• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reinkarnasi Pada Mitos dan Legenda China

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Reinkarnasi Pada Mitos dan Legenda China"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

i

REINKARNASI PADA MITOS DAN LEGENDA CHINA

轮回在中

的神

(shùzì lúnhuí zài zhōngguó de shénhuà)

Oleh:

ROMMEL HUTAHAEAN 100710007

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ii

REINKARNASI PADA MITOS DAN LEGENDA CHINA

轮回在中 的神 (shùzì lúnhuí zài zhōngguó de shénhuà)

SKRIPSI

Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina

Oleh:

ROMMEL HUTAHAEAN 100710007

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

iii

REINKARNASI PADA MITOS DAN LEGENDA CHINA

轮回在中 的神 (shùzì lúnhuí zài zhōngguó de shénhuà)

SKRIPSI

Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina

Oleh:

ROMMEL HUTAHAEAN

100710007

Pembimbing I,

Drs.SentosaTarigan, M.SP

Pembimbing II,

T.Kassa Rullah S.S.,MTCSOL

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

(4)

iv

MEDAN

2015

Disetujui oleh

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Cina Ketua,

(5)

v PENGESAHAN

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Cina Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Pada

Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001

Panitia Ujian

No. Penguji Tanda Tangan

1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. ( ) 2. Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si. ( ) 3. Drs. Sentosa Tarigan, M.SP ( )

4. Julina, MTCSOL. ( )

(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam

daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, September 2015

Penulis

(7)

i Abstrak

Reincarnation in the myths and legends of China is a knowledge that is always

talked about amongst the people. This study is based on the number of people who talk

about the existence of reincarnation in the myths and legends of China. And the

existence of reincarnation is reinforced by the evidence of reincarnation. This study

aims to describe how the Reincarnation process known in the myths and legends of

China and to describe the cause of Reincarnation on the myths and legends of China.

This research using descriptive analysis method with approach of historical

documentaries. Data collection techniques used were documentation, field observations

and interviews. From the research conducted authors found a fairly long cycle of the

existence of reincarnation. This thesis is possible to study back to enhance research

results.

(8)

ii

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur atas berkat dan karunia serta kesempatan yang

masih diberikan oleh Yesus Kristus Sang Kepala Gerakan hingga saat ini masih

diberikan kesehatan serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tepat pada waktuNya. Adapun judul skripsi ini adalah “ Reinkarnasi Pada Mitos dan

Legenda China”. Penulis berharap skripsi ini berguna bagi pembaca, terutama sekali

bagi mahasiswa Sastra China yang ingin mengetahui tentang reinkarnasi dalam mitos

dan legenda China.

Penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan, semangat, bimbingan dan doa kepada penulis, sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,

D.T.M.&H.,M.Sc.(C.T.M), Sp.A.(K.). atas kesempatan yang diberikan kepada

penulis sehingga penulis berstatus mahasiswi Program Studi Sastra Cina,

Universitas Sumatera Utara serta kesempatan untuk menyelesaikan Studi S-I di

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan baik.

2. DekanFakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara , Bapak Dr. Syahron

(9)

iii

3. Ketua Departemen Program Studi Sastra China Ibu Dr. T.Thyrhaya Zein, M.A.

yang dengan sabar selalu memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis

semasa perkuliahan.

4. Sekretaris Departemen Program Studi Sastra China Ibu Dra. Nur Cahaya

Bangun, M.Si. atas pengarahan dan waktu yang diberikan untuk penulis mulai

dari masa perkuliahan sampai saat ini.

5. Kepada Bapak Drs. Sentosa Tarigan, M.SP selaku Dosen Pembimbing I yang

juga banyak memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, kritik membangun

dan motivasi kepada penulis selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi

ini.

6. Kepada Abangda T.Kassa Rullah S.S.,MTCSOL, selaku Dosen Pembimbing II

yang juga banyak memberikan semangat, bimbingan, pengarahan, masukan,

kritik, motivasi kepada penulis selama berlangsungnya proses penyusunan

skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Sastra China,Fakulktas Ilmu

Budaya Universitas Sumatera UtaraJulina Laoshi, Mei Hua Laoshi, Kakak

Endang Retno Widiastuti, Amd. yang telah banyak memberikan bimbingan dan

pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.

8. Seluruh dosen tamu Yu Xue Ling Laoshi, Chen Shu Shu Laoshi, Shen Mi

Laoshi, Cao Xia Laoshi, Peng Pai Laoshi, dan Yang Yang Laoshi dari Jinan

University, RRT dan dosen dari Hanban, RRT yang pernah mengajar di Program

Studi Sastra Cina,Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, dan telah

memberikan ilmu dan kesempatan bagi penulis untuk mengasah kemampuan

(10)

iv

9. Kepada keluarga besar Hutahaean, kedua orangtua saya saat ini sudah

berbahagia di surga : Sariman Hutahaean, dan Rolia br Hutapea,kepada abang

Maniur M.H.Ronny Hutahaean SE beserta keluarga., Ervin Hutahean, SE,.

beserta keluarga, kakak Rosalina Hutahaean beserta keluarga, kakak kembar

Eva Yanti Hutahaean beserta keluarga dan Evi Yanti Hutahean Amd., beserta

keluarga dan kakak Anny Novita Hutahaean beserta keluargayang telah

mendukung dan memberikan doa, motivasi, perhatian kasih sayang tanpa batas

kepada penulis.

10.Kepada Bapatua Sidulang, Bapauda Kisaran, Bapauda Sidulang beserta keluarga

yang telah menjadi orang tua yang selalu mendukung dan memberikan doa,

motivasi, perhatian kasih sayang tanpa batas kepada penulis.

11.Kepada Tulang Bandung dan Tulang Sidulang beserta keluarga yang telah

mendukung dan memberikan doa, motivasi, perhatian kasih sayang tanpa batas

kepada penulis.

12.Kepada para saudara Bg Andi Hutahaean SE, Denis Ohara Hutahaean S.Kom,

Regen Hutahaean, Amd., Berlina Hutahaean Amd., Kak Lely Damayanti

Hutahaean S.pd, Cosin Cika Hutahaean SE, Dedi Hutahaean, Lae Pakpahan, ST,

Lae Sinurat serta kepada sahabat saya Boy Andri Hutahaean S.pd dan Juli

Oxiana Manik, SEyang telah mendukung dan memberikan doa, motivasi,

perhatian, kasih sayang tanpa batas kepada penulis.

13.Kepada para teman seperjuangan yang menjadi pengurus komisariat periode

2011-2012 Ketua Arenda, Ray King, Sek. Lida, Ben. Nida, Debora, Giring,

(11)

v

14.Kepada para abangda senior dari civitas keluarga besar GMKI FIB USU lintas

generasiAbangda Juniper Silitonga SS, Abangda Supriadi Purba, Abangda

haradongan SS, Abangda Krisman Turnip SS,

15.Kepada seluruh sahabat seperjuangan dari civitas GMKI FIB USU yang tidak

dapat saya sebutkan satu per satu.

16.Kepada sahabat-sahabat saya yang selalu menemani selama proses perkuliahan

hingga pengerjaan skripsi, yang telah membantu memberi saran, kritik, dan

semangat melalui serta teman berpetualang selama masa perkuliahan : Angelika

Surya Veronika SS., Albert Jems Peterson Gulo SS., Ade Ima Melati Harahap

SS, Bernadsyah Tinambunan SS., Devi Atsari SS., Mangiring KL. Tobing,

Daniel Silalahi, Grace Wandahana Napitu SS., Jessica Wicatsono SS., Jhoy

Melvin Sinuhaji SS., Rudiansyah SS., Sarvina Putri Naiharop Hasibuan SS.,

Jopi Girinata Tobing , Shindy Komala Kaha SS.,

17.Kepada kawan-kawan seperjuangan di Program Studi Sastra Cina stambuk 2010

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Anastasya Panjaitan,

Graciella Dominica Purba SS., Ivo Deka Pricilia SS., Juli SS., Novita Dewi

Aruan SS., Patricia Purba, Rotua Yati Siagian SS., Ria Agnesia Purba, Zuraida

Yamin SS., terima kasih atas kerjasama yang telah terbina selama 4 tahun

bersama dan memberikan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini.

18.Seluruh kakak dan abang senior 2007 sampai 2009 (Bg Mateus, Bg Roney, Bg

Dedi, K‟Reny) dan adik-adik stambuk 2011, 2012, dan 2013, 2014 yang

(12)

vi

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi yang saya

sajikan ini sangat jauh dari sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan

dalam penulisan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun skripsi ini.

