• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis potensi sektor unggulan di kabupaten Karanganyar tahun 2005-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis potensi sektor unggulan di kabupaten Karanganyar tahun 2005-2010"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ANALISIS POTENSI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2005-2010

Skripsi

Diajukan untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh: JOKO SETYAWAN

NIM.F0108080

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

(3)

commit to user

(4)

commit to user

iv MOTTO

”Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang”

“Yang paling pandai bersyukur kepada Allah adalah orang yang paling pandai bersyukur kepada manusia.”

(HR. Athabrani)

“Sabar yang sebenarnya ialah sabar pada saat bermula tertimpa musibah.”

(HR. AL Bukhari)

Selalu bersabar dan ikhlas dalam menjalani hidup ini serta percayalah jalan selalu ada

karena semua akan menjadi indah pada waktunya. (Penulis)

“lakukan segala sesuatu yang bisa kita lakukan, yakini segala sesuatu yang baik untuk

(5)

commit to user

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini didedikasikan kepada :

Segala puji syukur Kupanjatkan Kepada Allah SWT.

Teruntuk cinta kasih yang takkan mampu terbalas Bapak & ibu.

Mbak Ika dan Lista yang selalu memberi dorongan dukungan untuk tetap semangat.

Chinci yang selalu memberi semangat dan mewarnai hari – hariku.

Teman-teman dan Semua Keluarga Karang Taruna Eka Taruna Bhakti.

Jaka dan Vicko Sohibku dari awal masuk kuliah sampai sekarang.

Seluruh Teman-teman EP 08 yang tidak bisa saya sebutkan satu – satu, namun kalian

akan tetap menjadi teman satu angkatan yang akan selalu saya kenang dalam hati.

Salam EP ’08 ( Kabeh Konco)

Temen-temen EP 06 07 09 semangat kawan kalian pasti sukses

Teman-teman Tim Penelitian Kabupaten Sragen:

(Ali, Aris, Adit, Jaka, Hanafi, Rudi, Ridwan, Yayan, Yudhi)

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalam’ualaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang

telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan judul: “ANALISIS POTENSI SEKTOR UNGGULAN DI

KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2005-2010”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali kendala yang penulis hadapi. Namun

berkat arahan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat

terselesaikan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan ketulusan yang mendalam penulis

manghaturkan terima kasih kepada :

1. Dr. Wisnu Untoro M.S selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Drs. Supriyono M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan arif

dan bijak telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing dan

memberikan masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Harimurti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak

memberikan dorongan dan pengarahan selama studi kepada penulis.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberi bekal ilmu pengetahuan

(7)

commit to user

vii

6. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta,

terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.

7. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar beserta Staf atas

bantuannya dalam menyediakan data yang penulis butuhkan.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun

tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Penulis

mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak.

Wa’aikumsalam Warrohmatullahi Wabarokatuh

Surakarta, Juni 2012

Penulis

(8)

commit to user

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI... iv

HALAMAN MOTTO ... v

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pembangunan Daerah ... 9

B. Tujuan Pembangunan Derah ... 10

C. Pembangunan Derah di Era Otonomi ... 12

1. Konsep Wilayah dan Pengambangan Wilayah ... 12

2. Tujuan Pembangunan ... 19

3. Indikator Dalam Pembangunan ... 21

D. Produk Domestik Regional Bruto ... 22

E. Otonomi Daerah ... 24

F. Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Daerah ... 26

(9)

commit to user

ix

H. Penelitian Terdahulu ... 30

I. Kerangka Teori ... 33

J. Hipotesis ... 37

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ……….. 39

B. Metode Analisis Data ……….... 39

1. Analisi Matrik Potensi Daerah ... 39

2. Analisis LQ ... 42

a. Static Location Quotient (SLQ)... 44

b. Dynamic Location Quotient (DLQ) ... 45

3. Analisis SWOT ... 47

a. Comparative Adventage... 47

b. Mobilization ... 48

c. Invesment/Divesment ... 48

d. Damage Control ...48

4. Analisis Gravitasi ... 49

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Kabupaten Karanganyar ………... 50

1. Aspek Geografis ………. 50

2. Luas Wilayah ... 50

3. Keadaan Iklim ………. 53

4. Aspek Demografi ... 54

5. Aspek Ekonomi ... 57

B. Gambaran umum Propinsi Jawa Tengah... 59

1. Aspek Geografis ………... 59

2. Luas Penggunaan Lahan... 59

3. Keadaan Iklim………... 60

4. Aspek Demografi... 60

5. Aspek Ekonomi... 62

C. Analisis Data & Pembahasan ... 66

1. Matriks Potensi ... 66

(10)

commit to user

x

2.1 Static Location Quotient (SLQ) ... 72

2.2 Dynamic Location Quotient (DLQ) ...75

2.3 Analisis Gabungan SLQ dan DLQ... 76

3. Analisis SWOT ... 78

4. Analisis Gravitasi ... 82

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Saran... 88

(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Bagan Alur Penelitian ... 36

4.1. Persentase Luas Tanah Sawah dan Tanah Kering Tahun 2009 ... 51

4.2. Persentase Tanah Kering menurut Jenis Penggunaannya

Tahun 2009 (dalam persen) ... 52

4.3. Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar

Tahun 2009 (dalam hektar) ... 53

4.4. Perkembangan Penduduk Kabupaten Karanganyar

Tahun 2005 – 2009 ... 56

4.5. Perkembangan Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin

di Kabupaten Karanganyar Tahun 2005-2009 (dalam jiwa/orang) ... 56

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

1.1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Karanganyar Tahun

2005-2010 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2000 ... 5

3.1. Model Matriks Potensi Daerah : Pendukung Analisis Posisi

Perkonomian Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar ... 40

3.2. Kriteria Hasil Analisis LQ ... 46

3.3 Matriks analisa SWOT-Klasifikasi Isu ... 47

4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan

Kabupaten Karanganyar Tahun 2005 – 2010 ... 57

4.2. Penduduk Jawa Tangah Menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio

Tahun 2002-2010 ... 61

4.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2010 ... 62

4.4. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Tengah

Tahun 2005-2010 Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 ... 65

4.5. Perbandingan Pertumbuhan dan Proporsi Kabupaten Karanganyar

Tahun 2005 – 2010 ... 68

(13)

commit to user

xiii

4.7. Nilai SLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Karanganyar

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2010 ... 73

4.8. Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Karanganyar

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2011 ... 75

4.9. Nilai Rata-Rata Gabungan SLQ dan DLQ Sektor Perekonomian

Di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah ... 77

4.10. Identifikasi SLQ dan DLQ Sektor Perekonomian Di Kabupaten

Karanganyar Propinsi Jawa Tengah ... 77

4.11. Analisis SWOT Pengembangan Sektor Unggulan

di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah ... 79

4.12. Hasil Perhitungan Analisis Gravitasi Kabupaten Karanganyar

(14)

commit to user ii ABSTRAKSI

ANALISIS POTENSI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2005 - 2010

Joko Setyawan (F0108080)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah, untuk mengetahui strategi kebijakan sektoral apa sajakah yang dapat dirumuskan dilihat dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman/tantangan sektor potensial yang ada, serta untuk Untuk mengidentifikasi hubungan interaksi antara Kabupaten Karanganyar dengan daerah di sekitarnya yang masuk dalam kawasan ekonomi Subosukawonosraten.

Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka dengan menggunakan data Produk domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karanganyar dan Propinsi Jawa Tengah tahun 2005 - 2010. Metode analisis yang digunakan adalah analisis Matrik Potensi dan analisis location quotient yaitu Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ), kemudian Analisis SWOT, Serta analisis Gravitasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Sektor perekonomian Kabupaten Karanganyar yang menjadi sektor Unggulan selama tahun penelitian (2005-2010) yaitu: sektor pertanian; sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor industri pengolahan. Sedangkan sektor yang masuk dalam kategori sektor berkembang yaitu: sektor pertambangan dan penggalian; sektor bangunan/konstruksi; sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada di lapangan, beberapa strategi yang dapat di terapkan berhubungan dengan pengembangan sektor unggulan di Kabupaten Karanganyar untuk pelaku usaha yaitu: Mengoptimalkan sumber dana dan bantuan pemerintah untuk kelangsungan usaha yang dijalankan, mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana yang telah tersedia, meningkatkan kemampuan manajemen dan kompetensi kewirausahaan di kalangan pelaku usaha. Sedangkan untuk pemerintah daerah yaitu: Mengembangkan sektor unggulan guna menarik para investor, memaksimalkan sektor – sektor potensial untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengembangkan industri kecil dengan memberikan bantuan kredit, penyusunan rencana tapak kawasan industri dan pengembangan sistem prasarana yang akan disediakan, pengelolaan sektor basis yang lebih matang guna mampu bersaing, melaksanakan studi identifikasi jenis industri yang sesuai di kembangkan di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan hasil dari perhitungan Analisis Gravitasi maka didapatkan hasil bahwa hubungan interaksi antara Kabupaten Karanganyar dengan daerah di sekitarnya yang masuk dalam kawasan ekonomi Subosukawonosraten yang paling besar nilainya adalah dengan Kotamadya Surakarta. Berdasarkan temuan – temuan tersebut maka diajukan saran – saran. Bagi pemerintah daerah, untuk memberikan perhatian lebih terhadap sektor – sektor unggulan di daerahnya yang masuk dalam kategori potensial, namun hendaknya juga tidak mengabaikan peran sektor yang tergolong non potensial. Karena dengan pengembangan sektor potensial diharapkan akan dapat merangsang pertumbuhan sektor non potensial sehingga menjadi sektor potensial yang pada akhirnya semua sektor ekonomi bersama-sama mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karanganyar.

(15)

commit to user iii ABSTRACT

AN ANALYSIS ON SUPERIOR SECTOR POTENTIAL IN KARANGANYAR REGENCY IN 2005-2010

Joko Setyawan (F0108080)

This research aims to analyze the sectors becoming the superior sector in Karanganyar Regency of Central Java Province, to find out the sectoral policy strategy that can be formulated viewed from strength, weakness, opportunity, and threat/challenge of the existing potential sector, as well as to identify the interaction between Karanganyar Regency and surrounding area belonging to Subosukawonosraten economic area.

This study was a library study research using Gross Regional Domestic Product (GRDB) data of Karanganyar Regency and Central Java Province in 2005-2010. The method of analyzing data used was Potential Matrix and location quotient analysis including Static Location Quotient (SLQ) and Dynamic Location Quotient (DLQ), and then SWOT analysis, as well as Gravitation analysis.

The result of research showed that: Economic sectors of Karanganyar Regency becoming superior sector during research year (2005-2010) included: agricultural sector; electrical sector, gas and clean water as well as processing industry. Meanwhile the ones belonging to developing sector category were: mining and excavation; building/construction; trading, hotel and restaurant sector; transportation and communication; financial, leasing, and company service sector; and services sector. Based on the strength, weakness, opportunity and threat existing in the field, several strategies could be applied in relation to developing superior sector in Karanganyar Regency for the businesspersons including: to optimize the fund source and government grant for the sustainability of business undertaken, to optimize the utilization of infrastructures that had been available, to improve the management and entrepreneurship competencies among the businesspersons. Meanwhile, the local government could take the following strategies: developing superior sector in order to attract investor, maximizing potential sectors to improve economic growth, developing small industry by giving loan grant, planning industrial area trace, and developing the infrastructure system to be provided, managing a more mature basis sector in order to be competitive, to implement identification study on industrial type corresponding to what developed in Karanganyar Regency. Based on the result of Gravitation Analysis calculation, it could be found that the area having highest value in the interaction between Karanganyar Regency and the surrounding areas belonging to Subosukowonosraten economic area was Surakarta Municipal.

Based on such findings, the following recommendation could be given. The local government should give much more attention to the superior sector in its area belonging to potential category, but it should not ignore the role of non-potential sector, because the development of potential sector will be expected to stimulate the non-potential sector growth, thereby becoming potential sector so that finally, all economical sectors supporting simultaneously the economic growth of Karanganyar Regency.

(16)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya

yang ada dan membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan

sektor swasta untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang

perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah

tersebut (Arsyad, 1999:108).

Masing – masing daerah memiliki wilayah yang luas dan karakteristik

yang berbeda dengan daerah lainnya, maka jelas hal ini akan mengakibatkan

terjadinya perbedaan dalam perkembangan sektor ekonomi yag ada di masing

– masing daerah. Daerah dengan wilayah yang luas dan mampu untuk

mengelola segala sumber daya yang dimiliki daerah tersebut, maka segala

potensi tersebut akan dapat digunakan dalam proses pembangunan daerah.

Namun apabila suatu daerah tidak mampu untuk mengelola potensi yang

dimiliki maka pembangunan sektor – sektor ekonomi di daerah tersebut akan

berjalan secara lambat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih

besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian proses, mekanisme dan

tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan.

(17)

commit to user

Perencanaan Pembangunan Nasional, menjadi pedoman daerah dalam

mengadakan perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana

pembangunan jangka panjang (RPJP), jangka menengah (RPJM), dan rencana

tahunan (RKP/RKPD) yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara

dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Pembangunan regional adalah bagian yang integral dalam

pembangunan nasional. Karena itu diharapkan bahwa hasil pembangunan

akan dapat terdistribusi dan teralokasi ke tingkat regional. Untuk mencapai

keseimbangan regional terutama dalam perkembangan ekonominya maka

diperlukan beberapa kebijaksanaan dan program pembangunan daerah yang

mengacu pada kebijaksanaan regionalisasi atau perwilayahan.Pelaksanaan

Otonomi Daerah (OTODA) sebagai upaya yang tepat untuk menggali

sumber-sumber pendapatan yang potensial, sehingga meskipun ada

perbedaan-perbedaan yang terjaadi antar daerah yang disebabkan oleh terbatasnya sarana

dan prasarana, perbedaan kesuburan tanah maupun kondisi daerah (secara

geografis) hal tersebut tidak akan mengakibatkan perbedaan dalam

kemakmuran masyarakat. Karena itu metode yang sekiranya tepat dalam

usaha pengembangan kota-kota agar tercapai pemerataan pembangunan sangat

dibutuhkan (Nuraini, 2004).

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu

pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan

(18)

commit to user

1999). Masalah utama dalam pembangunan daerah adalah pengambilan

kebijakan yang tepat terkait adanya perbedaan karakteristik dari tiap – tiap

daerah untuk dapat mengelola segala sumber daya ada di dalamnya. Segala

perbedaan ini tentunya akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor

ekonomi di setiap daerah dan tentunya pemerintah daerah selaku pemangku

kebijakan berwewenang untuk mengatasi masalah tersebut.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama

untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan tesebut, pemerintah daerah dan

masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan

daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi

masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya yang ada harus

menafsir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan

membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999).

