• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN

B. Tindak Pidana Pencurian kekerasan (Dalam Kasus yang Terdapat

Pada bab ini akan membahas jenis-jenis dari kejahatan kekerasan itu sendiri. Menurut Haskell dan Yablonsky, ada empat jenis perbuatan yang menjadi dasar kategori kejahatan kekerasan, yaitu pembunuhan, perkosaan dengan penganiayaan, pencurian dengan kekerasan dan penganiayaan berat.61

Penelitian ini akan membahas satu-persatu bagian dari kejahatan kekerasan diatas, antara lain :

1. Pembunuhan Berencana (pasal 340 KUHP)

“Barang siapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan, dengan hukuman mati atau hukuman penjara selama- lamanya dua puluh tahun”.62

Rumusan tersebut diatas terdiri dari unsur-unsur : A.Unsur Subyektif

1.Dengan sengaja

2.Dengan rencana terlebih dahulu B. Unsur Objektif

1. Perbuatan : menghilangkan nyawa 2. Objeknya : nyawa orang lain

61

Mahmud mulyadi, Criminal Policy, Medan : Pustaka Bangsa Press, 2008, halaman 34 62

R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), Politeia, Bogor1994, halaman 241

Pasal 340 KUHP dirumuskan dengan cara mengulang kembali seluruh unsur dalam pasal 338 KUHP, kemudian ditambah dengan satu unsur lagi yakni “dengan direncanakan terlebih dahulu”. 63

Perbedaan antara pembunuhan dengan pembunuhan direncanakan terlebih dahulu terletak dalam apa yang terjadi didalam diri si pelaku sebelum pelaksanaan menghilangkan jiwa seseorang. Untuk pembunuhan direncanakan terlebih dahulu, diperukan berfikir secara tenang bagi pelaku. Pengambilan keputusan dalampembunuhan biasa dalam menghilangkan jiwa seseorang dan pelaksanaannya merupakan suatu kesatuan, sedangkan pada pembunuhan direncanakan terlebih dahulu kedua hal tersebut terpisah oleh waktu yang diperlukan guna berfikir secara tenang tentang pelaksanaannya, juga waktu untuk memberi kesempatan guna membatalkan pelaksanaannya.64

Contoh, I.Ketut Penter telah lama bermusuhan dengan Amak Miasi, pada hari Senin, tanggal 8 September 1986. I. Ketut Penter berjumpa dengan Amak Miasi disawah kampong Bongor Desa Jembatan Kembar Kabupaten Lombok Barat. Pada waktu bertemu, mereka saling memaki dan menantang. Setelah I. Ketut Panter mendengar makian dan tantangan dari Amak Miasi, maka ia pulang mengambil tombak yang bergagang kayu panjang. Setelah mengambil tombak, ia pergi ketempat Amak Miasi, kemudian I. Ketut menusukkan tombaknya kearah dada kanan Amak Miasi sehingga dadanya tembus. Akibat dari tusukan tombak tersebut, Amak Miasi terjatuh dan meninggal dunia.65

63

Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004,halaman 81

64

Ibid.

65

Pasal 340 oleh karena mengulang lagi seluruh unsur pasal 338, maka pembunuhan berencana dapat dianggap sebagai pembunuhan yang berdiri sendiri berencana dapat dianggap sebagai pembunuhan yang berdiri sendiri.

2. Pemerkosaan (pasal 285 KUHP)

“Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum karena memperkosa dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun”.66

Dalam pasal 183 KUHAP menyatakan bahwa hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar- benar telah terjadi dan bahwa terdakwalah yang melakukannya. Delik perkosaan pada umumnya tidak dilakukan di depan umum, sehingga dalam pembuktiannya akan mengalami kesulitan, Kesulitan yang dimaksut dalam hal ini yaitu tidak terdapatnya saksi yang melihat langsung kejaadian kecuali saksi korban dan terdakwa saja, serta terdakwa tidak mau mengakui bahwa kejadian tersebut tidak ia lakukan atau terdakwa selalu berkelik bahwa perbuatan tersebut dilakukan atas dasar suka sama suka.