Akhir kata, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang

telah membantu. Demikianlah ucapan terima kasih ini saya sampaikan, semoga

Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Dan

penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 05 September 2015

Penulis

(13)

vii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI ...11

2.1 Tinjauan Pustaka ...11

4.1 Konsep Reinkarnasi dalam Mitos dan Legenda Cina ...19

4.1.1 Empat Kebenaran Mulia Bertalian Dengan Reinkarnasi ...40

4.1.2 Kelahiran Lampau dan Yang Akan Datang ...50

4.2 Penyebab Reinkarnasi dalam Mitos dan Legenda Cina ...54

4.2.1 Terlahir Kembali Pengaruh Karma dan Emosi-Emosi Destruktif ...54

(14)

i Abstrak

Reincarnation in the myths and legends of China is a knowledge that is always

talked about amongst the people. This study is based on the number of people who talk

about the existence of reincarnation in the myths and legends of China. And the

existence of reincarnation is reinforced by the evidence of reincarnation. This study

aims to describe how the Reincarnation process known in the myths and legends of

China and to describe the cause of Reincarnation on the myths and legends of China.

This research using descriptive analysis method with approach of historical

documentaries. Data collection techniques used were documentation, field observations

and interviews. From the research conducted authors found a fairly long cycle of the

existence of reincarnation. This thesis is possible to study back to enhance research

results.

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Agama Budha lahir dibagian Timur Laut India sekitar abad ke-6 SM. Setelah

lebih dari 2500 tahun hingga saat ini, agama Budha berkembang keluar India hingga

sampai ke China. Penyebarannya ke berbagai wilayah dapat diterima oleh berbagai

budaya setempat walaupun tidak sedikit variasi oleh karena agama Budha tidak terlalu

terikat pada dogma sebab yang ingin disampaikan bukan keselamatan, melainkan suatu

kebenaran universal yang dapat dicapai oleh manusia sendiri (Djam‟annuri, 2000:65).

Dengan menghilangkan penderitaan untuk mencapai pencerahan yang juga mengakhiri

eksistensi manusia dalam penderitaan (Mudzi Sutrisno, 1993:113).

Setelah Parinibbana (Mircea, 1987 448-449)Budha Gautama, hingga saat ini

terdapat dua mazhab besar dalam agama Budha yang diantut oleh masyarakat Budhis

diseluruh dunia, yaitu : Mazhab Theravada, yang cenderung mempertahankan

kemurnian ajaran Budha, menggunakan kitab Tipitaka berbahasa Pali. Aliran ini sering

kali disebut agama Budha aliran selatan, sebab pada umumnya berkembang di

negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara. Mazhab Mahayana, yang cenderung

mempertahankan makna-makna hakiki ajaran Budha, menggunakan kitab suci Tipitaka

berbahasa Sansekerta. Pengaruh adat istiadat dan kepercayaan masyarakat diterima

dalam mazhab ini. Aliran ini sering kali disebut agama Budha aliran Utara karena pada

umumnya berkembang di negara-negara Asia Timur dan Asia Tengah (Widyantoro,

2003:219). Selain kedua mazhab diatas ada juga Tantrayana yang merupakan cabang

khusus dari Mahayana (Djam‟annuri, 2000:65). Tantra ini ada dua macam yaitu Tantra

(16)

2

China (yang dikembangkan oleh guru-guru dari India, antara lain Subhakarasinha,

Vajrabodhi serta Amonghavajra). Sedangkan Tantra Tibet adalah Tantra yang di

terapkan di Tibet, Mongolia, Bhutan dan Nepal (GMCBP : 2002:4).

Mitologi China sudah ada pada abad ke-12 sebelum masehi. Mitologi adalah

ilmu tentang penjelasan orang tak ilmiah tentang apa yang kita sebut dunia lain

(otherworld), yaitu dunia lain itu sendiri dan para penghuninya, kebiasaan mereka yang

misterius dan tindakan mereka yang mencengangkan disana sini, biasanya juga

termasuk penciptaan dunia ini (Werner E.T.C 2008 : 47). Dengan istilah dunia lain,

orang tak ilmiah itu tidak selalu memaksdkan segala sesuatu yang jauh atau bahkan

yang tidak tampak, walaupun banyak hal yang dia jelaskan tercakup dalam istilah itu.

Mitos dan legenda disampaikan turun-temurun dengan cara lisan lebih dari

ribuan tahun, sebelum banyak dicatat dalam buku pada Dinasti Wei Utara and Dinasti

Jin (220-420). Mitologi ini kemudian berkembang menjadi Kepercayaan tradisional

Tionghoa setelah mendapat pengaruh ajaran konfusius, Taoisme serta Agama Buddha.

Sebagian orang percaya isi Mitologi China adalah catatan sejarah yang nyata karena

memiliki nilai pembentukkan tradisi atau sejarah China.

Makna dari mitos itu sendiri adalah suatu cerita, pendapat atau anggapan dalam

konteks sebuah kebudayaan yang dianggap memiliki kebenaran mengenai suatu ihwal

yang pernah ada pada masa dahulu namun “kebenaran” itu sendiri masih diragukan atau

belum tentu benarnya. Mitos berasal dari kata mutos (Yunani) yang berarti cerita atau

sejarah berisi dongeng yang dibentuk serta diriwayatkan mengenai masa lalu. Dalam hal

ini dapat berupa cerita dewa, pahlawan di masa lalu, kejayaan orang masa lampau,

(17)

3

Senada dengan Alkatiri, J.A. Coleman dalam The Dictionary of Mythology

(2007) mengungkapkan bahwa mitos dapat berarti suatu kata, cerita, pembicaraan dan

sebagainya. Biasanya cerita yang dimaksud bergulir secara lisan dari satu orang ke

orang lain, dari generasi ke generasi, berkisah mengenai pahlawan, tentang dewa-dewa

atau pun berkaitan dengan ide penciptaan. Beberapa dari mitos terekam dalam catatan

tertulis sehingga dapat diketahui hingga saat ini (Coleman, 2007: 7).

Sementara itu, W.J.S. Poerwadarminta merinci bahwa legenda (legend)

merupakan cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa sejarah

(Poerwadarminta, 1995: 578).

Beberapa kalangan tertentu menganggap bahwa legenda lebih dari sekedar cerita

sejarah masa lampau karena hal tersebut dinilai mempunyai suatu kesakralan berkaitan

dengan suatu pantangan, larangan, kewajiban dan sebagainya. Sebagian besar legenda

memang menceritakan sejarah. Dimana dapat berubah asal muasal suatu hal, tempat,

peristiwa atau mengenai kejayaan seseorang yang hidup di masa lalu.

Proses penyebaran secara lisan atau word of mouth ini memungkinkan adanya

suatu distorsi berupa penambahan dalam cerita yang ada bahkan dapat berbeda sama

sekali dengan cerita pada awalnya karena adanya penambahan unsur ataupun karakter

dalam jalan cerita seriring dengan perubahan zaman yang bergulir baik dalam mitos

ataupun legenda.

Namun walau bagaimana pun, mitos dan legenda tersebut tetap dapat

tersampaikan dari generasi ke generasi karena adanya suatu alat yakni bahasa. Oleh

karena itu, mitos dan legenda dapat dikatakan sama tuanya dengan bahasa. Tercatat

manusia mulai mengenal bahasa kira-kira sejak 300.000 sampai 200.000 tahun Sebelum

(18)

4

SM (Nurudin, 2007: 45). Beberapa mitos maupun legenda senantiasa dipertahankan

karena memiliki nilai-nilai yang mampu memberikan suatu pelajaran atau pesan teladan

yang baik bagi kehidupan sehari-hari.

Beberapa pandangan menjelaskan bahwa antara mitos dan legenda harus

dibedakan. Akan tetapi dalam konteks budaya yang senantiasa dinamis, kedua hal

tersebut sering bersilang satu dengan lainnya dalam artian dalam mitos terdapat legenda

demikian pula sebaliknya.

Banyak sekali cerita rakyat yang terdapat dalam legenda dan mitos China yang

sampai sekarang masih menjadi misteri yang keberadaannya sulit untuk diterima dengan

akal sehat. Tetapi jika dicermati, sebenarnya isi dari cerita adalah interpretasi dari mitos

dan legenda yang tidak sulit dan sederhana. Untuk memudahkan dan tidak mengurangi

arti keseluruhan dari novel tersebut, ada juga dari beberapa novel tersebut yang

dijadikan film yang dapat dinikmati dalam bentuk hiburan. Disajikan dalam bentuk

yang lebih sederhana yang ceritanya dapat dicerna oleh anak kecil dan sungguh sangat

menyenangkan.

