• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sudah sejak dulu Batam terkenal memiliki potensi sebagai daerah incaran investasi Posisinya dekat Singapura mempermudah Batam merealisasikan potensi tersebut.

Dalam dokumen no 09th viiiseptember 2014 (Halaman 59-61)

B

ATAM dinilai memiliki potensi besar memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan dan kemajuan perekonomian nasional. Letak geografisnya yang dekat dengan negara Singapura sebagai negara industri dan pariwisata membuat Batam betul-betul berpotensi sebagai tempat tampungan luapan ekonomi dari negara maju yang bernama Singapura itu.

Nilai ekonomis kawasan ini sudah tak terbantahkan sejak dikembangkan secara terencana oleh pemerintah. Sampai dengan Desember 2012, nilai ekspor non- Setelah press gathering ini dibuka secara resmi, dilanjutkan dengan dua sesi kegiatan dialog. Sesi pertama, mengambil tema: “Tantangan Pemerintahan ke Depan.” Untuk sesi ini, dialog menghadirkan tiga orang narasumber, yaitu: Ahmad Farhan Hamid, Hajriyanto Y. Thohari, dan A. Dimyati Natakusumah. Ketiganya adalah Wakil Ketua MPR RI.

Sedangkan sesi kedua, mengetengahkan topik: “Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus.” Narasumber untuk dialog sesi kedua ini adalah Wakil Ketua MPR Hj. Melani

Leimena Suharli dan Deputi Bidang Perencanaan dan Pengembangan BP Batam I Wayan Subawa. Dialog ini sekaligus mengakhiri kegiatan hari pertama press gath- ering tersebut.

Esok harinya, para peserta press gath- ering meninjau Pulau Galang, bekas Kamp Pengungsi Vietnam yang kini dikembangkan oleh Pemda Kota Batam menjadi daerah wisata. Pulau ini tidak sulit dijangkau, karena dihubung oleh jalan yang sangat mulus, dan lima ruas jembatan yang menhubungkan satu pulau dengan pulau lainnya. Jembatan

ini dikenal dengan sebutan jembatan Barelang (Batam-Rempang-Galang).

Di pulau Galang ini para peserta bisa menyaksikan sisa-sisa peninggalaan para pengungsi Vietnam dan Kamboja, walau pun sebagian besar sudah lenyap, dan sebagian lagi gubuk-gubuk tua yang sudah reot. Hanya sebuah museum yang bernama Museum Pulau Galang yang dapat mengungkap semua peristiwa yang terjadi selama 16 tahun di Pulau Galang, sejak 1979. ❏

MBO

migas Batam adalah US$ 8.6 juta, Kepulauan Riau US$ 9.5 juta, dan Indonesia adalah US$ 153.055 juta, serta Penanaman Modal Asing (PMA) adalah US$ 6.78 miliar.

Pertumbuhan ekonomi Batam pada 2012 diperkirakan 7,85 % lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, wilayah ini dijadikan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi secara nasional ataupun bagi Provinsi Kepulauan Riau. Adapun sektor penggerak ekonomi yang merupakan nadi perekonomian Kota Batam meliputi sektor komunikasi, listrik, air dan gas, perbankan,

industri dan alih kapal, perdagangan dan jasa. Produk yang dihasilkan tidak hanya merupakan konsumsi masyarakat Batam dan Indonesia tetapi juga merupakan komoditi ekspor untuk negara lain.

Pemerintah Kota Batam sebagai pelaksana pembangunan Kota Batam bersama-sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) serta keikutsertaan Badan Otorita Batam dalam meneruskan pembangunan, memiliki komitmen dalam memajukan pertumbuhan investasi dan ekonomi Batam. Hal ini dibuktikan dengan adanya nota kesepahaman ketiga instansi

tersebut, yang kemudian diharapkan terciptanya pembangunan Batam yang berkesinambungan.

Batam bersama dengan Bintan dan Karimun kini telah berstatus sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan investasi di Batam yang pada akhirnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Wakil Ketua MPR RI Melani Leimena Suharli melihat bahwa Batam, Bintan, dan Karimun memang sebuah proyek perontohan ekonomi khusus. Menurutnya, Batam sangat istimewa sebab sangat dekat dengan negara industri maju Singapura. Tapi sayangnya, mengapa negara Singapura bisa menarik wisatawan sedemikian besarnya dari berbagai negara, terutama dari Indone- sia, tapi tidak demikian halnya Batam sedikit sekali bisa menarik wisatawan dari negara lain, bahkan dari Singapura.

