• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terapi Diabetes Mellitus

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 33-37)

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

C. Terapi Diabetes Mellitus

Tujuan utama dari manajemen terapi DM adalah mengurangi resiko komplikasi penyakit, mengurangi angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Manajemen terapi DM dilakukan untuk mencapai nilai kadar glukosa darah yang dapat terlihat pada Tabel IV.

Tabel IV. Nilai Rujukan Kadar Glukosa Darah dalam Manajemen Terapi DM Kadar Glukosa Darah Glukosa plasma puasa <110 mg/dL

Glukosa darah sewaktu <140 mg/dL

HbA1C <6,5%

(Dipiro dkk., 2005) Penatalaksanaan DM dapat dilakukan dengan terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non farmakologi meliputi diet dan latihan fisik. Diet DM berupa mengurangi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein dan lemak. Tujuan diet adalah untuk mengendalikan kadar gula darah agar tetap berada diantara nilai normal. Pada penderita DM dianjurkan untuk melakukan latihan fisik ringan secara teratur setiap harinya selama ± 20 menit yang dilakukan 1,5 jam setelah makan. Latihan fisik dapat mengurangi resistensi insulin dan mengontrol kadar glukosa darah, juga dapat mengurangi resiko komplikasi penyakit kardiovaskuler (Dipiro dkk., 2005). Terapi non farmakologi lainnya adalah penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh dokter atau perawat penderita DM, yang meliputi pengetahuan mengenai perlunya diet secara ketat, latihan fisik, minum obat dan juga pengetahuan tentang komplikasi, pencegahan maupun perawatannya. Terapi farmakologi dilakukan dengan pemberian obat antidiabetika (Lanywati, 2001).

Berikut ini beberapa obat hipoglikemik oral yang ada dipasaran : 1. Sulfonilurea

Mekanisme kerja dari sulfonilurea adalah dengan menstimulasi pelepasan insulin dari sel β pankreas. Sulfonilurea merupakan pemblok selektif terhadap kanal ion K+ yang sensitif terhadap ATP pada sel beta pankreas. Pembukaan kanal KATP diregulasi oleh konsentrasi interseluler ATP. Jika terjadi peningkatan ATP kanal akan menutup, dan jika kadar ATP menurun kanal akan membuka. Aktivasi kanal KATP di sel beta pankreas diregulasi oleh konsentrasi glukosa dalam darah. Jika glukosa darah meningkat, glukosa akan ditransport ke dalam sel beta pankreas dan mengalami metabolisme. Metabolisme glukosa menghasilkan peningkatan kadar ATP yang akan menyebabkan penutupan kanal KATP. Penutupan kanal ini memicu depolarisasi yang akan membuka kanal Ca++, sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi Ca++ intrasel yang pada gilirannya memicu sekresi insulin. Insulin selanjutnya akan membantu transpor glukosa ke dalam sel-sel lainnya, sehingga menurunkan kadar gula darah. Obat golongan sulfonilurea (SU) akan berikatan pada reseptor SUR yang terkait dengan kanal K menyebabkan penutupan kanal dan memicu peristiwa serupa (Zullies, 2011). Salah satu contoh obat golongan sulfoniurea adalah glibenklamida.

2. Biguanida

Obat golongan biguanida yakni metformin. Metformin menurunkan kadar glukosa darah terutama dengan mengurangi produksi glukosa di hati dan meningkatkan kerja insulin di otot dan lemak, sebagian besar dengan menghambat glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) (Goodman dan Gilman, 2003).

Metformin akan mengaktifkan AMPK (Adenosine Monophosphate-activated

Protein Kinase), yang menyebabkan penekanan proses biosintesis yang

menggunakan ATP seperti glukoneogenesis. Metformin juga akan menghambat transkripsi gen glukoneogenesis di hati dan meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot. Hal ini dapat menurunkan jumlah glukosa dalam darah, meningkatkan sensitivitas insulin dan mengurangi resistensi insulin (Angulo dan Bernstam, 2010).