Chusmeru pernah mengungkapkan bahwa proses bergulirnya suatu pesan

melalui lisan atau dari mulut ke mulut yang dikenal sebagai komunikasi lisan/gethok

tular/word of mouth dalam terminologi komunikasi termasuk dalam bentuk komunikasi

non media (Alkhajar, 2010). Oleh sebab itu tidak banyak mitos dan legenda China yang

memiliki nilai historis yang dapat dicari tau kebenarannya secara detail dan dapat

dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Walaupun beberapa dari mitos terekam dalam

catatan tertulis sehingga dapat diketahui hingga saat ini (Coleman, 2007: 7). Tetapi

Derrida yang terkenal dengan teori Dekonstruksinya mengatakan bahwa : “Sesuatu yang

(19)

5

melalui kata, tanda, dan konsep tunggal. Metafisika modern tersebut harus dibongkar

(dekonstruksi) untuk menemukan solusi atas permasalahan modernitas”. Ini

mengartikan bahwa, Filsafat modern (pemikiran) Barat identik dengan kebenaran yang

tunggal, mutlak, dan absolut. Melalui dekonstruksinya, Derrida ingin menyampaikan

bahwa kebenaran lama bisa dibongkar dan hal-hal alternatif lainnya bisa menjadi

kebenaran baru. Dekonstruksi tidak berarti menjurus pada penghancuran suatu konsep

tanpa solusi. Tapi dekonstruksi juga bisa menawarkan konsep baru untuk menggantikan

konsep lama. Inilah yang membedakan konsep dekonstruksi dengan nihilisme

(ketiadaan).

Terkadang mitos dan legenda China ini mampu memberikan fakta-fakta

menarik yang dapat diperbincangkan dan dapat diterima oleh sebagian orang. Inilah

yang menjadi pro-kontra terhadap penafsiran dalam mitos dan legenda China. Mungkin

hal ini jugalah yang mengakibatkan cerita rakyat yang berasal dari mitos dan legenda

China dapat berkembang dari waktu ke waktu. Disatu sisi, karena mitos dan legenda ini

merupakan bagian dari mitologi yang pada dasarnya tidak dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah tetapi didalam mitos dan legenda China sarat akan makna dan

nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan

sehari-hari. Inilah keunikan dari setiap cerita rakyat yang berasal dari legenda dan mitos China.

Sebagi contoh ialah Reinkarnasi, Kata reinkarnasi berasal dari dua kata Latin: re

(lagi) dan incarnere (dalam daging). Secara harafiah istilah ini berarti “kembali ke

dalam daging.” Seorang ahli agama-agama dunia Geoffrey Parrinder, mendefinisikan

istilah reinkarnasi sebagai “Keyakinan bahwa jiwa atau suatu kekuatan keluar sesudah

kematian dan masuk ke tubuh lain”. Bisa dari manusia bayi yang lahir pada saat

(20)

6

binatang atau tumbuhan) atau sebaliknya yang bukan manusia pada manusia.

Pandangan dunia dan pengharapan itu bahkan mempunyai nuansa kosmik dan

supranatural, yang menjadikan ajaran ini mempunyai kekuatan yang mengikat para

penganutnya (Norman Geisler, 1986:23).

Orang-orang Tionghoa sangat mempercayai adanya Reinkarnasi, salah seorang

Lama yaitu Thubten Yeshe yang wafat di tahun 1984 di California pernah berkata

bahwa “ sebagai penganut sejati Budha, bila meninggal nanti, ia akan kembali lagi ke

dunia ini sampai semua makhluk yang berakal budi ditolongnya mencapai penerangan

sempurna”. Hal ini dipengaruhi praktek keagamaan Budha yang didalam ajarannya

menyebutkan adanya karma dan reinkarnasi. Ajaran karma dan reinkarnasi dalam

Budha termasuk dalam inti dasar-dasar ajaran agama Budha dimana setiap orang yang

hidup pada masa ini bergantung pada karma yang dilakukannya pada masa lampau dan

perbuatannya pada saat ini mempengaruhi manifestasi kelahirannya kembali

dikehidupan masa yang akan datang (Lany Kristono (terj), 1990 : 3).

Banyak orang yang sudah tidak asing lagi mendengar kata reinkarnasi. Di dalam

mitos dan legenda China ada yang menceritakan tentang Reinkarnasi, itu sebabnya

sering sekali reinkarnasi dikaitkan dengan kebudayaan China. Seperti pada tahun

2002-2004 ada film yang terkenal yang mengisi layar kaca di Indonesia yang berjudul Sun Go

Kong yang diadopsi melalui novel Perjalanan Ke Barat, yang menceritakan perjalanan

Seorang Guru Tong San Chong dan ke 3 orang muridnya untuk mencari kitab suci,

mereka melakukan perjalanan dari timur ke barat. Disana menceritakan riwayat salah

seorang murid Tong San Chong yang bernama Ti Pat Kai yang merupakan reinkarnasi

dari seorang Pangeran Tian Feng yang memiliki pasukan perang di khayangan.

(21)

7

khayangan, sehingga penguasa langit murka dan menghukum sang pangeran untuk

menjalani kehidupannya di bumi dengan menjadi seorang manusia babi.Sang Penguasa

langit memberikan kehidupan di dunia binatang agar sang pangeran dapat membayar

kesalahannya, agar suatu saat ketika sang pangeran menjalankan dan patuh terhadap

aturan dan dharma Budha dia akan kembali lagi menjadi seorang Dewa.Disini sangat

jelas diceritakan bahwa adanya reinkarnasi yang dikenal pada masyarakat Tionghoa.

Walau terkadang yang menjadi tanda tanya besar adalah apakah reinkarnasi itu memang

ada dan benar-benar terjadi atau hanya cerita fiktif yang dibuat hanya untuk hiburan

semata.

Berdasarkan uraian diatas, Saya sangat tertarik untuk mengetahui lebih dalam dan

berniat untuk melakukan suatu penelitian yang memfokuskan tentang Reinkarnasi Pada Mitos dan Legenda China.

1.2Rumusan Masalah

Adapun masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsepterjadinya Reinkarnasi yang dikenal dalam mitos dan legenda

China

2. Apa penyebab Reinkarnasi yang dikenal dalam mitos dan legenda China

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan bagaimana proses Reinkarnasi yang dikenal dalam mitos dan

legenda China.

(22)

8 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah

dapat menambah pengetahuan dan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam studi

kebudayaan khususnya budaya China, serta dapat dijadikan bahan perbandingan

penelitian-penelitian yang akan datang. Penulis juga berharap penelitian ini dapat

dimanfaatkan untuk memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan

ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan budaya etnis Tionghoa yang menjadi

salah satu suku di Indonesia.

2.4.2Manfaat Praktis

Secara praktis, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah

menambah pengetahuan penulis serta masyarakat Indonesia tentang Reinkarnasi

sehingga mampu menarik perhatian masyarakat luas untuk lebih tertarik mengenal

kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia, baik kebudayaan asli dari Indonesia

maupun kebudayaan etnis Tionghoa. Dan juga penulis berharap penelitian dapat

dijadikan rujukan untuk penelitian-penelitian yang akan datang ataupun sebagai bahan

pelajaran muatan lokal. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat

(23)

9 1.5Batasan Masalah

Masyarakat Tionghoa memiliki banyak kebudayaan yang sudah dikenal oleh

masyarakat dunia. Mitos dan legenda China, merupakan salah satu dari sekian banyak

kebudayaan yang dikenal di Indonesia. Dalam hal ini penulis mengambil judul yang

berisi kajian tentang Reinkarnasi, dimana buku-buku yang menceritakan tentang

Reinkarnasi sudah banyak dijumpai. Maka untuk menghindari batasan yang terlalu luas,

peneliti mencoba membatasi ruang lingkup penelitianhanya pada kajian reinkarnasi

(24)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

2.1Tinjauan Pustaka

Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah ,menyelidiki atau

mempelajari (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198). Pustaka adalah kitab-kitab;

buku; buku primbon (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:912). Penulis menemukan

beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini.

Ranelle Wallace, dalam bukunya berjudul “The Burning Within”. Dalam

bukunya ini, penulis menjelaskan pengalamannya mendekati kematian yang sangat

tidak biasa dan sangat menakjubkan. Ketika di surga, dia melihat anaknya yang belum

lahir ke dunia. Ini adalah aspek pengalaman yang membuatnya mengalami kematian

dengan sangat unik. Berikut ini adalah kutipan dari bukunya, The Burning Within, di

mana dia secara menakjubkan menggambarkan pengalaman menjelang kematiannya.

Stephen Petullo, dalam bukunya berjudul “Your Love Life & Reincarnation”.

Dalam buku ini penulis mengungkapkan untuk membantu para pembacanya menyadari

kehidupan masa lampau panjang kita yang terlupakan ternyata sangat mempengaruhi

kehidupan kita sekarang terutama kehidupan cinta kita, dan bagaimana kita dapat

memperbaikinya. Buku ini lebih menitikberatkan tentang penyembuhan diri daripada

membantu kita dalam menemukan pasangan kasih yang sempurna.

Tantra Tibet adalah buku yang ditulis oleh TIM EKAYANA dan diterbitkan

oleh yayasan PMVBI yang bekerjasama dengan penerbit Karaniya menjelaskan tentang

(25)

11

perkembangan sekte-sekte tersebut juga dijelaskan esensi ajaran dan ritual dalam

Tantra.

