i
REINKARNASI PADA MITOS DAN LEGENDA CHINA
轮回在中
的神
(shùzì lúnhuí zài zhōngguó de shénhuà)
Oleh:
ROMMEL HUTAHAEAN 100710007
PROGRAM STUDI SASTRA CINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ii
REINKARNASI PADA MITOS DAN LEGENDA CHINA
轮回在中 的神 (shùzì lúnhuí zài zhōngguó de shénhuà)
SKRIPSI
Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina
Oleh:
ROMMEL HUTAHAEAN 100710007
PROGRAM STUDI SASTRA CINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
iii
REINKARNASI PADA MITOS DAN LEGENDA CHINA
轮回在中 的神 (shùzì lúnhuí zài zhōngguó de shénhuà)
SKRIPSI
Skripsi ini ditujukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang ilmu Sastra Cina
Oleh:
ROMMEL HUTAHAEAN
100710007
Pembimbing I,
Drs.SentosaTarigan, M.SP
Pembimbing II,
T.Kassa Rullah S.S.,MTCSOL
PROGRAM STUDI SASTRA CINA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
iv
MEDAN
2015
Disetujui oleh
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan
Program Studi Sastra Cina Ketua,
v PENGESAHAN
Diterima oleh :
Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk
Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Cina Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
Pada
Tanggal : Hari :
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan
Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013 197603 1 001
Panitia Ujian
No. Penguji Tanda Tangan
1. Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A. ( ) 2. Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si. ( ) 3. Drs. Sentosa Tarigan, M.SP ( )
4. Julina, MTCSOL. ( )
vi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka. Apabila pernyataan yang saya buat ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, September 2015
Penulis
i Abstrak
Reincarnation in the myths and legends of China is a knowledge that is always
talked about amongst the people. This study is based on the number of people who talk
about the existence of reincarnation in the myths and legends of China. And the
existence of reincarnation is reinforced by the evidence of reincarnation. This study
aims to describe how the Reincarnation process known in the myths and legends of
China and to describe the cause of Reincarnation on the myths and legends of China.
This research using descriptive analysis method with approach of historical
documentaries. Data collection techniques used were documentation, field observations
and interviews. From the research conducted authors found a fairly long cycle of the
existence of reincarnation. This thesis is possible to study back to enhance research
results.
ii
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur atas berkat dan karunia serta kesempatan yang
masih diberikan oleh Yesus Kristus Sang Kepala Gerakan hingga saat ini masih
diberikan kesehatan serta kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktuNya. Adapun judul skripsi ini adalah “ Reinkarnasi Pada Mitos dan
Legenda China”. Penulis berharap skripsi ini berguna bagi pembaca, terutama sekali
bagi mahasiswa Sastra China yang ingin mengetahui tentang reinkarnasi dalam mitos
dan legenda China.
Penulis skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan, semangat, bimbingan dan doa kepada penulis, sehingga skripsi
ini dapat diselesaikan.Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
D.T.M.&H.,M.Sc.(C.T.M), Sp.A.(K.). atas kesempatan yang diberikan kepada
penulis sehingga penulis berstatus mahasiswi Program Studi Sastra Cina,
Universitas Sumatera Utara serta kesempatan untuk menyelesaikan Studi S-I di
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dengan baik.
2. DekanFakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara , Bapak Dr. Syahron
iii
3. Ketua Departemen Program Studi Sastra China Ibu Dr. T.Thyrhaya Zein, M.A.
yang dengan sabar selalu memberikan petunjuk dan pengarahan kepada penulis
semasa perkuliahan.
4. Sekretaris Departemen Program Studi Sastra China Ibu Dra. Nur Cahaya
Bangun, M.Si. atas pengarahan dan waktu yang diberikan untuk penulis mulai
dari masa perkuliahan sampai saat ini.
5. Kepada Bapak Drs. Sentosa Tarigan, M.SP selaku Dosen Pembimbing I yang
juga banyak memberikan bimbingan, pengarahan, masukan, kritik membangun
dan motivasi kepada penulis selama berlangsungnya proses penyusunan skripsi
ini.
6. Kepada Abangda T.Kassa Rullah S.S.,MTCSOL, selaku Dosen Pembimbing II
yang juga banyak memberikan semangat, bimbingan, pengarahan, masukan,
kritik, motivasi kepada penulis selama berlangsungnya proses penyusunan
skripsi ini.
7. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Sastra China,Fakulktas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera UtaraJulina Laoshi, Mei Hua Laoshi, Kakak
Endang Retno Widiastuti, Amd. yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan.
8. Seluruh dosen tamu Yu Xue Ling Laoshi, Chen Shu Shu Laoshi, Shen Mi
Laoshi, Cao Xia Laoshi, Peng Pai Laoshi, dan Yang Yang Laoshi dari Jinan
University, RRT dan dosen dari Hanban, RRT yang pernah mengajar di Program
Studi Sastra Cina,Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, dan telah
memberikan ilmu dan kesempatan bagi penulis untuk mengasah kemampuan
iv
9. Kepada keluarga besar Hutahaean, kedua orangtua saya saat ini sudah
berbahagia di surga : Sariman Hutahaean, dan Rolia br Hutapea,kepada abang
Maniur M.H.Ronny Hutahaean SE beserta keluarga., Ervin Hutahean, SE,.
beserta keluarga, kakak Rosalina Hutahaean beserta keluarga, kakak kembar
Eva Yanti Hutahaean beserta keluarga dan Evi Yanti Hutahean Amd., beserta
keluarga dan kakak Anny Novita Hutahaean beserta keluargayang telah
mendukung dan memberikan doa, motivasi, perhatian kasih sayang tanpa batas
kepada penulis.
10.Kepada Bapatua Sidulang, Bapauda Kisaran, Bapauda Sidulang beserta keluarga
yang telah menjadi orang tua yang selalu mendukung dan memberikan doa,
motivasi, perhatian kasih sayang tanpa batas kepada penulis.
11.Kepada Tulang Bandung dan Tulang Sidulang beserta keluarga yang telah
mendukung dan memberikan doa, motivasi, perhatian kasih sayang tanpa batas
kepada penulis.
12.Kepada para saudara Bg Andi Hutahaean SE, Denis Ohara Hutahaean S.Kom,
Regen Hutahaean, Amd., Berlina Hutahaean Amd., Kak Lely Damayanti
Hutahaean S.pd, Cosin Cika Hutahaean SE, Dedi Hutahaean, Lae Pakpahan, ST,
Lae Sinurat serta kepada sahabat saya Boy Andri Hutahaean S.pd dan Juli
Oxiana Manik, SEyang telah mendukung dan memberikan doa, motivasi,
perhatian, kasih sayang tanpa batas kepada penulis.
13.Kepada para teman seperjuangan yang menjadi pengurus komisariat periode
2011-2012 Ketua Arenda, Ray King, Sek. Lida, Ben. Nida, Debora, Giring,
v
14.Kepada para abangda senior dari civitas keluarga besar GMKI FIB USU lintas
generasiAbangda Juniper Silitonga SS, Abangda Supriadi Purba, Abangda
haradongan SS, Abangda Krisman Turnip SS,
15.Kepada seluruh sahabat seperjuangan dari civitas GMKI FIB USU yang tidak
dapat saya sebutkan satu per satu.
16.Kepada sahabat-sahabat saya yang selalu menemani selama proses perkuliahan
hingga pengerjaan skripsi, yang telah membantu memberi saran, kritik, dan
semangat melalui serta teman berpetualang selama masa perkuliahan : Angelika
Surya Veronika SS., Albert Jems Peterson Gulo SS., Ade Ima Melati Harahap
SS, Bernadsyah Tinambunan SS., Devi Atsari SS., Mangiring KL. Tobing,
Daniel Silalahi, Grace Wandahana Napitu SS., Jessica Wicatsono SS., Jhoy
Melvin Sinuhaji SS., Rudiansyah SS., Sarvina Putri Naiharop Hasibuan SS.,
Jopi Girinata Tobing , Shindy Komala Kaha SS.,
17.Kepada kawan-kawan seperjuangan di Program Studi Sastra Cina stambuk 2010
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Anastasya Panjaitan,
Graciella Dominica Purba SS., Ivo Deka Pricilia SS., Juli SS., Novita Dewi
Aruan SS., Patricia Purba, Rotua Yati Siagian SS., Ria Agnesia Purba, Zuraida
Yamin SS., terima kasih atas kerjasama yang telah terbina selama 4 tahun
bersama dan memberikan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi
ini.
18.Seluruh kakak dan abang senior 2007 sampai 2009 (Bg Mateus, Bg Roney, Bg
Dedi, K‟Reny) dan adik-adik stambuk 2011, 2012, dan 2013, 2014 yang
vi
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi yang saya
sajikan ini sangat jauh dari sempurna karena masih terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun skripsi ini.
