• Tidak ada hasil yang ditemukan

C. Landasan Teori Pencapaian Literasi Dasar dalam Konteks Keluarga

3. Teori Sosiokultural (Vygotsky)

Teori ini dirumuskan pertama kali oleh Lev Vygotsky (1978) yang menekankan lingkungan sosial sebagai fasilitator proses belajar dan perkembangan. Lingkungan sosial mempengaruhi kognisi melalui alat berupa objek budaya, bahasa, symbol dan institusi sosial. interaksi sosial, kultural-historikal dan faktor individu adalah faktor kunci untuk perkembangan manusia. Interaksi dengan orang lain dalam lingkungan (kolaborasi, apprientice) merangsang proses perkembangan dan meningkatkan pertumbuhan kognitif. Tetapi interaksi bukan bersifat tradisional yang memberikan anak informasi, tetapi anak mentransfer pengalamannya didasarkan pada pengetahuan dan karakteristiknya dan pengenalan struktur mental mereka. Aspek Kulturan historis penting karena ini merupakan konteks dimana proses belajar dan perkembangan terjadi. Sedangkan aspek individu merupakan faktor bawaan yang mempengaruhi perkembangan. anak yang mengalami disability mental dan fisik akan menghasilkan cara belajar yang berbeda dengan anak normal. Menurut Vygotsky, pada dasarnya fungsi mental luhur semuanya terjadi dalam konteks lingkungan sosial, termasuk yang paling berpengaruh adalah bahasa. Sangat penting untuk menguasai proses menurunkan pemikiran dan perkembangan budaya melalui symbol seperti bahasa, angka dan tulisan. Penguasaan terhadap siimbol ini kemudian mempengaruhi dan mengelola (self regulation) pemikiran dan tindakan.

44

Menurut Vygotsky (1978) perkembangan harus dievaluasi dari perspektif interaksi anak dan lingkungan dalam empat level yang saling berkaitan, yaitu level ontogeny, microgeny, philogeny, sociohistorical. Ontogeny melihat perkembangan pada level individu sepanjang hidupnya. Microgeny melihat perubahan pada periode waktu tertentu. Phylogeny melihat perubahan pada level species secara evolusi dalam waktu ribuan atau jutaan tahun. Sociohistorical melihat perkembangan dengan mengacu pada perubahan pada nilai-nilai, norma, dan teknologi suatu budaya. Vygotsky menekankan pentingnya memahami bagaimana perkembangan organisme berubah dalam lingkungan yang berubah. Bila hanya menekankan salah satu dari organisme atau lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak dapat diperoleh penjelasan yang adekuat.

Vygotsky mengklaim bahwa bayi dilahirkan dengan beberapa fungsi mental dasar seperti atensi, sensasi, persepsi dan memori yang dengan pengaruh budaya secara perlahan meningkat menjadi fungsi mental yang lebih tinggi, lebih baru, dan lebih memadai. Sebagai contoh, kemampuan memori anak yang awalnya terbatas menjadi meningkat dengan menginternalisasikan cara atau metode berpikir dan strategi menyelesaikan masalah seperti membuat catatan. Cara-cara ini akan berbeda-beda tergantung budaya.

Perspektif sosio-kultural memandang perkembangan kognitif sangat berbeda dengan perspektif tradisional seperti teori Piaget yang menekankan pola perkembangan berlaku sama pada semua anak (cognitive universal). Lingkungan berperan dalam memunculukan perbedaan individual dalam hal lingkungan mempengaruhi bagaimana anak memandang dunianya, tetapi Piaget tidak menganggap bahwa lingkungan mempengaruhi perkembangan kognitif anak dalam area yang besar. Menurutnya, anak yang dibesarkan dalam era informasi akan memiliki pemikiran yang berbeda dengan anak yang dibesarkan pada jaman berburu, tetapi masing-masing anak akan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-harinya dengan menggunakan mekanisme kognitif yang merupakan

45

tipikal spesiesnya. Mekanisme kognitif ini juga berkembang sesuai dengan skedul tipikal spesiesnya. Sementara itu Vygotsky menganggap bahwa anak berkembang, khususnya bagaimana belajar berpikir, sebagai fungsi dari sosial budaya dimana anak dibesarkan.