Kegiatan pertama yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan

daerah adalah mengadakan tinjauan keadaan, permasalahan dan

potensi-potensi pembangunan (Tjokroaminoto 1995:74). Berdasarkan potensi-potensi sumber

daya alam yang kita miliki, maka adanya sektor potensial di suatu daerah

harus dikembangkan dengan seoptimal mungkin (Arsyad 1999:165).

Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi

masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas

pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh

(19)

commit to user

menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya

proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan pembangunan di suatu daerah diperlukan adanya

dukungan dari semua pihak yang dapat membantu kelancaran dari proses

pembangunan daerah. Pemerintah daerah selaku pemangku kebijakan dan

pelaksana di daerah juga harus membuka ruang untuk seluruh masyarakat

yang berada di daerah pembangunan untuk turut serta dalam pelaksanaan

pembangunan daerah agar nantinya dapat berjalan sesuai dengan harapan dan

tujuan bersama serta dapat meningkatkan potensi daerah tersebut.

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang ada di

Propinsi Jawa Tengah, dimana dalam pembangunannya merupakan bagian

yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional namun disesuaikan dengan

potensi dari pembangunan di daerahnya. Kabupaten Karanganyar yang

merupakan bagian dari kawasan ekonomi Subosukawonosraten (Surakarta,

Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen dan Klaten) memiliki

kondisi geografi yang cukup strategis untuk menjalankan pembangunan

ekonomi dengan baik serta meningkatkan pertumbuhannya. Tabel di bawah

ini merupakan gambaran mengenai perkembangan PDRB Kabupaten

Karanganyar dari tahun 2005-2010 yang dapat sedikit memperlihatkan

(20)

commit to user

Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Karanganyar Tahun 2005 – 2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000

Sektor/Lapangan Usaha

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Pertanian 824.366.30 858.106.42 905.914.29 988.203.76 996.203.41 1.147.090,09

Pertambangan dan Penggalian 36.011.64 37.296.16 38.519.48 39.547.95 42.249.08 43.817,82

Industri Pengolahan 2.201.053.31 2.320.190.58 2.460.944.82 2.563.118.36 2.646.368.64 2.769.046,93

Listrik, Gas dan Air Bersih 57.717.54 61.677.76 64.416.42 66.863.21 70.052.49 73.016,74

Bangunan/Konstruksi 101.794.26 106.244.46 111.684.18 116.419.59 124.149.85 129.900,06

Perdagangan, Hotel dan Restoran 432.760.22 451.040.34 469.806.10 485.589.62 518.411.95 560.665,60

Pengangkutan dan Komunikasi 120.994.51 125.699.88 130.215.96 135.392.91 141.756.51 151.172,77

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 89.626.25 94.453.55 98.632.69 102.673.88 108.271.02 114.698,80

Jasa-Jasa 324.006.65 346.592.58 373.920.56 402.881.12 429.059.93 463.026,68

PDRB 4.188.330,50 4.401.301,74 4.654.054,50 4.921.454,72 5.076.549,88 5.452.435,49

Sumber: BPS Kabupaten Karanganyar, beberapa tahun terbitan

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan PDRB Kabupaten

Karanganyar dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Pada tahun 2005 total

PDRB Kabupaten Karanganyar sebesar Rp 4.188.330,50 kemudian

mengalami peningkatan di tahun 2006 menjadi sebasar Rp 4.401.301,74

disusul dengan peningkatan PDRB dari tahun – tahun berikutnya hingga

sampai pada tahun 2010 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Karanganyar menjadi sebesar Rp 5.452.435,49. Hal tersebut telah

memberi gambaran bahwa pembangunan di Kabupaten Karanganyar telah

mengalami kemajuan dan peningkatan dari tahun ke tahun. Dari tabel 1.1,

dapat dilihat juga bahwa di Kabupaten Karanganyar tingkat kontribusi

terhadap PDRB atas dasar harga konstan yang paling tinggi adalah sektor

pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, serta sektor

jasa - jasa yaitu sebesar Rp 996.203.41, Rp 2.646.368.64, Rp 518.411.95, Rp

(21)

commit to user

Berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan di atas, maka perlu

diadakan analisis mengenai potensi sektor ekonomi menurut lapangan usaha

di Kabupaten Karanganyar. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta

partisipasi dari semua elemen yang ada di dalamnya termasuk masyarakat

dengan menggunakan segala sumber daya yang dimiliki berupaya untuk

mengembangkan potensi sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan

pembangunan daerahnya agar dapat menjadi daerah yang mampu

melaksanakan otonomi dengan kemampuan sendiri. Semua itu dilakukan

dengan tujuan untuk meningkatkan penerimaan daerah dari sektor-sektor

basis dan unggulan yang dapat dipergunakan untuk mensejahterakan seluruh

masyarakatnya.

Sejalan dengan penjelasan di atas, maka dalam penyusunan skripsi saat

ini penulis mengambil judul: “ANALISIS POTENSI SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2005 - 2010”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sektor manakah yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten

Karanganyar Propinsi Jawa Tengah tahun 2005 – 2010?

2. Stategi sektoral apa sajakah yang dapat dirumuskan berdasarkan

kekuatan dan kelemahan, peluang, dan ancaman/tantangan pada sektor

(22)

commit to user

3. Bagaimanakah hubungan interaksi antara Kabupaten Karanganyar

dengan daerah di sekitarnya yang masuk dalam kawasan ekonomi

Subosukawonosraten?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakakn di atas bahwa

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi Sektor manakah yang menjadi sektor unggulan

di Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah tahun 2005 – 2010.

2. Untuk mengetahui stategi sektoral apa sajakah yang dapat dirumuskan

berdasarkan kekuatan dan kelemahan, peluang, dan ancaman/tantangan

pada sektor potensial yang ada.

3. Untuk mengidentifikasi hubungan interaksi antara Kabupaten

Karanganyar dengan daerah di sekitarnya yang masuk dalam kawasan

ekonomi Subosukawonosraten.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan dalam bidang Ekonomi Regional terutama

mengenai perencanaan pembangunan daerah yang bertujuan

meningkatkan kemajuan daerah terutama kemajuan di kabupaten yang

ada di Propinsi Jawa Tengah.

2. Bagi peneliti, merupakan suatu penerapan terhadap pemahaman

(23)

commit to user

3. Bagi pemerintah daerah serta instansi-instansi yang terkait, penelitian

ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi menyangkut

kebijakan yang tepat dalam proses pembangunan daerah di Kabupaten

Karanganyar dan Propinsi Jawa Tengah.

4. Bagi Masyarakat, memberikan informasi yang jelas terkait

pembangunan daerah di Kabupaten Karanganyar dan sektor ekonomi

yang menjadi sektor unggulan dan potensial untuk dikembangkan di

(24)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk

meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu

kemampuan yang andal dan profesional dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat dan mengelola sumber daya ekonomi daerah.

Pembangunan daerah juga merupakan upaya untuk memberdayakan

masyarakat di seluruh daerah sehingga tercipta suatu lingkungan yang

memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas kehidupan yang lebih

baik, maju,dan tenteram. Serta mampu memperluas pilihan yang dapat

dilakukan masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat, dan harga diri

(Arsyad, 1999: 6).