Akhir kata, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu. Demikianlah ucapan terima kasih ini saya sampaikan, semoga
Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan rahmat-Nya kepada kita semua. Dan
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 05 September 2015
Penulis
vii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI ...11
2.1 Tinjauan Pustaka ...11
4.1 Konsep Reinkarnasi dalam Mitos dan Legenda Cina ...19
4.1.1 Empat Kebenaran Mulia Bertalian Dengan Reinkarnasi ...40
4.1.2 Kelahiran Lampau dan Yang Akan Datang ...50
4.2 Penyebab Reinkarnasi dalam Mitos dan Legenda Cina ...54
4.2.1 Terlahir Kembali Pengaruh Karma dan Emosi-Emosi Destruktif ...54
i Abstrak
Reincarnation in the myths and legends of China is a knowledge that is always
talked about amongst the people. This study is based on the number of people who talk
about the existence of reincarnation in the myths and legends of China. And the
existence of reincarnation is reinforced by the evidence of reincarnation. This study
aims to describe how the Reincarnation process known in the myths and legends of
China and to describe the cause of Reincarnation on the myths and legends of China.
This research using descriptive analysis method with approach of historical
documentaries. Data collection techniques used were documentation, field observations
and interviews. From the research conducted authors found a fairly long cycle of the
existence of reincarnation. This thesis is possible to study back to enhance research
results.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Agama Budha lahir dibagian Timur Laut India sekitar abad ke-6 SM. Setelah
lebih dari 2500 tahun hingga saat ini, agama Budha berkembang keluar India hingga
sampai ke China. Penyebarannya ke berbagai wilayah dapat diterima oleh berbagai
budaya setempat walaupun tidak sedikit variasi oleh karena agama Budha tidak terlalu
terikat pada dogma sebab yang ingin disampaikan bukan keselamatan, melainkan suatu
kebenaran universal yang dapat dicapai oleh manusia sendiri (Djam‟annuri, 2000:65).
Dengan menghilangkan penderitaan untuk mencapai pencerahan yang juga mengakhiri
eksistensi manusia dalam penderitaan (Mudzi Sutrisno, 1993:113).
Setelah Parinibbana (Mircea, 1987 448-449)Budha Gautama, hingga saat ini
terdapat dua mazhab besar dalam agama Budha yang diantut oleh masyarakat Budhis
diseluruh dunia, yaitu : Mazhab Theravada, yang cenderung mempertahankan
kemurnian ajaran Budha, menggunakan kitab Tipitaka berbahasa Pali. Aliran ini sering
kali disebut agama Budha aliran selatan, sebab pada umumnya berkembang di
negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara. Mazhab Mahayana, yang cenderung
mempertahankan makna-makna hakiki ajaran Budha, menggunakan kitab suci Tipitaka
berbahasa Sansekerta. Pengaruh adat istiadat dan kepercayaan masyarakat diterima
dalam mazhab ini. Aliran ini sering kali disebut agama Budha aliran Utara karena pada
umumnya berkembang di negara-negara Asia Timur dan Asia Tengah (Widyantoro,
2003:219). Selain kedua mazhab diatas ada juga Tantrayana yang merupakan cabang
khusus dari Mahayana (Djam‟annuri, 2000:65). Tantra ini ada dua macam yaitu Tantra
2
China (yang dikembangkan oleh guru-guru dari India, antara lain Subhakarasinha,
Vajrabodhi serta Amonghavajra). Sedangkan Tantra Tibet adalah Tantra yang di
terapkan di Tibet, Mongolia, Bhutan dan Nepal (GMCBP : 2002:4).
Mitologi China sudah ada pada abad ke-12 sebelum masehi. Mitologi adalah
ilmu tentang penjelasan orang tak ilmiah tentang apa yang kita sebut dunia lain
(otherworld), yaitu dunia lain itu sendiri dan para penghuninya, kebiasaan mereka yang
misterius dan tindakan mereka yang mencengangkan disana sini, biasanya juga
termasuk penciptaan dunia ini (Werner E.T.C 2008 : 47). Dengan istilah dunia lain,
orang tak ilmiah itu tidak selalu memaksdkan segala sesuatu yang jauh atau bahkan
yang tidak tampak, walaupun banyak hal yang dia jelaskan tercakup dalam istilah itu.
Mitos dan legenda disampaikan turun-temurun dengan cara lisan lebih dari
ribuan tahun, sebelum banyak dicatat dalam buku pada Dinasti Wei Utara and Dinasti
Jin (220-420). Mitologi ini kemudian berkembang menjadi Kepercayaan tradisional
Tionghoa setelah mendapat pengaruh ajaran konfusius, Taoisme serta Agama Buddha.
Sebagian orang percaya isi Mitologi China adalah catatan sejarah yang nyata karena
memiliki nilai pembentukkan tradisi atau sejarah China.
Makna dari mitos itu sendiri adalah suatu cerita, pendapat atau anggapan dalam
konteks sebuah kebudayaan yang dianggap memiliki kebenaran mengenai suatu ihwal
yang pernah ada pada masa dahulu namun “kebenaran” itu sendiri masih diragukan atau
belum tentu benarnya. Mitos berasal dari kata mutos (Yunani) yang berarti cerita atau
sejarah berisi dongeng yang dibentuk serta diriwayatkan mengenai masa lalu. Dalam hal
ini dapat berupa cerita dewa, pahlawan di masa lalu, kejayaan orang masa lampau,
3
Senada dengan Alkatiri, J.A. Coleman dalam The Dictionary of Mythology
(2007) mengungkapkan bahwa mitos dapat berarti suatu kata, cerita, pembicaraan dan
sebagainya. Biasanya cerita yang dimaksud bergulir secara lisan dari satu orang ke
orang lain, dari generasi ke generasi, berkisah mengenai pahlawan, tentang dewa-dewa
atau pun berkaitan dengan ide penciptaan. Beberapa dari mitos terekam dalam catatan
tertulis sehingga dapat diketahui hingga saat ini (Coleman, 2007: 7).
Sementara itu, W.J.S. Poerwadarminta merinci bahwa legenda (legend)
merupakan cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa sejarah
(Poerwadarminta, 1995: 578).
Beberapa kalangan tertentu menganggap bahwa legenda lebih dari sekedar cerita
sejarah masa lampau karena hal tersebut dinilai mempunyai suatu kesakralan berkaitan
dengan suatu pantangan, larangan, kewajiban dan sebagainya. Sebagian besar legenda
memang menceritakan sejarah. Dimana dapat berubah asal muasal suatu hal, tempat,
peristiwa atau mengenai kejayaan seseorang yang hidup di masa lalu.
Proses penyebaran secara lisan atau word of mouth ini memungkinkan adanya
suatu distorsi berupa penambahan dalam cerita yang ada bahkan dapat berbeda sama
sekali dengan cerita pada awalnya karena adanya penambahan unsur ataupun karakter
dalam jalan cerita seriring dengan perubahan zaman yang bergulir baik dalam mitos
ataupun legenda.
Namun walau bagaimana pun, mitos dan legenda tersebut tetap dapat
tersampaikan dari generasi ke generasi karena adanya suatu alat yakni bahasa. Oleh
karena itu, mitos dan legenda dapat dikatakan sama tuanya dengan bahasa. Tercatat
manusia mulai mengenal bahasa kira-kira sejak 300.000 sampai 200.000 tahun Sebelum
4
SM (Nurudin, 2007: 45). Beberapa mitos maupun legenda senantiasa dipertahankan
karena memiliki nilai-nilai yang mampu memberikan suatu pelajaran atau pesan teladan
yang baik bagi kehidupan sehari-hari.
Beberapa pandangan menjelaskan bahwa antara mitos dan legenda harus
dibedakan. Akan tetapi dalam konteks budaya yang senantiasa dinamis, kedua hal
tersebut sering bersilang satu dengan lainnya dalam artian dalam mitos terdapat legenda
demikian pula sebaliknya.
Banyak sekali cerita rakyat yang terdapat dalam legenda dan mitos China yang
sampai sekarang masih menjadi misteri yang keberadaannya sulit untuk diterima dengan
akal sehat. Tetapi jika dicermati, sebenarnya isi dari cerita adalah interpretasi dari mitos
dan legenda yang tidak sulit dan sederhana. Untuk memudahkan dan tidak mengurangi
arti keseluruhan dari novel tersebut, ada juga dari beberapa novel tersebut yang
dijadikan film yang dapat dinikmati dalam bentuk hiburan. Disajikan dalam bentuk
yang lebih sederhana yang ceritanya dapat dicerna oleh anak kecil dan sungguh sangat
menyenangkan.