Tentang Reinkarnasi, Vicki Mackenzi menulis dalam bukunya Reinkarnasi :

Misteri Bocah Spanyol bernama Osel yang diterjemahkan oleh Lany Kristono,

memaparkan tentang Reinkarnasi Lama Thubten Yeshe pada seorang bocah Spanyol

bernama Osel yang berarti Cahaya Terang, yaitu keadaan fikiran/ kesadaran yang paling

murni. Dikisahkan tentang bagaimana akhir hidup Lama Yeshe, kematian dan kelahiran

kembali, pencarian bukti Reinkarnasi Lama serta penjelasan dan pengakuan dari dalai

lama ke-14 yang saat ini memimpin Tibet, juga dijelaskan bagaimana tanda-tanda untuk

menemukan Reinkarnasi dari Dalai Lama.

Dalam artikel yang berjudul Pionir Riset Reinkarnasi yang ditulis oleh Dr. Ian

Stevenson, Direktur Divisi Studi Persepsi di Universitas Virginia. Ia telah mengabdikan

40 tahun karirnyakepada dokumentasi ilmiah dari ingatan orang-orangdari

seluruhpenjuru dunia tentang hidupnya di masa lalu dan mempunyai lebih dari 3000

kasus. Dalam artikelnya disebutkan kemungkinan awal kemunculan dari reinkarnasi

terjadi pada tahun 1960. Ia juga menjelaskan tentang bukti-bukti adanya reinkarnasi.

Dengan membaca artikel ini, penulis dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya

reinkarnasi itu bisa terjadi. Penulis juga mengetahui bahwa tanda-tanda lahir dalam diri

seseoarang ternyata diduga terkait dengan pembunuhan atau kematian yang dialami

dalam suatu kehidupan sebelumnya dan tanda lahir atau cacat-cacat yang diderita

(26)

12 2.2 Konsep

Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah

gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang

digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Peneliti akan menggambarkan

objek yang diteliti yaitu gambaran berupa pengertian-pengertian yang berkaitan dengan

penelitian.

2.2.1 Kebudayaan

Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dipelajari. Menurut Veegar dalam buku

Ilmu Budaya Dasar, kebudayaan adalah hasil pengungkapan diri manusia ke dalam

materi sejauh diterima dan dimiliki oleh suatu masyarakat dan menjadi warisannya.

Manusia harus menciptakan suatu kebudayaan, sebab tanpa kebudayaan ia makhluk

yang tidak berdaya, yang menjadi korban dari keadaannya yang tidak lengkap dan

naluri-nalurinya yang tidak terpadu.

2.2.2 Mitos dan Legenda China

Mitos adalah suatu cerita, pendapat atau anggapan dalam konteks sebuah

kebudayaan yang dianggap memiliki kebenaran mengenai suatu ihwal yang pernah ada

pada masa dahulu namun “kebenaran” itu sendiri masih diragukan atau belum tentu

benarnya. Mitos berasal dari kata mutos (Yunani) yang berarti cerita atau sejarah berisi

dongeng yang dibentuk serta diriwayatkan mengenai masa lalu. Dalam hal ini dapat

berupa cerita dewa, pahlawan di masa lalu, kejayaan orang masa lampau, mengenai asal

(27)

13

Sementara itu, W.J.S. Poerwadarminta merinci bahwa legenda (legend)

merupakan cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa sejarah

(Poerwadarminta, 1995: 578).

2.2.3 Reinkarnasi

Seorang ahli agama-agama dunia Geoffrey Parrinder, mendefinisikan istilah

reinkarnasi sebagai “Keyakinan bahwa jiwa atau suatu kekuatan keluar sesudah

kematian dan masuk ke tubuh lain”. Bisa dari manusia bayi yang lahir pada saat

kematian atau sesudah kematian, atau pada tubuh yang lain yang bukan manusia (bisa

binatang atau tumbuhan) atau sebaliknya yang bukan manusia pada manusia.

Pandangan dunia dan pengharapan itu bahkan mempunyai nuansa kosmik dan

supranatural, yang menjadikan ajaran ini mempunyai kekuatan yang mengikat para

penganutnya (Norman Geisler, 1986:23).

2.3 Landasan Teori

Teori merupakan alat yang terpenting dari suatu pengetahuan. Menurut

Koenjaraningrat (dalam jurnal, 2008) bahwa tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang

serangkaian fakta saja, tetapi tidak aka nada ilmu pengetahuan. Sebagai pedoman dalam

menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan

dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini.

Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menggunakan Teori Dekonstruksi

Derrida yang mengemukakan bahwa “Sesuatu yang ada bersifat majemuk, tak

berstruktur, dan tak bersistem, hingga tak bisa dibenarkan melalui kata, tanda, dan

(28)

14

menemukan solusi atas permasalahan modernitas”. Ini mengartikan bahwa, Filsafat

modern (pemikiran) Barat identik dengan kebenaran yang tunggal, mutlak, dan absolut.

Melalui dekonstruksinya, Derrida ingin menyampaikan bahwa kebenaran lama bisa

(29)

15 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis dengan

pendekatan historik dokumenter. Objek pendekatan historik dokumenter dengan metode

Deskriptif Analisis yang meliputi pengumpulan data, penilaian data, penafsiran data dan

terakhir penyimpulan.

Historik dokumenter adalah sebuah proses yang meliputi pengumpulan serta

penafsiran gejala, peristiwa ataupun gagasan yang timbul dimasa lampau untuk

menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami situasi sekarang dan

dapat berguna untuk meramalkan perkembangan yang akan datang. Suatu penyelidikan

yang mengaplikasikan metode pemecahan ilmiah dari perspektif historik sesuatu

masalah dengan memakai sumber-sumber yang dalam penelitian ini diambil dari

peninggalan tak tertulis seperti kepercayaan dan sejenisnya

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sejarah yang bersifat kualitatif maka

akan dianalisa berdasarkan data-data yang tersedia atau menurut kajian isinya ( Analisis

Isi atau Content Analysis). Menurut Lexy J. Meloeng yang dikutip oleh Soejono dan H.

Abdurahman kajian isi adalah tehnik yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari

data-data melalui dari usaha menemukan karakteristik pesan, secara objektif dan

(30)

16 3.2 Teknik Pengumpulan Data

3.2.1 Dokumentasi

Penulis menghimpun data-data yang terkumpul berupa dokumen-dokumen yang

terdahulu, buku-buku, catatan formal, jurnal, internet dan sebagainya yang berkaitan

dengan penelitian sebagai bahan penunjang penelitian yang dikumpulkan lalu

dijabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian diambil kesimpulan

akhir.

3.2.2 Observasi Lapangan

Pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung

atau observasi ke tempat atau ke objek yang berhubungan dengan penelitian.

Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses dimana peneliti melihat situasi

penelitian. Metode ini sangat sesuai digunakan peneliti karena pengamatan ini

dilakukan secara bebas atau terstruktur. Dengan pengamatan langsung, lebih

memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan situasi penelitian. Dengan observasi,

maka peneliti dapat melihat secara fenomena-fenomena atau momen-momen yang

tumbuh dan berkembang.

3.2.3 Wawancara

Wawancara yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara

langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para informan kunci.

Wawancara bermakna berhadapan langsung dengan narasumber dan kegiatan dilakukan

(31)

17 3.3 Teknik Analisis Data

Adapun teknik yang dipakai peneliti adalah analisis kualitatif. Data analisis

berupa kata-kata, penyataan-pernyataan ide, penjelasan-penjelasan ide atau kejadian dan

bukan dalam kerangka angka lalu dikumpulkan yang kemudian disusun dalam teks yang

(32)

18 BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Konsep Reinkarnasi dalam Mitos dan Legenda China

Makna dari mitos itu sendiri adalah suatu cerita, pendapat atau anggapan dalam

konteks sebuah kebudayaan yang dianggap memiliki kebenaran mengenai suatu ihwal

yang pernah ada pada masa dahulu namun “kebenaran” itu sendiri masih diragukan atau

belum tentu benarnya. Mitos berasal dari kata mutos (Yunani) yang berarti cerita atau

sejarah berisi dongeng yang dibentuk serta diriwayatkan mengenai masa lalu. Dalam hal

ini dapat berupa cerita dewa, pahlawan di masa lalu, kejayaan orang masa lampau,

mengenai asal usul alam semesta dan sebagainya (Alkatiri, 1998: 2-6).

Sementara itu, W.J.S. Poerwadarminta merinci bahwa legenda (legend)

merupakan cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa sejarah

(Poerwadarminta, 1995: 578).

Beberapa kalangan menganggap bahwa legenda lebih dari sekedar cerita sejarah

masa lampau, karena hal tersebut dinilai mempunyai suatu kesakralan berkaitan dengan

suatu pantangan, kewajiban dan sebagainya. Sebagian besar legenda memang

menceritakan suatu sejarah, seperti asal muasal suatu tempat, peristiwa atau mengenai

kejayaan seseorang yang hidup di masa lalu.