“Saya mengharapkan Batam maju karena sangat potensial. Batam bisa seperti Bali, bahkan seharusnya bisa menyamai Singapura. Pemerintah daerah harus jeli melihat dan menggali potensi wisata yang ada, tapi jangan yang negatif. Potensi yang bagus ini harus dikembangkan. Semua infrastrukturnya harus diperhatikan untuk mendukung potensi tersebut, seperti bandara yang harus diperluas dan disempurnakan,” ujarnya dalam diskusi bertema: ‘Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus’, di SwissBellhotel, Batam, Jumat, 29 September 2014.

Melani juga melihat, Batam juga berpotensi

besar menjadi kawasan wisata kuliner jika serius dikembangkan, sebab berdekatan dengan Singapura dan warga Singapura. Untuk investasi, Batam harus mempermudah arus investasi masuk, seperti mempermudah perizinan, dan pembayaran pajak jangan dipersulit, dan lain sebagainya.Efek dominonya, menurut Melani, sangatlah besar. Jika investasi banyak bertebaran di Batam maka lapangan pekerjaan akan luas, lalu akan terjadi peningkatan pendapatan rakyat dan daya beli masyarakat juga meningkat.

“Satu lagi yang sering dengar bahwa wisatawan asing, terutama dari Singapura, datang dengan maksud dan tujuan yang negative. Seperti ke tempat lokalisasi yang memang menjamur di Batam. Itu harus diminimalisir agar imej asing terhadap negara

kita tidak direndahkan,” tegasnya.

Deputi perencanaan dan Pengembangan BP Batam Ir. Wayan Subawa mengungkap- kan, dulu sejak zaman kerajaan berbagai kerajaan di Nusantara berebut untuk menguasai selat Malaka yang dalam lingkup area Batam. Antara lain, kerajaan Majapahit. Kerajaan ini menguasai selat Malaka hampir ratusan tahun. Kerajaan Sriwjaya juga menguasai Selat Malaka sebagai jalur pelayaran yang strategis.

Sekarang keadaan menjadi terbalik, yang terkenal justru negara Singapura, baik bisnis pariwisata atau pun dan bisnis lainnya. Batam sendiri mulai dikembangkan pada tahun 70-an. Pada saat itu penduduknya hanya 4 ribu, dan mereka menghuni di daerah pantai. Sekarang penduduknya sudah mencapai 1,2 juta orang. Dan, Batam pun makin punya potensi untuk meraih kemajuan ekonominya sejak jembatan Barelang dibangun. Karena, jembatan Barelang sedikit banyak mampu menambah kekuatan ekonomi Batam dan sekitarnya.

Melani juga mengingatkan soal masih santernya masalah gender yang negatif di Batam. Untuk itu, Wayan Subawa menyatakan, pihaknya selalu berusaha menimimalisir imej tersebut dengan mengarahkan ke imej pariwisata alam, laut, budaya, peninggalan sejarah internasional, seperti pulau Galang, dan sebagainya. “Tapi, seiring dengan perkembangan sebuah daerah maka akan selalu ada plus minusnya dan kami selalu berusaha meminimalisirnya,” pungkasnya. ❏

B

ANYAK peristiwa hukum dan kriminal yang terjadi karena terabaikannya fungsi serta wewenang sebuah instansi. Misalnya saja kasus pemerkosaan terhadap anak jalanan, premanisme, pencurian, dan tindak kejahatan oleh anak jalanan, hingga sindikat anak-anak pengedar obat terlarang. Semua pelanggaran itu terjadi karena wewenang beberapa instansi tidak dilaksanakan dengan baik.

Seandainya saja, dinas pendidikan langsung bertindak ketika mendapati anak yang berkeliaran pada jam sekolah tentu peluang terjadinya kejahatan oleh anak-anak itu akan berkurang. Demikian juga bila dinas sosial segera melakukan upaya preventif terhadap para gelandangan dan anak-anak jalanan, tentu masalah-masalah sosial di masyarakat bisa diminimalisir. Ini menjadi bukti bahwa peristiwa hukum dan kriminal sebenarnya bisa dicegah. Asal, instansi yang berwenang menanganinya benar-benar melaksanakan fungsi dan tugasnya secara baik dan benar.

