BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Jenis-jenis Tindak Tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam
4.2.1.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal
Tindak tutur tidak langsung literal (indirect literal speech act) adalah tindak tutur yang diucapkan dengan modus kalimat yang tidak sesuai dengan maksud pengutaraannya, tetapi makna kata-kata yang menyusunnya sesuai dengan yang dimaksudkan penutur (Wijana, 1996:34). Dalam penelitian ini, telah teridentifikasi 29 tindak tutur tidak langsung literal dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Adapun 5 contoh dari 29 tindak tutur tidak langsung literal dapat dilihat di bawah ini.
(39) Lukas, 9:48 "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia,
yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar."
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus
Lawan tutur: para murid-Nya
Konteks tuturan: siapa yang terbesar di antara para murid
Tujuan tuturan: Yesus menasihati murid-murid-Nya tentang siapa yang menerima Dia seperti anak kecil, dialah yang terbesar
Waktu: perjumpaan Yesus dengan para murid Tempat: berkumpulnya Yesus dan para murid
Bertolak dari pendapat Wijana di atas, maka tuturan (39) merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal karena modus tuturan Yesus tidak sesuai dengan maksud dan makna kata-kata yang menyusunnya. Modus tuturan Yesus berupa
„pemberitahuan‟ bahwa jika menyambut anak kecil dalam nama-Nya maka
mereka menyambut Yesus, dan jika menyambut Yesus maka mereka menyambut Dia yang mengutus-Nya, dan yang terakhir adalah jika menjadi yang terkecil maka merekalah itulah yang terbesar. Namun, maksud dan makna kata-kata Yesus tidak sekedar pemberitahuan tetapi memerintah. Inti dari jika para murid-Nya menjalankan „perintah‟ Yesus adalah terlihat pada kata Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar. Yesus dalam menyampaikan maksud juga tidak menyebut siapa itu Dia dan siapa itu yang terkecil secara langsung.
(40)Lukas, 11:11-13 “11
Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? 12
Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? 13
Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya."
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus
Lawan tutur: para murid-Nya
Tujuan tuturan: Yesus membangun keyakinan para murid terhadap sebuah doa
Waktu: ketika Yesus berhenti berdoa di salah satu tempat Tempat: salah satu tempat Yesus berdoa
Tuturan (40) juga merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal karena modus tuturan Yesus tidak sesuai dengan maksud dan makna kata-kata yang menyusunnya. Modus tuturan Yesus merupakan nasihat yang menggunakan perumpamaan seorang bapa yang baik. Bapa yang baik tidak akan memberikan yang tidak baik kepada anaknya. Namun, perumpamaan tersebut sebenarnya bermaksud memberi pemahaman tentang hal berdoa. Makna kata-kata Yesus juga sebenarnya tentang hal berdoa. Berarti jika para murid berdoa dengan setulus hati, tidak mungkin Allah tidak mengabulkannya. Maksud dari Yesus, jika para murid paham tentang doa terlihat pada kata “Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya." Nasihat ini, ditujukan Yesus kepada murid-murid-Nya.
(41)Lukas, 11:17-23 "Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. 18Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. 19Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. 20
Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. 21Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala miliknya. 22Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari padanya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya. 23Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus
Lawan tutur: orang banyak
Konteks tuturan: tuduhan orang banyak terhadap Yesus yang menggunakan kekuatan Beelzebul
Tujuan tuturan: Yesus meluruskan pikiran jahat orang banyak.
Waktu: ketika suatu kali Yesus mengusir setan dari salah seorang yang membisukan
Tempat: Yesus melakukan penyembuhan
Tuturan (41) juga merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal karena modus tuturan Yesus tidak sama dengan maksud dan makna kata-kata yang menyusunnya. Yesus menggunakan modus tuturan berita atau pemberitahuan dengan kalimat tanya. Yesus memberitahu orang banyak bahwa Ia mengusir roh setan bukan menggunakan kekuatan beelzebul, tetapi kekuatan Allah ("Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? Sebab kamu berkata, bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu”). Namun, walaupun modus tuturan Yesus berupa berita atau pemberitahuan, Dia tidak serta-merta memberitahu secara langsung tetapi menggunakan gambaran kerajaan yang terpecah-pecah dan keluarga yang terpecah-pecah untuk memberi pemahaman kepada orang banyak mengenai kekuatan yang dimiliki-Nya untuk mengusir roh setan. Maksud dan makna dari kata-kata Yesus sebenarnya adalah menegur orang banyak atas pikiran
jahat mereka yang menuduh Dia menggunakan kekuatan beelzebul untuk mengusir roh jahat.
(42)Lukas, 11:24-26 "24Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian, dan karena ia tidak mendapatnya, ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. 25Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu bersih tersapu dan rapi teratur. 26Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya semula."
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus
Lawan tutur: orang banyak
Konteks tuturan: kembalinya roh jahat
Tujuan tuturan: Yesus memberi peringatan kepada orang banyak tentang kembalinya roh jahat
Waktu: ketika Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan roh setan yang membisukan
Tempat: ketika Yesus melakukan penyembuhan
Tuturan (42) merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal karena antara modus tuturan dengan maksud dan makna kata-kata yang menyusunya tidak sesuai. Sementara itu, maksud dan makna kata-kata pengutaraannya sesuai. Modus tuturan Yesus berupa „pemberitahuan‟ terlihat pada kalimat: “Apabila roh jahat keluar dari manusia, ia pun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian,…” Sementara itu, maksud dan makna kata-kata yang menyusunya merupakan sebuah „peringatan‟ kepada orang-orang untuk berjaga-jaga akan roh jahat yang sewaktu-waktu akan kembali. Namun, walau modus tuturan Yesus ini merupakan pemberitahuan, tidak serta-merta Yesus menyampaikannya secara langsung tetapi Yesus masih memberi gambaran kembalinya roh jahat dengan sebuah ilustrasi.
(43)Lukas, 11:33-36 "33Tidak seorangpun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya. 34Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. 35
Karena itu perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. 36 Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya."
Konteks ekstralinguistik: Penutur: Yesus
Lawan tutur: orang banyak
Konteks tuturan: perumpamaan pelita
Tujuan tuturan: Yesus menasihati orang banyak supaya sabda Yesus tetap dijaga dan jangan sampai padam
Waktu: ketika orang banyak mengerumuni Dia Tempat: perjumpaan Yesus dengan orang banyak
Tuturan (43) merupakan jenis tindak tutur tidak langsung literal karena antara modus tuturan dengan maksud dan makna kata-kata pengutaraannya tidak sama. Tuturan Yesus tersebut menggunakan modus tuturan „perintah‟ yang bermakna nasihat. Namun, perintah Yesus ini disampaikannya secara tidak langsung kepada orang banyak, tetapi Ia menyampaikannnya dengan sebuah perumpamaan tentang „pelita‟ (Tidak seorangpun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya.) Ilustrasi tentang „pelita‟ ini sebenarnya mau menggambarkan tentang „mata yang baik‟. Gambaran mata yang baik terlihat pada kata “Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu.” Mata yang baik maksudnya, mata yang dipergunakan sesuai dengan perintah Allah. „Pemberitahuan‟ bermaksud dan bermakna „nasihat‟ ini ditujukan kepada orang banyak.