Terlepas dari apa yang telah diketahui orang-orang secara umum tentang konsep

reinkarnasi dalam mitos dan legenda China, ternyata tidak sedikit orang-orang yang

dapat memetik pelajaran yang sangat berharga dari reinkarnasi sehingga menjadikan

(33)

19

akhirnya reinkarnasi itu membawa perubahan bagi beberapa kelompok masyarakat yang

kemudian cerita itu menyebar secara cepat ke berbagai belahan dunia. Dari mereka yang

berfikiran skeptis sampai mereka yang melakukan penelitian yang mendalam tentang

keberadaan reinkarnasi, ternyata sampai detik ini reinkarnasi merupakan pengetahuan

yang dianggap cukup menarik sehingga banyak orang yang tertarik untuk meneliti serta

mendalami pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu sampai saat ini reinkarnasi masih

dibicarakan dan berkembang dari waktu ke waktu.

Mereka yang melakukan penelitian tidak henti-hentinya memberikan

terobosan-terobosan baru demi memberikan penjelasan secara ilmiah mengenai reinkarnasi.

Sehingga pengetahuan reinkarnasi tidak hanya diketahui dan dinikmati oleh sebagian

orang yang menganut kepercayaan tentang kebenaran dari reinkarnasi. Ini sangat

penting bagi pertumbuhan serta penyempurnaan jawaban yang banyak dipertanyakaan

dan menjadi pro-kontra ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Ketika reinkarnasi

telah berproses secara ilmiah tentunya kita juga harus mencoba membicarakan

reinkarnasi dari sudut pandang yang berbeda, tidak lagi membenturkannya dengan

agama dan kepercayaan yang kita anut, sehingga kita dapat pemahaman dan

pengetahuan baru tentang reinknasi. Satu yang terpenting ketika kita membicarakan

ilmu pengetahuan dan ingin menemukan kebenaran baru dari sesuatu yang kita anggap

tabu untuk kita bicarakan yaitu, kebijaksanaan untuk dapat membongkar pengetahuan

yang telah ditemukan sebelumnya guna mendapatkan kebenaran baru.

Diluar mereka yang mempercayai keberadaan reinkarnasi, dari mereka yang

memiliki six since sampai kepada mereka yang membongkar keberadaan reinkarnasi

melalui meditasi, hipnotis maupun dengan panduan seorang yang ahli, semuanya

(34)

20

mengatakan bahwa reinkarnasi tidak mustahil untuk diketahui oleh siapapun yang

benar-benar ingin mengetahuinya. Ini merupakan salah satu kearifan yang berasal dari

kebudayaan tionghoa yang penulis anggap dapat berguna ditengah-tengah kehidupan

bermasyarakat. Untuk mencari kebenaran baru serta menguak nilai-nilai apa saja yang

menjadi penguat keberadaan reinkarnasi di tengah-tengah masyarakat.

Penulis setuju dengan ungkapan yang dikemukakan E.T.C.Warner dalam

bukunya yang berjudul Mitos dan Legenda Cina Kumpulan Kisah Fantastis dan Rahasia

di Baliknya

“Tetapi peningkatan imajinasi konstruktif saja tidak cukup untuk menghasilkan mitos. Sekiranya itu saja sudah cukup, masuk akal jika kita memperdebatkan bahwa ketika kemajuan intelektual berlanjut, mitospun akan semakin banyak, dan semakin besar kemajuan itu semakin banyak pula mitos. Hal seperti ini tidak kita temukan. Sebenarnya, jika imajinasi konstruktif terus meningkat tanpa intervensi faktor lanjutan lain, tidak perlu ada mitos sama sekali. Kita hampir bisa mengatakan bahwa kebalikannya lah yang terjadi (ada mitos). Ketika menghubungkan mitos dengan masyarakat primitif, bukan dengan filsuf paling besar atau bangsa paling maju – yaitu bukan tahap paling maju dari perkembangan bangsa dimana imajinasi konstruktif membuat bangsa itu besar dan kuat, karena tahap paling maju ini filsuf mengkaji atau mengkritik mitos bukan membuat mitos. (2008:51).

Setelah imajinasi konstruktif itu terbangun, maka harus ada sebuah rangsangan,

menghidupkan imajinasi tersebut dengan memberikannya semacam jiwa. Bukan ide,

tetapi dengan perasaan yang menghidupkan. Dunia butuh suatu kekuatan yang berasal

dan tercipta dari perasaan halus manusia, dimana manusia dapat membuat kreatifitas

yang memiliki kekuatan magis yang dapat hidup dan berkembang di kehidupan semua

orang dari waktu ke waktu. Jika perasaan mulai terusik, baik yang datang dari

kedamaian, sukacita maupun penderitaan muncullah percikan semangat puisi, mitos,

(35)

21

berpesona kekal. Mengungkapkan kekuatan, harapan, semangat yang diidamkan oleh

jiwa-jiwa yang hidup didalamnya. “Bangsa-bangsa yang sangat bersemangat, yang

mengalami emosi yang kuat, yang memperoleh energi yang kuat dari konflik yang terus

menerus dengan bagsa-bangsa lain, imajinasinya teransang menuju ke kreatifitas puisi

yang luar biasa” (Warner E.T.C 2008:52).

Ketika hal tersebut sudah dilaksanakan, mitos dan legenda tersebut sudah

mendapatkan tempat tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang terakhir yang harus

dilakukan ialah konsisten dalam beberapa waktu yang cukup panjang. Ada dua hal yang

bisa terjadi, yaitu, mitos dan legenda itu akan tetap hidup dari masa kemasa, atau

sebaliknya. Inilah tahap dimana mitos dan legenda tersebutsejatinya akan terus

mengalami cobaan-cobaan yang cukup berat untuk dapat hidup dan berkembang. Ketika

mitos tersebut memiliki jiwa, tentunya mitos tersebut akan bertahan seiring

berkembangnya zaman kehidupan manusia. Seperti mitos dan legenda reinkarnasi yang

sampai saat ini masih dibicakan oleh orang banyak.

Kita sering mendengar dan dipertanyakan ditengah-tengah kehidupan

bermasyarakat, tentang apa yang terjadi setelah kematian. Untuk menjawab hal ini kita

selalu menggunakan kepercayaan dan agama yang kita anut sebagai dasar untuk

menyikapi hal ini. Secara garis besarada tiga macam jawaban untuk menjawab

pertanyaan itu. Mereka yang percaya pada adanya “Tuhan Yang Maha Esa-Dewa

Penguasa Semesta” akan menjawab, bahwa setelah mati seorang akan pergi ke salah

satu tempat, yaitu: surga kekal atau neraka kekal, tergantung pada perbuatan atau agama

orang itu. Yang lain mengatakan bahwa bila hidup seseorang berakhir, keberadaannya

juga berakhir. Ini adalah kepercayaan “kemusnahan pada kematian”, yang merupakan

(36)

22

pada kehidupan baru, dan bahwa proses mati dan terlahir kembali ini akan berkelanjutan

sampai kebebasan Nibbana tercapai.

Agama Buddha menganggap kedua pandangan diatas tidak benar dan tidak

lengkap. Pandangan pertama ditolak karena tidak masuk-akal, tidak adil dan kejam. Si

jahat tidak semestinya dilaknat hukuman-kekal di neraka, juga Si baik tidak semestinya

dianugerahi surga-kekal, hanya karena berbuat kejahatan atau kebaikan dibumi selama

60 atau 70 tahun, sepanjang hidupnya sekalipun, masa 60 atau 70 tahun tidak sebanding

dengan kekal selama-lamanya. Juga adalah tidak masuk akal, bahwa “maha-dewa yang

semestinya maha-pengasih” mencampakkan dan menghukum “ciptaannya” berupa

siksaan dan kesakitan selama tak terhitung jutaan tahun. Pandangan diatas juga tidak

bisa menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan penting sehubungan dengan itu. Apa

yang dialami para binatang setelah mati? Apa yang terjadi pada jutaan bayi yang

meninggal dunia dalam kandungan, pula yang meninggal segera setelah lahir? Apakah

mereka ke surga atau ke neraka? Kalau ke surga, maka jelas tak adil sebab mereka

belum pernah berbuat baik, lalu bila dihukum di neraka juga tidak adil karena mereka

belum sempat berbuat kejahatan.

