• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tidak Menyempatkan Waktu untuk

Dalam dokumen 101 Kesalahan Dalam Mendidik Anak (Halaman 192-196)

Bab III Kesalahan Orang tua dalam Mendidik Anak 33

8. Tidak Menyempatkan Waktu untuk

8. Tidak Menyempatkan Waktu untuk Kebersamaan Keluarga

Minggu pagi seluruh anggota keluarga pak Hasan terlihat sangat sibuk sekali. Pak Hasan tampak menggali sebuah lubang besar di belakang kebunnya. Sementara Aldi, anak terbesarnya yang duduk di sekolah menengah, tam-pak asyik menggeser tanah galian agar jauh dari lubang. Sedangkan, Ima, adiknya yang kelas lima SD, menyapu dedaunan sambil bernyanyi-nyanyi riang. Ibu sendiri tampak menanam aneka bunga. Sedang Nila, si bungsu yang baru TK, tampak sibuk memetik dedaunan yang sudah menguning dari dahannya. Kadang-kadang ia ber-main-main, mengejar kupu-kupu yang berlalu lalang. Mereka semua bergembira. Kadang ayah berjoget sejenak saat radio yang menemani mereka memperdengarkan lagu-lagu dangdut. Ibu serta anak-anak tertawa-tawa bahagia melihat tingkah sang ayah.

---Indah sekali bila tercipta suasana kekeluargaan yang seperti itu. Ayah dan ibu yang biasa sibuk bekerja di luar

rumah, tetapi pada hari libur mereka semua berkumpul— melupakan kesibukan rutinitas masing-masing. Mereka yakin kalau kesibukan itu tak akan ada habisnya jika tidak diluangkan waktu untuk berkumpul bersama. Untuk itulah mereka mau melakukan kegiatan dan meng-habiskan waktu bersama, baik secara fi sik maupun emosi.

Apalagi jika kegiatan itu dilakukan dengan saling menghormati dan dilandasi oleh perasaan kasih sayang. Tali batin di antara sesama anggota keluarga akan terjalin dengan indah. Dalam suasana seperti itu, orang tua bisa menjadikannya sebagai sarana untuk mengembangkan perilaku moral positif kepada anak.

Selain bisa mengakrabkan hubungan anggota keluarga, ternyata hal itu bisa memberi kenikmatan baik bagi anak maupun bagi orang tua. Anak akan merasa bangga dan senang karena bisa bekerja sama dengan orang dewasa. Hubungan keluarga terasa menjadi indah karena di da-lamnya ada perhatian satu sama lain. Kelak anak akan mengenang peristiwa itu sebagai suatu kenangan manis yang terpatri dalam ingatannya karena dapat menikmati suasana tersebut secara bersama-sama.

Tali batin di antara sesama anggota keluarga akan terjalin de-ngan indah. Dalam suasana seperti itu, orang tua bisa menja-dikannya sebagai sarana untuk mengembangkan perilaku moral positif kepada anak.

Sesungguhnya momen indah seperti itu akan selalu ditunggu oleh anak. Bagi mereka itu adalah rutinitas yang harus selalu ada. Mereka bahagia karena orang tua memberikan waktu untuk kebersamaan keluarga. Anak

akan menilai besarnya cinta orang tua dengan seberapa banyak orang tua tua memberikan waktu buat mereka.

Sebenarnya untuk memberi nilai kebersamaan bisa dilakukan dengan cara sederhana. Bahkan bisa tanpa mengeluarkan uang sama sekali, yang penting adalah perhatian antar anggota keluarga. Contoh sederhana dari keluarga pak Hasan tersebut bisa mempererat ikatan batin antara ayah, ibu, dan anak-anaknya. Akhirnya rasa kekeluargaan akan terbina dengan kokoh.

Selain berkebun bersama, kegiatan sederhana lain yang bisa dilakukan adalah melakukan pekerjaan rumah bersama, menangkap ikan atau rekreasi di luar rumah. Akan tetapi, hendaklah hal itu dilakukan atas dasar kom-promi semua anggota keluarga.

Ada beberapa hal yang patut diperhatikan oleh orang tua saat melakukan kegiatan bersama anaknya. Jangan mengecam hasil kerja anak walaupun hasilnya buruk. Misalnya, anak menyapu halaman, tetapi masih banyak dedaunan berserakan. Jangan terlalu mengawasi anak dengan memperhatikan tindak-tanduk mereka. Pokoknya orang tua jangan terlalu menetapkan standar yang tinggi tentang kualitas kerja anak.

Orang tua juga harus memasang sikap tenggang rasa. Bila melakukan pekerjaan yang sama, janganlah mem-bandingkan hasilnya dengan kualitas kerja orang tua yang jauh lebih bagus, sehingga membuat anak merasa malu karena melakukan sesuatu dengan buruk. Yang diperlukan di sini bukanlah kualitasnya, tetapi orang tua bisa memancing reaksi yang menyenangkan dari pihak anak sehingga ia menjadi gembira.

Ada hal yang unik berkaitan dengan kebersamaan kelu arga zaman sekarang. Dengan penuh kesadaran se-mua anggota keluarga berkumpul di sebuah rumah

makan dansecara fi sik mereka terlihat bersama-sama. Tapi ternyata, tak ada interaksi sama sekali di antara mereka. Ayah dan anak, masing-masing sibuk dengan lap topnya. Sementara ibu juga tampak menikmati layanan Blackberrynya. Kenyataannya adalah mereka ber -sama secara fi sik, tetapi tidak ada keber-samaan se cara emosional. Semua sibuk dengan kepentingan dan kese-nangannya sendiri.

Orang tua juga harus memasang sikap tenggang rasa. Bila melakukan pekerjaan yang sama, janganlah membandingkan hasilnya dengan kualitas kerja orang tua yang jauh lebih bagus, sehingga membuat anak merasa malu karena melakukan sesuatu dengan buruk.

Buatlah aturan bersama ketika keluarga sedang ber-kumpul, misalnya telepon atau komputer harus dimatikan sehingga komunikasi keluarga bisa dilakukan secara baik. Hal ini merupakan bagian dari mengembangkan perilaku disiplin.

Hanny Muchtar Darta dalam Emotional Intelligence Parenting Consultant menjelaskan bahwa kebersamaan secara emosional dalam keluarga itu penting. Apalagi karena kesibukan, orang tua jarang meluangkan waktu dengan anak. Begitu pun anak, ia merasakan kesulitan berkomunikasi dengan orang tua. Itulah mengapa mem-bangun kedekatan dan kebersamaan satu sama lain itu sangat penting.

Orang tua perlu mempertimbangkan kualitas dan kuan titas kebersamaan dalam keluarga. Karena inilah salah satu kunci anak menjadi sehat secara psikologis.

Anak yang kurang kebersamaan dalam keluarga sulit untuk mandiri. Mereka cenderung mempunyai sifat tidak percaya diri, kurang berprestasi, kurang bergaul, bahkan mudah depresi. Hal itu tentu sangat tidak diharapkan oleh semua orang tua di dunia. Jadi para orang tua, su-dah kah Anda mempunyai waktu untuk menikmati keber-sa maan dengan keluarga?

***

Dalam dokumen 101 Kesalahan Dalam Mendidik Anak (Halaman 192-196)

Dokumen terkait