluruhan. Bagian ini dapat digolongkan yakni, bagian utama (main), bagian

pendukung (second), bagian pelengkap (complement).

Bagian utama melingkupi gambar, bentuk, media, ukuran yang

berhubungan dengan vocal point atau sasaran yang diutamakan yang harus

didiskripsikan. Presentasi analisa harus mendapatkan faktor yang dapat dipahami oleh umum. apabila penulis tidak melihat kategori umum atau hanya penulis saja yang dapat memahami, di kwatirkan akan membuat persepsi baru. Kategori umum

ini dapat di lihat berdasarkan konsep Iconic Legisign.

Bagian pendukung melingkupi bagian-bagian yang di anggap penulis

sebagai pendamping sehingga media atau objek terasa dilebihkan. Meski

terkadang pendukung ini manjadi hal terpenting, di lihat dari elemen yang di

gunakan, misalnya ornamen bunga mawar (sebagai objek), tanpa lengkap adanya

daun dan tangkai. Daun-daun dan tangkai tersebut begitu pentingnya terhadap kembang mawar. Dengan adanya kelengkapan keseluruhan maka utuhlah bunga mawar tersebut meski di lain hal tanpa daun dan tangkai pun bunga mawar ini

tetap menjadi vocal point.

Bagian pelengkap diartikan juga sebagai bagian pengisi atau pendamping.

Biasanya diletakkan pada latar belakang apabila ornamen berbentuk gambar baik

lebih memadatkan atau memberikan ruang seakan penuh. Nilai tambah terhadap ornamen menjadi lebih, kemewahan dapat terbantu.

Dokumen terkait