• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Tes Hasil Belajar

seseorang terhadap pertanyaan.

2. Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bilangan dan digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan.

3. Tes pilihan ganda adalah tes yang terdiri dari suatu statement yang belum lengkap, dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternative jawaban lebih dari satu, berkisar dua atau lima.

4. Validitas adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu tes sesuai penggunaan dan tujuan tes yang seharusnya diukur.

5. Reliabilitas adalah konsistensi suatu tes yang akan memberikan hasil yang sama bila diteskan kepada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda.

6. Daya pembeda adalah kemampuan suatu tes untuk membedakan siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan rendah. 7. Tingkat kesukaran adalah bilangan-bilangan yang menunjukkan sukar dan

mudahnya soal.

8. Pengecoh adalah pilihan jawaban yang bukan merupakan kunci jawaban yang berfungsi sebagai penyesat jawaban.

G. Spesifikasi Produk

Produk tes hasil belajar disusun secara lengkap yang terdiri dari :

1. Instrumen tes hasil belajar untuk mengukur ranah kognitif mata pelajaran matematika pada kompetensi dasar menggunakan faktor prima untuk menentukan KPK dan FPB berbentuk soal pilihan ganda dengan empat

pilihan jawaban, dilengkapi dengan kunci jawaban, ranah kognitif soal, dan tingkat kesukaran soal.

2. Instrumen pilihan ganda yang sudah divalidasi oleh 4 ahli.

3. Produk tes hasil belajar matematika yang memenuhi kriteria valid berdasarkan taraf signifikan 5%.

4. Produk tes hasil belajar matematika yang memiliki tingkat kesukaran 30% mudah, 50% sedang, dan 20% sukar.

5. Produk tes hasil belajar matematika memenuhi kriteria daya pembeda minimal cukup membedakan yaitu pada rentan 0,21 – 0,40.

6. Produk tes hasil belajar matematika memiliki pengecoh yang berfungsi dengan baik yaitu paling sedikit dipilih 5% dipilih oleh peserta tes.

7. Tes hasil belajar matematika pilihan ganda menggunakan Bahasa Indonesia yang baku dalam arti penggunaan huruf kapital dan tanda baca yang benar dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

11 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini peneliti membahas mengenai kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berfikir dan pertanyaan penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian teori akan membahas tentang teori-teori relevan yang berhubungan dengan tes hasil belajar, kontruksi tes hasil belajar, matematika, kompetensi dasar, dan taksonomi tes hasil belajar.

1. Tes Hasil Belajar a. Definisi Tes

Tes menurut Sudijono (dalam Ratnawulan , Elis 2015: 192) adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Tes dapat juga diartikan sebagai alat pengukur yang mempunyai standar objektif, sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat dipergunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Djemari Mardapi (dalam Widoyoko, 2004: 2) mengemukakan kata tes (tes dalam Bahasa Inggris) berasal dari Bahasa Prancis kuno: “testrum” yang berarti “piring” untuk menyisihkan logam-logam mulia, maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi. Dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan dalam “tes”. Tes (test) merupakan salah

satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan. Widoyoko (2004: 2) berpendapat bahwa tes merupakan alat ukur untuk memperoleh informasi hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban atau respon benar atau salah. Tes merupakan bagian tersempit dari evaluasi.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah alat yang digunakan untuk menafsirkan dan membandingkan kemampuan individu melalui jawaban atau respon seseorang terhadap pertanyaan.

b. Definisi Belajar

Sudjana (dalam Jihad, Asep 2012: 2) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar. W. S. Winkel (dalam Sulistyorini, 2009: 7) mengemukakan belajar sebagai suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Syah (dalam Jihad 2012 : 1) mengemukakan belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam

penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitar. Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sebuah proses yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan bersifat relatif konstan dan berkesan. Perubahan sebagai hasil proses belajar yang meliputi pemahaman, keterampilan, dan sikap.