Hal yang mendasari terjadinya pembangunan di daerah adalah akibat

dari kurang efektifnya pembangunan nasional. Pembangunan nasional dirasa

tidak mampu untuk memberikan perubahan bagi seluruh daerah yang berada

di wilayah negar. Hal ini terjadi karena yang paling memahami mengenai

suatu daerah adalah pemerintahan daerah itu sendiri. Oleh karena itu

dibutuhkan regulasi kebijakan yang mampu berjalan dengan baik terkait

pembangunan di daerah. Dengan diadakannya otonomi daerah maka

kesempatan bagi suatu daerah untuk membangun dan mengembangkan

(25)

commit to user

Secara praktis perencanaan pembangunan daerah di definisikan sebagai

suatu usaha yang sistematis dari berbagai pelaku (aktor), baik umum

(publik), atau pemerintah, swasta maupun kelompok masyarakat lain pada

tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling kebergantungan dan

keterkaitan aspek-aspek fisik, sosial-ekonomi, dan aspek-aspek lingkungan

lainnya dengan cara :

1. secara terus menerus menganalisis kondisi dan pelaksanaan

pembangunan daerah.

2. merumuskan tujuan-tujuan dan kebijakan-kebijakan pambangunan

daerah.

3. menyusun konsep strategi-strategi bagi pemecahan masalah (solusi).

4. melaksanakannya dengan menggunakan sumber-sumber daya yang

tersedia.

5. sehingga peluang-peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat daerah dapat di tangkap secara berkelanjutan (Kuncoro

1997:5).

B. Tujuan Pembangunan Daerah

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama

untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat

daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan

masyarakat harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan

daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta daerah beserta partisipasi

(26)

commit to user

menafsir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan

membangun perekonomian daerah. (Arsyad, 1999).

Menurut pandangan dari (Ichimura, 1989) mengenai tujuan

pembanguna ekonomi daerah. Terdapat tiga tujuan dalam pembangunan

ekonomi daerah antara lain:

1. Untuk memberikan pengetahuan dasar secara menyeluruh yang akan

berguna untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai

pembangunan daerah di indonesia, meskipun tidak secara nyata

berhubungan dengan pembangunan ruang.

2. Untuk memberikan ikhtisar tentang keadaan pembangunan ekonomi

daerah akhir-akhir ini di Indonesia. Untuk tujuan ini, dilakukan tiga

pembahasan, yaitu pembahasan mengenai

kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan daerah sejak Repelita 1 tahun

1969-1974; pembahasan mengenai studi-studi tentang pembangunan

ekonomi daerah di indonesia yang sejauh ini pernah dibuat dan

pembahasan mengenai perubahan-perubahan antar waktu dalam

besarnya perbedaan-perbedaan ekonomi antar daerah.

3. Untuk menunjukan suatu metode yang meskipun tidak terlalu rumit,

namun dapat digunakan bagi keperluan proyeksi penduduk dan PDRB

serta digunakan untuk memperkirakan fungsi-fungsi konsumsi dan

produksi daerah. Metode ini berguna sebagai alat yang praktis untuk

mendapat ide dasar dari kecenderungan demografi dan ekonomi

(27)

commit to user

itu juga disajikan hasil-hasil perhitungan yang diperoleh dari

penerapan metode ini terhadap data daerah Indonesia juga.

C. Pembangunan Daerah di Era Otonomi

1. Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah

Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta

segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya

ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.

Menurut Rustiadi, et al. (2006) wilayah dapat didefinisikan sebagai unit

geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana

komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksisecara

fungsional. Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan

pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Komponen-komponen wilayah

mencakup komponen biofisik alam, sumber daya buatan (infrastruktur),

manusia serta bentuk kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah

menekankan interaksi antar manusia dengan sumberdaya-sumberdaya

lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit geografis tertentu. Konsep

wilayah yang paling klasik (Hagget, Cliff dan Frey,1977 dalam Rustiadi et

al., 2006) mengenai tipologi wilayah mengklasifikasikan konsep wilayah

ke dalam tiga kategori, yaitu:

a. wilayah homogen (uniform/homogenous region)

b. wilayah nodal (nodal region)

(28)

commit to user

Sejalan dengan klasifikasi tersebut, (Glason, 1974 dalam Tarigan,

2005) berdasarkan fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan

region/wilayah menjadi :

a. fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan dengan

keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah

geografik yang seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan

fisik geografi, ekonomi, sosial dan politik.

b. fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan

koherensi dan interdependensi fungsional, saling hubungan antar

bagian-bagian dalam wilayah tersebut. Kadang juga disebut

wilayah nodal atau polarized region dan terdiri dari satuan-satuan

yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional saling

berkaitan.

c. fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan

koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.

Menurut Saefulhakim, dkk (2002) wilayah adalah satu kesatuan unit

geografis yang antar bagiannya mempunyai keterkaitan secara fungsional.

Wilayah berasal dari bahasa Arab “wala-yuwali-wilayah” yang

mengandung arti dasar “saling tolong menolong, saling berdekatan baik

secara geometris maupun similarity”. Oleh karena itu, yang dimaksud

dengan pewilayahan (penyusunan wilayah) adalah penataan unit geografis

(29)

commit to user

(tolong menolong, bantu membantu, lindung melindungi) antara bagian

yang satu dengan bagian yang lainnya.

Wilayah Pengembangan adalah pewilayahan untuk tujuan

pengembangan atau pembangunan atau development. Tujuan-tujuan

pembangunan terkait dengan lima kata kunci, yaitu:

a. pertumbuhan

b. penguatan keterkaitan

c. keberimbangan

d. kemandirian

e. keberlanjutan.

Sedangkan konsep wilayah perencanaan adalah wilayah yang

dibatasi berdasarkan kenyataan sifat-sifat tertentu pada wilayah tersebut

yang bisa bersifat alamiah maupun non alamiah yang sedemikian rupa

sehingga perlu direncanakan dalam kesatuan wilayah perencanaan.

Pembangunan merupakan upaya yang sistematik dan berkesinambungan

untuk menciptakan keadaan yang dapat menyediakan berbagai alternatif

yang sah bagi pencapaian aspirasi setiap warga yang paling humanistik.

Sedangkan menurut Anwar (2005), pembangunan wilayah dilakukan untuk

mencapai tujuan pembangunan wilayah yang mencakup aspek-aspek

pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan yang berdimensi lokasi dalam

(30)

commit to user

Pengertian pembangunan dalam sejarah dan strateginya telah

mengalami evolusi perubahan, mulai dari strategi pembangunan yang

menekankan kepada pertumbuhan ekonomi, kemudian pertumbuhan dan

kesempatan kerja, pertumbuhan dan pemerataan, penekanan kepada

kebutuhan dasar (basic need approach), pertumbuhan dan lingkungan

hidup, dan pembangunan yang berkelanjutan (suistainable development).

Pendekatan yang diterapkan dalam pengembangan wilayah di Indonesia

sangat beragam karena dipengaruhi oleh perkembangan teori dan

modelpengembangan wilayah serta tatanan sosial-ekonomi, sistim

pemerintahan dan administrasi pembangunan. Pendekatan yang

mengutamakan pertumbuhan tanpa memperhatikan lingkungan, bahkan

akan menghambat pertumbuhan itu sendiri (Direktorat Jenderal Penataan

Ruang, 2003).