Tindak pidana yang mirip dengan pasal 285 ini adalah pasal 289 KUHP yaitu “penyerangan kesusilaan dengan perbuatan”. Menurut komentar penulis belanda, perbuatan cabul yang dipaksakan dalam pasal 289, merupakan pengertian umum yang meliputi perbuatan bersetubuh dari pasal 285 sebagai pengertian khusus. Perbedaan lain antara pasal 285 dengan 289 antara lain :

66

a. Perkosaan untuk bersetubuh hanya dapat dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap seorang perempuan, sedangkan perkosaan untuk cabul juga dapat dilakukan oleh perempuan terhadap seorang laki-laki.

b. Perkosaan untuk bersetubuh hanya dapat dilakukan diluar perkawinan, sehingga seorang suami boleh saja memperkosa istrinya untuk bersetubuh. Sedangkan perkosaan untuk cabul juga dapat dilakukan didalam perkawinan, sehingga tidak boleh seorang suami memaksa isterinya untuk cabul atau seorang istri memaksa suaminya untuk dicabul.67

Jadi, Pasal 285 merupakan lex specialis, sedangkan perbuatan cabul merupakan legi generali, bahwa jika terbukti terjadi hubungan kelamin, maka harus diterapkan Pasal 285 KUHP. Dalam delik persetubuhan (Pasal 285 KUHP) terjadi pemisahan antara kekerasan dan ancaman kekerasan untuk memaksa seorang perempuan melakukan persetubuhan dan laki-laki yang bersetubuh itu sendiri. Kalau dalam persetubuhan itu ada dua laki-laki yang terlibat, yang satu memaksa sedangkan yang lain melakukan persetubuhan, maka keduanya dipidana sebagai peserta.

Bagian inti delik perkosaan harus dengan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menurutPoerwadarminto, ia mengatakan bahwa perkosaan berarti: 1. Menundukkan dengan kekerasan, menggagahi, memaksa dengan kekerasan, misalnya memperkosa istri orang, memperkosa gadis yang belum berumur.

67

Wirjono Prodjodikoro, Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Cet- II, PT. Eresco, Bandung, halaman 123

2. Melanggar, menyerang dan sebagainya dengan kekerasan. Menyetubuhi orang tidak berdaya atau pingsan atau anak di bawah umur dengan persetujuannya, buka berarti tidak dipidana menurut sistem KUHP, tetapi tidak termasuk perkosaan melainkan diatur dalam pasal lain, yaitu Pasal 286 dan 287 KUHP.68

3. Pencurian Kekerasan (Pasal 365 KUHP)

(1) “Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun, pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap orang dengan maksut untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap basah, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta yang lain, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri”.

Disini termasuk pula, mengikat orang yang punya rumah, menutup di dalam kamar, kekerasan atau ancaman kekerasan ini harus dilakukan pada orang, bukan kepada barang, dan dapat dilakukan sebelumnya, bersama- sama atau setelah pencurian itu dilakukan, asal maksutnya untuk menyiapkan atau memudahkan pencurian itu, dan jika tertangkap tangan jika supaya ada kesempatan bagi dirinya atau kawannya yang turut melakukan akan melarikan diri. Jadi seseorang pencuri yang merusak rumah tidak termasuk dalam kekerasan, karena kekerasan itu dikenakan pada orang.

(2) Diancam dengan pidana paling lama dua belas tahun jika :

1. Perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum atau dalam kereta api, atau trem yang sedang berjalan.

2. Perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu 3. Masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat

atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu

4. Perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara lima belas tahun

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu yang diterangkan nomor 1 dan 369

68

Andi Hamzah, , Delik-Delik Tertentu, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, halaman 19 69

Dari hal-hal di atas, dapat diketahui bahwa tidak setiap pencurian disertai dengan pemakaian kekerasan merupakan pencurian seperti yang dimaksutkan dalam Pasal 365 ayat (1) KUHP, yakni misalnya pencurian pada malam hari dalam sebuah tempat kediaman yang disertai dengan kekerasan dengan maksut untuk dapat melakukan perbuatan melanggar susila dengan anak gadis pemilik rumah. Kejahatan tersebut bukan merupakan kejahatan seperti yang dimaksutkan dalam Pasal 365 ayat (2) angka 1 KUHP, karena kekerasan yang dilakukan orang dalam pasal ini juga harus dimaksut untuk maksut yang sama seperti yang ditentukan dalam Pasal 365 ayat (1) KUHP.70

