• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 Mitigasi Pencucian Uang Tahun 2015 s.d. 2018

1.3 Tindak Pidana Perbankan

Langkah mitigasi yang telah dilakukan tahun 2015 s.d. 2018 untuk memitigasi risiko pencucian uang dalam TP Perbankan, yaitu sebagai berikut:

1. Kebijakan Strategis

a. OJK melalui Keputusan Anggota Dewan Komisioner Tahun 2018 telah menetapkan APU dan PPT sebagai salah satu Profil Risiko Utama OJK yang bersifat Strategis dengan status Sangat Tinggi.

b. Pasca penetapan APU dan PPT sebagai salah satu Profil Risiko Utama OJK yang bersifat Strategis dengan status Sangat Tinggi seluruh pimpinan OJK berkomitmen untuk mendukung rezim APU dan PPT di Indonesia dan mewujudkan Stranas TPPU dan TPPT.

c. OJK telah menyusun rencana teknis sebagai turunan dari Stranas TPPU dan TPPT yang menjadi tugas dan tanggung jawab OJK. Rencana teknis ini dicantumkan dalam Priority Action Plan 2018 s.d. 2019 yang telah disetujui oleh Ketua Dewan Komisioner OJK.

2. Penguatan Struktur Organisasi

a. Pada akhir tahun 2015 OJK telah membentuk sebuah satuan kerja baru setingkat Departemen, yaitu Grup Penanganan APU dan PPT.

b. Selain penguatan melalui struktur organisasi OJK, OJK pun melakukan mitigasi risiko dengan cara membentuk Satuan Tugas (Taskforce) Pencecahan TPPU dan TPPT di Sektor Jasa Keuangan (Satgas APU dan PPT) yang terdiri dari pejabat lintas sektor diinternal OJK. Pembentukan Satgas APU dan PPT tersebut selalu ditetapkan melalui Keputusan Dewan Komisioner OJK yang langsung ditandatangani oleh Ketua Dewan Komisioner OJK.

c. Satuan tugas penanganan dugaan tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan dana masyarakat dan pengelolaan investasi (satgas waspada investasi), terdiri dari 13 Kementerian/Lembaga.

44 3. Penguatan Pedoman dan Kerangka Regulasi

a. OJK besama dengan PPATK telah menerbitkan penilaian risiko tindak pidana pencucian uang pada sektor jasa keuangan di Indonesia (SRA Sektor Jasa Keuangan) tahun 2017.

b. Menerbitkan Peraturan Eksternal:

1) Telah diundangkan POJK No. 12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program APU dan PPT di Sektor Jasa Keuangan pada tanggal 21 Maret 2017.

2) Telah diterbitkan beberapa ketentuan teknis berbentuk SE OJK, yaitu:

a) SE OJK No. 32/SEOJK.03/2017 tentang Penerapan Program APU dan PPT di Sektor Perbankan pada 22 Juni 2017.

b) SE OJK No. 47/SEOJK.04/2017 tentang Penerapan Program APU dan PPT di Sektor Perbankan pada 6 September 2017.

c) SE OJK No. 37/SEOJK.05/2017 tentang Pedoman Penerapan Program APU dan PPT di Sektor IKNB pada 17 Juli 2017.

d) SE OJK No. 38/SEOJK.01/2017 tentang Pedoman Pemblokiran Secara Serta Merta atas Dana Nasabah di Sektor Jasa Keuangan yang Identitasnya Tercantum dalam DTTOT pada 18 Juli 2019.

c. Menerbitkan Peraturan Internal:

Telah diterbitkan pedoman internal bagi pengawas, yaitu:

1) SE DK No. 5/SEDK.03/2017 tentang Pedoman Penilaian Tingkat Risiko TPPU dan TPPT berdasarkan Pendekatan Berbasis Risiko bagi Bank Umum pada 10 Juli 2017.

2) SE DK No. 1/SEDK.04/2017 tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko dalam Penerapan Program APU dan PPT pada Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek pada 20 Juni 2017.

3) SE DK No. 2/SEDK.04/2017 tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko dalam Penerapan Program APU dan PPT pada Manajer Investasi pada 6 Oktober 2017.

4) SE DK No. 5/SEDK.01/2018 tentang Pedoman Sistem Informasi Program APUPPT sebagai Pedoman dalam Permintaan Data dan Informasi tentang Pengawasan APUPPT di OJK pada 7 Mei 2018.

5) SE DK No. 9/SEDK.03/2018 tentang Pedoman Pengawasan Penerapan Program APU dan PPT Berdasarkan Risiko bagi Bank Umum pada 3 Desember 2018.

45

d. Penerbitan peraturan sektoral yang di dalamnya mengatur bahwa masing-masing industri wajib menundukkan diri terhadap peraturan penerapan program APU dan PPT yang telah ada, yaitu

1) POJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi yang diundangkan pada 29 Desember 2016. 2) POJK No. 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi Keuangan Digital Di Sektor Jasa

Keuangan yang diundangkan pada 16 Agustus 2018.

3) POJK No. 37/POJK.04/2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi (Equity Crowd funding).

4. Penguatan Pengawasan

Penguatan pengawasan dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

a. Pengembangan Perangkat Pengawasan Berbasis Risiko (Risk-Based Supervision Tools/RBS Tools) dengan bantuan Technical Assistance dari IMF (TA-IMF).