c. Definisi Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Jihad & Haris (2012: 14) merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor dari proses belajar yang dilakukan dalam waktur tertentu. Menurut Purwanto (2009:34) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang dapat berupa domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian yang

berupa perubahan perilaku siswa setalah menerima pengamalan belajar yang cenderung menetap, perubahan berupa ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

d. Definisi Tes Hail Belajar

Menurut Purwanto (2009: 66) tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Haris (2012: 15) menjelaskan bahwa tes hasil belajar merupakan cara mengukur tingkat penguasaan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Sudijono (2011: 99) mengemukakan bahwa tes hasil belajar adalah salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Berdasarkan tiga pengertian tes hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa tes hasil belajar adalah tes yang digunakan untuk menentukan tingkat pencapaian peserta didik terhadap materi yang dijabarkan guru atau dipelajari sendiri oleh siswa.

e. Ciri-ciri tes hasil belajar yang baik

Arikunto (2013: 72) mengemukakan sebuah tes dikatakan baik sebagai alat pengukur, harus memenuhi persyaratan tes, yaitu a) Validitas; b) Reliabilitas; c) Objektivitas; d) Praktikabilitas; e) Ekonomis yang dijabarkan sebagai berikut: a) Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.

b) Reliabilitas

Tes tersebut dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan variabel apabila hasil-hasil tes tersebut menunjukkan ketetapan.

c) Objektivitas

Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem skoringnya.

d) Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang mudak dilaksanakan, mudah pemeriksaannya, dan dilengkapi dengan petunjuk yang jelas.

e) Ekonomis

Dalam tes, yang dimaksud ekonomis adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos atau biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

Rahmad dan Suherdi (1999 : 66) mengatakan tingkat kebaikan suatu tes dapat dilihat dari empat ciri berikut : a) Validitas; b) Reliabilitas; c) Tingkat Kesukaran; d) Kepraktisan yang akan dijabarkan sebagai berikut:

a) Validitas

Tes yang baik akan memiliki tingkat validitas yang tinggi. Istilah validitas pada dasarnya menunjukkan pada tingkat ketepatan dalam mengungkapkan data yang semestinya diungkapkan. Tes hasil belajar yang valid akan mengungkapkan aspek-aspek hasil belajar secara tepat.

b) Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada tingkat ketetapan, keajegan, atau kemantapan. Suatu tes yang reliabel akan mampu mengkasilkan data yang relative ajeg dan konsisten, sehingga hasilnya dapat dipercaya.

c) Tingkat Kesukaran

Suatu tes yang baik akan memiliki tingkat kesukaran yang seimbang. Pengertian seimbang dalam kaitan ini dapat dilihat dari dua sisi. Pertama berkaitan dengan proporsi pengebaran soal –sulit, sedang, mudah-. Kedua, berkaitan dengan kemampuan siswa yang dimaksud oleh tes tersebut. Mengenai proporsi penyebaran soal, memang tidak ada kriteria yang pasti, namun lazimnya soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran lebih banyak daripada yang sulit atau yang mudah. Sebagai contoh, sebuah tes sebaiknya

memiliki proporsi penyebaran sebagai berikut: 25% sulit, 50% sedang, dan 25% mudah.

d) Kepraktisan

Kepraktisan juga merupakan salah satu ciri yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan tingkat kebaikan tes. Pengertian kepraktisan menyangkut segi kemudahan dalam mengadministrasikan tes.

f. Tes Pilihan Ganda

Menurut Widoyoko (2009:59) tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu. Pada umumnya jumlah alternatif jawaban berkisar antara 2 (dua) atau 5 (lima). Sukardi (2009: 125) mengemukakan bahwa tes pilihan ganda merupakan jenis tes objektif yang paling banyak digunakan oleh guru, tes ini dapat mengukur pengetahuan yang luas dengan tingkat domain yang bervariasi. Item tes pilihan ganda memiliki semua persyaratan sebagai tes yang baik, yakni dilihat dari segi objektivitas, reliabilitas, dan daya pembeda antara siswa yang berhasil dengan siswa yang gagal atau bodoh.

