• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terlahir Kembali Pengaruh Karma dan Emosi-Emosi Destruktif

Dalam dokumen Reinkarnasi Pada Mitos dan Legenda China (Halaman 64-71)

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

4.2 Penyebab Reinkarnasi dalam Mitos dan Legenda China

4.2.1 Terlahir Kembali Pengaruh Karma dan Emosi-Emosi Destruktif

Dikarenakan kehidupan yang dilakukanroh dimasa kehidupan sebelumnya, maka terciptalah karma positif dan negatifserta jejak-jejaknya bertahan di dalam kesadaran. Jejak-jejak ini kemudian diaktifkan kembali oleh nafsu keinginan [tanha] dan kemelekatan [upadana], yang kemudian mengantarkan kita kepada kelahiran berikutnya. Dengan terpaksa kita kemudian terlahir kembali di alam-alam tinggi atau rendah. Demikianlah cara makhluk-makhluk biasa berputar-putar tanpa henti dalam lingkaran keberadaan ibarat perputaran sebuah roda. Meskipun demikian, dalam kondisi seperti itu para makhluk masih tetap bisa mempraktikkan kebajikan dengan aspirasi yang positif dalam kehidupan sehari-hari. Mereka bisa membiasakan roh mereka dengan kebajikan sehingga pada saat kematian, roh yang bajik bisa diaktifkan kembali, yang akan memungkinkan mereka untuk terlahir kembali dalam alam-alam yang lebih tinggi.

Diawal telah disebutkan penjelasan tentang Reinkarnasi, bahwa setelah meninggal, kita akan hidup kembali sebelum mencapai Nibbana. Selama berabad-abad, doktrin tentang karma, telah sering disalah-artikan sebagai paham deterministik/takdir. Saat ini pun, masih sering didengar diantara orang-orangyang mengatakan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak karma. Hal ini disebabkan karena pada umumnya, doktrin karma yang diajarkan saat ini tidak berdasarkan ajaran Sang Buddha langsung, tapi berdasarkan kepustakaan komentar, yang sebagian besar diantaranya ditulis ribuan tahun setelah era Sang Buddha. Kita akan mencoba menelusuri doktrin karma, seperti

51

apa yang digambarkan oleh Sang Buddha dalam bentuk pemahaman moderen yang sederhana.

Istilah karma berarti tindakan (Inggris: action) serta mengacu pada kehendak (cetana) pikiran, ucapan dan tindakan jasmani kita. Sang Buddha bersabda: “Saya katakan, kehendak adalah karma, karena didahului oleh kehendak seseorang lalu bertindak dengan jasmani, ucapan dan pikiran”(Anguttara NikayaIII, hal. 415). Istilah „vipaka„ artinya adalah hasil atau dampak dari tindakan yang telah kita lakukan. Contoh halnya, apabila menolong seseorang maka hasil atau dampaknya akan menghasilkan persahabatan baru. Sebaliknya, perbuatan yang buruk akan berdampak buruk juga dan mengakibatkan dampak yang negatif. Tentunya, kehendak untuk berbuat sesuatu (belum dilaksanakan) berbeda dari yang telah dilaksanakan, walaupun keduanya akan berdampak, yang pertama (kehendak saja) lebih ringan dari kedua (yang telah melaksanakannya). Setiap kali dengan sengaja berpikir, berkata dan bertindak, maka jelas telah terjadi perubahan pada kesadaran kita. Dengan demikian, tipe manusia bagaimana saat ini tergantung dari timbunan perbuatan yang telah dilakukan masa kehidupan sebelumnya, demikian pula apa yang kita lakukan sekarang akan membentuk watak dikehidupan yang akan datang. Seperti kalimat yang sering kita dengar, kita adalah apa yang telah kita pikirkan.

Watak kita saat ini dibentuk dan dipengaruhi oleh hubungan kita dengan sesama kita, reaksi kita pada berbagai situasi, yang kemudian pada gilirannya menentukan berbahagia atau tidaknya kita sendiri. Sang Buddha mengatakan, sebagai berikut: “Semua makhluk adalah pemilik karma-nya sendiri, pewaris karma-nya, karma-nya adalah kandungan yang melahirkannya, dengan karma-nya dia berhubungan, karma-nya adalah pelindungnya. Apapun karma-nya, baik atau buruk, mereka akan mewarisinya”

52

(Majjhima NikayaIII: 135).Penting halnya untuk membedakan pengertian antara faktor- faktor penentu dari faktor-faktor prasyarat. Artinya keadaan kita kini ditentukan dari tindakan-tindakan kita sebelumnya dan keadaan masa mendatang akan ditentukan dari tindakan kita saat ini. Oleh karena itu, seluruh kehidupan telah diputuskan dan ditentukan sebelum kita lahir,maka kita tidak bebas lagi untuk berprakarsa dan merubah segalanya. Tindakan-tindakan kita di masa lampau turut menentukan keadaan yang kita jalani saat ini, lalu tindakan-tindakansaat ini akan turut menentukan kehidupan mendatang yang akan kita jalani, dengan kata lain tindakan-tindakanitu akan mempengaruhi derajat yang besar atau kecil. Dengan demikian masih ada kesempatan untuk melatih kemauan dan berusaha berubah.