3. Tiazolidindion

Tiazolidindion adalah obat baru yang mempunyai efek meningkatkan sensitivitas reseptor insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemik. Aktifitas farmakologinya luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati. Sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat, kegiatan farmakologi lainnya antara lain dapat menurunkan kadar trigliserid atau asam lemak bebas dan mengurangi glukoneogenesis dalam hati. Zat ini tidak mendorong pankreas untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti sulfonilurea (Tjay dan Raharja, 2002). Tiazolidindion merupakan agonis reseptor γ teraktivasi-proliferator peroksisom (Peroxisome Proliferator-Activated Receptor [PPARγ]). PPARγ, mengaktivasi gen responsif-insulin yang meregulasi metabolisme karbohidrat dan lipid (Goodman dan Gilman, 2008).

4. Penghambat glukosidase alfa

Inhibitor α-glukosidase merupakan obat anti-diabetes oral yang digunakan untuk DM tipe 2 dengan mencegah pencernaan karbohidrat. Inhibitor α-glukosidase adalah sakarida yang bertindak sebagai inhibitor kompetitif enzim yang dibutuhkan untuk mencerna karbohidrat, khususnya enzim α-glukosidase di dalam vili-vili usus (intestinal brush border). α-glukosidase akan menghidrolisis oligosakarida, trisakarida, dan disakarida menjadi glukosa dan monosakarida lain di usus kecil. Dengan adanya inhibitor α-glukosidase maka karbohidrat tidak akan dipecah menjadi glukosa dan monosakarida, sehingga kadar glukosa setelah makan tidak akan meningkat (Mycek, 1995).

5. Dipeptidil-peptidase inhibitor (DPP-4 inhibitor)

Dipeptidil peptidase-IV (DPP-IV) adalah enzim yang memecah secara alam GLP-1. Hambatan terhadap pemecahan enzim DPP-IV ini akan dapat meningkatkan kadar GLP-1 sehingga dapat memperbaiki kontrol gula

postprandial. Turunan DPP-IV inhibitor adalah Sitagliptin dan Vidagliptin (sudah

diizinkan FDA), yang turunan lain masih dalam tahap uji klinik lanjutan. Obat ini bekerja berdasarkan penurunan efek hormon inkretin. Inkretin berperan utama terhadap produksi insulin di pankreas dan yang terpenting adalah GLP1 dan GIP, yaitu Glukagon Like Peptide dan Glucose Dependent Insulinotropic Polipeptide. Inkretin ini diuraikan oleh suatu enzim khas DPP-4 (Dipeptidyl peptidase). Dengan penghambatan enzim ini, senyawa gliptin mengurangi penguraian dan inaktivasi inkretin, sehingga kadar insulin akan meningkat (Meece, 2007). Inkretin berperan utama terhadap produksi insulin di pankreas dan yang terpenting

adalah GLP1 dan GIP, yaitu Glukagon Like Peptide dan Glucose Dependent

Insulinotropic Polipeptide. Inkretin ini diuraikan oleh suatu enzim khas DPP-4

(Dipeptidyl peptidase). Dengan penghambatan enzim ini, senyawa gliptin mengurangi penguraian dan inaktivasi inkretin, sehingga kadar insulin akan meningkat (Meece, 2007).

6. Glignid

Glignid merupakan obat yang bekerja sama dengan golongan sulfonilurea. Glignid akan menstimulasi pelepasan insulin dengan menutup kanal K+ bergantung ATP pada sel β pankreas (Goodman dan Gilman, 2008). Golongan ini mempunyai 2 turunan yaitu, repaglinid (derivat asam benzoat) dan nateglinid (derivat fenilalanin) (Reents dan Seymour, 2002).

D. Glibenklamida

Dalam dokumen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI (Halaman 33-37)

Dokumen terkait