• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian pustaka

1. Tes Hasil Belajar

Mardapi (2008: 67) mengemukakan bahwa tes merupakan salah satu cara untuk memperkirakan besarnya tingkat kemampuan manusia secara tidak langsung melalui respon seseorang terhadap sejumlah stimulus yang berupa pertanyaan. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang. Menurut Bukhori (dalam Sulistyorini, 2009:86) tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid. Masidjo (1995: 38) berpendapat bahwa tes adalah suatu alat ukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab untuk mengukur kemampuan dan hasil belajar individu atau kelompok. Sedangkan Widoyoko (2016: 57) menguraikan bahwa tes adalah

sejumlah pernyataan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes. Menurut para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tes adalah sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang pada materi yang sudah diajarkan oleh guru.

b. Definisi Tes Hasil Belajar

Masidjo (1995: 40) mengemukakan bahwa tes hasil belajar adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai. Sementara itu, Purwanto (2014: 66) berpendapat bahwa tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar merupakan tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yang dicapai oleh para siswa.

c. Bentuk Tes Hasil Belajar

Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu :

1) Tes Objektif

Arikunto (2012: 179) mengemukakan bahwa tes obyektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara obyektif. Hal

ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari bentuk test esai. Menurut Purwanto (2014: 72) tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes yang telah tersedia. Maka dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya dilakukan secara objektif.

2) Tes Subjektif

Mardapi (2008: 70) mengemukakan tes subjektif adalah yang sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Tes subjektif dapat dikatakan juga tes uraian. Sementara itu, Suwarto (2013: 47) berpendapat bahwa tes uraian adalah tes yang butir-butirnya berupa suatu pertanyaan atau suatu suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Menurut Depdiknas (dalam Suwarto 2013: 47) tes uraian dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis dan menyimpulkan. Dari pendapat para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tes subjektif adalah tes yang sistem penskorannya dilakukan secara subjektif.

d. Macam-Macam Tes Hasil Belajar Objektif

Arikunto (2012: 181) mengemukakan bahwa macam-macam tes objektif yaitu:

a) Tes Benar-Salah (True-False)

Dalam tes benar-salah soal soalnya berupa pernyataan. Pernyataan tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Peserta tes bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.

b) Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)

Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

c) Menjodohkan (Matching Test)

Matching test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan atau menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas peserta tes adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan.

d) Tes Isian (Completion Test)

Completion test biasa disebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan.

e. Tes Pilihan Ganda

Tes pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang paling banyak digunakan oleh para guru (Sukardi, 2008: 125). Tes pilhan ganda dapat digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan hasil belajar siswa. Sementara itu, Mardapi ( 2008: 71) menyatakan bahwa tes bentuk pilihan ganda adalah tes yang jawabannya dapat diperoleh dengan memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Sedangkan Sulistyorini (2009: 105) berpendapat bahwa tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Suwarto (2013: 37) menyatakan bahwa pilihan ganda merupakan suatu butir yang terdiri dari suatu statmen yang belum lengkap. Untuk melengkapi statment tersebut disediakan beberapa statmen sambungan. Satu diantaranya merupakan sambungan yang benar, sedang yang lain adalah sambungan yang tidak benar. Menurut pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian tes pilihan ganda adalah jenis tes objektif yang berupa pertanyaan dan untuk melengkapi pertanyaan tersebut disediakan beberapa pilihan jawaban dan salah satu pilihan adalah kunci jawaban.

f. Pedoman Pembuatan Soal Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Mardapi (2008: 72) menyatakan bahwa terdapat beberapa pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilhan ganda antara lain: 1) Setiap pokok soal harus jelas.

2) Pilihan jawaban memiliki jenis yang sama (homogen). 3) Panjang kalimat dalam pilihan jawaban relatif sama.

4) Dalam pilihan jawaban tidak ada petunjuk jawaban yang benar. 5) Pilihan jawaban harus menghindari pernyataan semua benar atau

semua salah.

6) Pilihan jawaban angka diurutkan. 7) Semua pilihan jawaban logis.

8) Dilarang menggunakan negatif ganda.

9) Kalimat yang digunakan dalam pembuatan soal tes hasil belajar pilihan ganda sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes. 10) Bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia yang baku.

11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

Selain itu, Suprananto (2012: 108) mengemukakan bahwa ada beberapa kaidah yang harus diikuti agar soal yang tersusun bermutu. Kaidah- kaidah tersebut ditinjau dari 3 aspek:

1) Aspek materi

a) Soal yang dibuat harus sesuai dengan indikator.

b) Semua pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi.

c) Dalam setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau yang paling benar.