Dengan demikian,hukum karma berarti suatu kecenderungan, bukan sekadar suatu konsekwensi yang tak dapat diubah dan dielakkan. Hukum karma turut (menjadi prasyarat) dalam menentukan tiga hal apakah kita terlahir kembali atau tidak, di alam mana kita akan terlahir, dan pengalaman bagaimana yang akan dialami di kehidupan yang akan datang tersebut. Tindakan-tindakan manusia yang bercirikan keserakahan, kebencian dan kegelapan-roh, semuanya berakar pada ketidaktahuan dan keinginanyang rendah. Tindakan baik pun bila dijejaki kadang-kadang masih terwarnai oleh tindakan jelekroh tersebut. Keserakahan, kebencian dan kegelapan roh mendasari tindakan kita sehari-hari, tapi tidak semua tindakan itu akan berbuah akibat pada kehidupan saat ini.Daya/energi yang tidak berbuah pada kehidupan sekarang ini akan mendorong kita ke kehidupan baru sesudah kita mati. Sebagai analogi sehari-hari, mobil bergerak karena adanya mesin, bila mesin tiba-tiba terhenti, energi sisa tetap akan mendorong mobil sebentar, sampai mesin dapat dihidupkan kembali. Sang Buddha berkata: “Ada tiga sumber asal dari tindakan seseorang. Keserakahan, kebencian dan kegelapan roh.

53

Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dan timbul dari keserakahan, kebencian dan kegelapan roh akan berbuah, dimanapun dia terlahir kembali; dimanapun tindakan itu berbuah, dia akan mengalami hasilnya, pada kehidupan ini ataupun dikehidupan mendatang” (Anguttara Nikaya I, hal. 134).

Selama kita bertindak dengan didasari keserakahan, kebencian dan kegelapan- roh, selama itu pula kita membuat karma, baik ataupun buruk, dan oleh karenanya kita terlahir kembali. Dengan tercapainya Pencerahan; keserakahan, kebencian dan kegelapan-roh telah terkikis habis, dan dengan sendirinya walau kita tetap bertindak, kita tidak menghasilkan karma baru lagi, dan setelah kematian kita tidak akan terlahir kembali.

Bebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan-roh. Setiap tindakan yang dilahirkan, berasal dari keadaan terbebas dari keserakahan, kebencian dan kegelapan- roh oleh karena keserakahan, kebencian dan kegelapan-roh tiada lagi karma, terpotong pada akarnya, seperti sisa potongan pohon palma yang tak dapat tumbuh lagi di kemudian hari.

Karma gelap berbuah gelap, karma terang berbuah terang, karma terang dan gelap berbuah terang dan gelap, karma yang tidak terang, tidak gelap berbuah tidak terang juga tidak gelap”(Anguttara Nikaya II, hal. 230).

Karma gelap mengacu pada perilaku yang didasari keserakahan, kemarahan, ketaksabaran dan keadaan roh negatif lainnya, kesemuanya akan berbuah kegelisahan dan kesusahan, yang disebut sebagai “berbuah gelap”.

54

Karma terang mengacu pada perilaku yang didasari pada keadaan roh yang positif, seperti kebajikan, kemurahan-hati dan kejujuran, akan berbuah ketenangan dan kebahagiaan atau “berbuah terang”.

Karma terang dan gelap mengacu pada perilaku yang didorong oleh campuran oleh kehendak positif dan kehendak negatif, dan oleh karenanya berdampak campuran pula.

Karma yang tidak terang, tidak juga gelap mengacu pada perilaku yang netral, yang kemudian berbuah netral pula.

Manusia yang kejam, ganas dan penuh kebencian, dapat terlahir di alam neraka atau terlahir sebagai manusia dengan kesengsaraan seumur hidupnya. Manusia yang tujuan hidupnya hanya makan, pemuasan seks dan kesenangan duniawi serta tidak berusaha mengembangkan kecerdasan dan kebajikan, dapat terlahir sebagai binatang atau manusia yang akan mengalami kehidupan yang penuh kemalangan. Manusia yang berambisi buruk, tak pernah terpuaskan, serta terikat pada seks, alkohol dan ganja akan cenderung terlahir sebagai Roh-lapar, atau sebagai manusia yang tersiksa oleh ketidak- puasan; sedangkan mereka yang hidupnya senantiasa dipenuhi oleh rasa cemburu, dan iri-hati akan terlahir di alam Roh-cemburu atau sebagai manusia yang terikat dan tersiksa pada kecemburuannya. Mereka yang senantiasa berbahagia, tak berbuat buruk dan senantiasa mencintai mereka yang lain, akan terlahir sebagai dewa atau manusia yang senantiasa bergembira dan bahagia.