Chusmeru pernah mengungkapkan bahwa proses bergulirnya suatu pesan
melalui lisan atau dari mulut ke mulut yang dikenal sebagai komunikasi lisan/gethok
tular/word of mouth dalam terminologi komunikasi termasuk dalam bentuk komunikasi
non media (Alkhajar, 2010). Oleh sebab itu tidak banyak mitos dan legenda China yang
memiliki nilai historis yang dapat dicari tau kebenarannya secara detail dan dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Walaupun beberapa dari mitos terekam dalam
catatan tertulis sehingga dapat diketahui hingga saat ini (Coleman, 2007: 7). Tetapi
Derrida yang terkenal dengan teori Dekonstruksinya mengatakan bahwa : “Sesuatu yang
5
melalui kata, tanda, dan konsep tunggal. Metafisika modern tersebut harus dibongkar
(dekonstruksi) untuk menemukan solusi atas permasalahan modernitas”. Ini
mengartikan bahwa, Filsafat modern (pemikiran) Barat identik dengan kebenaran yang
tunggal, mutlak, dan absolut. Melalui dekonstruksinya, Derrida ingin menyampaikan
bahwa kebenaran lama bisa dibongkar dan hal-hal alternatif lainnya bisa menjadi
kebenaran baru. Dekonstruksi tidak berarti menjurus pada penghancuran suatu konsep
tanpa solusi. Tapi dekonstruksi juga bisa menawarkan konsep baru untuk menggantikan
konsep lama. Inilah yang membedakan konsep dekonstruksi dengan nihilisme
(ketiadaan).
Terkadang mitos dan legenda China ini mampu memberikan fakta-fakta
menarik yang dapat diperbincangkan dan dapat diterima oleh sebagian orang. Inilah
yang menjadi pro-kontra terhadap penafsiran dalam mitos dan legenda China. Mungkin
hal ini jugalah yang mengakibatkan cerita rakyat yang berasal dari mitos dan legenda
China dapat berkembang dari waktu ke waktu. Disatu sisi, karena mitos dan legenda ini
merupakan bagian dari mitologi yang pada dasarnya tidak dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah tetapi didalam mitos dan legenda China sarat akan makna dan
nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan
sehari-hari. Inilah keunikan dari setiap cerita rakyat yang berasal dari legenda dan mitos China.
Sebagi contoh ialah Reinkarnasi, Kata reinkarnasi berasal dari dua kata Latin: re
(lagi) dan incarnere (dalam daging). Secara harafiah istilah ini berarti “kembali ke
dalam daging.” Seorang ahli agama-agama dunia Geoffrey Parrinder, mendefinisikan
istilah reinkarnasi sebagai “Keyakinan bahwa jiwa atau suatu kekuatan keluar sesudah
kematian dan masuk ke tubuh lain”. Bisa dari manusia bayi yang lahir pada saat
6
binatang atau tumbuhan) atau sebaliknya yang bukan manusia pada manusia.
Pandangan dunia dan pengharapan itu bahkan mempunyai nuansa kosmik dan
supranatural, yang menjadikan ajaran ini mempunyai kekuatan yang mengikat para
penganutnya (Norman Geisler, 1986:23).
Orang-orang Tionghoa sangat mempercayai adanya Reinkarnasi, salah seorang
Lama yaitu Thubten Yeshe yang wafat di tahun 1984 di California pernah berkata
bahwa “ sebagai penganut sejati Budha, bila meninggal nanti, ia akan kembali lagi ke
dunia ini sampai semua makhluk yang berakal budi ditolongnya mencapai penerangan
sempurna”. Hal ini dipengaruhi praktek keagamaan Budha yang didalam ajarannya
menyebutkan adanya karma dan reinkarnasi. Ajaran karma dan reinkarnasi dalam
Budha termasuk dalam inti dasar-dasar ajaran agama Budha dimana setiap orang yang
hidup pada masa ini bergantung pada karma yang dilakukannya pada masa lampau dan
perbuatannya pada saat ini mempengaruhi manifestasi kelahirannya kembali
dikehidupan masa yang akan datang (Lany Kristono (terj), 1990 : 3).
Banyak orang yang sudah tidak asing lagi mendengar kata reinkarnasi. Di dalam
mitos dan legenda China ada yang menceritakan tentang Reinkarnasi, itu sebabnya
sering sekali reinkarnasi dikaitkan dengan kebudayaan China. Seperti pada tahun
2002-2004 ada film yang terkenal yang mengisi layar kaca di Indonesia yang berjudul Sun Go
Kong yang diadopsi melalui novel Perjalanan Ke Barat, yang menceritakan perjalanan
Seorang Guru Tong San Chong dan ke 3 orang muridnya untuk mencari kitab suci,
mereka melakukan perjalanan dari timur ke barat. Disana menceritakan riwayat salah
seorang murid Tong San Chong yang bernama Ti Pat Kai yang merupakan reinkarnasi
dari seorang Pangeran Tian Feng yang memiliki pasukan perang di khayangan.
7
khayangan, sehingga penguasa langit murka dan menghukum sang pangeran untuk
menjalani kehidupannya di bumi dengan menjadi seorang manusia babi.Sang Penguasa
langit memberikan kehidupan di dunia binatang agar sang pangeran dapat membayar
kesalahannya, agar suatu saat ketika sang pangeran menjalankan dan patuh terhadap
aturan dan dharma Budha dia akan kembali lagi menjadi seorang Dewa.Disini sangat
jelas diceritakan bahwa adanya reinkarnasi yang dikenal pada masyarakat Tionghoa.
Walau terkadang yang menjadi tanda tanya besar adalah apakah reinkarnasi itu memang
ada dan benar-benar terjadi atau hanya cerita fiktif yang dibuat hanya untuk hiburan
semata.
Berdasarkan uraian diatas, Saya sangat tertarik untuk mengetahui lebih dalam dan
berniat untuk melakukan suatu penelitian yang memfokuskan tentang Reinkarnasi Pada Mitos dan Legenda China.
1.2Rumusan Masalah
Adapun masalah yang ingin dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsepterjadinya Reinkarnasi yang dikenal dalam mitos dan legenda
China
2. Apa penyebab Reinkarnasi yang dikenal dalam mitos dan legenda China
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan bagaimana proses Reinkarnasi yang dikenal dalam mitos dan
legenda China.
8 1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
dapat menambah pengetahuan dan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam studi
kebudayaan khususnya budaya China, serta dapat dijadikan bahan perbandingan
penelitian-penelitian yang akan datang. Penulis juga berharap penelitian ini dapat
dimanfaatkan untuk memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan
ilmu pengetahuan khususnya yang terkait dengan budaya etnis Tionghoa yang menjadi
salah satu suku di Indonesia.
2.4.2Manfaat Praktis
Secara praktis, adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah
menambah pengetahuan penulis serta masyarakat Indonesia tentang Reinkarnasi
sehingga mampu menarik perhatian masyarakat luas untuk lebih tertarik mengenal
kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia, baik kebudayaan asli dari Indonesia
maupun kebudayaan etnis Tionghoa. Dan juga penulis berharap penelitian dapat
dijadikan rujukan untuk penelitian-penelitian yang akan datang ataupun sebagai bahan
pelajaran muatan lokal. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu masyarakat
9 1.5Batasan Masalah
Masyarakat Tionghoa memiliki banyak kebudayaan yang sudah dikenal oleh
masyarakat dunia. Mitos dan legenda China, merupakan salah satu dari sekian banyak
kebudayaan yang dikenal di Indonesia. Dalam hal ini penulis mengambil judul yang
berisi kajian tentang Reinkarnasi, dimana buku-buku yang menceritakan tentang
Reinkarnasi sudah banyak dijumpai. Maka untuk menghindari batasan yang terlalu luas,
peneliti mencoba membatasi ruang lingkup penelitianhanya pada kajian reinkarnasi
10 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
2.1Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah ,menyelidiki atau
mempelajari (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:1198). Pustaka adalah kitab-kitab;
buku; buku primbon (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003:912). Penulis menemukan
beberapa buku, skripsi yang isinya relevan dengan judul penelitian ini.
Ranelle Wallace, dalam bukunya berjudul “The Burning Within”. Dalam
bukunya ini, penulis menjelaskan pengalamannya mendekati kematian yang sangat
tidak biasa dan sangat menakjubkan. Ketika di surga, dia melihat anaknya yang belum
lahir ke dunia. Ini adalah aspek pengalaman yang membuatnya mengalami kematian
dengan sangat unik. Berikut ini adalah kutipan dari bukunya, The Burning Within, di
mana dia secara menakjubkan menggambarkan pengalaman menjelang kematiannya.
