• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tiga Bagian dari Perencanaan

Dalam dokumen 1. MODEL DAN PEMBELAJARAN KOGNITIF.pdf (Halaman 67-170)

BAB VIII PERENCANAAN PEMBELAJARAN

A. Tiga Bagian dari Perencanaan

Bagian pertama dari persiapan mengajar untuk dilema moral meliputi bimbingan mengawali diskusi kelas. Setelah lebih dahulu mengklarifikasi fakta-fakta dan istilah-istilah dalam kisah, guru sebaiknya menentukan sejumlah ketidaksetujuan terhadap pilihan yang dilakukan oleh tokoh utama. Dilema-dilema moral sebaiknya menciptakan konflik sesungguhnya bagi para siswa. Meskipun teori Kohlberg menghendaki para siswa fokus terhadap alasan-alasan yang berbeda untuk merekomendasikan materi-materi tertentu dari tindakan, kisah dilema yang baik, sebaiknya juga menghasilkan perbedaan opini mengenai tindakan. Jika para siswa tidak setuju terhadap posisi tindakan, mereka akan lebih cendrung untuk mendiskusikan alasan- alasan untuk perbedaan rekomendasi-rekomendasi mereka. Sebagai contoh, para siswa dengan cepat men- diskusikan isu-isu moral yang terdapat dalam situasi Sam, jika mereka sejak awalnya tidak setuju terhadap tindakan Sam, apakah sebaiknya memenuhi atau tidak

pesanan, ketika truk tiba. Setiap perencanaan mengajar mencakup pembelajaran tentang ketidaksetujuan terhadap posisi tindakan.

2. Dilema-dilema Alternatif

Para siswa akan banyak terlibat dalam diskusi, jika mereka sejak awal mengalami berbagai konflik tentang tindakan yang ditanyakan. Rangkaian alternatif untuk dilema sesungguhnya bermanfaat untuk mendorong konflik dalam kisah. Alternatif-alternatif barangkali mendorong konflik melalui pemusatan lebih khusus pada salah satu dari isu-isu moral dalam kisah atau dengan menghadirkan salah satu dari norma-norma sosial yang bertentangan dalam dilema. Sebagai contoh, jika lebih banyak para siswa dalam kelas setuju bahwa Sam sebaiknya memenuhi pesanan, guru dapat memperlihatkan alternatif dalam kisah yang menunjuk- kan bahwa Sam mungkin menghadapi tuduhan bertindak kriminal karena menolong para pekerja tambang untuk memenuhi apa yang tidak dipunyai mereka.

Suatu alternatif yang menekankan pada isu

hukuman dan dapat menyebabkan beberapa siswa menentukan bahwa Sam sebaiknya tidak memenuhi pesanan. Hal itu menyebabkan terjadinya satu diskusi terhadap alasan-alasan dari berbagai orang, yang akan mampu merubah posisi awal mereka terhadap tindakan, karena isu hukuman telah dikenalkan dalam diskusi. Guru dapat juga mengenalkan alternatif yang khusus bahwa Sam lumpuh sama sekali dan mungkin tidak dapat menemukan pekerjaan lain, jika Sam dipecat dari toko. Alternatif ini mendramatisir salah satu dari norma-norma sosial yang sedang berkonflik untuk

Sam (kewajibannya untuk memelihara pekerjaan berhadapan dengan kewajibannya terhadap persahabatan dengan para pekerja tambang lainnya). Selama kelas tidak setuju tentang tindakan yang ditanyakan dengan paling sedikit terbagi antara 70%- 30%, itu sebaiknya tidak diperlukan untuk mengguna- kan salah satu dari beberapa alternatif dilema. Bagaimanapun, alternatif-alternatif untuk kisah sesungguhnya barangkali mungkin digunakan sebagai topik tambahan dari diskusi setelah kelas menggali kisah dilema. Guru barangkali memilih untuk meng- gunakan alternatif hukuman setelah dalam diskusi, jika para siswa tidak menyebutkan pertimbangan tertentu.