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ada persamaan antara delik pencurian dengan kekerasan dengan pembunuhan yang didahului, disertai atau diikuti oleh suatu delik. Namun ada perbedaan yang nyata, yaitu pertama, dalam pasal 365 KUHP kejahatan bertujuan untuk mencuri. Untuk mencapai hasil yang dituju itu pembuat melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan yang dapat mengakibatkan matinya orang. Adapun pada delik pembunuhan yang tercantum dalam Pasal 339 KUHP, tujuan perbuatan ialah hilangnya nyawa orang lain. Yang kedua, dalam hal Pasal 365 KUHP ini matinya orang hanya salah satu akibat yang mungkin timbul. Akibat lain ialah orang luka berat, bahkan mungkin saja tidak ada akibat (ayat 1), misalnya perampok yang menodong orang untuk mengambil uangnya. Pencurian dengan kekerasan ini tidak mesti kekerasan itu menjadi delik tersendiri walaupun kadang-kadang demikian. Istilah pencurian gabungan sama sekali keliru menurut J.M. van Bemmelen-W.F.C. van Hattum. Ketentuan dalam

70

P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang, Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, halaman 59

Pasal 365 KUHP tidak berarti gabungan antara pencurian dengan delik kekerasan lain walaupun dilakukan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan merupakan keadaan yang berkualifikasi. Maksutnya suatu keadaan yang mengubah kualifikasi pencurian (biasa) menjadi pencurian dengan kekerasan. 71

Kalau pencuriannya sendiri belum terjadi, maka ada percobaan untuk melakukan kejahatan (Pasal 365 KUHP), jika keadaan itu (kekerasan atau ancaman kekerasan) sudah tercipta. Suatu contoh kasus: seorang pembantu rumah tangga dan teman laki-lakinya sepakat untuk membuat tidak sadar seorang ibu rumah tangga (majkan) dengan cara menyiram air mendidih, dengan maksut untuk mencuri perhiasan dan uangnya. Penyiraman sudah berlangsung (jadi perbuatan kekerasan sudah terjadi, tetapi permulaan pencurian belum terjadi karena majikan itu berteriak minta tolong melalui jendela. Menurut Hoge Raad tahun 1991 tersebut di muka, sudah terjadi percobaan untuk melakukan delik seperti yang dimaksut oleh Pasal 365). Dalam kasus ini sebenarnya telah terjadi delik gabungan (meerdaadse samenloop; concursus realis) antara penganiayaan berat dan percobaan pencurian . Juga terjadi delik gabungan dengan Pasal 335 KUHP.

Kasus pencurian dengan kekerasan di jalan tol jakarta-bogor. Kasus posisi sebagai berikut: Nukman Lubis bersama Tjetje Tadjuddin dan Zainuddin Lesmana pada tanggal 1Oktober 1996, berkendaraan mobil sedan Hyundai warna biru membawa uang sebanyak enam ratus juta rupiah yang baru saja diambil dari Bank Rakyat cabang Bogor. Michael,Budiarto, Hendrik dan Iskandar bersekongkol

71

untuk merampoknya. Hendrik yang harus mengintai pengambilan uang di BRI, dengan senjata api FN 45 ditangan Budiarto, Zainuddin Lesmana ditembak empat kali hingga tewas. Semula saksi korban yang masih hidup, yaitu Nukman Lubis dan Tjetje Tadjuddin dijadikan terdakwa. Keduanya mengalami penyiksaan luar biasa oleh penyidik sehingga Tjetje Tadjuddin tewas. Penyiksa juga telah menjadi terdakwa (Lettu Daniel Tifaona) dan telah diadili di Mahkamah Militer di Bandung pada tanggal 12 Juli 1997. Kasus ini benar-benar merupakan perbuatan kekerasan yang berganda. Sudah menjadi korban perampokan, menjadi korban penyiksaan pula. Terdakwa Hendrik telah diadili bersama dengan Michael di Pengadilan Negeri Bogor, tetapi sebelum tuntutan jaksa pada tanggal 12 Juli 1997, Michael melarikan diri, sehingga hanya Hendrik yang hadir dan dituntut oleh Penuntut Umum lima belas tahun penjara berdasarkan Pasal 365 ayat (4) KUHP. Penerapan pasal sudah tepat, yaitu Pasal 365 ayat (4) KUHP, yaitu pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan matinya Zainuddin Lesmana dan dilakukan oleh empat orang dengan bersekutu.