Stephen Petullo, dalam bukunya berjudul “Your Love Life & Reincarnation”.
Dalam buku ini penulis mengungkapkan untuk membantu para pembacanya menyadari
kehidupan masa lampau panjang kita yang terlupakan ternyata sangat mempengaruhi
kehidupan kita sekarang terutama kehidupan cinta kita, dan bagaimana kita dapat
memperbaikinya. Buku ini lebih menitikberatkan tentang penyembuhan diri daripada
membantu kita dalam menemukan pasangan kasih yang sempurna.
Tantra Tibet adalah buku yang ditulis oleh TIM EKAYANA dan diterbitkan
oleh yayasan PMVBI yang bekerjasama dengan penerbit Karaniya menjelaskan tentang
11
perkembangan sekte-sekte tersebut juga dijelaskan esensi ajaran dan ritual dalam
Tantra.
Tentang Reinkarnasi, Vicki Mackenzi menulis dalam bukunya Reinkarnasi :
Misteri Bocah Spanyol bernama Osel yang diterjemahkan oleh Lany Kristono,
memaparkan tentang Reinkarnasi Lama Thubten Yeshe pada seorang bocah Spanyol
bernama Osel yang berarti Cahaya Terang, yaitu keadaan fikiran/ kesadaran yang paling
murni. Dikisahkan tentang bagaimana akhir hidup Lama Yeshe, kematian dan kelahiran
kembali, pencarian bukti Reinkarnasi Lama serta penjelasan dan pengakuan dari dalai
lama ke-14 yang saat ini memimpin Tibet, juga dijelaskan bagaimana tanda-tanda untuk
menemukan Reinkarnasi dari Dalai Lama.
Dalam artikel yang berjudul Pionir Riset Reinkarnasi yang ditulis oleh Dr. Ian
Stevenson, Direktur Divisi Studi Persepsi di Universitas Virginia. Ia telah mengabdikan
40 tahun karirnyakepada dokumentasi ilmiah dari ingatan orang-orangdari
seluruhpenjuru dunia tentang hidupnya di masa lalu dan mempunyai lebih dari 3000
kasus. Dalam artikelnya disebutkan kemungkinan awal kemunculan dari reinkarnasi
terjadi pada tahun 1960. Ia juga menjelaskan tentang bukti-bukti adanya reinkarnasi.
Dengan membaca artikel ini, penulis dapat mengetahui bagaimana sesungguhnya
reinkarnasi itu bisa terjadi. Penulis juga mengetahui bahwa tanda-tanda lahir dalam diri
seseoarang ternyata diduga terkait dengan pembunuhan atau kematian yang dialami
dalam suatu kehidupan sebelumnya dan tanda lahir atau cacat-cacat yang diderita
12 2.2 Konsep
Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah
gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Peneliti akan menggambarkan
objek yang diteliti yaitu gambaran berupa pengertian-pengertian yang berkaitan dengan
penelitian.
2.2.1 Kebudayaan
Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dipelajari. Menurut Veegar dalam buku
Ilmu Budaya Dasar, kebudayaan adalah hasil pengungkapan diri manusia ke dalam
materi sejauh diterima dan dimiliki oleh suatu masyarakat dan menjadi warisannya.
Manusia harus menciptakan suatu kebudayaan, sebab tanpa kebudayaan ia makhluk
yang tidak berdaya, yang menjadi korban dari keadaannya yang tidak lengkap dan
naluri-nalurinya yang tidak terpadu.
2.2.2 Mitos dan Legenda China
Mitos adalah suatu cerita, pendapat atau anggapan dalam konteks sebuah
kebudayaan yang dianggap memiliki kebenaran mengenai suatu ihwal yang pernah ada
pada masa dahulu namun “kebenaran” itu sendiri masih diragukan atau belum tentu
benarnya. Mitos berasal dari kata mutos (Yunani) yang berarti cerita atau sejarah berisi
dongeng yang dibentuk serta diriwayatkan mengenai masa lalu. Dalam hal ini dapat
berupa cerita dewa, pahlawan di masa lalu, kejayaan orang masa lampau, mengenai asal
13
Sementara itu, W.J.S. Poerwadarminta merinci bahwa legenda (legend)
merupakan cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa sejarah
(Poerwadarminta, 1995: 578).
2.2.3 Reinkarnasi
Seorang ahli agama-agama dunia Geoffrey Parrinder, mendefinisikan istilah
reinkarnasi sebagai “Keyakinan bahwa jiwa atau suatu kekuatan keluar sesudah
kematian dan masuk ke tubuh lain”. Bisa dari manusia bayi yang lahir pada saat
kematian atau sesudah kematian, atau pada tubuh yang lain yang bukan manusia (bisa
binatang atau tumbuhan) atau sebaliknya yang bukan manusia pada manusia.
Pandangan dunia dan pengharapan itu bahkan mempunyai nuansa kosmik dan
supranatural, yang menjadikan ajaran ini mempunyai kekuatan yang mengikat para
penganutnya (Norman Geisler, 1986:23).
2.3 Landasan Teori
Teori merupakan alat yang terpenting dari suatu pengetahuan. Menurut
Koenjaraningrat (dalam jurnal, 2008) bahwa tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang
serangkaian fakta saja, tetapi tidak aka nada ilmu pengetahuan. Sebagai pedoman dalam
menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan
dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Dalam menyelesaikan penelitian ini, penulis menggunakan Teori Dekonstruksi
Derrida yang mengemukakan bahwa “Sesuatu yang ada bersifat majemuk, tak
berstruktur, dan tak bersistem, hingga tak bisa dibenarkan melalui kata, tanda, dan
14
menemukan solusi atas permasalahan modernitas”. Ini mengartikan bahwa, Filsafat
modern (pemikiran) Barat identik dengan kebenaran yang tunggal, mutlak, dan absolut.
Melalui dekonstruksinya, Derrida ingin menyampaikan bahwa kebenaran lama bisa
15 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis dengan
pendekatan historik dokumenter. Objek pendekatan historik dokumenter dengan metode
Deskriptif Analisis yang meliputi pengumpulan data, penilaian data, penafsiran data dan
terakhir penyimpulan.
Historik dokumenter adalah sebuah proses yang meliputi pengumpulan serta
penafsiran gejala, peristiwa ataupun gagasan yang timbul dimasa lampau untuk
menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha memahami situasi sekarang dan
dapat berguna untuk meramalkan perkembangan yang akan datang. Suatu penyelidikan
yang mengaplikasikan metode pemecahan ilmiah dari perspektif historik sesuatu
masalah dengan memakai sumber-sumber yang dalam penelitian ini diambil dari
peninggalan tak tertulis seperti kepercayaan dan sejenisnya
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sejarah yang bersifat kualitatif maka
akan dianalisa berdasarkan data-data yang tersedia atau menurut kajian isinya ( Analisis
Isi atau Content Analysis). Menurut Lexy J. Meloeng yang dikutip oleh Soejono dan H.
Abdurahman kajian isi adalah tehnik yang digunakan untuk menarik kesimpulan dari
data-data melalui dari usaha menemukan karakteristik pesan, secara objektif dan
16 3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Dokumentasi
Penulis menghimpun data-data yang terkumpul berupa dokumen-dokumen yang
terdahulu, buku-buku, catatan formal, jurnal, internet dan sebagainya yang berkaitan
dengan penelitian sebagai bahan penunjang penelitian yang dikumpulkan lalu
dijabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian diambil kesimpulan
akhir.
3.2.2 Observasi Lapangan
Pengamatan adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati langsung
atau observasi ke tempat atau ke objek yang berhubungan dengan penelitian.
Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses dimana peneliti melihat situasi
penelitian. Metode ini sangat sesuai digunakan peneliti karena pengamatan ini
dilakukan secara bebas atau terstruktur. Dengan pengamatan langsung, lebih
memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan situasi penelitian. Dengan observasi,
maka peneliti dapat melihat secara fenomena-fenomena atau momen-momen yang
tumbuh dan berkembang.
3.2.3 Wawancara
Wawancara yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para informan kunci.
Wawancara bermakna berhadapan langsung dengan narasumber dan kegiatan dilakukan
17 3.3 Teknik Analisis Data
Adapun teknik yang dipakai peneliti adalah analisis kualitatif. Data analisis
berupa kata-kata, penyataan-pernyataan ide, penjelasan-penjelasan ide atau kejadian dan
bukan dalam kerangka angka lalu dikumpulkan yang kemudian disusun dalam teks yang
18 BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Konsep Reinkarnasi dalam Mitos dan Legenda China
Makna dari mitos itu sendiri adalah suatu cerita, pendapat atau anggapan dalam
konteks sebuah kebudayaan yang dianggap memiliki kebenaran mengenai suatu ihwal
yang pernah ada pada masa dahulu namun “kebenaran” itu sendiri masih diragukan atau
belum tentu benarnya. Mitos berasal dari kata mutos (Yunani) yang berarti cerita atau
sejarah berisi dongeng yang dibentuk serta diriwayatkan mengenai masa lalu. Dalam hal
ini dapat berupa cerita dewa, pahlawan di masa lalu, kejayaan orang masa lampau,
mengenai asal usul alam semesta dan sebagainya (Alkatiri, 1998: 2-6).
