• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

E. Tindak Tutur

E. Tindak Tutur

Tindak tutur (speech act) adalah gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu (Chaer dalam Muhammad Rohmadi, 2004: 29). Tindak tutur atau tindak ujaran (speech act) mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pragmatik karena tindak tutur adalah satuan analisisnya. Austin (1962) mengemukakan bahwa mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan (act), di samping memang mengucapkan kalimat tersebut. Ia membedakan tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi.

1. Tindak Tutur Lokusi

Lokusi adalah semata-mata tindak berbicara, yaitu tindak mengucapkan sesuatu dengan kata dan kalimat sesuai dengan makna kata itu (di dalam kamus) dan makna kalimat itu sesuai dengan kaidah sintaksisnya. Di sini maksud atau fungsi ujaran itu belum menjadi perhatian. Misalnya:

A : Aku lara.

‘Saya sakit.’

A : Kucing sikile papat.

‘Kucing kakinya empat.’ 2. Tindak Tutur Ilokusi

xxxv

Ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Di sini kita mulai berbicara tentang maksud dan fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, untuk apa ujaran itu dilakukan.

A : Kula nyuwun sekilo.

‘Saya minta satu kilogram’ maksudnya membeli sebanyak 1 kilogram.’

A : Bapake galak.

‘Ayahnya galak’ maksudnya jangan pergi ke rumahnya.’ A : Adoh lho le!

‘Jauh nak!’ maksudnya melarang untuk pergi.’ 3. Tindak Tutur Perlokusi

Perlokusi mengacu ke efek yang ditimbulkan oleh ujaran yang dihasilkan oleh penutur. Secara singkat, perlokusi adalah efek dari tindak tutur itu bagi mitra-tutur. Misalnya: Omahe adoh ‘Rumahnya jauh.’

Omahe adoh.

‘Rumahnya jauh.’

Menurut Searle (dalam Muhammad Rohmadi, 2004: 32) tindak tutur atau tindak ujar dapat dikategorikan menjadi lima jenis yakni.

1. Tindak Tutur Representatif

Lokusi Ilokusi Perlokusi

Omahe adoh. ‘Rumahnya jauh.’ Omahe adoh. ‘Rumahnya jauh.’ Omahe adoh. ‘Rumahnya jauh.’ mengandung pesan metapesan ‘jangan

pergi ke sana!’

metapesan (dalam pikiran MT ada keputusan) ‘saya tidak akan pergi ke

xxxvi

Merupakan tindak tutur yang mengikat P kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya, misalnya: menyatakan, melaporkan, menunjukkan, dan menyebutkan.

A : Bu, susuke blanja wau kalih ewu.

‘Bu, kembalian uang belanja tadi dua ribu.’ B : Gawanen, nggo jajan.

‘Ambil saja, buat jajan.

Tuturan A merupakan tindak tutur representatif melaporkan, yakni melaporkan sisa uang belanjaan kepada B.

2. Tindak Tutur Direktif

Merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh P dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam ujaran itu, misalnya: menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, dan menantang.

A : Mbak tulung iki diguwakke!

‘Mbak tolong ini dibuangkan!’ B : Nggih.

‘Ya.’

Tuturan A merupakan contoh penerapan tindak tutur direktif menyuruh, yakni menyuruh B untuk membuang barang-barang yang sudah tidak dipergunakan lagi.

3. Tindak Tutur Ekspresif

Merupakan tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam ujaran itu, misalnya: memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan mengeluh.

A : Ibu kok yen masak mesthi kurang asin.

‘Ibu kalau masak pasti kurang asin.

B : Ya gari ditambahi uyah!

xxxvii

Tuturan A merupakan tindak tutur ekspresif mengkritik masakan B karena masakan B selalu kurang garam.

4. Tindak Tutur Komisif

Merupakan tindak tutur yang mengikat P untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujaranya, misalnya: berjanji, bersumpah, atau mengancam.

A : Yen sesuk utangmu durung wok lunasi motormu takjipuk!