Menurut Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan

wilayah, terdapat prinsip-prinsip dasar dalam pengembangan wilayah

antara lain:

a. Sebagai growth center, pengembangan wilayah tidak hanya bersifat

internal wilayah, namun harus diperhatikan sebaran atau pengaruh

(spred effect) pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah

sekitarnya, bahkan secara nasional.

b. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama

pengembangan antar daerah dan menjadi persyaratan utama bagi

(31)

commit to user

c. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan

integrasi dari daerah-daerah yang tercakup dalam wilayah melalui

pendekatan kesetaraan.

d. Dalam pengembangan wilayah, mekanisme pasar harus juga

menjadi prasyarat bagi perencanaan pengembangan kawasan.

Dalam pemetaan strategic development region, satu wilayah

pengembangan diharapkan mempunyai unsur-unsur strategis antara lain

berupa sumberdaya alam, sumber daya manusia dan infrastruktur yang

saling berkaitan dan melengkapi sehingga dapat dikembangkan secara

optimal dengan memperhatikan sifat sinergisme di antaranya.

Dasar pemikiran teori pengembangan wilayah adalah setiap kegiatan

pasti terjadi dan mempunyai efek dalam sebuah ruang dan bukan dalam

suatu titik yang statis (Boediono, 1994). Misal sebidang tanah yang

diusahakan untuk lahan maka kegiatan produksi padi tidak terbatas pada

lahan itu saja tetapi berdasarkan pemikiran bahwa tata ruang kegiatan

produksi padi berkaitan dengan jarak tempat tinggal petani dengan lahan,

jarak petani mendapatkan bibit dan obat-obatan, jarak petani menjual hasil

produknya dan jarak dengan tempat dimana petani tersebut

membelanjakan pendapatannya.

Dengan demikian dalam pendekatan tata ruang pembangunan yang

terjadi di suatu daerah akan mempengaruhi daerah lain demikian pula

sebaliknya. Dalam pendekatan tata ruang ini digunakan untuk membahas

(32)

commit to user

Hubungan atau kontak yang terjadi antara daerah perkotaan dengan

pedesaan berserta hasil hubungannya disebut interaksi (Bintarto, 1996).

Interaksi antara desa-kota merupakan suatu proses sosial, proses ekonomi,

proses budaya maupun proses politik yang terjadi karena berbagai faktor

dan unsur yang ada dalam kota, dalam desa, dan diantara kota dan desa

(hubungan timbal balik antara desa dan kota).

Kota tidak dapat tumbuh untuk `dirinya` sendiri tetapi juga tumbuh

untuk desa-desa di sekitarnya. Dalam pandangan ekonomi regional,

pembangunan perkotaan tanpa mengakaitkannya dengan pembangunan

pedesaan adalah tidak mungkin terjadi demikian pula sebaliknya.

Pembangunan desa-kota (pembangunan regional) dalam perencanaannya

menggunakan konsep region (wilayah). Cara yang paling banyak dikenal

dalam mendefinisikan suatu region adalah sebagai berikut menurut

pandangan dari (Syafrizal, 1993).

a. Wilayah yang homogin. Adalah sebuah daerah yang memiliki

sifat-sifat yang sama yaitu perbedaan-perbedaan yang terdapat pada

sebuah region dipandang tidak penting. Misal : region aliran sungai,

region lahan kritis dan sebagainya.

b. Wilayah yang memusat (polarized region). Adalah sebuah wilayah

yang didasari oleh adanya aliran barang secara internal, kontak dan

saling tergantungnya daerah-daerah tertentu dengan suatu pusat

(33)

commit to user

c. Wilayah perencanaan (planning region). Adalah wilayah yang

keseragamannya didasari oleh kesamaan daerah administratif atau

politis. Karena ketersediaan sarana administratifnya maka wilayah

ini digunakan sebagai wilayah perencanaan pembangunan.

Pemikiran konsep region diatas dalam hubungannya dengan

ukuran region dan interaksi di dalamnya terkait denganm teori lokasi.

Teori lokasi yang pertama dikenal dengan tempat sentral yang

mengemukakan bahwa pusat kota ada karena berbagai jasa penting yang

disediakan oleh lingkungan sekitarnya. Secara ideal kota merupakan pusat

daerah yang produktif dengan demikian disebut tempat sentral (Sukanto

dan Karseno, 1997).

Menurut Myrdal (1999) dalam Rustiadi (2006), potensi sumber

daya yang dimiliki antara daerah satu dengan daerah lainnya tidak merata

oleh karena itu pertumbuhannyapun berbeda. Untuk dapat tumbuh secara

cepat, suatu negara perlu memilih satu atau lebih pusat-pusat pertumbuhan

regional yang memiliki potensi paling kuat. Apabila region ini kuat maka

akan terjadi perembetan pertumbuhan bagi region-region lemah.

Pertumbuhan ini berdampak positip (trickle down effect) yaitu adanya

pertumbuhan di region yang kuat akan menyerap potensi tenaga kerja di

region yang lemah atau mungkin region yang lemah menghasilkan produk

(34)

commit to user

Dalam rangka pengembangan suatu wilayah maka pusat kota

dianggap sebagai tempat sentral bagi pertumbuhan inti di daerah dan

menentukan tingkat perkembangan ekonomi secar keseluruhan. Dengan

demikian terjadi interdependensi antara pusat-pusat kota dengan

daerah-daerah sekitarnya.

2. Tujuan Pembangunan

Dimensi tujuan pembangunan menjelaskan bagaimana urutan

tahapan evolusi pengukuran ekonomi pembangunan, dari awal

kemunculan teori ekonomi pembangunan yang mengukur terjadinya

pembangunan dilihat dari tingkat output melalui Produk Domestik Bruto

(PDB) berkembang menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM),

mengatasi kemiskinan dengan paradigma entitlement dan kapabilitas,

kebebasan, hingga pembangunan berkelanjutan (Kuncoro, 2005: 5).

Tujuan dari pembangunan dapat diketahui dengan menggunakan

teori ekonomi pembangunan. Teori yang digunakan dalam ekonomi

pembangunan bersumber pada pengukuran faktor-faktor output seperti

Produk Domestik Bruto dan Indeks Pembangunan Manusia. Faktor –

faktor tersebut menjadi penting ketika pembangunan yang dilakukan telah

mencapai tujuan yang diinginkan serta dapat memberikan manfaat bagi

pembangunan di kemudian hari. .

Pengertian pembangunan harus dilihat secara dinamis, bukan dilihat

sebagai konsep statis yang selama ini sering kita anggap sebagai suatu

(35)

commit to user

dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses pembangunan sebenarnya

adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan supaya

menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri

tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya yang

dikonsepsikan sebagai usaha pemerintah belaka. Pembangunan tergantung

dari suatu innerwill, proses emansipasi diri. Dan suatu partisipasi kreatif

dalam proses pembangunan hanya menjadi mungkin karena proses

pendewasaan. (Darwanto, 2010).

Segala perubahan yang ingin dicapai oleh seluruh bangsa dan negara

hendaknya mendapatkan partisipsi dari seluruh elemen di dalamnya, mulai

dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah sebagai pemegang

kebijakan juga seluruh masyarakat yang senantiasa menginginkan

perubahan ke arah yang lebih baik. Pembangunan yang dilakukan juga

harus mengedepankan pemerataan dan keadilan dalam pelaksanaannya.