Sementara itu, W.J.S. Poerwadarminta merinci bahwa legenda (legend)
merupakan cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa sejarah
(Poerwadarminta, 1995: 578).
Beberapa kalangan menganggap bahwa legenda lebih dari sekedar cerita sejarah
masa lampau, karena hal tersebut dinilai mempunyai suatu kesakralan berkaitan dengan
suatu pantangan, kewajiban dan sebagainya. Sebagian besar legenda memang
menceritakan suatu sejarah, seperti asal muasal suatu tempat, peristiwa atau mengenai
kejayaan seseorang yang hidup di masa lalu.
Terlepas dari apa yang telah diketahui orang-orang secara umum tentang konsep
reinkarnasi dalam mitos dan legenda China, ternyata tidak sedikit orang-orang yang
dapat memetik pelajaran yang sangat berharga dari reinkarnasi sehingga menjadikan
19
akhirnya reinkarnasi itu membawa perubahan bagi beberapa kelompok masyarakat yang
kemudian cerita itu menyebar secara cepat ke berbagai belahan dunia. Dari mereka yang
berfikiran skeptis sampai mereka yang melakukan penelitian yang mendalam tentang
keberadaan reinkarnasi, ternyata sampai detik ini reinkarnasi merupakan pengetahuan
yang dianggap cukup menarik sehingga banyak orang yang tertarik untuk meneliti serta
mendalami pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu sampai saat ini reinkarnasi masih
dibicarakan dan berkembang dari waktu ke waktu.
Mereka yang melakukan penelitian tidak henti-hentinya memberikan
terobosan-terobosan baru demi memberikan penjelasan secara ilmiah mengenai reinkarnasi.
Sehingga pengetahuan reinkarnasi tidak hanya diketahui dan dinikmati oleh sebagian
orang yang menganut kepercayaan tentang kebenaran dari reinkarnasi. Ini sangat
penting bagi pertumbuhan serta penyempurnaan jawaban yang banyak dipertanyakaan
dan menjadi pro-kontra ditengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Ketika reinkarnasi
telah berproses secara ilmiah tentunya kita juga harus mencoba membicarakan
reinkarnasi dari sudut pandang yang berbeda, tidak lagi membenturkannya dengan
agama dan kepercayaan yang kita anut, sehingga kita dapat pemahaman dan
pengetahuan baru tentang reinknasi. Satu yang terpenting ketika kita membicarakan
ilmu pengetahuan dan ingin menemukan kebenaran baru dari sesuatu yang kita anggap
tabu untuk kita bicarakan yaitu, kebijaksanaan untuk dapat membongkar pengetahuan
yang telah ditemukan sebelumnya guna mendapatkan kebenaran baru.
Diluar mereka yang mempercayai keberadaan reinkarnasi, dari mereka yang
memiliki six since sampai kepada mereka yang membongkar keberadaan reinkarnasi
melalui meditasi, hipnotis maupun dengan panduan seorang yang ahli, semuanya
20
mengatakan bahwa reinkarnasi tidak mustahil untuk diketahui oleh siapapun yang
benar-benar ingin mengetahuinya. Ini merupakan salah satu kearifan yang berasal dari
kebudayaan tionghoa yang penulis anggap dapat berguna ditengah-tengah kehidupan
bermasyarakat. Untuk mencari kebenaran baru serta menguak nilai-nilai apa saja yang
menjadi penguat keberadaan reinkarnasi di tengah-tengah masyarakat.
Penulis setuju dengan ungkapan yang dikemukakan E.T.C.Warner dalam
bukunya yang berjudul Mitos dan Legenda Cina Kumpulan Kisah Fantastis dan Rahasia
di Baliknya
“Tetapi peningkatan imajinasi konstruktif saja tidak cukup untuk menghasilkan mitos. Sekiranya itu saja sudah cukup, masuk akal jika kita memperdebatkan bahwa ketika kemajuan intelektual berlanjut, mitospun akan semakin banyak, dan semakin besar kemajuan itu semakin banyak pula mitos. Hal seperti ini tidak kita temukan. Sebenarnya, jika imajinasi konstruktif terus meningkat tanpa intervensi faktor lanjutan lain, tidak perlu ada mitos sama sekali. Kita hampir bisa mengatakan bahwa kebalikannya lah yang terjadi (ada mitos). Ketika menghubungkan mitos dengan masyarakat primitif, bukan dengan filsuf paling besar atau bangsa paling maju – yaitu bukan tahap paling maju dari perkembangan bangsa dimana imajinasi konstruktif membuat bangsa itu besar dan kuat, karena tahap paling maju ini filsuf mengkaji atau mengkritik mitos bukan membuat mitos. (2008:51).
Setelah imajinasi konstruktif itu terbangun, maka harus ada sebuah rangsangan,
menghidupkan imajinasi tersebut dengan memberikannya semacam jiwa. Bukan ide,
tetapi dengan perasaan yang menghidupkan. Dunia butuh suatu kekuatan yang berasal
dan tercipta dari perasaan halus manusia, dimana manusia dapat membuat kreatifitas
yang memiliki kekuatan magis yang dapat hidup dan berkembang di kehidupan semua
orang dari waktu ke waktu. Jika perasaan mulai terusik, baik yang datang dari
kedamaian, sukacita maupun penderitaan muncullah percikan semangat puisi, mitos,
21
berpesona kekal. Mengungkapkan kekuatan, harapan, semangat yang diidamkan oleh
jiwa-jiwa yang hidup didalamnya. “Bangsa-bangsa yang sangat bersemangat, yang
mengalami emosi yang kuat, yang memperoleh energi yang kuat dari konflik yang terus
menerus dengan bagsa-bangsa lain, imajinasinya teransang menuju ke kreatifitas puisi
yang luar biasa” (Warner E.T.C 2008:52).
Ketika hal tersebut sudah dilaksanakan, mitos dan legenda tersebut sudah
mendapatkan tempat tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang terakhir yang harus
dilakukan ialah konsisten dalam beberapa waktu yang cukup panjang. Ada dua hal yang
bisa terjadi, yaitu, mitos dan legenda itu akan tetap hidup dari masa kemasa, atau
sebaliknya. Inilah tahap dimana mitos dan legenda tersebutsejatinya akan terus
mengalami cobaan-cobaan yang cukup berat untuk dapat hidup dan berkembang. Ketika
mitos tersebut memiliki jiwa, tentunya mitos tersebut akan bertahan seiring
berkembangnya zaman kehidupan manusia. Seperti mitos dan legenda reinkarnasi yang
sampai saat ini masih dibicakan oleh orang banyak.
Kita sering mendengar dan dipertanyakan ditengah-tengah kehidupan
bermasyarakat, tentang apa yang terjadi setelah kematian. Untuk menjawab hal ini kita
selalu menggunakan kepercayaan dan agama yang kita anut sebagai dasar untuk
menyikapi hal ini. Secara garis besarada tiga macam jawaban untuk menjawab
pertanyaan itu. Mereka yang percaya pada adanya “Tuhan Yang Maha Esa-Dewa
Penguasa Semesta” akan menjawab, bahwa setelah mati seorang akan pergi ke salah
satu tempat, yaitu: surga kekal atau neraka kekal, tergantung pada perbuatan atau agama
orang itu. Yang lain mengatakan bahwa bila hidup seseorang berakhir, keberadaannya
juga berakhir. Ini adalah kepercayaan “kemusnahan pada kematian”, yang merupakan
22
pada kehidupan baru, dan bahwa proses mati dan terlahir kembali ini akan berkelanjutan
sampai kebebasan Nibbana tercapai.