Namun tentunya, kita tidak akan terlahir di Alam Neraka disebabkan hanya karena berbohong sekali ataupun beberapa kali; pula kita tidak akan terlahir di Alam Surga disebabkan karena bermurah hati dari waktu ke waktu. Perilaku tertentu yang

55

berpengaruh kuat, menjadi kebiasaan dan menonjol di roh seseorang yang akan menentukan kelahiran di alam-alam yang lebih rendah atau di alam-alam yang lebih tinggi. Kebanyakan manusia adalah tipe rata-rata, yakni jarang berperilaku sangat baik juga jarang berperilaku sangat buruk, lalu sisa waktu diisi dengan perilaku yang sedikit baik dan sedikit buruk, mereka ini kemungkinan juga akan terlahir sebagai manusia rata-rata pada umumnya dan akan mengalami hal yang biasa-biasa pula dalam kehidupannya. Namun, seseorang melaksanakan Dhamma secara tulus dan benar, maka besar kemungkinan baginya untuk terlahir di Alam Nibbana atau sebagai manusia dengan lingkungan yang baik.

Hal ke tiga yang turut ditentukan oleh hukum karma adalah pengalaman yang akan dialami selama hidup kita. Sering dikatakan, bahwa apa yang dialami pada kehidupan setiap orang saat ini adalah hasil dari apa yang diperbuatnya di kehidupan sebelumnya, pula apa yang diperbuat pada kehidupan sekarang akan berbuah pada kehidupan yang akan datang. Pengertian tersebut, yakni bahwa semua yang dilakukan akan berbuah pada salah satu kehidupan mendatang (tidak pada kehidupan saat ini), ternyata salah. Sang Buddha berkata: “Hasil dari suatu karma ada tiga macam. Yang berbuah pada kehidupan sekarang, yang berbuah pada kehidupan berikut, dan yang berbuah pada kehidupan-kehidupan yang selanjutnya” (Anguttara Nikaya III, hal.414).

Seperti kenyataan yang kita alami sehari-hari, malah banyak perbuatan membawa akibat seketika atau segera. Tidak selamanya harus menunggu sampai kehidupan yang akan datang. Tindakan negatif, misalnya, pasti tak terelakkan berbuah negatif. Seorang yang tidak berhati-hati dalam mengembangkan tindakan jasmani, pikiran dan ucapannya dapat menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.

56

Lalu sekarang, seorang yang dengan hati-hati mengembangkan tindakan jasmani, pikiran dan ucapannya. Dia mengembangkan kebijaksanaan, dia seorang yang berarti, dia mengembangkan dirinya sendiri, hidup tanpa batas dan tidak terukur. Bagi orang seperti ini, sebuah kejahatan kecil bisa berbuah dikehidupan ini atau tidak sama sekali.

Jadi jelas, pada seorang yang watak baiknya menonjol, maka perbuatan buruk kecil yang dilakukannya hanya akan berbuah akibat yang tak berarti atau mungkin sama sekali tidak berbuah; sebaliknya pada seorang yang selama hidupnya ternodai oleh perbuatan buruk, maka perbuatan baik kecil yang dilakukannya akan terselubungi. Pula, buah dari suatu perbuatan bisa saja tidak jadi masak dan berbuah, karena terhapus atau terlarut oleh perbuatan yang lain. Sebagai contoh, seorang narapidana, namun kemudian menyadari kekeliruannya. Dia keluar dari penjara, lalu berusaha berbuat baik dan berjanji tidak akan berbuat berbuat jahat di kemudian hari. Pada keadaan seperti ini, buah hasil dari perbuatan buruk tersebut terhapus oleh perbuatan baiknya yang belakangan (insaf). Seperti disebutkan sebelumnya, hukum karma adalah sesuatu yang menyangkut kecenderungan, bukan suatu konsekwensi yang tak dapat dirubah serta tak dapat dielakkan.

Terlahir cantik, jelek, utuh atau cacat mungkin disebabkan oleh turunan (hukum Biologis), bukan semata-mata oleh perbuatan yang baik atau buruk di masa lampau. Cerdas atau bodoh mungkin disebabkan karena keadaan sosial dan pengaruh orang-tua (hukum Fisika dan hukum Psikologik), bukan semata-mata oleh perbuatan baik atau buruk. Mati muda atau berumur panjang mungkin karena gabungan antara masalah gisi (hukum Biologis), lingkungan yang sehat (hukum Fisika) dan mungkin pula sikap dan pandangan hidup (hukum Psikologik), bukan semata-mata karena perbuatan yang baik

57

atau buruk di masa lampau. Menghubungkan semua yang terjadi pada kita (baik ataupun buruk) sebagai akibat perbuatan masa lampau

Oleh karena itu kita harus sedapat mungkin memahami serta memaklumi keadaan seperti saat ini, sehingga kita dapat merubah diri sendiri, dan kita dapat menciptakan prasyarat-prasyarat yang membantu pencapaian Nibbana.

Dalam dokumen Reinkarnasi Pada Mitos dan Legenda China (Halaman 64-71)

Dokumen terkait