‘Kalau besok kamu belum melunasi hutangmu, motormu saya ambil!’

Tuturan A merupakan tindak tutur komisif mengancam. 5. Tindak Tutur Deklarasi

Merupakan tindak tutur yang dilakukan oleh P dengan maksud untuk menciptakan hal (status, keadaan dan sebagainya) yang baru, misalnya: memutuskan, membatalkan, melarang, mengijinkan, dan memberikan maaf.

A : Wis takngapura kabeh, aja dibaleni!

‘Sudah saya maafkan semua, jangan diulangi!’ B : Nuwun ya kang.

‘Terima kasih kak.’

I Dewa Putu Wijana (1996: 29) menyebutkan bahwa tindak tutur dapat dibedakan menjadi tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, dan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.

1. Tindak Tutur Langsung dan Tindak Tutur Tidak Langsung

Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita (deklaratif), kalimat tanya (interrogative), dan kalimat perintah (imperatif). Secara konvensional kalimat berita (deklaratif) digunakan untuk memberitahukan sesuatu (informasi); kalimat tanya (interrogative) menanyakan sesuatu; dan

xxxviii

kalimat perintah (imperative) untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan atau permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengatakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak, memohon, dan sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung (direct speech). Sebagai contoh, Adhiku durung sekolah ‘Adikku belum sekolah’, Omahmu ngendi? ‘Rumahmu di mana?’, dan Lawange tutupen!

‘Pintunya ditutup!’. Ketiga kalimat tersebut merupakan tindak tutur langsung berupa kalimat berita, tanya, dan perintah.

Tindak tutur tidak langsung (indirect speech) ialah tindak tutur untuk memerintah seseorang, melakukan sesuatu secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Misalnya, seorang ibu yang menyuruh anaknya mengambilkan sapu, diungkapkan dengan Ndhuk, sapune ndi?

‘Nak, sapunya di mana?’ kalimat tersebut selain bertanya juga memerintah anaknya untuk mengambilkan sapu.

2. Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak tutur literal (literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Sedangkan tindak tutur tidak literal (nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Sebagai contoh dapat dilihat kalimat berikut.

(a) : Swarane apik tenan.

‘Suaranya merdu sekali.’

(b) : Swaramu apik tenan, ning rasah nyanyi!

xxxix

Kalimat (a) jika diutarakan dengan maksud untuk memuji atau mengagumi suara orang yang dibicarakan, maka kalimat itu merupakan tindak tutur literal, sedangkan kalimat (b) P bermaksud mengatakan bahwa suara lawan tuturnya jelek, yaitu dengan mengatakan ‘tidak usah menyanyi’, maka kalimat (b) merupakan tindak tutur tidak literal.

Apabila tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung diintereaksikan dengan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal, maka akan tercipta tindak tutur sebagai berikut.

a.Tindak Tutur Langsung Literal (direct literal speech act)

Merupakan tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberitakan dengan kalimat berita, dan menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya. Misalnya, Tutupke lawange! ‘Tutup pintunya!’, Anakmu pira? ‘Anakmu berapa?’, dan

Kucingku manak telu ‘Kucingku beranak tiga’.

b.Tindak Tutur Tidak Langsung Literal (indirect literal speech act)

Merupakan tindak tutur yang diungkapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh P. Misalnya, Jogane reged ‘Lantainya kotor’. Kalimat itu diucapkan oleh seorang ayah kepada anaknya, bukan saja menginformasikan, tetapi sekaligus menyuruh untuk membersihkannya.

xl

Tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Misalnya,

Sepedamu uapik tenan ‘Sepedamu bagus sekali’, P sebenarnya ingin mengatakan bahwa sepeda lawan tuturnya jelek.

d.Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal (indirect nonliteral speech act)

Tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud yang ingin diutarakan. Untuk menyuruh seorang pembantu menyapu lantai yang kotor, seorang majikan dapat saja mengutarakannya dengan kalimat Jogane kok resik men ? ‘lantainya kok bersih sekali?’.

Dokumen terkait