Agama Buddha menganggap kedua pandangan diatas tidak benar dan tidak
lengkap. Pandangan pertama ditolak karena tidak masuk-akal, tidak adil dan kejam. Si
jahat tidak semestinya dilaknat hukuman-kekal di neraka, juga Si baik tidak semestinya
dianugerahi surga-kekal, hanya karena berbuat kejahatan atau kebaikan dibumi selama
60 atau 70 tahun, sepanjang hidupnya sekalipun, masa 60 atau 70 tahun tidak sebanding
dengan kekal selama-lamanya. Juga adalah tidak masuk akal, bahwa “maha-dewa yang
semestinya maha-pengasih” mencampakkan dan menghukum “ciptaannya” berupa
siksaan dan kesakitan selama tak terhitung jutaan tahun. Pandangan diatas juga tidak
bisa menjawab banyak pertanyaan-pertanyaan penting sehubungan dengan itu. Apa
yang dialami para binatang setelah mati? Apa yang terjadi pada jutaan bayi yang
meninggal dunia dalam kandungan, pula yang meninggal segera setelah lahir? Apakah
mereka ke surga atau ke neraka? Kalau ke surga, maka jelas tak adil sebab mereka
belum pernah berbuat baik, lalu bila dihukum di neraka juga tidak adil karena mereka
belum sempat berbuat kejahatan.
Pandangan materialistik, juga tidak dapat menjawab banyak
pertanyaan-pertanyaan mendasar. Para kaum materialistik sulit menjawab fenomena kompleks,
misalnya bagaimana kesadaran manusia yang timbul setelah pertemuan dua sel kelamin
dan perkembangannya selama 9 bulan. Saat ini, setelah Parapsikologi telah diterima
sebagai cabang ilmu pengetahuan, fenomena seperti telepati dan sebagainya, bertambah
tidak cocok dengan pandangan kaum materialistik tentang roh manusia. Agama Buddha
menawarkan keterangan yang sangat memuaskan tentang dari mana kita datang dan apa
23
Janin tumbuh, lahir dan berkembang sebagai pribadi baru, dengan diprasyarati,
baik oleh karakteristik roh yang terbawa (dari kehidupan lampau) juga oleh lingkungan
barunya. Kepribadiannya akan berubah dan bermodifikasi oleh usaha kesadaran,
pendidikan, pengaruh orang tua dan lingkungan sosial. Watak menyukai atau tidak
menyukai, bakat kemampuan dan sebagainya, yang dikenal sebagai “sifat bawaan” dari
setiap individu yang sebenarnya adalah terbawa dari kehidupan sebelumnya. Dengan
kata lain, watak serta apa yang dialami pada kehidupan kita saat sekarang, pada
tingkat-tingkat tertentu adalah hasil dari perbuatan kehidupan lampau. Perbuatan-perbuatan kita
selama hidup, demikian pula, akan menentukan di alam kehidupan mana kita akan
dilahirkan.
Secara sederhana, untuk dapat mengerti bagaimana „roh‟ berpindah dari satu
badan ke badan yang lain, maka kita dapat membandingkannya dengan pancaran siaran
radio. Gelombang radioakan selalu memancarkan frekwensi-frekwensi gelombangnya
walaupun tidak ada musik atau suara. Namun pada kenyataannya gelombang yang
dipancarkan lewat angkasa tersebut, ditangkap dan diterima oleh pesawat penerima
(radio) yang dihidupkan, kemudian menjadi musik atau suara. Dengan cara yang sama,
„roh‟ meninggalkan badan pada saat kematian, lalu bergerak di angkasa, setelah itu
„roh‟ tersebut tertarik dan masuk ke sel telur yang telah dibuahi dan menjadi suatu
pribadi yang baru. Roh langsung berpindah dari satu badan ke yang lainnya, seperti
halnya gelombang radio langsung ditangkap segera setelah dipancarkan.
Kita tentunya bertanya-tanya mengapamitos dan legenda cina selaludapat
bertahan ditengah-tengah masyarakat.Sepertiyang dikisahkan dalam buku karangan
E.T.C. Werner dalalm Mitos dan Legenda Cina (Kumpulan Kisah Fantastis dan Rahasia
24
Xinglin yang terkenal dari dinasti langit emas, yang mendapat hukuman langit karena
perbuatan sang Raja yang membunuh banyak orang dalam peperangan selama beberapa
tahun.
Miao Shan merupakan anak dari Raja Miao Zhuang yang memimpin kerajaan
Xinglin, yang juga mendapat hukuman langit karena membunuh begitu banyak orang
dalam peperangan. Sebagai hukuman Miao Zhuang tidak memiliki anak laki-laki
sebagai pewaris kerajaan. Padahal usia Raja dan Ratu pada saat itu sudah hampir
setengah abad. Oleh karena kegelisahan Ratu terhadap pewaris kerajaan, Ratu
memberitahu Raja bahwa ada dewa yang pemurah dan terkenal karena suka menolong
orang, ia adalah Dewa Huashan yang dipercaya berada di gunung keramat di barat. Ratu
memberi saran kepada Raja bahwa jika Raja berdoa kepada Dewa itu dan meminta
pengampunan, sang Dewa mungkin memberikan seorang pewaris kerajaan.Raja
menyambut baik usulan tersebut karena keinginan Miao Zhuang yang cukup kuat untuk
memperoleh seorang pewaris kerajaan.
Miao Zhuang menyuruh lima puluh pendeta Budhis dan Daois berdoa selama
tujuh hari tujuh malam agar Raja bisa mendapatkan seorang putra. Setelah doa itu
selesai, Raja dan Ratu pergi ke Wihara tersebut untuk mempersembahkan
kurban-kurban. Para utusan juga membawa banyak hadiah yang langka dan berharga, dan
selama tujuh hari tujuh malam Wihara itu dipenuhi suara gendang, lonceng dan semua
jenis alat musik yang bercampur dengan suara para Pendeta yang sedang berdoa.
Akan tetapi Dewa Huashan tahu bahwa Raja tidak diberi seorang anak lelaki
sebagai pewaris. Akan tetapi para Pendeta berdoa untuknya dan sudah memberikan
25
doanya. Oleh karena itu Dewa memerinttahkan Qianliyan (Mata Jeli) dan Shunfeng
(Telinga Tajam) untuk secepatnya pergi memastikan apakah ada seorang yang layak
yang akan segera bereinkarnasi ke dunia.
Tidak berapa lama kemudian, kedua utusan ini kembali dan menyatakan bahwa
di India, di pegunungan Jiulung, di desa Zhishuyuan, tinggal seorang pria baik bernama
Shi Qinchang, yang leluhurnya selama tiga generasi telah menjalankan semua peraturan
ketat kaum Budhis. Pria ini adalah ayah dari tiga anak, yang tertua Shi Wen, yang kedua
Shi Jin dan yang ketiga Shi Shan, semuanya pengikut Budha yang Agung.
Suatu hari ada persoalan yang menimpa ketiga anak tersebut, Wang Zhe yang
merupakan perampok beserta tiga puluh orang pengikutnya yang dikejar dan disiksa
oleh serdadu India tanpa perbekalan dan hampir mati kelaparan pergi menemui Shi Wen
dan memohon agar mereka diberi makanan. Tahu bahwa mereka pelaku kejahatan Shi
Wen dan kedua saudaranya menolak memberikan apapun kepada mereka, dengan
pertimbangan apabila mereka mati kelaparan, para petani tidak akan menderita kembali
akibat serangan mereka.Akan tetapi karena ini merupakan persoalan hidup dan mati
para perampok, mereka menerobos ke rumah sebuah keluarga kaya bernama Dai,
membakar rumah itu, membunuh seratus orang pria, wanita dan anak-anak dan
merampas semua harta mereka. Dewa Tanah (Tudi) di tempat itu segera memberikan
laporan kepada Yuhuang (Penguasa Langit). Oleh karena tindakan mereka Yuhuang
murka dan memerintahkan agar ketiga anak tersebut di tangkap dan dikurung dipenjara
langit dan membiarkan mereka tidak melihat lagi sinar matahari.
Oleh karena rasa terimakasih Dewa Huashan kepada Raja Miao Zhuang
26
(Tudi) agar Dewa Huashan meminta kepada Yuhuang melalui Roh Angin agar
mempertimbangkan perbuatan baik yang dilakukan oleh ketiga anak tersebut pada masa
lalu dan mengampuni kesalahan mereka, dengan membiarkan mereka dilahirkan
kembali, tetapi dengan jenis kelamin perempuan, melalui rahim Ratu yang meminta
pewaris kerajaan. Dengan demikian mereka bisa menebus kesalahan mereka dan
menyelamatkan banyak jiwa. Yuhuang menerima permintaan itu dan memerintahkan
Roh Kutub Utara agar membebaskan ketiga tahanan dan membawa jiwa-jiwa mereka ke
istana Raja Miao Zhuang, dan dalam tempo tiga tahun mereka berubah menjadi janin
perempuan dalam rahim Ratu Boya, bayi pertama dinamakan Miao Qing, yang kedua
Miao Yin dan yang ketiga adalah Miao Shan.
