• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL PENELITIAN

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

2. Tindakan Siklus II

Pelaksanaan siklus kedua didasarkan pada hasil analisis dan refleksi di siklus pertama. Pelaksanaannya meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis, dan refleksi.

a. Perencanaan Tindakan

Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap proses pembelajaran dan hasil pembelajaran pada siklus I diperoleh data sebagai berikut:

Hasil pelaksanaan siklus I indikator mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dapat dikatakan telah berhasil, yaitu aktivitas belajar siswa lebih dari 70 % dapat meningkat.

Hasil pelaksanaan siklus I indikator membuat rancangan motif batik dapat dikatakan telah berhasil, yaitu gambar rancangan motif batik siswa lebih dari 70 % dapat meningkat.

Hasil pelaksanaan siklus I indikator membatik dengan teknik mencanting diatas dapat dikatakan belum berhasil, yaitu gambar rancangan motif batik siswa kurang dari 70 % belum dapat meningkat.

Hasil pelaksanaan siklus I indikator mewarnai motif batik dengan teknik colet, siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (66) adalah sebanyak 10 orang siswa atau 27,27 %, dan yang memperoleh nilai di bawah standar adalah 26 orang siswa atau 71,71 %.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa belum mampu membatik dengan teknik mencanting, dan mewarnai motif batik dengan teknik colet. Untuk itu perlu dilaksanakan siklus II yang merupakan lanjutan dari siklus I. Yang diutamakan dalam siklus II ini adalah indikator ketiga dan keempat, akan tetapi indikator pertama dan kedua harus

commit to user

diiksanakan. Hasil observasi dan analisis data tersebut dapat digunakan sebagai tolok ukur pelaksanaan siklus II.

Peneliti sebagai guru pengampu mata pelajaran SBK melakukan langkah untuk merencanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL siklus II, antara lain:

1.) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan silabus. Alasan memilih pokok bahasan atau indikator tersebut karena pada siklus I prestasi belajar siswa belum dapat memenuhi indikator ketercapaian, sehingga pada siklus II perlu dilakukan penelitian ulang.

2.) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II yang disusun oleh peneliti yang memuat 3 kali pertemuan, dilaksanakan selama 2 minggu dimulai tanggal 21 September 2010 sampai dengan 2 Oktober 2010.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran dalam siklus II dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan berdurasi 2 jam x 35 menit yaitu 70 menit sesuai skenario dan RPP mata pelajaran membatik dengan metode yang telah disusun oleh guru sebagi peneliti.

1.) Pertemuan pertama

Siklus : II (dua)

Hari/tanggal : Selasa, 21 September 2010

a.) Pendahuluan

Meliputi kegiatan: guru membuka dan mengawali pelajaran dengan

melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang hadir dan siswa yang tidak hadir.

b.) Kegiatan inti

Meliputi kegiatan guru menjelaskan tentang kegiatan yang akan

dilaksanakan siswa dengan memberi penjelasan tentang model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

commit to user

Guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata

kehidupan siswa (daily life modelling), dengan bertanya kepada siswa

apakah siswa masih mengingat materi pelajaran yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya. Agar siswa tidak lupa, guru mengajak siswa mengingat kembali materi apa saja yang telah disampaikan pada pembelajaran sebelumnya mengenai batik.

Guru menyampaikan materi ajar tentang pengertian batik. Karena pembelajaran pada silkus II materniya sama dengan siklus I, maka guru hanya menyampaikan sebagian materi pelajaran yang penting saja dengan melakukan tanya jawab dengan siswa. Hal demikian ditujukan supaya siswa mampu mengingat kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya.

Membatik adalah melukis pada kain dengan menggunakan lilin/malam dan alat yang digunakan untuk menorehkan malam pada kain yaitu canting. Canting adalah alat untuk membatik yang terbuat dari tembaga atau kuningan dengan gagang yang terbuat dari kayu. Agar malam dapat mencair diperlukan wajan dan kompor atau anglo/keren untuk melelehkannya. Dalam membatik malam yang digunakan harus mendidih, jika tidak panas malam tidak dapat tembus pada kain dan akibatnya pada saat pewarnaan warna akan tercampur dan hasilnya warna tidak rapi. Untuk membatik diperlukan gawangan yang terbuat dari kayu atau bambu.