Timbul pertanyaan, mengapa pencurian yang terjadi di dalam bus-bus umum yang sedang berjalan yang marak terjadi saat ini tidak dimasukkan ke dalam unsur pasal ini dan dalam hal ini, para korban tidak mudah memperoleh bantuan dari orang lain. Secara logika, bus umum atau kendaraan umum lainnya dapat dikategorikan suatu kendaraan umum yang berjalan di jalan umum dan untuk kepentingan umum. Pasal ini mengandung unsur kekerasan. Arti kekerasan disini adalah setiap perbuatan yang mempergunakan tenaga badan yang tidak

ringan dengan menggunakan fisik, misalnya mengikat dan memukul korban dengan senjata, menyekap, mengikat, menahan dan sebagainya.72

Pencurian dengan kekerasan disebabkan oleh beberapa hal. Sebab-sebab yang melatarbelakangi tindak pidana pencurian dengan kekerasan adalah dari faktor ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan dan meningkatnya jumlah pengangguran sehingga para pelaku sering. Tentunya hal ini sangat mengkhawatirkan masyarakat karna suatu waktu mereka dapat mengalami hal tersebut dan apalagi yang menjadi pelaku adalah Anak dibawah umur, untuk meminimalisir jenis kejahatan tersebut perlu adanya peran pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan taraf perekonomian rakyat. Dan peran masyarakat untuk membentuk suatu lingkungan yang mendidik agamis dalam berkeluarga maupun bermasyarakat.

Kejahatan pencurian kendaraan bermotor misalnya, yang dapat dilihat sebagai rangkaian kegiatan, bahkan kegiatan-kegiatan tersebut dapat merupakan jaringan organisasi. Secara umum kegiatan organisasi dapat dikelompokkan dalam tiga bentuk pelanggaran hukum yaitu pelaku, penadah dan pemalsu surat- surat ataupun identitsa kendaraan bermotor hasil kejahatan, sedangkan pemasaran kendaraan bermotor hasil kejahatan dilaksanakan antar daerah baik dalam pulau jawa ataupun luar jawa seperti Sumatera Bagian Selatan, bahkan ada yang telah diketahui di daerah Aceh dan sekitarnya. Sebagaimana diketahui kendaraan bermotor merupakan sarana transportasi dengan mobilitas tinggi, oleh sebab itu kejahatan pencurian kendaraan bermotor pun merupakan jenis kejahatan yang

72

mempunyai mobilitas tinggi. Sifat kejahatan yang demikian menyulitkan polisi dalam penyelidikan ataupun penyidikan, selain itu kejahatan terhadap kendaraan bermotor merupakan kejahatan terhadap harta benda yang memberikan hasil cukup bernilai pada para pelakunya dan mudah dilakukan serta mempunyai risiko diketahui kecil sekali, seandainya dapat diketahui biasanya sudah berubah identitas atau pemilik.73

Berita tentang pencurian kendaraan bermotor bukan saja menarik perhatian tetapi juga mengusik rasa aman dan sekaligus mengundang sejumlah pertanyaan tentang kenyataan apa yang tengah berlangsung di dalam masyarakat serta apa latar belakangnya, kendaraan bermotor sebagaimana diketahui merupakan sarana transportasi vital dalam kehidupan perkotaan, Jenis kendaraan ini merupakan barang berharga yang kian banyak pemiliknya ataupun yang ingin memilikinya. Di antara beberapa jenis kejahatan terhadap harta benda pencurian kendaraan bermotor dalam lima tahun belakangan ini menunjukkan kecenderungan semakin meningkat, meningkatnya jenis kejahatan ini banyak didukung oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan peluang ataupun kemudahan dilakukannya jenis kejahatan ini, antara lain meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, kelengahan pemilik dan sebagainya.74

Kejahatan terhadap kendaraan bermotor secara kronologis dapat dijelaskan melalui suatu rangkaian perbuatan baik yang dilaksanakan melalui suatu jaringan organisasi ataupun perorangan, kegiatan tersebut antara lain :

73

Soerjono Soekanto, Hartono Widodo, Chalimah Suyanto, Penanggulangan Pencurian Kendaraan Bermotor, PT.Bina Aksara, Jakarta,1988, halaman 17