3. Pertanyaan Pelacak

Guru sebagai fasilitator dalam diskusi dilema moral mempunyai dua tugas utama: mendorong interaksi siswa dan membuat pasti bahwa diskusi tetap difokuskan pada isu-isu moral dalam kisah. Selanjutnya mengerjakan dua tujuan, guru dapat menggunakan bentuk-bentuk teknik pertanyaan yang berbeda. Beberapa pertanyaan yang menggiring interaksi atau pandangan untuk menolong mendorong interaksi di antara angota-anggota kelas, misalnya:

“Apakah kamu setuju dengan apa yang Hariansyah baru saja katakan tentang cerita dilemma itu, Nurbaiti?” “Apakah seseorang akan menyimpulkan alasan- alasan yang baru saja diberikan untuk Sam yang menolak memenuhi pesanan?”

“Apakah kamu akan menanggapi terhadap komentar Jubaidah tentang kebebasan-kebebasan sipil?”

“ Amir, kamu sejak awal tidak setuju dengan posisi Yeni mengenai Sam. Dapatkah kamu menguraikan dengan kata- kata sendiri posisi Yeni dan menanggapi Yeni menurut pendapatmu?”

Pertanyaan-pertanyaan itu akan mendorong para siswa untuk berbicara dengan setiap siswa yang lain tentang dilema. Para guru sebaiknya menggunakan tipe pertanyaan yang lebih spesifik untuk memfokuskan diskusi pada isu-isu moral yang terdapat pada dilema. Pertanyaan- pertanyaan pelacak telah dipersiapkan sebagai bagian ketiga dari Perencanaan Mengajar untuk menolong melaksanakan tujuan pengajaran. Isu yang berhubungan pelacakan, pergantian peran pelacak dan konsekuensi uni- versal pelacakan, semuanya menolong untuk menstimulasi diskusi terhadap aspek-aspek moral dari cerita dilema.

a. Melacak yang berhubungan dengan isu: Beberapa pertanyaan pelacakan termasuk dalam Perencanaan- perencanaan Mengajar yang dirancang untuk difokuskan pada isu-isu moral tertentu dalam kisah dilema;

9 Apakah ibu Wati mempunyai kewajiban untuk mematuhi perintah Kepala Sekolah? Mengapa ya atau mengapa tidak?

9 Apakah ibu Wati punya kewajiban terhadap para siswa di kelasnya?

9 Apakah ibu Wati sebaiknya mematuhi memo, jika itu dimaksudkan bahwa ia akan menerima resiko untuk dipecat?

9 Apakah Sam punya kewajiban terhadap pemogokan pekerja tambang? Mengapa ya atau mengapa tidak?

9 Apakah Sam punya berbagai kewajiban terhadap pemilik toko? Mengapa ya atau mengapa tidak?

Pertanyaan-pertanyaan pelacakan yang dicantumkan di atas terfokus pada isu-isu kewajiban dan hukuman. Kamu mungkin menggunakan isu- isu yang berhubungan dengan pertanyaan pelacak paling sedikit dalam dua cara. Pertama, para siswa barangkali sejak awal berdiskusi terhadap isu tertentu seperti hukuman. Ketika ini terjadi, para guru boleh memilih untuk mempertajam fokus pada isu melalui penggunaan pertanyaan pelacak yang berada dalam karakter dilema dengan kontak langsung terhadap isu-isu: “Apakah Sam mengetahui bahwa ia akan berada dalam kesulitan dengan pemilik toko?” Tipe dari pertanyaan pelacak ini secara khusus berguna bila para siswa hanya menyebut isu, tetapi para siswa tidak mengakuinya sebagai pertimbangan penting dalam cerita. Kedua, Para siswa mungkin tetap terlibat dalam diskusi dilema moral dan tidak merasakan isu tertentu. Suatu isu yang berhubungan dengan pertanyaan pelacak barangkali menggerakkan diskusi kelas kepada pengujian isu moral yang spesifik.