Akan tetapi Raja tidak puas dengan apa yang telah diperolehnya dengan
kelahiran tiga orang putrinya lantas siapa yang berani menentang keputusan langit,
seorang manusia tidak kuasa untuk mengubah keputusan Dewa. Jalan terakhir ialah
menunggu ketiga puterinya dewasa dan memilih para menantu untuk menggantikan
posisinya sebagai Raja dan pewaris tahta kerajaan. Dari ketiga saudaranya Miao Shan
menjadi lebih terkenal karena kerendahan hati dan banyak sifat baik lainnya dan
menjalankan dengan sungguh-sungguh semua asas doktrin Buddhis. Sifatnya yang lain
adalah hidup dalam kesucian. Miao Shan tidak menginginkan apa-apa dari anak seorang
Raja yang notabane nya adalah salah satu pewaris kerajaan. Cita-cita Miao Shan ialah
meninggalkan sifat keduniawian dan berupaya mencapai kesempurnaan. Jika suatu hari
nanti dia telah mencapai kebaikan tertinggi, dia akan terbang di awan langit dan
menjelajahi alam semesta dan dalam sekejap mata akan terbang dari timur ke barat. Dia
27
menyelamatkan orang-orang yang bersedih dan menderita di Bumi ; Dia akan
mengubahkan arwah yang jahat menjadi baik, itulah cita-citanya.
Setelah dewasa kedua kakaknya mendapatkan dan menerima usulan dari Raja
untuk segera menikah, Mereka dikenalkan dan dipilihkan orang-orang terbaik pada
masa itu, untuk dinikahkan kepada mereka yang nantinya salah satunya akan menjadi
seorang Raja pewaris kerajaan. Tak lama kemudian upacara pernikahan diselenggarakan
dengan sangat megah. Pesta demi pesta berlangsung, kedua pasangan pengantin baru itu
kemudian ditempatkan di istana mereka masing-masing dan mereka sangat bahagia.
Berbeda jauh dengan Miao Shan, Dia menolak usulan Raja dan Ratu untuk
menikah padahal Raja dan Ratu ingin mencarikan Miao Shan pria yang terkenal akan
pengetahuan dan kebajikan, mampu memerintah kerajaan dan layak menjadi penerus
tahta. Raja menaruh harapan yang cukup besar kepada Miao Shan agar sudi menerima
usulan sang Raja. Akan tetapi usulan itu dimentahkan oleh Miao Shan karena Dia ingin
mencapai kesempurnaan dan kebuddhaan.
Raja murka dan marah besar atas apa yang telah dilakukan oleh Miao Shan, atas
perintahnya Miao Shan disingkirkan dari istana dan mencopot jubah istana milik Miao
Shan dan membawanya ke taman Ratu dan dibiarkan menderita kedinginan disana. Oleh
karena itu Miao Shan mulai menjalani hidup sebagai pertapa ditemani bulan dan angin
untuk menuju Nirwana, tingkatan berkah spiritual tertinggi.
Setelah beberapa waktu yang lama, para wanita di istana, orangtuanya, dan
kedua kakaknya mengalami kegagalan dalam upaya membujuk Miao Shan agar
mengurungkan niatnya dan mengikuti saran Raja untuk segera menikah dengan orang
28
melakukan upaya terakhir untuk menyadarkan Miao Shan, tetapi tetap saja Miao Shan
tersinggung dan menolak mereka secara angkuh. Miao Shan meminta mereka untuk
kembali ke Raja dan Ratu untuk menyampaikan permintaannya agar ditempatkan di
Wihara Biksuni Burung Putih(Bojiao Chansi) untuk mempelajari doktrin jalan
kesempurnaan sejati. Setelah itu disampaikan kepada Raja, Raja memberikan izin, tetapi
mengirimkan mandat ke Wihara Biksuni itu, memerintahkan kepada Biksuni untuk
berupaya membujuk sang Putri untuk mengurungkan niatnya ketika dia tiba untuk
tinggal disana. Sesampainya Miao Shan di Wihara Biksuni, para pengajar mematuhi
perintah Raja dan berusaha keras untuk membujuk Sang Putri agar pulang ke istana
tetapi karena tak satupun anjuran mereka berhasil akhirnya diputuskan untuk
memberikan Miao Shan percobaan. Miao Shan ditempatkan didapur yang dimana
bertugas untuk menyiapkan makanan untuk para Biksuni di Wihara, dan mengerjakan
semua pekerjaan lainnya. Jika dia tidak menjalankan tugasnya dengan baik, mereka
akan memulangkannya.
Miao Shan dengan senang hati menyetujui rencana mereka dan mulai
menyerahkan diri dangan kerendahan hati kepada Buddha. Dia berlutut dihadapan Rulai
dan memberikan persembahan kepadanya, lalu berdoa, “ Buddha yang Agung, penuh
kebaikan dan welas asi, hamba berhasrat meninggalkan keduniawian. Berkatilah hamba
agar tidak menyerah pada godaan-godaan yang akan datang untuk iman hamba” Miao
Shan kemudian menjalankan semua peraturan di Wihara Biksuni dan mematuhi para
atasannya.
Atas pengorbanan diri dan murah hati Miao Shan menyentuh hati Yuhuang
(Penguasa Langit). Yuhang memanggil Roh Kutub Utara dan memerintahkan tiga
29
Tudi untuk membantu dia dengan segera. Beritahu Naga Laut agar menggalikan dia
sebuah sumur dekat dapur, seekor macan untuk membawakan dia kayu bakar,
burung-burung untuk mengumpulkan sayuran untuk para biksuni, dan semua dewa langit
membantu tugas-tugasnya, agar dia bisa mencapai kesempurnaan tanpa gangguan.
Ketika perintah Yuhuang dilaksanakan oleh para Dewa, mukjizat-mukzijat pun terlihat
di Wihara Biksuni. Pemimpin Wihara Biksuni Yi Yu lalu menghadap Raja dan
memohon agar Yang Mulia memanggil putrinya pulang.
Ketika Raja mendengar berita tersebut, Raja langsung memerintahkan pengawal
untuk membakar Wihara tersebut beserta seluruh Biksuni. Tetapi oleh karena doa Miao
Shan kepada Penguasa Langit, serta mengambil sebuah tusuk konde bambu dari
rambutnya, lalu menusuk langit-langit mulutnya dan menyemburkan darah yang
mengucur dari mulutnya kearah langit. Dengan seketika awan mengerubungi seluruh
langit dan menurunkan hujan lebat yang memadamkan api yang membakar Wihara
Biksuni tersebut. Para biksuni berlutut dan berterimahkasih kepada Miao Shan karena
telah menyelamatkan nyawa mereka.
Bukan berarti ketika permintaan Miao Shan dikabulkan oleh Yuhuang dan
menolong para Biksuni, Miao Shan akan bebas dari hukuman Raja. Setelah apa yang
telah dia lakukan, Miao Shan tetap dihukum, penderitaan Miao Shan belum berakhir,
untuk mencapai kesempurnaan, bukan hanya menyingkirkan hidup keduniawian, tetapi
juga harus bersedia meninggalkan hidupnya sebagai manusia. Miao Shan dihukum mati.
Ketika Tudi mendapatkan informasi ini, lalu memberitahukannya kepada Yuhuang.
Yuhuang memberikan perintah agar ketika Miao Shan dihukum mati, Miao Shan tidak
menderita rasa sakit dan mematahkan tombak dan pedang yang akan mereka gunakan
30
ke dalam mulutnya agar jenasahnya tidak membusuk, setelah itu dia harus dibawa ke
Xiangshan di Pulau Puto, dimana dia akan mendapatkan kesempurnaan tertinggi.
Setelah Miao Shan meninggal, Miao Shan mengunjungi tempat yang belum
pernah dia kunjungi sebelumnya, tempat yang pertama sekali dia kunjungi adalah
wilayah neraka. Bukan semata-mata karena perbuatannya yang buruk sewaktu dia
masih hidup tetapi adalah karena hal sebaliknya serta kekuatan hati dan jiwanya untuk
mencapai kesempurnaan. Semua Dewa yang berada disana memberikannya selamat dan
memberikan penghormatan kepada Miao Shan setelah mendengar dan melihat apa yang
telah dilakukan oleh Miao Shan selama dia masih hidup. Setelah dia berkeliling
diwilayah neraka, Miao Shan diminta berdoa untuk semua roh yang dihukum di sepuluh
wilayah neraka. Tidak berapa lama setelah Miao Shan berdoa, tiba-tiba neraka menjadi
sebuah surga penuh kegembiraan dan alat-alat penyiksapun berubah menjadi
bunga-bunga teratai.
