• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak pidana mengakibatkan luka pada ibu, menyakitinya, atau menyebabkan kematiannya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERBANDINGAN TINDAK PIDANA ABORSI MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA DAN HUKUM PIDANA ISLAM

D. Aborsi Menurut Sanksi Pidana 1.Di dalam KUHP

5. Tindak pidana mengakibatkan luka pada ibu, menyakitinya, atau menyebabkan kematiannya

Perbuatanyang dilakukan oleh pelaku tidak hanya menggugurkan kandungan, melainkan menimbulkan akibat pada ibu baik luka potong, atau bahkan meninggal maka akibat tersebut harus dipertanggungjawabkan kepada pelaku, sesuai dengan akibat yang terjadi. Kalau akibatnya berupa meninggalnya ibu maka di samping ghurrah untuk janin, juga berlaku hukuman diyat untuk ibu, yaitu lima puluh ekor unta. Pelakumemukul ibu dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas, tetapi menggugurkan janinnya dalam keadaan mati, untuk pemukulan pelaku dikenakan hukuman ta’zirí, dan untuk penggugran kandungannya berlaku diyat janin, yaiu ghurrah, yaitu lima ekor unta.

Hukumanyang telah disebutkan untuk lima janis akibat dari tindak pidana atas janin, terdapat pula hukuman yang lain, yitu hukuman kifarat. Hukuman kifarat ini berlaku apabila janin gugur, baik dalam keadaan hidup atau mati, dan pelakunya ibu atau orang lain. Janinyang gugur itu kembar, menurut Imam Syafi’i dan Imam Ahmad maka kifaratnya juga berlipat.

Imam Maliki berpendapat bahwa kifarat dalam jinayah atas janin hanya

mandub (tidak wajib). Sedangkan menurut imam Abu Hanifah kifarat hanya belaku apabila janin gugur dalam keadaan hidup.

Kelebihandari Pasal-Pasal aborsi provocatus Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 adalah ketentuan pidananya. Ancaman pidana yang diberikan terhadap pelaku Abortus Provocatus Criminalis jauh lebih berat dari pada ancaman pidana di KUHP. Dalam Pasal 194 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pidana yang diancam adalah pidana penjara paling lama 10 tahun. Dan pidana denda paling banyak Rp.1.000.000.000.000,- (satu milyar). DalamKUHP, Pidana yang diancam paling lama hanya empat tahun penjara atau denda paling banyak tiga ribu rupiah (Pasal 299 KUHP), paling lama empat tahun penjara (Pasal 346 KUHP), Paling lama dua belas tahun penjara (Pasal 347 KUHP), dan paling lama lima tahun enam bulan penjara (Pasal 348 KUHP).

Perbandingan

Pengguguran kandungan akibat perkosaan dalam hukum pidana yang sekalipun dilakukan dalam berbagai alasan apapun tetap sebagai tindak pidana dengan pemberian sanksi pidana penjara, walaupun tindakan pengguguran kandungan diberikan pengecualian dengan alasan kepentingan kesehatan seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan. Meskipun dalam ketentuan Undang-Undang kesehatan memperbolehkan tindakan

aborsi karena kehamilan akibat perkosaan terdapat pula sanksi pidana penjara juga pidana denda.

Ketentuan pidana mengenai Abortus Provocatus Criminalis dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 dianggap bagus karena mengandung umum dan prevensi khusus untuk menekan angka kejahatan aborsi kriminalis. Dengan merasakan ancaman pidana yang demikian beratnya itu, diharapkan para pelaku

abortus criminalis menjadi jera dan tidak mengulangi perbuatannya, dalam dunia hukum hal ini disebut sebagai prevensi khusus, yaitu usaha pencegahannya agar pelaku Abortus Provocatus Criminalis tidak lagi mengulangi perbuatannya. Sedangkan prevensi umumnya berlaku bagi warga masyarakat karena mempertimbangkan baik-baik sebelum melakukan aborsi dari pada terkena sanksi pidana yang amat berat tersebut. Prevensi umum dan prevensi khusus inilah yang diharapkan oleh para pembentuk Undang-Undang dapat menekan seminimal mungkin angka kejahatan Abortus Provocatus di Indonesia.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab terdahulu sebagai intisari dari skripsi ini dapat diambil beberapa kesimpulan pokok, antara lain:

1. Pengaturan Tindak Pidana Aborsi Menurut Hukum Positif di Indonesia adalah, dalam KUHP Aborsi provocatus criminalis dilarang dengan alasan apapun dan dilakukan oleh siapapun, baik itu pelaku atau pun pembantu. Sanksihukuman bagi yang melanggar jika disimpulkan adalah sebagai berikut : a. empat tahun bagi wanita yang dengan sengaja mematikan janinnya (Pasal 346 KUHP), b. dua belas tahun bagi seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa persetujuan (Pasal 347 ayat (1) KUHP), c. Maksimal 15 (lima belas tahun) bagi pengguguran kandungan tanpa persetujuan wanita yang berakibat matinya wanita tersebut, dan juga yang dengan persetujuan (Pasal 347 ayat (2) KUHP), d. lima tahun 6 enam bulan bagi pengguguran yang disengaja dengan kesepakatan wanita (Pasal 348 ayat (1)), e. tujuh tahun pengguguran disengaja dengan kesepakatan yang berakibat mati (Pasal 348 ayat (2)), f. Ditambah 1/3 (sepertiga) lebih

tinggi bagi ahli medis dibanding selain ahli medis. Bahkan ditambah dengan pencabutan izin praktek yang digunakan untuk melakukan perbuatan pidana (Pasal 349 KUHP).

2. Pengaturan Tindak Pidana Aborsi Menurut Undang-Undang KesehatanUndang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan memberikan pengecualian aborsi dengan alasan medis yang dikenal dengan abortus provocatus medicalisindikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. Kehamilanakibat perkosaan di Indonesia hanya dapat dilakukan apabila usia kehamilan paling lama berusia 40 (empat puluh) hari dihitung sejak hari pertama haid terakhir. Dan merupakan kehamilan hasil hubungan seksual tanpa adanya persetujuan dari pihak perempuan.

3. Pengaturan Tindak Pidana Aborsi Menurut hukum Islam

Menurut hukum Islam apapun alasanya, praktik aborsi tidak diperbolehkan atau dilarang karena sama saja dengan membunuh manusia namun apabila aborsi tersebut merupakan upaya untuk melindungi atau menyelamatkan nyawa si ibu, Hukum Islam memperbolehkan bahkan mengharuskan. Fatwa ulama yang memperbolehkan menggurkan kandungan asalkan sebelum berumur empat puluh hari, dan ada fatwa ulama yang mengharamkan aborsi setelah ditiupkan ruh kedalam kandungan. Ketetapan para ulama

mengatakan bahwa peniupan ruh terhadap janin itu terjadi pada waktu kehamilan berusia empat puluh hari atau empat puluh dua hari. Unsur sengaja dalam aborsi dianggap sebagai tindak kejahatan yang mengakibatkan hukuman, karena aborsi ini menghilangkan nyawa anak Adam yang hidup.

Saran

1. Dengan dibentuknya Undang-Undangan dan Peraturan Pemerintah yang baru yang mengatur masalah aborsi di Indonesia dapat membeikan perubahan yang jauh lebih baik terhadap ketentuan yang mengatur masalah aborsi yakni penjelasan tentang apa yang dimaksud dengan aborsi dan aborsi bagi korban perkosaan.

2. Perlu kerjasama antara penegak hukum yakni pihak kepolisian, kejaksaan dan para hakim dengan pihak dokter forensik dan juga peran aktif dari masyarakat dalam menangani dan memperhatikan berbagai kondisi yang memungkinkan bagi tindak aborsi. Sehingga tindakan aborsi bisa dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dapat menjadikan perhatian lebih tentang hukum.

3. Penjatuhansanksi pidana yang lebih barat dan penggunaan sanksi tambahan, misalnya pencabutan hak-hak tertentu seperti pencabutan ijin praktek atau pemecatan keanggotaan dari organisasi profesinya.