Suwarto (2013: 37) mengungkapkan bahwa butir pilihan ganda adalah suatu butir yang terdiri dari suatu statement yang belum lengkap. Untuk melengkapi statement tersebut disediakan statement sambungan. Satu diantaranya merupakan sambungan yang benar, sedangkan yang lain adalah sambungan yang salah. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tes pilihan ganda adalah tes yang

terdiri dari suatu statement yang belum lengkap. Dimana setiap butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu, berkisar 2 atau 5, tes ini dapat mengukur pengetahuan yang luas dengan tingkat domain yang bervariasi.

g. Kelebihan dan Kekurangan tes Pilihan Ganda

Masidjo (1995: 84) mengemukakan tiga kekuatan dari tipe pilihan ganda, yaitu : 1. Item-itemnya dapat mencakup bahan yang luas.

2. Item-item tipe pilihan ganda lebih fleksibel dan efektif untuk dapat mengukur kemampuan menafsirkan, mengadakan pilihan, membedakan, menentukan pendapat, menarik kesimpulan dan sebagainya.

3. Sangat mudah memeriksanya atau mudah diberi skor.

Masidjo (1995: 84) juga mengemukakan kelemahan dari tipe tes obyektif pilihan ganda yaitu, menyusun item-itemnya dan banyak membutuhkan waktu terutama dalam menyusun alternatif-alternatif yang homogen.

Menurut Sukardi (2009: 125) mengemukakan kelebihan item tes pilihan ganda adalah sebagai berikut :

1. Tes pilihan ganda memiliki karakteristik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa.

2. Item tes pilihan ganda yang dikontruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru dikelas.

3. Item pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi

4. Item tes pilihan ganda dapat mengukur kemampuan intelektual atau kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

5. Dengan menggunakan kunci jawaban yang sudah disiapkan secara terpisah, jawaban siswa dapat dikoreksi dengan lebih mudah.

6. Hasil jawaban siswa yang diperoleh dari tes pilihan ganda dapat dikoreksi bersama, baik oleh guru maupun oleh siswa dengan situasi yang lebih kondusif. 7. Item tes pilihan ganda yang sudah dibuat terpisah antara lembar soal dan lembar

jawaban, dapat dipakai secara berulang-ulang.

Sukardi (2009: 125) juga mengemukakan kelemahan item tes pilihan ganda adalah sebagai berikut:

1. Konstruksi item tes pilihan ganda lebih sulit serta membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan penyusunan item tes bentuk objektif lainnya. 2. Tidak semua guru senang menggunakan tes pilihan ganda untuk mengukur hasil

pembelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu, misalnya satu semester. 3. Item tes pilihan ganda kurang dapat mengukur kecakapan siswa dalam mengorganisasi materi hasil pembelajaran. Item tes pilihan ganda memberi peluang pada siswa untuk menerka jawaban.

h. Program TAP (Test Analysis Program)

TAP (Test Analysis Program) merupakan salah satu software yang dapat digunakan untuk menganalisis soal tes hasil belajar. Program TAP digunakan untuk menganalisis (Lewis, dalam Wirastri, 2014: 43):

a. Total nilai yang didapat siswa untuk mengetahui rata-rata (mean), maksimum nilai yang didapatkan, minimal nilai yang didapatkan, dan standar deviasi. b. Tingkat kesukaran item untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.

c. Daya pembeda soal untuk membedakan siswa pintar dan siswa kurang pintar dilihat dari skor yang didapatkan siswa.

d. Tingkat validitas soal yang digunakan untuk melihat valid atau tidaknya soal. e. Kualitas pengecoh pada pilihan jawaban soal untuk mengetahui berfungsi atau

tidaknya pengecoh.

Berdasarkan pendapat diatas dapat diketahui bahwa program TAP digunakan untuk menganalisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan kualitas pengecoh.

Dokumen terkait