2) Aspek konstruksi

a) Dalam membuat soal, pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.

b) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

c) Pokok soal jangan memberikan petunjuk ke arah jawaban yang benar.

d) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.

e) Dalam pilihan jawaban panjang rumusan harus relatif sama. f) Hindari menggunakan pilihan jawaban semua benar atau semua

salah.

g) Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka.

h) Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.

i) Butir materi soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

3) Aspek bahasa

a) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

b) Dilarang menggunakan bahasa yang berlaku disatu tempat saja jika ingin digunakan untuk daerah lain dan nasional.

c) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan, bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai pedoman dalam pembuatan soal tes hasil belajar pilhan ganda:

a) Setiap soal yang dibuat harus jelas dan sesuai dengan indikator. b) Pilihan jawaban harus homogen dan logis.

c) Panjang kalimat dalam pilihan jawaban relatif sama.

d) Dalam Soal ataupun pilihan jawaban hindari memberikan petunjuk jawaban yang benar.

e) Hindari pernyataan semua benar atau semua salah.

f) Pilihan jawaban yang berbentuk angka harus diurutkan berdasarkan besar kecilnya angka.

g) Dilarang menggunakan pernyataan yang bersifat negatif ganda. h) Bahasa Indonesia digunakan merupakan bahasa baku.

g. Kelebihan Tes Hasil Belajar Pilihan ganda

Suprananto (2012: 108) mengemukakan bahwa soal bentuk pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

a) Mampu mengukur berbagai tingkatan kognitif (dari ingatan sampai dengan evaluasi).

b) Penskorannya mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan atau materi yang luas dalam suatu tes.

c) Tepat untuk ujian yang pesertanya masal.

Sama halnya dengan Suprananto, Widoyoko (2016: 74-77) juga menyatakan kelebihan tes pilihan ganda sebagai berikut:

a) Butir soal tes pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur segala level tujuan pembelajaran, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, kecuali tujuan yang berupa kemampuan mendemonstrasikan dan keterampilan menyatakan sesuatu secara ekspresif.

b) Setiap perangkat tes yang menggunakan butir soal pilihan ganda sebagai alat ukur dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak dan karena itu penarikan sampel pokok bahasan yang akan diujikan dapat lebih luas.

c) Penskoran hasil tes dapat dilakukan secara objektif, sehingga tidak ada unsur subjektivitas pemeriksaan.

d) Tipe butir soal dapat disusun sedemikian rupa sehingga menuntut kemampuan peserta tes untuk membedakan berbagai tingkatan kebenaran sekaligus.

e) Tipe butir soal pilihan ganda memungkinkan dilakukan analisis butir soal secara baik. Butir-butir dapat disusun dengan dilakukan uji coba terlebih dahulu. Bila dalam uji coba butir soal tersebut ternyata ada kelemahan (setelah dianalisis) maka dapat dilakukan perbaikan.

f) Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur, dengan mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban.

g) Informasi yang diberikan lebih kaya.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa soal bentuk tes pilihan ganda memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

a) Item tes pilihan ganda dapat mencakup seluruh bahan pelajaran yang akan diujikan.

b) Tes pilihan ganda penskorannya lebih cepat dan dilakukan secara objektif.

c) Tipe butir soal pada tes pilihan ganda memungkinkan untuk dianalisis dan dapat dilakukan uji coba terlebih dahulu.

d) Tingkat kesukaran butir soal dapat diatur dengan mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban.

e) Tepat bila ingin diujikan untuk peserta yang banyak.

h. Kekurangan Tes Hasil Belajar Pilihan Ganda

Selain memiliki kelebihan, tes pilihan ganda juga memiliki kekurangan. Suprananto (2012: 108) mengemukakan bahwa tes hasil belajar pilihan ganda memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

a) Memerlukan waktu yang relatif lama untuk menulis soal.

b) Sulit untuk membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi dengan baik.

Menurut Widoyoko (2012: 70) kekurangan tes pilihan ganda adalah sebagai berikut:

a) Relatif lebih sulit dalam penyusunan butir soal. kesulitan menemukan butir soal tipe pilihan ganda ini terutama untuk menemukan alternatif jawaban yang homogen.

b) Ada kecenderungan bahwa penyusun tes menyusun butir soal tipe ini dengan hanya menguji atau mengukur aspek ingatan atau aspek yang paling rendah dalam ranah kognitif.

c) Adanya pengaruh kebiasaan peserta tes terhadap tes bentuk pilihan ganda terhadap hasil tes peserta.

Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa soal bentuk tes pilihan ganda memiliki beberapa kelemahan, yaitu:

a) Dalam membuat soal membutuhkan waktu yang lama dan relatif sulit dalam menyusun butir soal

b) Ada kecenderungan siswa menebak pilihan jawaban

2. Konstruksi Tes Hasil Belajar

Dokumen terkait