• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Tindakan Siklus I

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran membatik yang dilaksanakan di kelas VI serta keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran dan hasil pembelajaran tersebut diperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai data awal bahwa siswa kelas VI SDN Mojosongo II sebanyak 36 siswa, sebagian besar siswa belum mampu membuat batik. Bertolak dari kenyataan tersebut peneliti mengadakan konsultasi dengan Kepala Sekolah dan guru kelas mengenai alternatif peningkatan prestasi belajar membatik siswa kelas VI SDN Mojosongo II, yaitu dengan melaksanakan pembelajaran membatik menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2008 kelas VI tentang materi pelajaran membatik, peneliti sebagai guru pengampu mata pelajaran melakukan langkah untuk merencanakan pembelajaran, antara lain:

1.) Memilih pokok bahasan atau indikator ketercapaian sesuai dengan silabus. Alasan memilih pokok bahasan atau indikator tersebut dikarenakan pokok bahasan/indikator mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik, membuat rancangan motif batik, membatik dengan teknik mencanting, dan mewarnai motif batik dengan teknik colet, harus betul-betul dikuasai siswa, karena hal tersebut sebagai dasar pengetahuan untuk melanjutkan tugas-tugas berikutnya, dan didasarkan pada kurikulum yang berlaku.

2.) Menyusun pembelajaran berdasarkan indikator yang telah ditentukan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh peneliti pada siklus I memuat 4 kali pertemuan, dilaksanakan selama 4 minggu mulai tanggal 24 Juli 2010 sampai dengan 14 Agustus 2010.

commit to user

b. Pelaksanaan Tindakan 1.) Pertemuan pertama

Siklus : I (satu)

Hari/tanggal : Sabtu, 24 Juli 2010

Pertemuan pertama merupakan tahap awal pengenalan materi pada siswa tentang materi tentang pengertian batik, berbagai macam jenis batik, alat dan bahan serta proses pembuatan yang digunakan dalam membuat batik. Rancangan kegiatan proses pembelajaran dalam siklus I adalah sebagai berikut:

a.) Pendahuluan

Meliputi kegiatan: guru membuka dan mengawali pelajaran dengan

melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang hadir dan siswa yang tidak hadir.

b.) Kegiatan inti

Meliputi kegiatan guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan siswa dengan memberi penjelasan tentang model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Langkah-langkah model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:

”(1) konstruksivisme (konstruktivism) yaitu, membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal, (2) menemukan (inquiry) yaitu, proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, (3) bertanya (questioning) yaitu, kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa, (4) masyarakat belajar (learning community) yaitu, sekelompok orang yang terkait dalam kegiatan belajar, (5) permodelan (modeling) yaitu, proses penampilan suatu contoh, (6) refleksi (reflection) yaitu, cara berpikir tentang apa yang telah dipelajari, (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) yaitu, mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa, penilaian produk (hasil karya).” (Sudrajat, 2009).

Guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), dengan bertanya kepada siswa: pertanyaan pertama ”apakah kalian sudah pernah membatik?, jika sudah tolong tunjukkan jari kalian!”, jawaban dari hampir seluruh siswa secara bersama-sama ”belum”, tetapi ada 5 orang anak yang menunjukkan jari

commit to user

telunjuk, yaitu: Apredhita, Zainal, Ery, Fauzi, dan Alfi, pertanyaan kedua ”apakah kalian tau apa itu batik?”, jawaban dari sebagian besar siswa secara bersama-sama ”tau, batik itu kain”, pertanyaan ketiga ”apakah kalian memiliki barang yang terbuat dari batik? Sebutkan!”, jawaban dari sebagian besar siswa secara bersama-sama ”punya, baju, seprei, taplak meja, kain jarik”, pertanyaan keempat ”apakah kalian menyukai batik?”, jawaban dari sebagian besar siswa secara bersama-sama ”tidak”. Karena siswa belum memahami batik, maka kalian tidak menyukai batik.