b. Melacak melalui peran pengganti

Sebagian besar porsi dari diskusi dilema moral berkisar sekitar apa yang sebaiknya tokoh utama lakukan dalam kisah. Setelah para siswa mendis- kusikan alasan-alasan mereka dari berbagai pandangan terhadap tokoh utama, pertanyaan melalui peran pengganti mendorong mereka untuk mempertimbangkan alasan mereka dari apa yang

dikemukakan oleh tokoh yang lain. Pertanyaan- pertanyaan pelacak melalui peran pengganti secara khusus menolong para siswa dalam memberikan kesempatan untuk melihat sisi yang lain dari isu atau situasi, untuk memperluas pandangan-pandangan mereka terhadap situasi-situasi sosial dan moral yang kompleks. Berikut contoh-contoh pertanyaan yang menggali atau melacak melalui peran pengganti:

9 Dari pandangan kedua orang tua yang tinggal di daerah itu, apakah sebaiknya ibu Wati membatalkan tugas yang diberikan kepada siswanya? Mengapa?

9 Dari pandangan orang yang lebih tua di Banjarmasin, apakah sebaiknya ibu Wati membatalkan tugas yang diberikan kepada siswanya? Mengapa?

9 Mengapa kamu pikir bahwa pemilik toko mungkin tidak mau Sam memenuhi pesanan makanan untuk para penambang?

9 Dari pandangan pembeli yang lain di toko, apakah Sam sebaiknya memenuhi peranan makanan untuk penambang yang melakukan pemogokan? Mengapa ya atau mengapa tidak?

Pelacakan melalui peran pengganti dapat secara khusus berguna dalam memeriksa konsistensi alasan dan menguji perubahan alasan pada kisah dilema yang sama. Sebagai contoh; para siswa mungkin memtuskan bahwa Sam sebaiknya memenuhi pesanan makanan untuk para penambang yang melakukan pemogokan, karena Sam mau menolong seseorang untuk keluar dari masalah itu, jika ia masih

ikut melakukan pemogokan. Bila mereka diminta untuk mempertimbangkan pertanyaan dari pandangan pemilik toko, bagaimanapun, mereka mungkin memutuskan bahwa pemilik toko punya hak untuk melindungi tokonya dan untuk menggunakan bisnisnya untuk memaksa pekerja tambang kembali bekerja. Pertentangan dari alasan- alasan terhadap kisah dilema yang sama, mem- berikan kesempatan yang baik sekali untuk menguji perbedaan antara menolong teman-teman dan patuh pada majikan. Pada umumnya pertanyaan lacakan dapat meneruskan perbedaan ini: “Apakah kamu pikir itu lebih penting, menolong beberapa teman yang mungkin melakukan kejahatan atau mematuhi perintah-perintah dari majikanmu? Mengapa? “. Melacak melalui peran pengganti barangkali sering memberikan para siswa kesempatan untuk merespon dilema dari tahap yang lebih tinggi dari kemampuan berpikir mereka.

c. Melacak melalui konsekuensi universal:

Biasanya mendekati akhir diskusi, guru boleh mengajukan pertanyaan yang mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi dari berpikir yang telah diuji. Berikut paparan contoh pertanyaan yang sifatnya menggali atau melacak dengan melalui konsekuensi universal:

9 Apakah para siswa sebaiknya memiliki hak- hak yang sama seperti para warga yang lain?

9 Sebaiknya kamu selalu melakukan protes terhadap ketidakadilan yang kamu temukan dalam masyarakat, bahkan jika protes itu berarti melanggar hukum?