Seluruh daerah tujuan pembangunan harus bisa dicapai agar tidak terjadi

ketimpangan dan kecemburuan di masyarakat. Pembangunan di suatu

daerah harus sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah tersebut.

Harus diakui bahwa secara umum, di negara-negara berkembang,

kekuatan - kekuatan pembaharuan dalam masyarakat relatif masih lemah.

Kekuatan - kekuatan pembaharuan dalam masyarakat ini disebut

autonomous energies“. Demikian pula usaha untuk menyalurkan dan

mengarahkan berbagai kepentingan dan tuntutan yang sering bertentangan

di dalam masyarakat dalam rangka kepentingan nasional dan kepentingan

(36)

commit to user

dikemukakan sebelumnya, meliputi perubahan-perubahan sosial yang

besar. Hal tersebut sering kali mengakibatkan adanya frustasi, alienasi,

kegoncangan dalam identitas, dan lain-lain bagi sebagian masyarakat

(Djojohadikusumo, 1994).

3. Indikator Dalam Pembangunan

Pembangunan selalu menimbulkan dampak, baik positif maupun

negative. Oleh karena itu dibutuhkan indikator sebagai tolok ukur

terjadinya pembangunan. Berikut ini disajikan beberapa indikator kunci

pembangunan sosial ekonomi versi United Nations Research Institute on

Social Development (UNRISD) yang dikeluarkan pada tahun 1970, terdiri

atas 7 indikator ekonomi dan 9 indikator social, masing-masing adalah

sebagai berikut:

a. Harapan Hidup

b. Persentase penduduk di daerah sebanyak 20.000 atau lebih

c. konsumsi protein hewani per kapita per hari

d. Kombinasi tingkat pendidikan dasar dan menengah

e. Rasio pendidikan luar sekolah

f. Rata-rata jumlah orang per kamar

g. Sirkulasi surat kabar per 1000 penduduk

h. Persentase penduduk usia kerja dengan listrik, gas, air dan

sebagainya

i. Produksi pertanian per pekerja pria di sector pertanian

(37)

commit to user k. Konsumsi listrik, kw per kapita

l. Konsumsi baja, kg per kapita

m.konsumsi energi, ekuivalen kg batu bara per kapita

n. Persentase sector manufaktur dalam GDP

o. Perdagangan laur negeri per kapita

p. Persentase penerima gaji dan upah terhadap angkatan kerja.

D. Produk Domestik Regional Bruto

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh

seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai

barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu

wilayah. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang

dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB

atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang

dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar, dimana

dalam penghitungan ini digunakan tahun 2000. PDRB atas dasar harga

berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang

harga konstan digunakan untuk mengetahui partum-buhan ekonomi dari

tahun ke tahun.

Angka-angka PDRB dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu :

1. Menurut Pendekatan Produksi.

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh barbagai unit produksi yang berada di suatu

(38)

commit to user

Tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan

menjadi 9 lapangan usaha, yaitu: 1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan

dan Perikanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri

Pengolahan, 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih, 5. Konstruksi, 6.

Perda-gangan, Hotel dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, 8.

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Peru-sahaan, 9. Jasa-jasa termasuk jasa

pelayanan pemerintah.

2. Menurut Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan balas jasa yang dite-rima oleh faktor-faktor

produksi yang ikut serta dalam proses produksi disuatu wilayah dalam

waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi adalah upah dan gaji, sewa

tanah, bunga modal dan keuntungan; sebelum dipotong pajak

penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini PDRB

mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jumlah

semua komponen pendapatan persektor disebut sebagai nilai tambah

bruto sektoral. Oleh karena itu PDRB merupakan jumlah dari nilai

tambah bruto seluruh sektor (lapangan usaha).

3. Menurut Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah semua komponen pengeluaran akhir seperti

Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba,

Konsumsi Pemerintah, Pembentukan modal te-tap bruto, Perubahan

Stok, Ekspor neto jangka waktu tertentu. Ekspor neto merupakan

ekspor dikurangi impor. Secara konsep ketiga pendekatan terse-but

(39)

commit to user

jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula

dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor prioduksinya.

Selanjutnya PDRB atas dasar harga pasar mencakup komponen pajak

tidak langsung neto. (Surakarta Dalam Angka, 2010)

E. Otonomi Daerah

Konsekuensi dari asas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah adanya Otonomi Daerah, yaitu akibat adanya Desentralisasi lalu diadakan

daerah otonomi yang diberikan hak dan wewenang serta kewajiban untuk

mengatur dan mengurus rumah tangganya sediri sesuai peraturan yang

berlaku.

Menurut Pasal 1 Butir ke lima Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan

kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

1. Prinsip Otonomi Daerah dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

adalah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan Otonomi Daerah menggunakan prinsip Otonomi

seluasnya. Dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan

mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan

pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah

(40)

commit to user

pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa dan pemberdayaan

masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi yang nyata dan

bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa

untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas,

wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi

untuk tumbuh sesuai kekhasan daerah. Adapun yang dimaksud dengan

otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam

penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan

maksud otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah

termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian

utama dari tujuan nasional.

Seiring dengan prinsip-prinsip tersebut penyelenggaraan Otonomi

Daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat

dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam

masyarakat. Selain itu penyelenggaraan Otonomi Daerah juga harus

menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, artinya

mampu membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan

kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal yang

tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin

hubungan yang serasi antara Daerah dengan Pemerintah, artinya harus

(41)

commit to user

Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan

negara.

2. Disamping itu pengertian otonomi bagi suatu daerah adalah daerah tersebut

harus mampu :

a. Berinisiatif sendiri atau menyusun kebijaksanaan daerah dan menyusun

rencana pelaksanaannya.

b. Memiliki alat pelaksanaan sendiri yang berkualitas.

c. Membuat pengaturan sendiri (peraturan daerah).

d. Menggali sumber-sumber potensi sendiri, menetapkan pajak retribusi

dan usaha lain yang sah sesuai peraturan yang berlaku. (Widjaya, 1998

:75 ).

Dengan demikian baik dan buruk, berhasil tidaknya suatu pemerintahan

daerah ditentukan oleh perangkat pemerintahan daerah itu sendiri, yang

terdiri dari Dinas-Dinas Daerah, Kantor, Badan Kecamatan dan Kelurahan

yang semua sebagai perangkat daerah dipimpin oleh seorang Gubernur,

Bupati/Walikota.

F. Prinsip Dasar Pembangunan Ekonomi Daerah

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda

dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu

daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik

daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan

demikian tidak ada strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku

(42)

commit to user

pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka panjang,

pemahaman mengenai teori pertumbuhan ekonomi wilayah, yang dirangkum

dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi dari berbagai wilayah,

merupakan satu faktor yang cukup menentukan kualitas rencana

pembangunan ekonomi daerah (Darwanto, 2010).

Pembangunan ekonomi daerah perlu memberikan solusi jangka pendek

dan jangka panjang terhadap isu-isu ekonomi daerah yang dihadapi, dan perlu

mengkoreksi kebijakan yang keliru. Pembangunan ekonomi daerah

merupakan bagian dari pembangunan daerah secara menyeluruh. Dua prinsip

dasar pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan adalah (1)

mengenali ekonomi wilayah dan (2) merumuskan manajemen pembangunan

daerah yang pro-bisnis. (Darwanto, 2010).