Guru menyampaikan materi ajar tentang pengertian batik dengan menggunakan metode ceramah. Kata batik berasal dari kata tik yang berarti kecil/titik dapat diartikan juga menulis atau menggambar serba rumit. Batik sama artinya dengan menulis, akan tetapi batik secara umum memiliki arti khusus yaitu melukis pada kain dengan menggunakan lilin/malam dan alat yang digunakan untuk menorehkan malam pada kain yaitu canting. Canting adalah alat untuk membatik yang terbuat dari tembaga atau kuningan dengan gagang yang terbuat dari kayu. Jenis canting ada bermacam-macam, diantaranya canting ngengrengan, tembokan, seret dua, cecekan, dan isen. Agar malam dapat mencair diperlukan wajan dan kompor atau anglo/keren untuk melelehkannya. Dalam membatik malam yang digunakan harus mendidih, jika tidak panas malam tidak dapat tembus pada kain dan akibatnya pada saat pewarnaan warna akan tercampur dan hasilnya warna tidak rapi. Untuk membatik diperlukan gawangan yang terbuat dari kayu atau bambu.

Motif yang terdapat pada kain batik sebagian besar adalah tumbuhan, seperti pohon, ranting, daun, bunga dan akar, dan lain sebagainya. Motif hewan seperti burung, ikan, kupu-kupu, ular, dan lain sebagainya. Selain tumbuhan dan hewan motif manusia, geometris, awan, gapura, rumah, dan lain sebagainya juga digunakan dalam membuat motif batik. Batik yang modern menggunakan bahan pewarna yang beragam, mulai dari pewarna yang alamiah dari kunyit, soga, nila, kulit pohon, kulit buah sampai bahan kimia seperti wantex, napthol, remasol dan indigosol.

commit to user

Daerah-daerah penghasil batik antara lain adalah Cirebon, Priangan, Banjarnegara, Yogyakarta, Solo, Banyumas, Pekalongan, Lasem, dan Madura. Batik Jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo. Batik dibuat dengan berbagai macam jenis kain, seperti birkolin, shantung, belacu, sutera, katun, dan sebagainya. Kain mori dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu primisima, prima, dan biru. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, dengan memakai batik pada saat mengikuti Konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Menurut proses pembuatannya batik dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu batik tulis, batik colet, batik ikat celup, batik cap, dan batik printing. Batik tulis proses pembuatanya dengan cara tradisional dengan menggunakan canting. Batik colet proses pembuatannya menguaskan warna langsung diatas kain dengan menggunakan kuas. Batik ikat celup atau jumputan yang proses pembuatannya dengan cara mengikat dan mencelupkan kain pada pewarna. Batik cap proses pembuatannya dengan menggunakan cap/setempel dari tembaga yang sudah dibentuk motif batik. Batik printing biasanya diproduksi pabrik dengan menggunakan screen.

Teknik mencanting yang benar adalah dengan cara memegang gagang canting menggunakan jari tangan kanan (hampir sama dengan menulis), sedangkan tangan kiri memegang kain yang telah diberi motif batik. Beda antara memegang canting dan memegang pensil hanya pada posisi canting yang digunakan harus tidur/datar, sedangkan posisi pensil jika digunakan untuk menulis harus berdiri atau miring. Jika posisi canting terlalu tegak atau terlalu miring, malam/lilin yang ada di dalamnya akan tumpah. Posisi tangan pada waktu memegang canting adalah miring, kemiringannya disesuaikan dengan kemiringan kain pada tangan kiri. Agar tangan terhindar dari malam panas, maka tangan harus memegang gagang canting bagian tengah. Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus pada kain, maka malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas.

commit to user

Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak kelihatan/tidak jelas, sehingga berdampak pada pewarnaan dan hasil akhir.