ZPD (zone of proximal development) adalah perbedaan antara tingkat perkembangan yang ditentukan oleh pemecahan masalah sendiri dan tingkat perkembangan yang potensial dicapai oleh pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Vygotsky, 1978, h 86). Perubahan kognitif terjadi dalam ZPD ketika guru dan murid berinteraksi yang dimediasi oleh kultur ini menghasilkan perubahan kognitif ketika murid menginternalisasikannya. Dengan internalisasi maka murid memiliki kesadaran lebih dari hasil interaksi dengan lingkungan, institusi sosial (Schunk, 2008).

Menurut Siegler (2005) dalam tulisan Vygotsky terdapat dua tema besar yang mendasari teori perkembangan sosiokultural

1. Perkembangan kognitif berlangsung dalam proses interaksi sosial

interaksi sosial tidak hanya sebagai kekuatan luar yang menimbulkan perubahan pada individu tetapi sebagai mekanisme integral dari perubahan perkembangan itu sendiri. Lingkungan tidak hanya memberikan informasi untuk terjadinya perkembangan dalam diri anak, seperti teori Piaget, tetapi lingkungan sebagai bagian integral dari perilaku dan pemikiran anak sehingga kognisi anak dan perilaku anak tidak terpisahkan dari konteks dimana perkembangan berlangsung. Dengan demikian yang menjadi unit analisis dalam teori Vygotsky adalah anak dalam konteks, sedangkan dalam teori Piaget adalah individu anak. Perubahan dalam perkembangan terjadi melalui proses internalisasi berbagi secara sosial. Terjadi perubahan dan perkembangan fungsi psikologis dua kali dalam tataran intermental dan intramental, anak melakukan tugas kognitif diawali dengan bantuan/bimbingan orang lain sampai anak bisa melakukannya sendiri. Dalam kerangka ini menekankan transfer tanggung jawab kognisi dari orang yang lebih

46

terampil kepada yang kurang terampil. Anak dapat melakukan perilaku yang lebih rumit jika mendapat bimbingan dari orang dewasa daripada hanya melakukannya sendiri. Dengan demikian akan terjadi ZPD, yaitu perbedaan hasil yang dicapai bila anak melakukannya sendiri dan bila terjadi interaksi dengan orang dewasa atau sebaya yang lebih mampu.

2. Perilaku manusia dimediasi oleh alat budaya (cultural tools), terutama bahasa. Alat budaya ini terdiri dari peralatan teknik yaitu alat untuk melakukan tindakan di lingkungan: palu, cangkul, perkakas dll. serta peralatan psikologis yaitu alat untuk berpikir: bahasa, peta, diagram, system angka, calculator, computer software, calendar, jam. Peralatan psikologi (Psychological tool) mempengaruhi cara kita mengorganisasikan dan mengingat informasi, misalnya penggunaan abacus untuk menghitung. Bahasa tidak hanya alat untuk komunikasi tetapi juga alat untuk mengendalikan dan mengatur tindakan sendiri; bahasa digunakan merencanakan tindakan, mengingat informasi, memecahkan masalah dan mengelola perilaku. Hal ini terbukti dalam fenomena berbicara pada diri sendiri (private speech); berbicara keras pada diri sendiri ketika eksplorasi dan memecahkan masalah. Dengan demikian perilaku dimediasi oleh bahasa.

Teori sosiokultural modern telah mengembangkan tema ini dalam berbagai cara, dua fokus utama adalah dalam hal :

1. Norma kultural dan orang lain mempengaruhi kesempatan yang dimiliki anak untuk belajar dan berpartisipasi dalam aktivitas.

norma budaya mempengaruhi berbagai aspek dari aktivitas anak sehari-hari termasuk cara membesarkan, harapan tentang kerja, belajar dan bermain. Selain itu budaya menentukan bagaimana orangtua, guru memilih dan mengatur aktivitas dan interaksi sosial yang sesuai dengan anak

2. Kemampuan kognitif yang diperlukan untuk belajar secara sosial dan kultural, termasuk kemampuan untuk membangun pandangan intersubjektif dan kemampuan untuk memahami orang lain seperti diri sendiri dalam hal memiliki

Dokumen terkait