Pandangan materialistik, juga tidak dapat menjawab banyak

pertanyaan-pertanyaan mendasar. Para kaum materialistik sulit menjawab fenomena kompleks,

misalnya bagaimana kesadaran manusia yang timbul setelah pertemuan dua sel kelamin

dan perkembangannya selama 9 bulan. Saat ini, setelah Parapsikologi telah diterima

sebagai cabang ilmu pengetahuan, fenomena seperti telepati dan sebagainya, bertambah

tidak cocok dengan pandangan kaum materialistik tentang roh manusia. Agama Buddha

menawarkan keterangan yang sangat memuaskan tentang dari mana kita datang dan apa

(37)

23

Janin tumbuh, lahir dan berkembang sebagai pribadi baru, dengan diprasyarati,

baik oleh karakteristik roh yang terbawa (dari kehidupan lampau) juga oleh lingkungan

barunya. Kepribadiannya akan berubah dan bermodifikasi oleh usaha kesadaran,

pendidikan, pengaruh orang tua dan lingkungan sosial. Watak menyukai atau tidak

menyukai, bakat kemampuan dan sebagainya, yang dikenal sebagai “sifat bawaan” dari

setiap individu yang sebenarnya adalah terbawa dari kehidupan sebelumnya. Dengan

kata lain, watak serta apa yang dialami pada kehidupan kita saat sekarang, pada

tingkat-tingkat tertentu adalah hasil dari perbuatan kehidupan lampau. Perbuatan-perbuatan kita

selama hidup, demikian pula, akan menentukan di alam kehidupan mana kita akan

dilahirkan.

Secara sederhana, untuk dapat mengerti bagaimana „roh‟ berpindah dari satu

badan ke badan yang lain, maka kita dapat membandingkannya dengan pancaran siaran

radio. Gelombang radioakan selalu memancarkan frekwensi-frekwensi gelombangnya

walaupun tidak ada musik atau suara. Namun pada kenyataannya gelombang yang

dipancarkan lewat angkasa tersebut, ditangkap dan diterima oleh pesawat penerima

(radio) yang dihidupkan, kemudian menjadi musik atau suara. Dengan cara yang sama,

„roh‟ meninggalkan badan pada saat kematian, lalu bergerak di angkasa, setelah itu

„roh‟ tersebut tertarik dan masuk ke sel telur yang telah dibuahi dan menjadi suatu

pribadi yang baru. Roh langsung berpindah dari satu badan ke yang lainnya, seperti

halnya gelombang radio langsung ditangkap segera setelah dipancarkan.

Kita tentunya bertanya-tanya mengapamitos dan legenda cina selaludapat

bertahan ditengah-tengah masyarakat.Sepertiyang dikisahkan dalam buku karangan

E.T.C. Werner dalalm Mitos dan Legenda Cina (Kumpulan Kisah Fantastis dan Rahasia

(38)

24

Xinglin yang terkenal dari dinasti langit emas, yang mendapat hukuman langit karena

perbuatan sang Raja yang membunuh banyak orang dalam peperangan selama beberapa

tahun.

Miao Shan merupakan anak dari Raja Miao Zhuang yang memimpin kerajaan

Xinglin, yang juga mendapat hukuman langit karena membunuh begitu banyak orang

dalam peperangan. Sebagai hukuman Miao Zhuang tidak memiliki anak laki-laki

sebagai pewaris kerajaan. Padahal usia Raja dan Ratu pada saat itu sudah hampir

setengah abad. Oleh karena kegelisahan Ratu terhadap pewaris kerajaan, Ratu

memberitahu Raja bahwa ada dewa yang pemurah dan terkenal karena suka menolong

orang, ia adalah Dewa Huashan yang dipercaya berada di gunung keramat di barat. Ratu

memberi saran kepada Raja bahwa jika Raja berdoa kepada Dewa itu dan meminta

pengampunan, sang Dewa mungkin memberikan seorang pewaris kerajaan.Raja

menyambut baik usulan tersebut karena keinginan Miao Zhuang yang cukup kuat untuk

memperoleh seorang pewaris kerajaan.

Miao Zhuang menyuruh lima puluh pendeta Budhis dan Daois berdoa selama

tujuh hari tujuh malam agar Raja bisa mendapatkan seorang putra. Setelah doa itu

selesai, Raja dan Ratu pergi ke Wihara tersebut untuk mempersembahkan

kurban-kurban. Para utusan juga membawa banyak hadiah yang langka dan berharga, dan

selama tujuh hari tujuh malam Wihara itu dipenuhi suara gendang, lonceng dan semua

jenis alat musik yang bercampur dengan suara para Pendeta yang sedang berdoa.

Akan tetapi Dewa Huashan tahu bahwa Raja tidak diberi seorang anak lelaki

sebagai pewaris. Akan tetapi para Pendeta berdoa untuknya dan sudah memberikan

(39)

25

doanya. Oleh karena itu Dewa memerinttahkan Qianliyan (Mata Jeli) dan Shunfeng

(Telinga Tajam) untuk secepatnya pergi memastikan apakah ada seorang yang layak

yang akan segera bereinkarnasi ke dunia.

Tidak berapa lama kemudian, kedua utusan ini kembali dan menyatakan bahwa

di India, di pegunungan Jiulung, di desa Zhishuyuan, tinggal seorang pria baik bernama

Shi Qinchang, yang leluhurnya selama tiga generasi telah menjalankan semua peraturan

ketat kaum Budhis. Pria ini adalah ayah dari tiga anak, yang tertua Shi Wen, yang kedua

Shi Jin dan yang ketiga Shi Shan, semuanya pengikut Budha yang Agung.

Suatu hari ada persoalan yang menimpa ketiga anak tersebut, Wang Zhe yang

merupakan perampok beserta tiga puluh orang pengikutnya yang dikejar dan disiksa

oleh serdadu India tanpa perbekalan dan hampir mati kelaparan pergi menemui Shi Wen

dan memohon agar mereka diberi makanan. Tahu bahwa mereka pelaku kejahatan Shi

Wen dan kedua saudaranya menolak memberikan apapun kepada mereka, dengan

pertimbangan apabila mereka mati kelaparan, para petani tidak akan menderita kembali

akibat serangan mereka.Akan tetapi karena ini merupakan persoalan hidup dan mati

para perampok, mereka menerobos ke rumah sebuah keluarga kaya bernama Dai,

membakar rumah itu, membunuh seratus orang pria, wanita dan anak-anak dan

merampas semua harta mereka. Dewa Tanah (Tudi) di tempat itu segera memberikan

laporan kepada Yuhuang (Penguasa Langit). Oleh karena tindakan mereka Yuhuang

murka dan memerintahkan agar ketiga anak tersebut di tangkap dan dikurung dipenjara

langit dan membiarkan mereka tidak melihat lagi sinar matahari.

Oleh karena rasa terimakasih Dewa Huashan kepada Raja Miao Zhuang

(40)

26

(Tudi) agar Dewa Huashan meminta kepada Yuhuang melalui Roh Angin agar

mempertimbangkan perbuatan baik yang dilakukan oleh ketiga anak tersebut pada masa

lalu dan mengampuni kesalahan mereka, dengan membiarkan mereka dilahirkan

kembali, tetapi dengan jenis kelamin perempuan, melalui rahim Ratu yang meminta

pewaris kerajaan. Dengan demikian mereka bisa menebus kesalahan mereka dan

menyelamatkan banyak jiwa. Yuhuang menerima permintaan itu dan memerintahkan

Roh Kutub Utara agar membebaskan ketiga tahanan dan membawa jiwa-jiwa mereka ke

istana Raja Miao Zhuang, dan dalam tempo tiga tahun mereka berubah menjadi janin

perempuan dalam rahim Ratu Boya, bayi pertama dinamakan Miao Qing, yang kedua

Miao Yin dan yang ketiga adalah Miao Shan.

Akan tetapi Raja tidak puas dengan apa yang telah diperolehnya dengan

kelahiran tiga orang putrinya lantas siapa yang berani menentang keputusan langit,

seorang manusia tidak kuasa untuk mengubah keputusan Dewa. Jalan terakhir ialah

menunggu ketiga puterinya dewasa dan memilih para menantu untuk menggantikan

posisinya sebagai Raja dan pewaris tahta kerajaan. Dari ketiga saudaranya Miao Shan

menjadi lebih terkenal karena kerendahan hati dan banyak sifat baik lainnya dan

menjalankan dengan sungguh-sungguh semua asas doktrin Buddhis. Sifatnya yang lain

adalah hidup dalam kesucian. Miao Shan tidak menginginkan apa-apa dari anak seorang

Raja yang notabane nya adalah salah satu pewaris kerajaan. Cita-cita Miao Shan ialah

meninggalkan sifat keduniawian dan berupaya mencapai kesempurnaan. Jika suatu hari

nanti dia telah mencapai kebaikan tertinggi, dia akan terbang di awan langit dan

menjelajahi alam semesta dan dalam sekejap mata akan terbang dari timur ke barat. Dia

(41)

27

menyelamatkan orang-orang yang bersedih dan menderita di Bumi ; Dia akan

mengubahkan arwah yang jahat menjadi baik, itulah cita-citanya.