9 Sebaiknya seseorang selalu/tidak pernah menolong teman yang meminta kamu melakukan sesuatu yang melanggar hukum?

9 Sebaiknya orang yang melanggar peraturan atau hukum selalu dihukum jika dia di- tangkap?

Mempertimbangkan terhadap konsekuensi- konsekuensi universal, akan menolong para siswa berpikir tentang implikasi berpikir mereka terhadap masyarakat secara keseluruhan. Pertanyaan- pertanyaan itu, dilakukan secara terbuka, bentuk non-indoktrinasi, akan mengesankan kepada para siswa bahwa kegiatan berpikir mereka tentang problema-problema sosial dan moral yang penting akan mempengaruhi seluruh masyarakat. Pertanyaan-pertanyaan lacakan, yang ditunjukkan dalam Perencanaan Mengajar dan yang para guru buat selama diskusi, bermanfaat untuk berbagai fungsi yang penting. Pertanyaan lacakan yang tepat dapat berguna untuk mendorong kelambatan diskusi. Pertanyaan lacakan juga dapat memfokus- kan diskusi terhadap pentingnya isu-isu moral dan membangkitkan berpikir tentang isu-isu yang lebih besar dan perspektif sosial yang terdapat dalam kisah dilema.

Pertanyaan-pertanyaan lacakan telah dikaji oleh para guru yang memprioritaskan diskusi kelas dan digunakan pada waktu yang tepat di kelas. Satu dari keterampilan-keterampilan yang amat penting dari guru/fasilitator adalah mengetahui kapan meng- gunakan pertanyaan yang tepat yang akan mendorong interaksi siswa atau memusatkan pada

aspek-aspek penting dari kisah dilema. Daftar pertanyaan lacakan dalam setiap Perencanaan Mengajar akan ditafsirkan hanya sebagai bimbingan. Karena itu tidak selalu diperlukan untuk menggunakan semua jenis lacakan. Pertanyaan lacakan hanya digunakan, bila untuk tujuan khusus. Bentuk-bentuk yang amat umum dari lacakan mengandung penggunaan pertanyaan-pertanyaan: “ Mengapa itu penting bagi kamu?”, “ Dapatkah kamu menceritakan kepada kita sedikit banyak tentang alasanmu?”, dan “Apakah alasan yang sangat penting bagi tokoh utama yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusannya?“

B. Perencanaan Mengajar: “ Hei, Sam, Truk ada di sini “

1. Bagian Pertama: Hei, Sam, Truk ada Di sini

Bagikan kepada siswa dalam kelas naskah kisah ”Hei, Sam, Truk ada di sini “ yang menguraikan Sam dan para penambang. Pastikan bahwa para siswa memahami istilah dalam dilema dan dapat menjelaskan dilema yang Sam hadapi.

Tentukan melalui tunjukan tangan atau berbagai cara lain bagaimana kelas merasakan tentang apakah Sam memenuhi pesanan untuk para penambang.

Jika kelas dibagi dengan paling sedikit 1-3 dari para siswa atas setiap aspek isu, pilih satu strategi dari pembentukan kelompok kecil yang terdapat pada bab IX. Diteruskan dengan diskusi, menuju ke tahap dilema- dilema alternatif.

2. Bagian Kedua: Dilema-Dilema Alternatif

Jika kelas setuju bahwa Sam SEBAIKNYA me- menuhi pesanan, satu dari dilema-dilema alternatif dapat digunakan untuk memancing ketidaksetujuan.

a. Pemilik toko memanggil Sam sekali lagi. Ia menjelaskan kepada Sam bahwa jika ia menolong orang memberikan milik yang mestinya bukan untuk mereka, Sam tidak hanya akan dipecat, tetapi ia juga akan dituntut oleh pemilik toko. Aapakah Sam sebaiknya memenuhi pesanan? b. Jika Sam sama sekali cacat dan tidak sanggup

untuk bekerja di pertambangan, jika ia kehilangan pekerjaannya di toko, apakah sebaiknya Sam memenuhi pesanan?

