• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

B. Metode Analisis Data

1) Terbelakang 2) potensial

Proporsi Pertumbuhan (∆) Xi --- ≤ 1 Rata-rata X Xi --- ≥ 1 Rata-rata X ∆XI --- ≥ 1 ∆Xtotal 3) Berkembang 4) prima/unggul ∆XI --- ≤ 1 ∆Xtotal 1) Terbelakang 2) potensial

Catatan : Xi : PRDB disalah satu sektor di Kabupaten Karanganyar X : Total PRDB di Kabupaten Karanganyar

∆ : Tingkat pertumbuhan

( ∆Xi = [( Xit– Xit– 1) / Xit– 1] x 100% ) Sumber : (Kirana, 1998 dalam Mulyanto, 2006)

a. Rumus untuk menghitung sumbangan/kontribusi PRDB masing-masing sektor terhadap PRDB Kabupaten Karanganyar (Arsyad, 1999 : 236 dalam Mulyanto, 2006)

Adapun rumus untuk menghitung sumbangan/kontribusi dan pertumbuhan adalah sebagai berikut :

Xit

KE dari Xit = --- x100% ... (4.1) Xtotal

commit to user

Dimana :

KE : Kontribusi Ekonomi Xit : PRDB sektor i pada tahun t

b. Rumus untuk menghitung pertumbuhan PRDB masing-masing sektor di Kabupaten Karanganyar (Arysad, 1999 : 246, dalam Mulyanto, 2006) : Xit - Xit– 1 PE dari Xit = --- x100% ...(4.2) Xit– 1 Dimana : PE : Pertumbuhan Ekonomi Xit : PRDB sektor i pada tahun t Xit– 1 : PRDB sektor i pada tahun t – 1

Rumus pada tabel 3.1 di atas akan digunakan untuk menguji ada tidaknya pergeseran posisi perekonomian pada masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar, baik pada era sebelum maupun era selama pelaksanaan PROPEDA. Rumus ini mempunyai makna :

1) Suatu sektor ekonomi di Kabupaten Karanganyar yang mempunyai rasio proporsi dan rasio pertumbuhan PRDB kurang dari 1 (satu), maka sektor ekonomi yang bersangkutan dikategorikan sebagai Kondisi Perekonomian Terbelakang.

commit to user

2) Suatu sektor ekonomi di Kabupaten Karanganyar yang mempunyai rasio proporsi PRDB lebih besar atau sama 1 (satu), sementara rasio pertumbuhan PRDB-nya kurang dari 1 (satu), maka sektor ekonomi yang bersangkutan dikategorikan sebagai Kondisi Perekonomian Potensial.

3) Suatu sektor ekonomi di Kabupaten Karanganyar yang mempunyai rasio proporsi PRDB kurang 1 (satu), sementara rasio pertumbuhan PRDB-nya lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka sektor ekonomi yang bersangkutan dikategorikan sebagai Kondisi Perekonomian Berkembang.

4) Suatu sektor ekonomi di Kabupaten Karanganyar yang mempunyai rasio proporsi PRDB dan rasio pertumbuhan PRDB-nya lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka sektor ekonomi yang bersangkutan dikategorikan sebagai Kondisi Perekonomian prima/unggul

2. Analisis LQ

Analisis LQ merupakan teknik analisis membandingkan besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan suatu sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2005: 82).

Dasar pemikiran teknik analisis LQ ini adalah Teori Economic Base

yang intinya „industry basic‟ menghasilkan barang dan jasa untuk pasar di

daerah yang bersangkutan maupun di luar daerah, maka penjualan ke luar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya kenaikan konsumsi

commit to user

dan investasi di daerah tersebut dan pada gilirannya akan menaikkan pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru.

Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan

terhadap „industribasic‟ tetapi juga menaikkan permintaan akan industri „non

basic (lokal)‟. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi

pada industri yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor industri lokal maupun investasi yang didorong (induced) sebagai akibat dari kenaikan industri basic. Rumus untuk menghitung basis ekonomi sektoral. Adapun rumus untuk menghitung LQ adalah sebagai berikut (Arsyad,1999:142 dalam Mulyanto,2006) :

t t i i t i t i V v V v V V v v LQ / / / /   Keterangan: LQ = Location Quotient i

v = Nilai sektor i di Kabupaten Karanganyar

t

v = Total nilai PDRB di Kabupaten Karanganyar

i

V = Nilai sektor i di Propinsi Jawa Tengah

t

V = Total nilai PDRB Propinsi Jawa Tengah

Terdapat 3 (tiga) kategori yang dihasilkan dari perhitungan LQ (Location Quotient) dalam perekonomian suatu daerah/kecamatan, yaitu:

commit to user

 Bila nilai LQ = 1, maka berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor tertentu di Kabupaten Karanganyar sama dengan sektor yang sama pada perekonomian di Propinsi Jawa Tengah.

 Bila nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi lebih berspesialisasi atau lebih dominan dibandingkan dengan perekonomian di wilayah referensi (Kabupaten Karanganyar). Sektor ini dalam perekonomian di wilayah studi memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor basis.

