• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENGGUNAAN SENJATA API YANG TIDAK

B. Tindak Pidana Yang Ditimbulkan Oleh Penggunaan Senjata Api

Berbicara mengenai tindak pidana yang ditimbulkan oleh penggunaan senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur, maka yang akan dibahas adalah tindak pidana yang terjadi akibat penggunaan senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur.

Selain penggunaan kekerasan yang berlebihan dan pelanggaran HAM, terdapat beberapa tindak pidana lainnya yang ditimbulkan oleh pengunaan senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur yaitu:61

1. Penganiayaan

Undang-undang tidak memberikan ketentuan mengenai apakah yang dimaksud dengan penganiayaan. Menurut yurisprudensi yang dimaksud dengan pengniayaan adalah sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit (pijn), atau luka. Di dalam KUHP, penganiayaan diatur dalam pasal 351, 352, 353, 354 dan 353. Akan tetapi penganiayaan yang sering dilakukan oleh aparat kepolisian pada saat melaksanakan tugasnya adalah penganiayaan biasa sebagaimana diatur dalam pasal 351 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3).

Berdasarkan pasal 351 terdapat 3 (tiga) jenis penganiayaan yaitu:

a. Penganiayaan yang tidak mengakibatkan luka berat atau matinya orang. b. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat.

c. Penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang. 2. Pemerasan

61

tanggal 25 Agustus 2007

Diatur dalam pasal 368 ayat (1) KUHP, yang dinamakan dengan pemerasan dengan kekerasan. Pasal 368 ayat (1) menyatakan diantaranya bahwa:

“Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak, memaksa orang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan barang, yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang itu sendiri, kepunyaan orang lain……”.

3. Pencurian

Diatur dalam pasal 362 KUHP yang menyatakan diantaranya bahwa: “Barangsiapa mengambil sesuatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain, dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum karena pencurian…………”.

4. Pembunuhan

Diatur dalam pasal 338 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:

“Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan nyawa orang dihukum karena bersalah melakukan pembunuhan dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun”.

Berdasarkan bunyi pasal 338 KUHP, maka unsur-unsur pembunuhan adalah:62 a. Barangsiapa

Hal ini berarti ada orang tertentu yang melakukannya. b.Dengan sengaja

Dalam ilmu hukum pidana, dikenal 3 (tiga) jenis bentuk sengaja (dolus) yakni:

62

Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh (Pemberantasan dan Prevensinya), Jakarta, Sinar Grafika, 2002, Hal.22

1. Sengaja sebagai maksud

2. Sengaja dengan keinsyafan pasti

3. Sengaja dengan keinsyafan kemungkinan/dolus eventualis c.Menghilangkan nyawa orang lain

5. Kelalaian yang menyebabkan kematian

Diatur dalam pasal 359 KUHP, yang menyatakan bahwa:

“Barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun”.

Rumusan karena salahnya adalah unsur kelalaian atau culpa yang menurut ilmu hukum pidana terdiri dari:63

a. Culpa dengan kesadaran.

b. Culpa tanpa kesadaran.

Berikut beberapa kasus penggunaan senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur oleh aparat kepolisian Sumatera Utara:64

63 Ibid, Hal 65 64 25 Agustus 2007

Waktu Tempat Kronologis kejadian Keterangan 06 April 2005 Dusun Balai Desa, Desa Durian Simbeling.Deli Serdang. Sekelompok pria bersenjata api yang mengaku dari Polda-Su menggerebek dua rumah di desa Durian Simbeling, mengambil harta dan membawa secara paksa empat orang warga. Tidak ada tindak lanjut dari kasus ini/tidak ada proses hukumnya 07 April 2005

Tidak disebutkan Seorang polisi yang dipengaruhi minuman keras menodongkan senjata dan melakukan penganiayaan terhadap Hermin. Tidak ada proses hukum terhadap peristiwa ini. 08 April 2005 Desa Tundukan Raga, Kecamatan Sinemba Tanjung Muda Hilir, Deli

Serdang.

Bentrokan antara Brimob dan warga Desa Tundukan Raga, yang menentang penguasaan lahan oleh PTP II, satu warga tertembak. Tidak ada proses hukum terhadap peristiwa ini 12 September 2005 Kotarih. Serdang Bedagai

Dua oknum polisi yang diperbantukan menjaga keamanan PTPN III terlibat bentrok dengan warga dan melakukan penembakan terhadap tiga orang warga.

Tidak ada proses hukum terhadap

08 Oktober

2005

Jl. Tritura. Medan Seorang Bripda berinisial SS yang berpakaian

preman mencoba menghentikan sepeda motor yang dikendarai korban. Karena tidak tahu bahwa yang mencoba

menghentikannya adalah seorang polisi dan takut perampok, maka korban mengabaikan halangan polisi tersebut, merasa diabaikan Bripda SS melepaskan tembakan yang mengenai korban.

Tidak ada proses hukum terhadap kasus ini. 18 november 2005 Jl. Rela, tembung. Medan.