Jika kelas setuju bahwa Sam SEBAIKNYA TIDAK memenuhi pesanan, satu dari dilema-dilema alternatif berikut dapat digunakan untuk menumbuhkan ketidaksetujuan.

a. Sam menerima panggilan telepon yang lain. Seseorang berkata bahwa beberapa penambang yang mogok berencana untuk memulai mencuri makanan, jika mereka tidak dapat memperoleh makanan dengan berbagai cara lain. Apakah sebaiknya Sam memenuhi pesanan dan mencegah kemungkinan dari pencurian?

b. Seorang ibu muda datang ke toko dan bercerita pada Sam bahwa keadaan makanan telah begitu buruk dan beberapa orang merencanakan mengirim anak-anak mereka untuk hidup dengan famili di kota yang lain. Apakah sebaiknya Sam mencoba untuk mencegahnya dengan memenuhi pesanan?

3. Bagian Ketiga: Pertanyaan-pertanyaan Pelacak

a. Apakah Sam punya kewajiban terhadap pemogok- an para penambang? Mengapa ya atau mengapa tidak?

b. Apakah Sam punya kewajiban terhadap pemilik toko? Mengapa ya atau mengapa tidak?

c. Apakah hak pemilik toko melarang pinjaman terhadap para penambang yang lapar? Mengapa ya atau mengapa tidak?

d. Apakah teman Sam sebaiknya menempatkan Sam pada posisi dengan memohonnya untuk mengisi truk penuh dengan makanan? Mengapa ya atau mengapa tidak?

e. Apakah sebaiknya para penambang mogok? Mengapa ya atau mengapa tidak?

f. Apakah sebaiknya pihak pemerintah memberikan para keluarga yang melakukan mogok, cukup makanan yang dengan begitu tidak akan membuat mereka lapar? Mengapa ya atau tidak?

C. Perencanaan Mengajar: “ Sebuah Surat Peringatan “

1. Bagian Pertama: Dilema Sesungguhnya

Biarkan peserta diskusi membaca “ Sebuah Surat Peringatan”. Pastikan peserta diskusi mengetahui fakta- fakta dasar dan kondisi-kondisi yang dipaparkan dalam dilema. Kamu boleh bertanya, “Apa yang terjadi pada ibu Wati dan para siswa dalam kelas studi sosialnya?”

Tentukan bagaimana peserta diskusi dibagi dalam isu apakah ibu Wati sebaiknya memanggil para siswanya dan membatalkan tugasnya?.

Jika kelas dibagi dengan paling sedikit 1-3 dari kelas atas setiap isu, pilih strategi pembentukan kelompok kecil yang terdapat dalam bab IV dan teruskan dengan diskusi.

Jika di sana terlalu kecil ketidaksetujuan terhadap isu, teruskan kepada dilema-dilema alternatif di bawah ini. Beberapa dilema akan membantu untuk meng- hasilkan banyak ketidaksetujuan dan mempertinggi diskusi.

2. Bagian Kedua: Dilema-Dilema Alternatif

Jika lebih banyak dari peserta diskusi setuju bahwa Ibu Wati SEBAIKNYA memanggil para siswanya, gunakan satu dari alternatif berikut:

a. Beberapa orang tua dan anggota DPRD memanggil ibu Wati. Mereka menyatakan bahwa mereka meyakini pada apa yang ia lakukan dan akan mendukungnya. Mereka telah mendorong- nya untuk tidak membatalkan tugas itu.

b. Ibu Wati telah setuju dengan para siswanya bahwa ia tidak akan ikut campur dengan usaha-usaha para siswa terlibat dalam berbagai isu masyarakat. Jika sebagian besar peserta diskusi setuju bahwa ibu Wati SEBAIKNYA TIDAK memanggil para siswa, gunakan satu dari alternatif berikut:

a. Ibu Wati bukan guru tetap. Persatuan Guru Banjarmasin menyatakan kepadanya bahwa mereka tidak dapat mendukungnya, jika kepala sekolah menyarankan bahwa kontrak kerjanya mungkin tidak diperbaharui lagi.

b. Bapak Hadri, SH, pengacara yang mewakili lebih dari 60 organisasi, memanggil ibu Wati dan

meminta kepadanya untuk membatalkan tugas dan mengecilkan hati para siswanya. Pengacara itu mengindikasikan bahwa aksi-aksi para siswa dapat mencampuri urusan-urusan khusus antara pemerintah kota dengan organisasi.

c. Ibu Wati telah diberitahu bahwa perusahaan bus telah merencanakan untuk menarik kembali tiket bebas seluruh siswa, jika protes terus dilanjutkan.