TA-IMF merupakan tindak lanjut atas kerjasama antara The Legal Department (LEG) IMF dengan OJK sejak tahun 2015, dimana OJK meminta asistensi dari IMF. Asistensi ini diberikan dalam bentuk Technical Assistance Project (TA) yang didanai oleh AML/CFT Topical/Thematic Trust Fund-IMF.

b. Penerbitan pedoman internal melalui penerbitan Surat Edaran Dewan Komisioner.

Telah diterbitkan pedoman internal pengawasan bagi pengawas, yaitu:

1) SE DK No. 5/SEDK.03/2017 tentang Pedoman Penilaian Tingkat Risiko TPPU dan TPPT Berdasarkan Pendekatan Berbasis Risiko bagi Bank Umum pada 10 Juli 2017.

2) SE DK No. 1/SEDK.04/2017 tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko dalam Penerapan Program APU dan PPT pada Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek pada 20 Juni 2017.

3) SE DK No. 2/SEDK.04/2017 tentang Pedoman Pengawasan Berbasis Risiko dalam Penerapan Program APU dan PPT pada Manajer Investasi pada 6 Oktober 2017.

4) SE DK No. 5/SEDK.01/2018 tentang Pedoman Sistem Informasi Program APU dan PPT sebagai Pedoman dalam Permintaan Data dan Informasi tentang Pengawasan APU dan PPT di OJK pada 7 Mei 2018.

46

5) SE DK No. 9/SEDK.03/2018 tentang Pedoman Pengawasan Penerapan Program APU dan PPT berdasarkan Risiko bagi Bank Umum pada 3 Desember 2018.

c. Implementasi penilaian tingkat risiko TPPU dan TPPT terhadap PJK yang diawasi. Berdasarkan pedoman internal yang telah diterbitkan, pengawas telah melakukan penilaian tingkat risiko terhadap PJK yang diawasinya, diantaranya industri Bank Umum, Perusahaan Efek, Manajer Investasi.

d. Implementasi pengawasan berbasis risiko.

Pengawasan yang dilakukan oleh OJK terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu: 1) Pengawasan off-site melalui pelaporan.

2) Pengawasan on-site melalui pemeriksaan langsung ke PJK yang diawasi. Hal lain yang pula dilakukan oleh OJK terkait pengawasan adalah dengan memberikan surat pembinaan, dimana surat pembinaan ini diberikan terhadap PJK yang memiliki defisiensi berdasarkan hasil pengawasan off-site dan/atau pengawasan on-site.

e. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran penerapan program APU dan PPT. 5. Penguatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

Mitigasi risiko melalui penguatan kapasitas sumber daya manusia telah dilakukan melalui ragam kegiatan, yaitu:

a. Kegiatan yang diadakan oleh OJK, antara lain: 1) Kegiatan sosialisasi dan diseminasi. 2) Kegiatan seminar.

3) Kegiatan In House Training (IHT) bagi internal OJK. 4) Kegiatan sertifikasi bagi internal OJK.

5) Workshop dan pelatihan bagi penyedia jasa keuangan. 6) Kegiatan Training of Trainers.

7) Kegiatan OJK mengajar.

b. Kegiatan yang diadakan oleh pihak lain, dimana OJK menjadi narasumber pada kegiatan tersebut.

Kegiatan sebagaimana tersebut di atas tidak hanya diberikan kepada pihak internal OJK dan juga penyedia jasa keuangan, tetapi juga diberikan kepada pihak eksternal non-penyedia jasa keuangan, seperti:

a. Kalangan pelajar dan mahasiswa. b. Kalangan akademisi.

47 d. Pegawai di Kementerian/Lembaga lain. 6. Penguatan Koordinasi dan Kerjasama

Mitigasi risiko melalui penguatan koordinasi dan kerjasama yang telah dilakukan OJK, terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut:

a. Koordinasi dan kerjasama dengan penyedia jasa keuangan, diantaranya:

1) Pembentukan Forum Komunikasi dan Koordinasi Sektor Jasa Keuangan (FKKSJK) di bidang APUPPT. FKKSJK merupakan bentuk sinergi antara OJK dengan sektor jasa keuangan untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan penerapan program APUPPT di sektor jasa keuangan melalui antara lain kegiatan pertukaran informasi, edukasi/sosialisasi, penyusunan ketentuan, riset, dan pengembangan.

2) Permintaan tanggapan kepada penyedia jasa keuangan terhadap setiap rancangan peraturan yang akan OJK terbitkan.

b. Koordinasi dan kerjasama dengan Kementerian/Lembaga. c. Koordinasi dan kerjasama dengan pihak-pihak di luar Indonesia.

Berdasarkan kewenangannya, saat ini OJK telah menandatangani kerjasama dengan delapan otoritas asing (Japan FSA, CBRC, Taiwan FSC, Dubai FSA, Bank Negara Malaysia, Banco Central Timor Leste, Korea FSS-FSC, ASIC, Bank of Thailand, Taiwan FSC, Bangko Sentral ng Philipinas (BSP), Monetary Authority of Singapore (MAS), dan beberapa lembaga internasional yaitu IOSCO, IFC, IDB, ADM, OECD, UNDP dan ILO.

Sebelum dibentuknya OJK, telah ditandatangani beberapa kerjasama dengan otoritas asing yang dilakukan oleh Bapepam LK dan Bank Indonesia dimana secara hukum, kerjasama tersebut masih berlaku. Selanjutnya, berdasarkan SOP Pertukaran Informasi dengan Pengawas Lembaga Jasa Keuangan Asing (SOP Pertukaran Informasi) diatur bahwa pertukaran informasi dapat dilakukan baik atas permintaan maupun inisiatif salah satu pihak (secara spontan).

49

Dokumen terkait