Langkah-langkah pembuatan batik: 1) buatlah motif batik pada kain dengan menggunakan pensil, 2) lilin/malam direbus di atas wajan dengan menggunakan anglo/kompor, 3) kemudian motif batik dengan menggunakan canting yang berisi lilin/malam sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain, 4) motif yang sudah selesai dibatik kemudian diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dengan teknik colet menggunakan pewarna remazol, 5) setelah proses pewarnaan selesai, kemudian kain batik direndam kedalam ember yang berisi waterglass selama ± 15 menit untuk memperkuat warna. Proses ini dinamakan ngunci/ngancing warna agar warna tidak mudah luntur, 6) batik yang sudah selesai di waterglass diangin-anginkan selama 15 menit, 7) cucilah kain batik yang sudah selesai dikunci/dikancing tersebut dengan menggunakan air bersih supaya waterglas luntur, 8) rebuslah air hingga mendidih dengan menggunakan kompor dan panci, 9) masukkan kain batik ke dalam panci yang berisi air mendidih untuk melunturkan lilin dari kain. Proses ini dinamakan melorot kain, 10) pada waktu melorot kain batik diaduk dengan menggunakan kayu, dan sering diangkat keatas permukaan air. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses pelunturan lilin/malam, 11) setelah lilin/malam luntur, kemudian kain batik dapat dikeringkan.

Siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik tulis, batik cap, batik printing, batik colet, dan batik jumputan/celup ikat.. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka amati (konstruktivism). Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri setelah melakukan observasi dan pengamatan, guru membimbing siswa untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan (inquiry). Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan ide kreatif tentang

commit to user

batik. Siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing kelompok terdiri dari empat orang siswa. Pada siklus I siswa dibagi dalam kelompok dan melakukan diskusi. Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain (learning community). Guru mendemontrasikan cara membuat motif batik agar siswa dapat mencontoh cara membatik yang benar (memegang canting, mennorehkan malam, dan mewarnai motif batik dengan teknik colet). Pada tahap ini siswa dapat diikutsertakan untuk mencoba memegang canting yang benar, menorehkan malam, dan mewarnai, hal ini bertujuan agar siswa tidak takut memegang alat-alat yang mungkin masih baru bagi mereka (modeling).

Guru memberikan penugasan: buatlah batik dengan motif bebas pada kain dengan finishing pewarnaan dengan teknik colet, dengan langkah pengerjaan sebagai berikut: 1) buatlah motif batik pada kain dengan menggunakan pensil, 2) lilin/malam di rebus diatas wajan dengan menggunakan anglo/kompor, 3) kemudian motif batik dengan menggunakan canting yang berisi lilin/malam sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain, 4) motif yang sudah selesai dibatik kemudian diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dengan teknik colet menggunakan pewarna remazol, 5) setelah proses pewarnaan selesai, kemudian kain batik direndam kedalam ember yang berisi waterglass selama ± 15 menit untuk memperkuat warna. Proses ini dinamakan ngunci/ngancing warna agar warna tidak mudah luntur, 6) batik yang sudah selesai di waterglass diangin-anginkan selama 15 menit, 7) cucilah kain batik yang sudah selesai dikunci/dikancing tersebut dengan menggunakan air bersih supaya waterglas luntur, 8) rebuslah air hingga mendidih dengan menggunakan kompor dan panci, 9) masukkan kain batik ke dalam panci yang berisi air mendidih untuk melunturkan lilin dari

commit to user

kain. Proses ini dinamakan melorot kain, 10) pada waktu melorot kain batik diaduk dengan menggunakan kayu, dan sering diangkat keatas permukaan air. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses pelunturan lilin/malam, 11) setelah lilin/malam luntur, kemudian kain batik dapat dikeringkan.

Guru memberitahukan aspek apa saja yang digunakan dalam penilaian: a) mempersiapkan bahan dan untuk membatik, berdasarkan indikator: mempersiapkan alat untuk membuat motif batik, mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dengan teknik mencanting, dan mempersiapkan bahan dan alat untuk mewarnai motif batik dengan teknik colet. b) merancang motif batik, berdasarkan indikator kreativitas (kelancaran dalam membuat motif batik). c) membatik dengan teknik mencanting, berdasarkan indikator: penggunaan canting, kematangan malam, dan kerapian dan kebersihan dalam mencanting. d) mewarnai motif batik dengan teknik colet, berdasarkan indikator teknik mencolet, teknik mengunci/ mengancing warna remazol, perpaduan warna. Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai batik, peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik. Melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang telah dipelajarinya (questioning), jika tidak ada yang berani mengajukan pertanyaan maka guru menunjuk salah satu siswanya, jika tidak dapat menjawab maka dilemparkan kepada siswa yang lainnya agar siswa aktif dalam pembelajaran (terdapat pada lampiran).