Bila peserta diskusi tidak setuju terhadap tindakan setelah mendiskusikan satu dari beberapa alternatif, pilih strategi pembentukan kelompok kecil yang terdapat dalam bab IX dan teruskan diskusi

3. Bagian Ketiga: Pertanyaan-Pertanyaan Lacakan

Gunakan pertanyaan-pertanyaan berikut pada saat yang tepat untuk memudahkan diskusi:

a. Dari pandangan seseorang yang berusia 62 tahun dan tinggal dengan penghasilan tertentu yang kecil, apakah yang sebaiknya ibu Wati lakukan? Mengapa? b. Apakah ibu Wati punya kewajiban mendukung para siswa dalam kelasnya yang melaksanakan tugas model aksi? Apakah itu?

c. Apakah ibu Wati punya kewajiban untuk mematuhi perintah pengawas? Mengapa ya atau mengapa tidak?

d. Dari pandangan orang tua di wilayah itu apakah sebaiknya ibu Wati membatalkan tugasnya? Mengapa ya atau mengapa tidak?

e. Apakah sebaiknya yang menjadi pertimbangan sangat penting untuk ibu Wati, bila ia merespon surat perintah? Mengapa hal itu merupakan pertimbangan penting?

f. Apakah lebih penting perannya sebagai penduduk atau perannya sebagai guru dalam situasi itu? Mengapa?

g. Apakah sebaiknya para guru mengijinkan untuk memberikan tugas-tugas yang membolehkan para siswa terlibat dalam kasus-kasus masyarakat? Mengapa ya atau mengapa tidak?

h. Apakah para siswa punya kewajiban untuk melakukan protes terhadap ketidakadilan dalam transportasi publik di Banjarmasin? Mengapa ya atau mengapa tidak?

i. Apakah pengawas punya kewajiban terhadap para siswa yang terlibat dalam protes? Apakah itu? j. Apakah sebaiknya para siswa punya hak-hak yang

sama seperti warga penduduk yang lain? Mengapa ya atau mengapa tidak?

k. Apakah sebaiknya sekolah-sekolah diorganisir untuk mendorong kebebasan dan tanggung jawab individu untuk kesejahteraan bagi yang lain? Apakah kamu pikir Lingkungan Sekolah Kawasan Banjarmasin mendorong tanggung jawab warga penduduk? Mengapa ya atau mengapa tidak? Untuk mengarahkan diskusi dilema moral, guru sebaiknya mempunyai segenggam kepercayaan yang sama dalam Proses Pembelajaran terhadap kisah dilema tertentu. Bagian berikutnya mencakup tahap demi tahap bimbingan untuk memudahkan diskusi kelas terhadap problema moral. Seluruh isi dari langkah-langkah Proses Pembelajaran, kamu akan mencatat koordinasi antara proses keseluruhan dan secara khusus Perencanaan Pembelajaran.

BAB IX

PROSES PEMBELAJARAN

A. Elemen Proses Pembelajaran yang Efektif

Dalam mengajar perkembangan moral, guru menempatkan kelas melalui 4 tahap Proses Pembelajaran. Untuk Proses Pembelajaran yang lebih efektif, ada tiga elemen lain yang membuat diskusi akan bermakna dan harus dipertimbangkan, seperti peranan guru, peranan siswa dan iklim kelas.