Pernyataan itu disampaikan Prof. Dr. H. R. Abdussalam. SIK., SH, MH., penulis buku berjudul Ilmu Kepolisian Sebagai Ilmu Pengetahuan pada acara Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat. Acara tersebut berlangsung di Ruang Presentasi Perpustakaan MPR RI pada Kamis (18/9).

Selain Abdussalam, acara tersebut juga mengetengahkan pembahas Abu Bakar Al Habsy, Anggota MPR RI Fraksi PKS, kriminolog Prof. Dr. Adrianus Eliasta Sembiring Meliala M.Si., serta Hj. Himmatul AlyahSetiawati, SH., MH.

Karena itu, menurut Abdussalam yang juga guru besar pada Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) itu banyak peristiwa hukum dan kriminal yang sesungguhnya bisa dicegah. Sayangnya, tidak banyak yang sadar dengan fenomena tersebut, dan lebih sering menyalahkan kepolisian setelah peristiwanya terjadi. Seolah-olah polisi tidak sanggup mengantisipasi terjadinya tindak kriminal.

“Polisi sesungguhnya bisa memidanakan instansi-instansi yang telah lalai menjalankan tugas dan wewenangnya. Terlebih jika kelalaian itu menyebabkan tindak kejahatan. Apalagi konstitusi juga memungkinkan tindakan tersebut”, kata Abdussalam menambahkan.

Pada kesempatan itu, Abdussalam juga menyatakan keheranannya karena di lembaga pendidikan polisi tidak diajarkan Ilmu Kepolisian. Sebagai ganti, mereka diberikan ilmu-ilmu yang biasa diajarkan di perguruan tinggi lain. Seperti ilmu hukum, manajemen, dan seterusnya.

“Inti dari Ilmu Kepolisian adalah bukti.

Dengan bukti itu polisi bisa melakukan tindakan selanjutnya. Dan, dengan bukti yang dimiliki polisi juga bisa melakukan pencegahan terjadinya tindak pidana yang lain”, kata Abdussalam lagi.

Sementara Adrianus Eliasta Sembiring Meliala antara lain mengkritisi lembaga Kepolisian Republik Indonesia yang dianggapnya kurang mengikuti tren dan isu kepolisian Negara lain. Salah satunya adalah pengawasan terhadap internal kepolisian sendiri. Polri, menurut Adrianus, juga sangat terbatas dalam berhubungan dengan pihak kepolisian luar negeri.

“Selama ini Polri masih membanggakan dan terkungkung dengan pengakuan serta kebanggan sendiri. Semestinya mereka boleh bangga kalau kebanggaan dan pengakuan itu berasal dari orang lain, bukan dari internal sendiri”, kata Adrianus menambahkan.

Adrianus berharap, dialog yang menyoal kepolisian sesungguhnya juga akan sangat baik jika dilakukan di lembaga pendidikan Polri. Karena hasil kajian dalam dialog bisa didengar dan diperhatikan oleh anggota polisi. Kemudian menjadi bahan-bahan bagi perbaikan lembaga dan anggota polisi itu sendiri.

Sedangkan Abu Bakar Al Habsy berharap, buku yang ditulis Abdussalam itu bisa menjadi bacaan wajib bagi semua polisi. Terlebih bagi para penyusun kurikulum pendidikan kepolisian. Karena dengan membaca buku itu diharapkan pandangan dan pengetahuan mereka tentang ilmu kepolisian menjadi lebih baik. Dan, dapat menelurkan kurikulum bagi pendidikan kepolisian secara lebih baik pula.

Abu Bakar berharap, buku berjudul Ilmu Kepolisian Sebagai Ilmu Pengetahuan itu bisa menuntun Polri melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Termasuk turut menghilangkan tudingan rekayasa kasus yang sempat dialamatkan kearah Polri.

“Ada beberapa putusan Mahkaman Agung yang membebaskan tersangka karena dinilai Polri telah melakukan rekayasa pada kasus yang disangkakan. Ke depan ini tidak boleh terdengar lagi”, harap Abu Bakar. ❏

MBO

Dalam dokumen no 09th viiiseptember 2014 (Halaman 59-61)