Setelah dewasa kedua kakaknya mendapatkan dan menerima usulan dari Raja

untuk segera menikah, Mereka dikenalkan dan dipilihkan orang-orang terbaik pada

masa itu, untuk dinikahkan kepada mereka yang nantinya salah satunya akan menjadi

seorang Raja pewaris kerajaan. Tak lama kemudian upacara pernikahan diselenggarakan

dengan sangat megah. Pesta demi pesta berlangsung, kedua pasangan pengantin baru itu

kemudian ditempatkan di istana mereka masing-masing dan mereka sangat bahagia.

Berbeda jauh dengan Miao Shan, Dia menolak usulan Raja dan Ratu untuk

menikah padahal Raja dan Ratu ingin mencarikan Miao Shan pria yang terkenal akan

pengetahuan dan kebajikan, mampu memerintah kerajaan dan layak menjadi penerus

tahta. Raja menaruh harapan yang cukup besar kepada Miao Shan agar sudi menerima

usulan sang Raja. Akan tetapi usulan itu dimentahkan oleh Miao Shan karena Dia ingin

mencapai kesempurnaan dan kebuddhaan.

Raja murka dan marah besar atas apa yang telah dilakukan oleh Miao Shan, atas

perintahnya Miao Shan disingkirkan dari istana dan mencopot jubah istana milik Miao

Shan dan membawanya ke taman Ratu dan dibiarkan menderita kedinginan disana. Oleh

karena itu Miao Shan mulai menjalani hidup sebagai pertapa ditemani bulan dan angin

untuk menuju Nirwana, tingkatan berkah spiritual tertinggi.

Setelah beberapa waktu yang lama, para wanita di istana, orangtuanya, dan

kedua kakaknya mengalami kegagalan dalam upaya membujuk Miao Shan agar

mengurungkan niatnya dan mengikuti saran Raja untuk segera menikah dengan orang

(42)

28

melakukan upaya terakhir untuk menyadarkan Miao Shan, tetapi tetap saja Miao Shan

tersinggung dan menolak mereka secara angkuh. Miao Shan meminta mereka untuk

kembali ke Raja dan Ratu untuk menyampaikan permintaannya agar ditempatkan di

Wihara Biksuni Burung Putih(Bojiao Chansi) untuk mempelajari doktrin jalan

kesempurnaan sejati. Setelah itu disampaikan kepada Raja, Raja memberikan izin, tetapi

mengirimkan mandat ke Wihara Biksuni itu, memerintahkan kepada Biksuni untuk

berupaya membujuk sang Putri untuk mengurungkan niatnya ketika dia tiba untuk

tinggal disana. Sesampainya Miao Shan di Wihara Biksuni, para pengajar mematuhi

perintah Raja dan berusaha keras untuk membujuk Sang Putri agar pulang ke istana

tetapi karena tak satupun anjuran mereka berhasil akhirnya diputuskan untuk

memberikan Miao Shan percobaan. Miao Shan ditempatkan didapur yang dimana

bertugas untuk menyiapkan makanan untuk para Biksuni di Wihara, dan mengerjakan

semua pekerjaan lainnya. Jika dia tidak menjalankan tugasnya dengan baik, mereka

akan memulangkannya.

Miao Shan dengan senang hati menyetujui rencana mereka dan mulai

menyerahkan diri dangan kerendahan hati kepada Buddha. Dia berlutut dihadapan Rulai

dan memberikan persembahan kepadanya, lalu berdoa, “ Buddha yang Agung, penuh

kebaikan dan welas asi, hamba berhasrat meninggalkan keduniawian. Berkatilah hamba

agar tidak menyerah pada godaan-godaan yang akan datang untuk iman hamba” Miao

Shan kemudian menjalankan semua peraturan di Wihara Biksuni dan mematuhi para

atasannya.

Atas pengorbanan diri dan murah hati Miao Shan menyentuh hati Yuhuang

(Penguasa Langit). Yuhang memanggil Roh Kutub Utara dan memerintahkan tiga

(43)

29

Tudi untuk membantu dia dengan segera. Beritahu Naga Laut agar menggalikan dia

sebuah sumur dekat dapur, seekor macan untuk membawakan dia kayu bakar,

burung-burung untuk mengumpulkan sayuran untuk para biksuni, dan semua dewa langit

membantu tugas-tugasnya, agar dia bisa mencapai kesempurnaan tanpa gangguan.

Ketika perintah Yuhuang dilaksanakan oleh para Dewa, mukjizat-mukzijat pun terlihat

di Wihara Biksuni. Pemimpin Wihara Biksuni Yi Yu lalu menghadap Raja dan

memohon agar Yang Mulia memanggil putrinya pulang.

Ketika Raja mendengar berita tersebut, Raja langsung memerintahkan pengawal

untuk membakar Wihara tersebut beserta seluruh Biksuni. Tetapi oleh karena doa Miao

Shan kepada Penguasa Langit, serta mengambil sebuah tusuk konde bambu dari

rambutnya, lalu menusuk langit-langit mulutnya dan menyemburkan darah yang

mengucur dari mulutnya kearah langit. Dengan seketika awan mengerubungi seluruh

langit dan menurunkan hujan lebat yang memadamkan api yang membakar Wihara

Biksuni tersebut. Para biksuni berlutut dan berterimahkasih kepada Miao Shan karena

telah menyelamatkan nyawa mereka.

Bukan berarti ketika permintaan Miao Shan dikabulkan oleh Yuhuang dan

menolong para Biksuni, Miao Shan akan bebas dari hukuman Raja. Setelah apa yang

telah dia lakukan, Miao Shan tetap dihukum, penderitaan Miao Shan belum berakhir,

untuk mencapai kesempurnaan, bukan hanya menyingkirkan hidup keduniawian, tetapi

juga harus bersedia meninggalkan hidupnya sebagai manusia. Miao Shan dihukum mati.

Ketika Tudi mendapatkan informasi ini, lalu memberitahukannya kepada Yuhuang.

Yuhuang memberikan perintah agar ketika Miao Shan dihukum mati, Miao Shan tidak

menderita rasa sakit dan mematahkan tombak dan pedang yang akan mereka gunakan

(44)

30

ke dalam mulutnya agar jenasahnya tidak membusuk, setelah itu dia harus dibawa ke

Xiangshan di Pulau Puto, dimana dia akan mendapatkan kesempurnaan tertinggi.

Setelah Miao Shan meninggal, Miao Shan mengunjungi tempat yang belum

pernah dia kunjungi sebelumnya, tempat yang pertama sekali dia kunjungi adalah

wilayah neraka. Bukan semata-mata karena perbuatannya yang buruk sewaktu dia

masih hidup tetapi adalah karena hal sebaliknya serta kekuatan hati dan jiwanya untuk

mencapai kesempurnaan. Semua Dewa yang berada disana memberikannya selamat dan

memberikan penghormatan kepada Miao Shan setelah mendengar dan melihat apa yang

telah dilakukan oleh Miao Shan selama dia masih hidup. Setelah dia berkeliling

diwilayah neraka, Miao Shan diminta berdoa untuk semua roh yang dihukum di sepuluh

wilayah neraka. Tidak berapa lama setelah Miao Shan berdoa, tiba-tiba neraka menjadi

sebuah surga penuh kegembiraan dan alat-alat penyiksapun berubah menjadi

bunga-bunga teratai.

Panguan, pemegang daftar orang hidup dan orang mati menyampaikan

peringatan kepada Yanwang dan menyatakan bahwa sejak kedatangan Miao Shan, tidak

ada lagi rasa sakit di neraka dan semua roh terhukum bahagia. Demi keadilan, harus ada

langit maupun neraka, jika Miao Shan kembali lagi ke bumi untuk di reinkarnasi tidak

akan ada lagi neraka, hanya ada langit. Oleh karena itu Yanwang memerintahkan, agar

Miao Shan dibawa ke hutan cemara untuk masuk lagi ke tubuhnya dan mengembalikan

hidupnya ke dunia atas.

Miao Shan masih memiliki tugas dari Buddha Rulai setelah Budha memberikan

pencobaan terhadap Miao Shan, dan Miao Shan mampu melewati tantangan yang

(45)

31

Xiangshan, yang didirikan pada zaman sejarah paling awal. Wihara itu didiami oleh

para Dewa dan terletak di laut, diatas pulau Putou wilayah yang berada dibawah

kekuasaan Annam. Disana Miao Shan akan mencapai kesempurnaan tertinggi. Ketika

menempuh perjalanan ke Xiangshan, Miao Shan dibantu oleh Tudi yang menyamar

sebagai macan, kemudian Tudi menyuruh Miao Shan untuk naik keatas punggungnya

hingga sampai ke Xiangshan.