commit to user

Gambar 4.Guru Menyampaikan Materi Pelajaran dengan Memberikan Contoh Gambar dan Karya Batik

(Dokumentasi: Agustina Sulistyowati, 2010)

Dari gambar di atas dapat dilihat pada waktu guru menjelaskan pengertian batik, asal mula batik, jenis-jenis batik, motif batik, proses pembuatan batik, bahan dan alat yang digunakan untuk membatik. Sebagian besar siswa sangat antusias mendengarkan penjelasan guru, menjawab pertanyaan guru dan mengajukan pertanyaan kepada guru tentang apa yang belum mereka pahami tentang batik, akan tetapi masih ada sebagian kecil siswa yang tidak memperhatikan materi yang telah disampaikan oleh guru karena lebih asik dengan kesibukannya sendiri. Untuk mengatasi hal tersebut, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan yang telah diberikan oleh guru. Kegiatan yang kedua adalah siswa menggambar motif batik pada kertas gambar. Guru melakukan penilaian mempersiapkan alat untuk membuat motif batik (authentic assessment).

commit to user

Gambar 5.Siswa Membuat Motif Batik pada Kertas Gambar. (Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gamabar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, sebagian besar siswa mengerjakan tugas mereka dengan sungguh-sungguh akan tetapi masih terdapat sebagian kecil siswa yang tidak serius pada waktu mengerjakan tugas.

c.) Kegiatan penutup

Guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon materi batik yang telah disampaikan, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah di pelajarinya. Guru menanyakan kendala-kendala apa saja yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan hal-hal yang belum dimengerti, selanjutnya guru memberikan solusi (reflection).

Sebagian besar siswa sudah memperhatikan materi tentang batik yang disampaikan oleh guru, mejawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan pada waktu membuat motif batik. Masih terdapat beberapa orang siswa yang hanya mencontoh hasil karya teman lainnya, sehingga hasil karya motif batik

commit to user

yang mereka buat dalam satu kelompok hampir sama. Minimnya pengetahuan siswa dan kurang beraninya siswa dalam menggambarkan imajinasinya menjadi salah satu diantara berbagai faktor penyebab lainnya. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut guru mengajak siswa untuk lebih berani dalam berkreativitas, mengeluarkan berbagai macam ide-ide dan pemikiran siswa tentang motif batik, tidak meniru atau menjiplak hasil karya teman yang lain, berekspresi sesuka hati, dengan demikian siswa dapat merasa senang dengan apa yang dilakukannya. Guru memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya yaitu, memindahkan rancangan motif batik dari kertas gambar ke atas kain dan membatik dengan teknik mencanting.

Guru memberitahukan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya, yaitu memindah motif batik dari kertas gambar ke atas kain dan membatik dengan teknik mencanting.

2.) Pertemuan kedua

Hari/tanggal : Sabtu, 7 Agustus 2010 Siklus : I (satu)

Pertemuan kedua merupakan lanjutan dari pertemuan pertama. Rancangan kegiatan proses belajar pembelajaran dalam siklus I:

a.) Pendahuluan

Meliputi guru membuka dan mengawali pelajaran dengan

melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang hadir dan siswa yang tidak hadir.

b.) Kegiatan inti

Meliputi kegiatan guru menjelaskan kegiatan yang yang akan

dilaksanaka pada pertemuan kedua dengan memberi penjelasan tentang model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Langkah-langkah model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:

Guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata

commit to user

kehidupan siswa (daily life modeling). Agar siswa tidak lupa, guru mengajak siswa mengingat kembali materi apa saja yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

Teknik mencanting yang benar adalah dengan cara memegang gagang canting menggunakan jari tangan kanan (hampir sama dengan menulis), sedangkan tangan kiri memegang kain yang telah diberi motif batik. Beda antara memegang canting dan memegang pensil hanya pada posisi canting yang digunakan harus tidur/datar, sedangkan posisi pensil jika digunakan untuk menulis harus berdiri atau miring. Jika posisi canting terlalu tegak atau terlalu miring, malam/lilin yang ada di dalamnya akan tumpah. Posisi tangan pada waktu memegang canting adalah miring, kemiringannya disesuaikan dengan kemiringan kain pada tangan kiri. Agar tangan terhindar dari malam panas, maka tangan harus memegang gagang canting bagian tengah. Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus pada kain, maka malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas. Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak kelihatan/tidak jelas, sehingga berdampak pada pewarnaan dan hasil akhir.

Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus pada kain, maka malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas atau mendidih. Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak kelihatan/tidak jelas, dan berdampak pada pewarnaan dan hasil batik.

Siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik tulis. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan (konstruktivism). Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri setelah melakukan observasi dan pengamatan, guru membimbing siswa untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan (inquiry). Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan ide kreatif tentang batik. Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai motif batik, yaitu bermacam-macam motif batik yang telah

commit to user

dibuat pada pertemuan sebelumnya, kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembuatan motif batik (questioning). Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan kesulitan-kesulitan atau hambatan yang dihadapi pada waktu membuat motif batik. Seperti misalnya pertanyaan yang diajukan oleh Shintia ”kenapa saya tidak bisa membuat motif yang bagus seperti batik-batik yang dijual itu bu?”, dan jawaban yang diberikan oleh guru ”untuk membuat motif batik yang bagus diperlukan pengalaman dan keterampilan dalam membuat pola/motif, untuk itu kalian harus lebih banyak berlatih dalam membuat motif batik supaya batik yang dibuat bisa bagus”. Pertanyaan yang diajukan oleh Dewa ”kenapa saya susah sekali membuat motif bu, saya tidak bisa membuat motif batik?”, dan jawaban yang diberikan oleh guru ”kalian tidak usah berpikir bahwa motif batik itu harus sama seperti batik-batik lain yang ada sekarang, kamu bisa membuat motif-motif berdasarkan apa yang kamu lihat sehari-hari, seperti misalnya daun, bunga, ikan, kucing, matahari, mobil, dan lain sebagainya”. Pertanyaan yang diajukan oleh Axel ”kenapa menggambar motifnya tidak langsung di kain saja bu?”, dan jawaban yang diberikan oleh guru ”karena kalian baru pertama kali membuat batik, jadi membuat motifnya tidak langsung di atas kain, tapi kalau sudah berpengalaman kamu boleh langsung menggambar motif di atas kain”. Siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing kelompok terdiri dari empat orang siswa dan melakukan diskusi (learning community). Guru mendemontrasikan cara memindah motif batik dari kertas gambar ke atas kain, supaya siswa dapat mengikuti dengan baik (modeling).

commit to user

Gambar 6.Guru Menjelaskan Kembali Bahan dan Alat yang Gigunakan Untuk Membuat Batik (modeling).

(Dokumentasi: Daru Endah W, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa pada pertemuan kedua sebelum melanjutkan tugas yang diberikan oleh guru, guru menjelaskan kembali peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik. Hal tersebut bertujuan untuk memulihkan ingatan siswa tentang materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Jika ada siswa lupa dapat bertanya kepada guru. Siswa menunjukkan kepada guru hasil rancangan motif batik yang telah dibuat pada pertemuan pertama.

Gambar 7.Guru Membagikan Kain Mori Kepada Siswa Untuk Memindah Motif Batik dari Kertas Gambar ke Atas Kain.

commit to user

Setelah kain mori dibagikan guru kepada masing-masing siswa kemudian siswa memindahkan motif batik yang sudah mereka buat pada pertemuan sebelumnya dari kertas gambar ke atas kain dengan menggunakan pensil.

Gambar 8.Siswa Memindah Motif Batik dari Kertas Gambar ke Atas Kain. (Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu mengerjakan tugas memindah motif batik dari kertas gambar keatas kain mori dengan mengggunakan pensil. Sebagian besar siswa mengerjakan tugas dengan serius atau asik dengan pekerjaannya, akan tetapi sebagian kecil siswa masih ada yang bercakap-cakap dengan teman sebangkunya.

Gambar 9.Siswa Membatik dengan Teknik Mencanting.

Dokumen terkait