 Bila nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan di wilayah studi kurang berspesialisasi atau kurang dominan dibandingkan dengan perekonomian di wilayah referensi (Kabupaten Karanganyar). Sektor ini dalam perekonomian di wilayah studi tidak memiliki keunggulan komparatif dan dikategorikan sebagai sektor non basis

Metode location quotient (LQ) dibedakan menjadi dua, yaitu: static location quotient (SLQ sering disebut LQ) dan dynamic location quotient (DLQ)

a. Static Location Quotient (SLQ) SLQ dirumuskan sebagai berikut:

Qn

Qi

qr

qi

SLQ

commit to user Di mana: SLQ j Qi qi Qn Qr = = = = =

Koefisien Static Location Quotient Keluaran sektor i nasional

Keluaran sektor i regional (Kab Karanganyar) Keluaran total nasional

Keluaran total regional (Kab Karanganyar) Berdasarkan formula di atas dapat dijelaskan bahwa jika koefisien LQ > 1, maka sektor tersebut cenderung akan mengekspor keluaran produksinya ke wilayah lain, atau mungkin ekspor ke luar negeri. Sedangkan jika nilai koefisien LQ < 1, ini berarti sektor tersebut cenderung mengimpor dari wilayah lain atau dari luar negeri.

b. Dynamic Location Quotient (DLQ)

Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah metode yang digunakan untuk mengetahui perubahan posisi sektor perekonomian dimasa yang akan datang. Adapun rumus dari DLQ adalah sebagai berikut:

   

   

1 1

1 1

t ij j ij ij i i

g g IPPS

DLQ

G G IPPS

 

 

 

 

 

Dimana : DLQij gij gj = = =

Indeks potensi sektor i di regional Laju pertumbuhan sektor i di regional

commit to user Gi G t IPPSij IPPSi = = = = =

Laju pertumbuhan sektor i di nasional

Rata-rata laju pertumbuhan sektor di nasional Selisih tahun akhir dan tahun awal

Indeks Potensi Pengembangan sektor i di regional Indeks Potensi Pengembangan sektor i di nasional Nilai DLQ yang dihasilkan dapat diartikan sebagai berikut: jika DLQ > 1, maka potensi perkembangan sektor i di suatu regional lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di nasional. Namun, jika DLQ < 1, maka potensi perkembangan sektor i di regional lebih rendah dibandingkan nasional secara keseluruhan. Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ dijadikan kriteria dalam menentukan apakah sektor ekonomi tersebut tergolong unggulan, prospektif, andalan, dan kurang prospektif.

Tabel 3.2 Kriteria Hasil Analisis LQ

Sumber: Widodo, 2006: 12

Kriteria DLQ > 1 DLQ < 1 SLQ > 1 Unggulan Prospektif SLQ < 1 Andalan Kurang

commit to user 3. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identitas berbagai faktor secara sistematis untuk merumusakan strategi pelayanan. Analisis ini berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan kekurangan dan ancaman. Dengan analisis SWOT tahapan faktor-faktor berpengaruh dalam pembangunan daerah akan ditemukan empat strategi seperti dalam tabel berikut:

Tabel 3.3 Matriks analisa SWOT-Klasifikasi Isu Faktor Eksternal Faktor Internal OPPORTUNITIES (O) THREATS (T) STRENGHTS (S) COMPARATIVE ADVANTAGE (SO) MOBILIZATION (ST) WEAKNESSES (W) INVESTMENT DIVESMENT (WO) DAMAGE CONTROL (WT) Sumber: Rangkuti, 2005.

Empat strategi dapat dipergunakan untuk mengatasi segala kemungkinan yang akan dihadapi dalam menganalisis SWOT potensi daerah. Keempat isu strategis tersebut diberi nama sebagai berikut

a. Comparative Adventage

Srategi yang pertama merupakan isu stretegis yang menggunakan faktor eksternal yaitu peluang dan faktor internal yakni kekuatan. Strategi ini diharapkan dengan menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang yang ada maka potensi sektor yang ada dapat digali lebih dalam sehingga bermanfaat untuk pembangunan daerah. (Strategi SO : Menggunakan kekuatan memanfaatkan peluang).

commit to user b. Mobilization

Strategi ini merupakan strategi yang mempertemukan interaksi antara faktor dari luar berupa ancaman/tantangan dengan faktor dari dalam yakni kekuatan. Dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki setiap daerah diharapkan dapat mengatasi segala hambatan yang nantinya dapat mengganggu proses pembangunan daerah. (Strategi ST : Menggunakan kekuatan untuk mengusir hambatan).

c. Invesment/Divesment

Strategi selanjutnya merupakan kolaborasi dari faktor eksternal yaitu peluang dengan faktor internal yaitu kelemahan. Tujuan dari strategi ini adalah menghindari kelemahan yang dimiliki masing-masing daerah dengan memanfaatkan segala peluang yang ada agar pembangunan yang diharapkan dapat tercapai. (Strategi WO : Menggunakan peluang untuk menghindari kelemahan).

d. Damage Control

Strategi yang terakhir merupakan srategi untuk mencari segala kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing daerah dan hambatan yang akan dihadapi dalam proses pembangunan. Apabila segala kelemahan dan hambatan dapat diketahui sebelumnya maka strategi yang harus diterapkan untuk mengatasi hal tersebut dapat dirancang sebelum segala kemungkinan yang buruk benar-benar terjadi. (Strategi WT : Meminimalkan kelemahan dan mengusir hambatan).

commit to user 4. Analisis Gravitasi

Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut (Tarigan, 2005: 148).

Dalam analisa gravitasi, hubungan keterkaitan yang dihitung berdasarkan jumlah penduduk suatu daerah/lokasi dengan jumlah penduduk daerah/lokasi yang lainnya dengan pembagi yakni jarak antara kedua daerah/lokasi. Rumus gavitasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Pi . Pj

Tij = k --- dij2

Dimana :

Tij = kekuatan gravitasional antara kota i dan kota j K = konstanta

Pi = jumlah penduduk di kota i Pj = jumlah penduduk di kota j dij = jarak fisik antara kota i dan kota j

commit to user BAB IV

Dokumen terkait