Selama sembilan tahun menyepi di Xiangshang, kemudian Dicangwang datang

ketempat itu dan terkejut melihat kesucian Miao Shan, sehingga dia menanyakan

kepada Dewa Tanah setempat apa yang menyebabkan hasil yang luar biasa ini. Selain

Rulai, semua yang di barat tidak ada yang bisa menyamai martabat dan

kesempurnaannya. Dia adalah Ratu Tiga Ribu Pusa dan semua makhluk di bumi yang

mempunyai kulit dan darah. Dan Miao Shan dianggap sebagai penguasa segala

makhluk. Oleh karena itu, pada hari ke-19 bulan ke-11 Miao Shan dinobatkan agar

seluruh dunia mendapatkan berkah darinya.

Dewa tanah mengirimkan undangan perayaan, dan hampir semua Dewa

menghadirinya Miao Shan duduk diatas tahkta teratai dan kumpulan para Dewa itu

mengumumkan Miao Shan sebagai penguasa langit dan bumi dan sebagai Buddha.

Miao Shan lalu diangkat menjadi Dewi dan diberi gelar Pusa yang Sangat Welas Asi

dan Sangat Penyayang, Penyelamat Orang-orang Yang Menderita, Dewi Pelindung

yang selalu membantu manusia. Diatas teratainya akan menjadi Penguasa Laut Selatan

dan Pulau Putou. Setelah menjadi Dewi, dia memberikan jalan kepada ayah, ibunya,

kedua kakaknya untuk segera bertobat. Dan lambat laun mereka semua mencapai

(46)

32

Kedua kakaknya yang sampai saat ini dinodai dengan kenikmatan duniawi,

perlahan-lahan akan meningkatkan kemajuan mereka sampai akhirnya mencapai

kesempurnaan sejati.

Miao Qing diberi gelar Pusa yang Sangat Suci yang Cantik Sepenuhnya,

Penunggang Singa Hijau.

Miao yin diberi penghargaan dengan gelar Pusa yang Sangat Suci yang Menarik

Sepenuhnya, Penunggang Gajah Putih.

Raja Miao Zhuang diangkat ke kedaulatan Pusa Suci Penakluk Pemeriksa

Manusia.

Ratu Boya menerima gelar Pusa 10.000 kebajikan, Pemeriksa Wanita Ternama.

Shan Cai dianugrahi gelar Pemuda Emas.

Lung Nu diberi gelar Pelayan Giok.

Dan dupa akan dinyalakan dihadapan semua Dewa ini sepanjang masa, dan akan

dikenang oleh banyak orang.

Begitulah perjalanan panjang dari konsep perjalanan reinkarnasi yang terdapat

dalam mitos dan legenda China. Cerita rakyat yang hidup dari waktu ke waktu, yang

berkembang menjadi sebuah doktrin yang cukup mengena dihati masyarakat terkhusus

masyarakat tionghoa. Ketika seseorang yang sudah mengetahui darma Buddha atau

mereka yang sudah memiliki komitmen yang tinggi untuk memperbaiki hidupnya, akan

selalu menjaga hati, fikiran dan tindakannya. Sama halnya seperti kisah Miao Shan yang

(47)

33

keduniawiaannya. Tentu ini merupakan proses yang sangat panjang sampai kepada

tingkatan tertinggi untuk menjadi seorang Dewi. Selama tiga generasi telah

menjalankan semua peraturan ketat kaum Buddhis.Pada masa kehidupannya dengan

setia dan patuh terhadap dharma yang diajarkan oleh sang Buddha. Pada periode

kehidupan yang ke-empat Miao Shan mendapatkan banyak sekali mendapat cobaan dari

penguasa langit akibat dari satu kesalahan fatal yang dilakukannya dengan

saudara-saudaranya, tetapi karena Miao Shan memiliki semangat, komitmen serta kepercayaan

yang sangat tinggi, Miao Shan tidak silau dengan semua kekayaan materi dan

kekuasaan yang ditawarkan Raja kepadanya. Miao Shan menolak dengan tegas semua

yang berhubungan dengan kenikmatan duniawi tersebut, ia percaya bahwa dengan

melakukan tindakan tersebut dapat menebus semua kesalahan yang telah dilakukan

Miao Shan dikehidupan sebelumnya sehingga Miao Shan memperoleh kesempurnaan.

Konsep kelahiran kembali pada mitos dan legenda China yang dikisahkan oleh

Miao Shan merupakan konsep reinkarnasi secara umum yang berada ditengah-tengah

masyarakat.Didalam reinkarnasi ada suatu siklus yang berkepanjangan, dimana setelah

kematian ada kehidupan kembali. Siklus tersebut tidak dapat diketahui akhirnya hingga

sampai kepada tingkatan tertinggi pada kehidupan manusia. Dimana manusia yang

mencapai level tertinggi yaitu mereka yang meninggalkan sifat keduniawian dan

berupaya mencapai kesempurnaan. Mereka yang meninggalkan sifat keduniawian

berarti berani menantang kemewahan, menantang kemegahan, menahan hawa nafsu,

kedengkian serta sifat-sifat rendah yang dimiliki oleh manusia lainnya.Bukan hanya itu

saja, mereka yang benar-benar ingin meninggalkan keduniawian dan ingin mencapai

kesempurnaan senantiasa berada dalam berbagai cobaan. Cobaan yang berasal dari segi

(48)

34

hidup menderita, mendapatkan permasalahan dalam kesehatan, mengalami sakit yang

berkepanjangan, hingga banyak hal lain yang berada diluar dugaan dapat terjadi. Ini

merupakan hal-hal yang tidak mustahil terjadi, karena kita tidak mengetahui apa yang

akan terjadi baik 1 tahun mendatang, 1 bulan mendatang, 1 hari mendatang, 1 jam

mendatang, bahkan 1 menit dan bahkan beberapa detik mendatang, karena kita harus

menyadari, ada kuasa-kuasa yang tidak kita ketahui yang menyelubungi bumi.

Mereka yang hidup dengan cara memperbaiki sedikit demi sedikit kehidupannya

akan menjadi orang yang lebih baik, hal yang demikian dapat kita lihat bukan hanya

pada kehidupan selanjutnya.Efek positif yang ditimbulkan apabila kita berbenah dan

memperbaiki diri dapat langsung terlihat dikehidupan yang kita jalanisaat ini dan akan

menjadi lebih baik lagi pada kehidupan selanjutnya. Berbanding terbalik dengan mereka

yang terlena akan tawaran duniawi. Mereka yang dapat menjaga diri dengan gaya hidup

sehat, menjaga emosi, tidak berkata kotor, tidak membicarakan orang lain,selalu

berfikiran positif, dapat merasakan kesedihan orang lain dan dengan senang hati

membatu orang-orang yang memerlukan bantuan, peka terhadap keadaan lingkungan,

tidak terlena dengan kemegahan dan hasrat duniawi, meningkatkan bakat keterampilan

dan kelebihan yangdimiliki menjadi sesuatu yang dapat berguna,serta selalu belajar dari

kesalahan dan mengubahnya menjadi yang lebih baik. Contoh kehidupan yang diatas

merupakan sedikit dari sekian banyak hal-hal lain yang harus dilakukan apabila ingin

menjadi lebih baik dari hari kehari, lihat ketika kita dapat menjadi lebih baik

dikehidupan sekarang, dengan adanya reinkarnasi kita dapat melipatgandakan hal yang

positif untuk membuatnya lebih baik lagi.

Seperti yang saya katakan dalam bab yang sebelumnya saya menggunakan

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian berpendapat bahwa tujuan tasawuf tidak terlepas dari kehidupan kita tetapi banyak yang beranggapan bahwa tasawuf itu hanya untuk orang yang ilmu agama yang tinggi bukan

• Para dewa yang tugasnya mengurus masalah yang berhubungan kehidupan manusia seperti, dewa-dewi kelahiran, perjodohan, kesehatan, kematian, usia, pekerjaan/ profesi, rejeki/kekayaan,

Ternyata Nu Skin bukan sekedar peluang yang mampu membantu memelihara kesehatan kita, namun lebih daripada itu, saya bisa hidup lebih baik dengan menjadi berkat bagi banyak

Saat itu, yang menjadi penentu adalah amal kita dalam kehidupan. Jika amal kita baik, maka kebaikanlah yang akan kita rasakan sampai hari kiamat datang. Sebaliknya, jika amal

Tetangga itu adalah orang lain selain anggota keluarga, orang-orang yang sering berhubungan dengan kita, jika kita dapat menjalin hubungan yang baik, bukan hanya saja kita

Saat itu, yang menjadi penentu adalah amal kita dalam kehidupan. Jika amal kita baik, maka kebaikanlah yang akan kita rasakan sampai hari kiamat datang. Sebaliknya, jika amal

Bila negara yang akan menjadi agensi pendorong pasar agar lebih mendekati “kesempurnaan”, kita akan berharap seperti itu tentunya, maka negara

Tapi bila Tuhan ada disamping kita, sesederhana apapun hal yang kita lakukan hal itu akan menjadi hebat dan baik, bukan saja buat diri kita sendiri tapi juga baik bagi