G. Analisis Matriks Potensi, LQ, SWOT, dan Gravitasi

Model matriks potensi daerah pada dasarnya diturunkan dari rumus

pertumbuhan dan rumus kontribusi. Rumus ini digunakan untuk mengetahui

posisi perekonomian di masing – masing sektor di Kabupaten Karanganyar.

(Kirana, 1998 : 29 dalam Mulyanto, 2006). Kriteria dari model matriks

potensi adalah apabila suatu sektor ekonomi di Kabupaten Karanganyar yang

mempunyai rasio proporsi dan rasio pertumbuhan PRDB kurang dari 1 (satu),

maka sektor ekonomi yang bersangkutan dikategorikan sebagai kondisi

perekonomian terbelakang kemudian apabila suatu sektor ekonomi di

Kabupaten Karanganyar yang mempunyai rasio proporsi PRDB lebih besar

(43)

commit to user

(satu), maka sektor ekonomi yang bersangkutan dikategorikan sebagai

kondisi perekonomian potensial.

Selanjutnya apabila suatu sektor ekonomi di Kabupaten Karanganyar

yang mempunyai rasio proporsi PRDB kurang 1 (satu), sementara rasio

pertumbuhan PRDB-nya kurang dari 1 (satu), sementara rasio pertumbuhan

PRDB-nya lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka sektor ekonomi yang

bersangkutan dikategorikan sebagai kondisi perekonomian berkembang. Serta

apabila suatu sektor ekonomi di Kabupaten Karanganyar yang mempunyai

rasio proporsi PRDB dan rasio pertumbuhan PRDB-nya lebih besar atau sama

dengan 1 (satu), maka sektor ekonomi yang bersangkutan dikategorikan

sebagai kondisi perekonomian prima/unggul.

Setelah diberlakukannya otonomi daerah, maka setiap daerah

mempunyai hak untuk mengembangkan sektor – sektor ekonomi yang

memiliki potensi bagi daerahya. Untuk menentukan sektor mana yang

menjadi pilihan dalam pengembangnanya dibutuhkan suatu metode yang

cocok, maka salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan

potensi relatif perekonomian suatu wilayah adalah LQ (Location Quotient).

LQ dalam penelitian ini, digunakan untuk menentukan sektor-sektor ekonomi

yang dominan yang dapat dikategorikan sebagai sektor basis yang merupakan

pusat pertumbuhan yang ada di Kabupaten Karanganyar dengan

membandingkan besarnya peranan suatu sektor ekonomi Kabupaten

Karanganyar terhadap besarnya peranan suatu sektor yang sama pada

Propinsi Jawa Tengah. Analisis LQ merupakan teknik analisis

(44)

commit to user

terhadap besarnya peranan suatu sektor/industri tersebut secara nasional

(Tarigan, 2005: 82).

Dengan mengatasi kelemahan LQ sehingga dapat diketahui reposisi

atau perubahan sektoral digunakan varians dari LQ yang disebut Dynamic

Location Quotient (DLQ) yaitu dengan mengintroduksikan laju pertumbuhan

dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah sektoral ataupun PDRB mempunyai

rata-rata laju pertumbuhan per tahun sendiri 2 kali selama kurun waktu tahun

awal dan tahun berjarak (Suyatno, 2000).

Sebagai bahan penyusunan perencanaan dalam pembangunan terkait

strategi sektoral yang dapat digunakan untuk mengatasi ancaman dan

hmbatan dalam pembangunan maka digunakan analisis SWOT. Menurut

pendapat dari Rangkuti (2006), analisis ini berdasarkan logika yang dapat

memaksimalkan peluang namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kekurangan dan ancaman. Dengan analisis SWOT tahapan faktor-faktor

berpengaruh dalam pembangunan daerah akan dikemukakan dalam empat

strategi. Istilah SWOT itu sendiri merupakan pendekatan dari

variabel-variabel penilaian sebagaimana telah diuraikan (dalam penegasan istilah

metodelogi penelitin).

Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk

melihat besarnya daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi.

Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan

besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut (Tarigan, 2005: 148). Dalam

(45)

commit to user

penduduk suatu daerah/lokasi dengan jumlah penduduk daerah/lokasi yang

lainnya dengan pembagi yakni jarak antara kedua daerah/lokasi.

H. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh peneliti

terdahulu, antara lain dari penelitian Wijaya dan Astuti (2003) yang berjudul

“Analisis Potensi Sektor Ekonomi Kota & Kabupaten di Daerah Istimewa

Yogyakarta dalam Pelaksanaan Pembangunan di Era Otonomi Daerah

1998-2001” diambil kesimpulan bahwa sektor ekonomi yang menjadi sektor basis

di masing-masing kota & kabupaten di Propinsi DIY antara lain: Kabupaten

Sleman adalah sektor industri pengelolahan, sektor bangunan, dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran; di Kota Yoyakarta sektor listrik gas dan air

bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan

komunikasi; di Bantul adalah sektor pertanian, sektor bangunan, sektor

industri pengelolahan; di Kabupaten Gunung Kidul adalah sektor pertanian,

sektor pertambangan dan bahan galian; di Kabupaten Kulon Progo adalah

sektor pertanian dan sektor jasa.

Dari penelitian Prishardoyo (2008) yang berjudul “Analisis Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi Dan Potensi Ekonomi Terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pati Tahun 2000-2005” diambil

kesimpulan bahwa Berdasarkan hasil analisis location quotient sektor-sektor

potensial yang dapat diandalkan selama tahun analisis 2000-2005 adalah

sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air minum, sektor bangunan, sektor

keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Berdasarkan hasil analisis keterkaitan

(46)

commit to user

Kabupaten yang paling kuat interaksinya dengan Kabupaten Pati adalah

Kabupaten Kudus dengan nilai interaksi rata-rata sebesar 1,491,863,31.

Sedangkan yang paling sedikit interaksinya adalah Kabupaten Jepara dengan

nilai interaksi rata-rata sebesar 138,810,362.3.

Dari penelitian Titisari (2009) yang berjudul “Identifikasi Potensi

Ekonomi Daerah Boyolali, Karanganyar dan Sragen” diambil kesimpulan

bahwa Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah dari tahun 1999 sampai dengan

2003 berfluktuasi. Demikian pula yang terjadi di daerah penelitian. Analisis

potensi internal (pertumbuhan dan kontribusi) sektor yang menempati posisi

prima, berkembang dan gemuk untuk masing-masing daerah penelitian

adalah: Boyolali: Sektor yang menduduki posisi berkembang sektor listrik,

gas dan air bersih, lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa

Pemsahaan,jasa-jasa. Sedangkan sektor pertanian, industri, dan perdagangan

menempati posisi gemuk. Karanganyar: Sektor yang menduduki posisi

berkembang sektor listrik, gas dan air bersih, pengangkutan dan perhubungan,

lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa perusahaan, dan Jasa jasa.

Sedangkan sektor pertanian, industri dan perdagangan menempati posisi

gemuk. Sragen: Sektor yang menduduki posisi prima adalah Industri dan

Jasa-jasa. Sedangkan yang menduduki posisi berkembang sektor listrik, gas

dan air bersih, perdagangan dan Lembaga keuangan, sewa bangunan dan jasa

perusahaan. Sektor pertanian menempati posisi gemuk.