1. Peranan Siswa

Baca kembali transkrip diskusi yang membahas

Sebuah Surat Peringatan. Dalam kasus ini, para guru telah berpartisipasi dalam diskusi sebagai siswa. Kamu sebaiknya dapat menentukan berbagai karakteristik terhadap peranan siswa. Berikut kata-kata yang mencerminkan peranan mereka selama mendiskusikan dilema ibu Wati, yaitu: mendengarkan; memper- tahankan posisi individu; bertanya; melacak; merasakan perasaan orang lain (empati); berargumentasi; teloransi; berpikir; dan merespon pertanyaan-pertanyaan.

Selama diskusi yang telah direkam, peserta diskusi lebih banyak menggunakan waktu berbicara antara

satu dengan lain, bukan dengan fasilitator. Mereka bertanya satu sama lain, tergantung posisi mereka sendiri, dan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan dari fasilitator, yang juga memenuhi peran tertentu.

2. Peranan Guru

Bentuk kepemimpinan atau arahan apakah yang dilakukan guru? Apa yang dilakukan fasilitator selama diskusi berlangsung? Apakah fasilitator pernah menentukan posisi seorang siswa atau menentukan arah memberikan argumentasi terhadap kelompok siswa. Apakah kata-kata yang akan kamu gunakan untuk menguraikan peranan guru selama diskusi.

Para pendidik yang diobservasi secara sukarela selama diskusi, melahirkan beberapa peranan seperti daftar kata berikut yang mengkarakterisasikan peranan guru selama diskusi, yaitu; pemberi-tugas; pemimpin kelompok; menggerakkan diskusi; sedikit mengguna- kan waktu; fleksibel, masih memerintah; toleran; mengendalikan; penanya; pendengar; terbuka untuk semua gagasan; tidak untuk “menjawab”; peringkas; mengklarifikasi gagasan; informal, dan bersungguh- sungguh.

Perhatikan bentuk-bentuk pertanyaan yang fasilitator minta:

• “ Anisa, apakah kamu setuju dengan Imam?” • “Dapatkah kamu menjelaskan kepada kita

tentang itu lebih banyak lagi, Nurbaiti?”

• “Nurbaiti, kamu pikir apakah Ibu Wati mem-

punyai kewajiban lebih besar terhadap para siswa dari pada terhadap hukum?”

• “ Hariansyah, antara kamu dengan Imam sama-

sama setuju, bahwa Ibu Wati sebaiknya mem- batalkan tugas-tugas, namun sebelumnya kamu masing-masing menyebutkan alasan-alasan berbeda dalam posisi masing-masing. Dapatkah kamu menjelaskan kepada kita, apa yang kamu pikir adalah berbeda dengan alasanmu?”

Pertanyaan-pertanyaan itu adalah bukan mengancam dan bukan mendorong jawaban tertutup. Setiap pertanyaan diupayakan untuk mendorong mempertajam fokus pada problema dan tingkat interaksi yang lebih besar antara siswa dengan siswa. Guru/fasilitator sebaiknya tidak memberikan kontribusi yang terlalu banyak terhadap diskusi yang membahas problema sosial atau moral; namun bagaimana pun guru dibutuhkan untuk membimbing diskusi dan mengambil tanggung jawab untuk menjaga pertukaran pendapat yang difokuskan pada problema.

3. Iklim Kelas

Daftar kata-kata yang menggambarkan peran guru dan siswa selama diskusi dilema moral juga menyarankan perlunya iklim kelas. Pendekatan khusus untuk menganalisa problema sosial dan moral tergantung pada tatanan yang mendorong diskusi dapat berjalan bebas, spesifik, dengan inkuiri terbimbing. Perkembangan pertimbangan moral yang lebih matang muncul, terutama disebabkan para siswa memiliki kesempatan untuk menguji pertimbangan mereka sendiri dengan menjelaskan alasan yang diberikan kepada siswa lain dalam diskusi.

Karena penelitian menunjukkan bahwa tingkatan argumen-argumen yang lebih tinggi, barangkali

kelihatan lebih konsisten dan lebih logis dari siswa-siswa

Dalam dokumen 1. MODEL DAN PEMBELAJARAN KOGNITIF.pdf (Halaman 67-170)

Dokumen terkait