Panguan, pemegang daftar orang hidup dan orang mati menyampaikan
peringatan kepada Yanwang dan menyatakan bahwa sejak kedatangan Miao Shan, tidak
ada lagi rasa sakit di neraka dan semua roh terhukum bahagia. Demi keadilan, harus ada
langit maupun neraka, jika Miao Shan kembali lagi ke bumi untuk di reinkarnasi tidak
akan ada lagi neraka, hanya ada langit. Oleh karena itu Yanwang memerintahkan, agar
Miao Shan dibawa ke hutan cemara untuk masuk lagi ke tubuhnya dan mengembalikan
hidupnya ke dunia atas.
Miao Shan masih memiliki tugas dari Buddha Rulai setelah Budha memberikan
pencobaan terhadap Miao Shan, dan Miao Shan mampu melewati tantangan yang
31
Xiangshan, yang didirikan pada zaman sejarah paling awal. Wihara itu didiami oleh
para Dewa dan terletak di laut, diatas pulau Putou wilayah yang berada dibawah
kekuasaan Annam. Disana Miao Shan akan mencapai kesempurnaan tertinggi. Ketika
menempuh perjalanan ke Xiangshan, Miao Shan dibantu oleh Tudi yang menyamar
sebagai macan, kemudian Tudi menyuruh Miao Shan untuk naik keatas punggungnya
hingga sampai ke Xiangshan.
Selama sembilan tahun menyepi di Xiangshang, kemudian Dicangwang datang
ketempat itu dan terkejut melihat kesucian Miao Shan, sehingga dia menanyakan
kepada Dewa Tanah setempat apa yang menyebabkan hasil yang luar biasa ini. Selain
Rulai, semua yang di barat tidak ada yang bisa menyamai martabat dan
kesempurnaannya. Dia adalah Ratu Tiga Ribu Pusa dan semua makhluk di bumi yang
mempunyai kulit dan darah. Dan Miao Shan dianggap sebagai penguasa segala
makhluk. Oleh karena itu, pada hari ke-19 bulan ke-11 Miao Shan dinobatkan agar
seluruh dunia mendapatkan berkah darinya.
Dewa tanah mengirimkan undangan perayaan, dan hampir semua Dewa
menghadirinya Miao Shan duduk diatas tahkta teratai dan kumpulan para Dewa itu
mengumumkan Miao Shan sebagai penguasa langit dan bumi dan sebagai Buddha.
Miao Shan lalu diangkat menjadi Dewi dan diberi gelar Pusa yang Sangat Welas Asi
dan Sangat Penyayang, Penyelamat Orang-orang Yang Menderita, Dewi Pelindung
yang selalu membantu manusia. Diatas teratainya akan menjadi Penguasa Laut Selatan
dan Pulau Putou. Setelah menjadi Dewi, dia memberikan jalan kepada ayah, ibunya,
kedua kakaknya untuk segera bertobat. Dan lambat laun mereka semua mencapai
32
Kedua kakaknya yang sampai saat ini dinodai dengan kenikmatan duniawi,
perlahan-lahan akan meningkatkan kemajuan mereka sampai akhirnya mencapai
kesempurnaan sejati.
Miao Qing diberi gelar Pusa yang Sangat Suci yang Cantik Sepenuhnya,
Penunggang Singa Hijau.
Miao yin diberi penghargaan dengan gelar Pusa yang Sangat Suci yang Menarik
Sepenuhnya, Penunggang Gajah Putih.
Raja Miao Zhuang diangkat ke kedaulatan Pusa Suci Penakluk Pemeriksa
Manusia.
Ratu Boya menerima gelar Pusa 10.000 kebajikan, Pemeriksa Wanita Ternama.
Shan Cai dianugrahi gelar Pemuda Emas.
Lung Nu diberi gelar Pelayan Giok.
Dan dupa akan dinyalakan dihadapan semua Dewa ini sepanjang masa, dan akan
dikenang oleh banyak orang.
Begitulah perjalanan panjang dari konsep perjalanan reinkarnasi yang terdapat
dalam mitos dan legenda China. Cerita rakyat yang hidup dari waktu ke waktu, yang
berkembang menjadi sebuah doktrin yang cukup mengena dihati masyarakat terkhusus
masyarakat tionghoa. Ketika seseorang yang sudah mengetahui darma Buddha atau
mereka yang sudah memiliki komitmen yang tinggi untuk memperbaiki hidupnya, akan
selalu menjaga hati, fikiran dan tindakannya. Sama halnya seperti kisah Miao Shan yang
33
keduniawiaannya. Tentu ini merupakan proses yang sangat panjang sampai kepada
tingkatan tertinggi untuk menjadi seorang Dewi. Selama tiga generasi telah
menjalankan semua peraturan ketat kaum Buddhis.Pada masa kehidupannya dengan
setia dan patuh terhadap dharma yang diajarkan oleh sang Buddha. Pada periode
kehidupan yang ke-empat Miao Shan mendapatkan banyak sekali mendapat cobaan dari
penguasa langit akibat dari satu kesalahan fatal yang dilakukannya dengan
saudara-saudaranya, tetapi karena Miao Shan memiliki semangat, komitmen serta kepercayaan
yang sangat tinggi, Miao Shan tidak silau dengan semua kekayaan materi dan
kekuasaan yang ditawarkan Raja kepadanya. Miao Shan menolak dengan tegas semua
yang berhubungan dengan kenikmatan duniawi tersebut, ia percaya bahwa dengan
melakukan tindakan tersebut dapat menebus semua kesalahan yang telah dilakukan
Miao Shan dikehidupan sebelumnya sehingga Miao Shan memperoleh kesempurnaan.
Konsep kelahiran kembali pada mitos dan legenda China yang dikisahkan oleh
Miao Shan merupakan konsep reinkarnasi secara umum yang berada ditengah-tengah
masyarakat.Didalam reinkarnasi ada suatu siklus yang berkepanjangan, dimana setelah
kematian ada kehidupan kembali. Siklus tersebut tidak dapat diketahui akhirnya hingga
sampai kepada tingkatan tertinggi pada kehidupan manusia. Dimana manusia yang
mencapai level tertinggi yaitu mereka yang meninggalkan sifat keduniawian dan
berupaya mencapai kesempurnaan. Mereka yang meninggalkan sifat keduniawian
berarti berani menantang kemewahan, menantang kemegahan, menahan hawa nafsu,
kedengkian serta sifat-sifat rendah yang dimiliki oleh manusia lainnya.Bukan hanya itu
saja, mereka yang benar-benar ingin meninggalkan keduniawian dan ingin mencapai
kesempurnaan senantiasa berada dalam berbagai cobaan. Cobaan yang berasal dari segi
34
hidup menderita, mendapatkan permasalahan dalam kesehatan, mengalami sakit yang
berkepanjangan, hingga banyak hal lain yang berada diluar dugaan dapat terjadi. Ini
merupakan hal-hal yang tidak mustahil terjadi, karena kita tidak mengetahui apa yang
akan terjadi baik 1 tahun mendatang, 1 bulan mendatang, 1 hari mendatang, 1 jam
mendatang, bahkan 1 menit dan bahkan beberapa detik mendatang, karena kita harus
menyadari, ada kuasa-kuasa yang tidak kita ketahui yang menyelubungi bumi.
Mereka yang hidup dengan cara memperbaiki sedikit demi sedikit kehidupannya
akan menjadi orang yang lebih baik, hal yang demikian dapat kita lihat bukan hanya
pada kehidupan selanjutnya.Efek positif yang ditimbulkan apabila kita berbenah dan
memperbaiki diri dapat langsung terlihat dikehidupan yang kita jalanisaat ini dan akan
menjadi lebih baik lagi pada kehidupan selanjutnya. Berbanding terbalik dengan mereka
yang terlena akan tawaran duniawi. Mereka yang dapat menjaga diri dengan gaya hidup
sehat, menjaga emosi, tidak berkata kotor, tidak membicarakan orang lain,selalu
berfikiran positif, dapat merasakan kesedihan orang lain dan dengan senang hati
membatu orang-orang yang memerlukan bantuan, peka terhadap keadaan lingkungan,
tidak terlena dengan kemegahan dan hasrat duniawi, meningkatkan bakat keterampilan
dan kelebihan yangdimiliki menjadi sesuatu yang dapat berguna,serta selalu belajar dari
kesalahan dan mengubahnya menjadi yang lebih baik. Contoh kehidupan yang diatas
merupakan sedikit dari sekian banyak hal-hal lain yang harus dilakukan apabila ingin
menjadi lebih baik dari hari kehari, lihat ketika kita dapat menjadi lebih baik
dikehidupan sekarang, dengan adanya reinkarnasi kita dapat melipatgandakan hal yang
positif untuk membuatnya lebih baik lagi.
Seperti yang saya katakan dalam bab yang sebelumnya saya menggunakan