Ranto Nainggolan mati ditembak peluru panas Bripka DS (Intel Poltabes Medan), belum diketahui motif pembunuhan Tidak ada proses hukum terhadap kasus ini. 18 Juli 2006 Jl. Timah Gg. Perak III, Kota Bangun, Medan

Deli.

Sekitar 30 personil aparat

bersenjata mencari seseorang yang bernama Jhonny disekitar lokasi pengumpulan oli kotor. Ketika mengadakan pencarian aparat melakukan penganiayaan Kasus ini tengah ditangani oleh Propam dan belum ada keputusan.

terhadap beberapa warga dengan menodongkan senjata api dan sebagian

warga lainnya diperintahkan untuk tiarap. Akibat peristiwa ini terdapat 1 (satu orang) korban luka akibat pemukulan dengan menggunakan gagang pistol. Salah seorang korban bernama Andreas telah melaporkan kasus ini ke kantor BID PROPAM POLDA SUMUT.

31 Juli 2006

Percut Sei Tuan, Deli Serdang.

medan

Kejadian ini dimulai ketika aparat kepolisian menangani unjuk rasa oleh ratusan buruh PT. Cipta Meubelindo Lestari di percut Sei Tuan. Pasca unjuk rasa yang berakhir dengan pembubaran oleh Brimob Polda-Su, seorang buruh yang bernama Syamsir Hasibuan yang tidak ikut

dalam aksi tersebut dijemput paksa dari rumahnya, kemudian di depan rumahnya tersebut,

Tidak ada proses hukum terhadap petugas yang melakukan penembakan tersebut bahkan korban sempat ditahan di Polda-Sumut

anggota FSBSI 1992 tersebut ditembak tempel dibagian kakinya oleh petugas. Selain itu surat penangkapan yang seharusnya

ditandatangani oleh Syamsir, tidak diberi kewenangan untuk ditandatangani. 25 Januari 2007 Arena Pemeran Syariah Fair di Komp.IAIN, Jl.Sutomo.Medan

Dua orang, pasangan suami-istri ditembak oleh

seorang anggota kepolisian yang sedang

bertugas di arena pameran Syariah Fair, Iptu. Oloan hutasoit. Setelah menembak pasangan suami-istri tersebut, Iptu. Oloan Hutasoit menembak kepalanya sendiri dan tewas ditempat. Tidak ada proses hukum terhadap peristiwa ini. 21 Maret 2007 Jl. Sudirman. Binjai

Terjadi baku tembak antara polisi dengan sekelompok orang berkendaraan roda empat

yang diduga sebagai kawanan perampok di Jl. Sudirman, Binjai. Dalam penggerebekan ini, seorang pengendara

Diproses di PN Binjai.

sepeda motor tewas akibat peluru nyasar dari pihak kepolisian. Kasus dengan tersangka Brigadir Dicky Sahroni Lubis ini sudah diproses di pengadilan binjai dan telah diputus.

11 April 2007

Rabu 11 April 2007, sekitar pukul 04.00 wib sebanyak 30 orang berpakaian polisi dan berpakaian preman lengkap dengan senjata

mendatangi rumah Suherman (korban) yang masih diduga sebagi pelaku sejumlah perampokan di kota

medan. Tanpa menunjukkan surat perintah penangkapan, surat penggeledahan dan

penyitaan, polisi langsung membawa Suherman dengan tangan diborgol dan kaki dirantai. Lalu polisi lainnya mengobrak-abrik kamar korban untuk mencari barang bukti. Dalam penggeledahan di Tidak ada proses hukum terhadap aparat yang melakukan penembakan ini

kamar korban, polisi mengambil uang Rp 125 juta dari brankas, 4 juta dari dompet Suherman dan 25 juta uang belanja dari dompet istri korban bahkan 2 celengan yang berisi 5 juta serta perhiasan emas senilai 500 gr ikut diambil polisi. Selain itu 4 unit sepeda motor, 1 unit Toyota Avanza, 3 lembar sertifikat tanah dan 1 lembar BPKP, ATM dan paspor ikut dibawa.

Setelah petugas menggeledah dan menyita harta benda dari

rumahnya, Juliana istri korban bersama pihak keluarga mendatangi Poltabes MS sekitar pukul 06.00 wib dan langsung menjalani pemeriksaan., tidak berapa lama kemudian ia mendapat kabar bahwa

suaminya telah meninggal dunia dengan

luka tembak di bagian dada, bagian pusar dan

bagian pangkal paha. Sekitar pukul 18.00 setelah menjalani pemeriksaa, Juliana bersama keluarga mendatangi RS.Bhayangkara Medan dan melihat jenazah suaminya dengan kondisi 5 (lima) luka tembakan di tubuh. Mengetahui kedatangan mereka, salah

seorang petugas kepolisian memberikan

amplop berisi uang Rp 500 ribu kepadanya dan mengatakan uang itu

sebagai uang belasungkawa pihak

kepolisian karena pihak

kepolisian telah menghabisi nyawa suaminya.

C. Unsur Melawan Hukum Dari Penggunaan Senjata Api Yang Tidak

Dokumen terkait