74

a. Perbuatan di tempat kejadian perkara, meliputi pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan pemberatan perampasan, penipuan dan penggelapan.

b. Menghilangkan identitas kendaraan bermotor, kegiatan atau perbuatan ini biasanya dilaksanakan setelah kendaraan bermotor hasil kejahatan sudah berada di tangan pelaku kejahatan pencurian baru kemudian diubah identitasnya antara lain dengan jalan :

1) Mengganti plat nomor

2) Mengubah warna kendaraan bermotor 3) Mengganti nomor mesin

4) Modifikasi

c. Melindungi kendaraan dengan surat palsu agar kendaraan tersebut bisa dijual, kendaraan bermotor tersebut harus dilindungi surat-surat yang meyakinkan pembeli.75

Dari uraian diatas maka perlu usaha penanggulangan yang diartikan sebagai usaha mencegah dan mengurangi kasus pencurian kendaraan bermotor, serta meningkatkan penyelesaian perkaranya. Usaha peningkatan kegiatan lebih diarahkan pada usaha reprensif untuk preventif, dengan mengadakan operasi selektif disamping peningkatan kegiatan lainnya. Selama periode tahun 1984 operasi penanggulangan pencurian kendaraan bermotor adalah Operasi Turangga Jaya, yaitu operasi yang bersifat tertutup dan terbuka untuk menanggulangi pencurian kendaraan bermotor. Operasi ini dilaksanakan dalam keterpaduan antar

75

fungsi, keterpaduan antar satuan termasuk bantuan pusat dan satuan kewilayahan yang dilibatkan, dikendalikan secara terpusat serta dilaksanakan dalam bentuk satuan tugas, dimana Reserse dan interpol berfungsi sebagai ujung tombak operasi. Sasaran operasi diarahkan pada jaringan pelaku pencurian kendaraan bermotor, peningkatan pengawasan pada daerah-daerah rawan termasuk tempat- tempat pertemuan dan persembunyian para pelaku, penadah, pemalsu surat-surat kendaraan dan lain-lain yang menjadi pendukungnya.76

4. Penganiayaan Berat (pasal 354 KUHP)

“Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, dihukum karena menganiaya berat, dengan hukuman penjara selama-lamanya delapan tahun.77 Unsur-Unsur yang eterdapat pada pasal 354 KUHP ini ialah :

a. Kesalahannya : adanya kesengajaan b. Perbuatannya : Melukai berat c. Objeknya : tubuh orang lain d. Akibatnya : luka berat

Unsur akibat dari kesengajaan sebetulnya sudah merupakan bagian atau kesatuan dari unsur perbuatan melukai berat, karena perbuatan melukai berat adalah suatu perbuatan yang untuk terjadinya secara sempurnanya memerlukan adanya akibat. Tanpa timbulnya akibat luka berat, suatu perbuatan tidak dapat dikualifikasikan sebagai perbuatan melukai berat.78 Perbuatan melukai berat adalah rumusan yang bersifat abstrak, artinya suatu rumusan perbuatan yang tidak dengan terang bagaimana bentuknya,

76

Ibid., halaman 39 77

R. Soesilo, Op.Cit., halaman 246 78

dengan begitu bentuk perbuatannya terdiri dari banyak perbuatan kongkret yang dapat diketahui setelah perbuatan terwujud. Akibat kematian bukanlah tujuan atau kehendak dari si pelaku, yang menjadi kehendak pelaku adalah luka beratnya saja.79

Berbeda dengan penganiayaan biasa yang menimbulkan luka berat (pasal 351 ayat 2) maupun penganiayaan berencana yang menimbulkan luka berat (353 ayat 2). Untuk terjadinya penganiayaan berat secara sempurna, akibat luka berat yang dituju haruslah timbul. Pada penganiayaan biasa dan penganiayaan berencana sudah dapat terjadi dengan sempurna walaupun luka beratnya tidak timbul.80

Perbuatan yang akan dikategorikan sebagai luka berat harus ditentukan oleh ahli profesional dibidangnya, yaitu dokter, melalui visum et repertum. Percobaan untuk melakukan penganiayaan berat ini yaitu bahwa kesengajaan ditujukan terhadap perbuatan untuk menimbulkan luka berat pada tubuh orang lain.81 79 Ibid., halaman 32 80 Ibid., halaman 33 81

Dokumen terkait