Dari analisis potensi eksternal, dengan Tipologi Klassen, daerah

penelitian dengan PDRB per kapita rata-rata di atas PDRB per kapita rata-rata

(47)

commit to user

1.523.060,00. Sedangkan Boyolali dan Sragen berada di bawah PDRB per

kapita Jawa Tengah yaitu sebesar Rp 1.204.656,00 dan Rp 844.357,00. Jika

dilihat dari tingkat pertumbuhannya, yang berada di atas Jawa Tengah adalah

Boyolali. Karanganyar tingkat pertumbuhannya berada di bawah Jawa

Tengah. Menarik sekali untuk dicermati disini, Karanganyar dengan PDRB

per kapita di atas Jawa Tengah ternyata tingkat pertumbuhannya di bawah

Jawa Tengah. Dan sebaliknya untuk daerah Boyolali dan Sragen. Sedangkan

hasil analisis "Location Quotient" sektor yang menempati posisi prima,

berkembang dan gemuk yang berarti tingkat pertumbuhan dan/atau kontribusi

PDRB secara relatif berada di atas rata-rata kabupaten/kota lain di propinsi

Jawa Tengah sehingga merupakan sektor potensial, untuk masing-masing

daerah penelitian adalah; Boyolali : Sektor lembaga keuangan, sewa

bangunan dan jasa perusahaan, listrik, gas dan air bersih, pertanian,

perdagangan, dan Jasa-jasa Karanganyar: Sektor listrik, gas dan air bersih,

jasa-jasa, lembaga keuangan, sewa bangunan, dan jasa perusahaan pertanian,

dan industri Sragen: Hanya sektor perdagangan yang bukan merupakan

potensi eksternal. Hasil analisis potensi internal dan eksternal, sektor yang

menempati posisi prima dan berkembang.

Pada analisis pertumbuhan, kontribusi dan LQ, pada analisis MRP dan

LQ memenuhi kriteria pertama dan kedua Sektor ekonomi yang mempunyai

potensi daya saing kompetitif maupun komparatif yang lebih unggul

dibandingkan dengan pertumbuhan total kegiatan ekonomi untuk

masing-masing daerah penelitian adalah Boyolali: lembaga keuangan, sewa bangunan

(48)

commit to user

Sragen: Jasa jasa, listrik, gas dan air bersih, lembaga keuangan, sewa

bangunan dan jasa perusahaan Sedangkan sektor yang merupakan spesialisasi

kegiatan ekonomi daerah penelitian adalah Boyolali: Pertanian sub sektor

peternakan dan tanaman bahan makanan; Karanganyar: Pertanian sub sektor

peternakan dan tanaman perkebunan; Sragen: Pertanian sub sektor tanaman

perkebunan.

I. Kerangka Teori

Kabupaten Karanganyar telah melaksanakan otonomi daerah dengan

mengupayakan penggalian terhadap sektor-sektor ekonomi yang ada di

daerahnya. Hal ini dilakukan guna untuk memperlancar jalannya

pembangunan daerah di Kabupaten Karanganyar. Pembangunan daerah

dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor ekonomi dan sektor non ekonomi.

Sektor ekonomi mencakup sembilan sektor yaitu sektor pertanian, sektor

pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan

air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor angkutan dan

komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor

jasa-jasa.

Dalam model Matriks Potensi tiap – tiap sektor akan digolongkan

menjadi empat kriteria. Penggolongan tiap – tiap sektor berdasarkan

perbandingan dari rumus pertumbuhan dan rumus kontribusi. Rumus ini

digunakan untuk mengetahui posisi perekonomian di masing – masing sektor

ekonomi di Kabupaten Karanganyar. Kriteria dari model matriks potensi

adalah apabila suatu sektor ekonomi di Kabupaten Karanganyar yang

(49)

commit to user

maka sektor ekonomi yang bersangkutan dikategorikan sebagai kondisi

perekonomian terbelakang kemudian apabila suatu sektor ekonomi di

Kabupaten Karanganyar yang mempunyai rasio proporsi PRDB lebih besar

atau sama 1 (satu), sementara rasio pertumbuhan PRDB-nya kurang dari 1

(satu), maka sektor ekonomi yang bersangkutan dikategorikan sebagai

kondisi perekonomian potensial.

Selanjutnya apabila suatu sektor ekonomi di Kabupaten Karanganyar

yang mempunyai rasio proporsi PRDB kurang 1 (satu), sementara rasio

pertumbuhan PRDB-nya kurang dari 1 (satu), sementara rasio pertumbuhan

PRDB-nya lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka sektor ekonomi yang

bersangkutan dikategorikan sebagai kondisi perekonomian berkembang. Serta

apabila suatu sektor ekonomi di Kabupaten Karanganyar yang mempunyai

rasio proporsi PRDB dan rasio pertumbuhan PRDB-nya lebih besar atau sama

dengan 1 (satu), maka sektor ekonomi yang bersangkutan dikategorikan

sebagai kondisi perekonomian prima/unggul.

Dalam anailisis LQ tiap – tiap sektor dibagi menjadi dua yaitu sektor

basis dan sektor non basis. Kriteria LQ terdiri atas LQ > 1, berarti sektor

tersebut merupakan sektor basis, dan LQ ≤ 1 berarti sektor tersebut

merupakan sektor non basis. Metode kombinasi gabungan antara nilai SLQ

dan DLQ dijadikan kriteria dalam menentukan apakah sektor ekonomi

tersebut tergolong unggulan, prospektif, andalan, dan kurang prospektif. .

Analisis SWOT digunakan untuk menentukan dan menganalisis strategi

sektor potensial yaitu sektor unggulan yang terpilih di Kabupaten

(50)

commit to user

sektoralnya. Sedangkan analisis Gravitasi digunakan untuk mencari wilayah

mana di sekitar Kabupaten Karanganyar yang berpotensi kuat dalam

pertumbuhannya. Adanya interaksi antara daerah satu dengan daerah yang

lain menunjukkan eratnya hubungan antara wilayah satu dengan wilayah lain

sebagai konsekuensi interaksi dalam teori pusat pertumbuhan.

Gambar

Gambar
TABEL
Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Karanganyar Tahun 2005 – 2010             Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Gambar 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selama periode tahun 2003-2015, tutupan lahan di Kabupaten Tapanuli Utara mengalami perubahan tutupan lahan paling dominan adalah perubahan lahan pertanian lahan kering campur

Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada Perpustakaan Universitas Cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan

Tabel 1.2 Jumlah Wajib Pajak Yang Terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kepanjen WPYang Tahun WP Orang % Kepatuhan Menyampaikan Pribadi SPT Tahunan Terdaftar 2013 8.022

Perhitungan nilai VAR dimaksudkan untuk mengukur maksimum potensi kerugian atas penurunan nilai aset dengan tingkat keyakinan tertentu pada kondisi pasar normal. Ini dapat

Mutasi adalah kegiatan dari pimpinan perusahaan untuk memindahkan karyawan dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain yang dianggap setingkat atau sejajar.. Promosi

Kehamilan sering mengalami perubahan baik fisik maupun psikologis yang menimbulkan berbagai keluhan bagi ibu hamil diantaranya adalah mual, muntah pada awal kehamilan, kontipasi,

Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi pengembangan pariwisata kampung nelayan sebagai destinasi wisata baru di Kota Padang dengan pemberdayaan masyarakat.

Uji anava pada taraf signifikansi 5% terhadap kuat tekan mortar dengan perbandingan semen dan pasir 1:3 menghasilkan nilai F hitung yang lebih kecil dari pada F