Motif yang terdapat pada kain batik sebagian besar adalah tumbuhan, hewan, manusia, geometris, awan, gapura, rumah, dan lain sebagainya digunakan dalam membuat batik. Daerah-daerah penghasil batik antara lain adalah Cirebon, Priangan, Banjarnegara, Yogyakarta, Solo, Banyumas, Pekalongan, Lasem, dan Madura. Batik dibuat dengan berbagai macam jenis kain, seperti birkolin, shantung, belacu, sutera, katun, dan sebagainya. Kain mori dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu primisima, prima, dan biru.

commit to user

Menurut proses pembuatannya batik dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis, yaitu batik tulis, batik colet, batik ikat celup, batik cap, dan batik printing. Batik tulis proses pembuatanya dengan cara tradisional dengan menggunakan canting. Batik colet proses pembuatannya menguaskan warna langsung diatas kain dengan menggunakan kuas. Batik ikat celup atau jumputan yang proses pembuatannya dengan cara mengikat dan mencelupkan kain pada pewarna. Batik cap proses pembuatannya dengan menggunakan cap/setempel dari tembaga yang sudah dibentuk motif batik. Batik printing biasanya diproduksi pabrik dengan menggunakan screen.

Teknik mencanting yang benar adalah dengan cara memegang gagang canting menggunakan jari tangan kanan (hampir sama dengan menulis), sedangkan tangan kiri memegang kain yang telah diberi motif batik. Beda antara memegang canting dan memegang pensil hanya pada posisi canting yang digunakan harus tidur/datar, sedangkan posisi pensil jika digunakan untuk menulis harus berdiri atau miring. Jika posisi canting terlalu tegak atau terlalu miring, malam/lilin yang ada di dalamnya akan tumpah. Posisi tangan pada waktu memegang canting adalah miring, kemiringannya disesuaikan dengan kemiringan kain pada tangan kiri. Agar tangan terhindar dari malam panas, maka tangan harus memegang gagang canting bagian tengah. Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus pada kain, maka malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas. Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak kelihatan/tidak jelas, sehingga berdampak pada pewarnaan dan hasil akhir.

Langkah-langkah pembuatan batik tulis: 1) buatlah motif batik pada kain dengan menggunakan pensil, 2) lilin/malam direbus di atas wajan dengan menggunakan anglo/kompor, 3) kemudian motif batik dengan menggunakan canting yang berisi lilin/malam sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain, 4) motif yang sudah selesai dibatik kemudian diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dengan teknik colet menggunakan pewarna remazol, 5) setelah proses pewarnaan selesai,

commit to user

kemudian kain batik direndam kedalam ember yang berisi waterglass selama ± 15 menit untuk memperkuat warna. Proses ini dinamakan ngunci/ngancing warna agar warna tidak mudah luntur, 6) batik yang sudah selesai di waterglass diangin-anginkan selama 15 menit, 7) cucilah kain batik yang sudah selesai dikunci/dikancing tersebut dengan menggunakan air bersih supaya waterglas luntur, 8) rebuslah air hingga mendidih dengan menggunakan kompor dan panci, 9) masukkan kain batik ke dalam panci yang berisi air mendidih untuk melunturkan lilin dari kain. Proses ini dinamakan melorot kain, 10) pada waktu melorot kain batik diaduk dengan menggunakan kayu, dan sering diangkat keatas permukaan air. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses pelunturan lilin/malam, 11) setelah lilin/malam luntur, kemudian kain batik dapat dikeringkan.

Siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik tulisyang sudah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri (konstruktivism). Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri setelah melakukan observasi dan pengamatan, guru membimbing siswa untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan (inquiry). Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan ide kreatif tentang batik. Siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing kelompok terdiri dari empat orang siswa. Pada siklus II siswa dibagi dalam kelompok dan melakukan kerjasama untuk membuat batik yang digunakan sebagai taplak meja kecil. Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain (learning community). Guru mendemontrasikan cara membuat motif

commit to user

batik agar siswa dapat mencontoh cara membatik yang benar (memegang canting, mennorehkan malam, dan mewarnai motif batik dengan teknik colet). Pada tahap ini siswa dapat diikutsertakan untuk mencoba memegang canting yang benar, menorehkan malam, dan mewarnai, hal ini bertujuan agar siswa tidak takut memegang alat-alat yang mungkin masih baru bagi mereka (modeling).

Guru memberikan penugasan: buatlah batik dengan motif bebas pada kain dengan finishing pewarnaan dengan teknik colet, dengan langkah pengerjaan sebagai berikut: 1) buatlah motif batik pada kain dengan menggunakan pensil, 2) lilin/malam di rebus diatas wajan dengan menggunakan anglo/kompor, 3) kemudian motif batik dengan menggunakan canting yang berisi lilin/malam sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain, 4) motif yang sudah selesai dibatik kemudian diberi pewarna sesuai dengan warna yang diinginkan dengan teknik colet menggunakan pewarna remazol, 5) setelah proses pewarnaan selesai, kemudian kain batik direndam kedalam ember yang berisi waterglass selama ± 15 menit untuk memperkuat warna. Proses ini dinamakan ngunci/ngancing warna agar warna tidak mudah luntur, 6) batik yang sudah selesai di waterglass diangin-anginkan selama 15 menit, 7) cucilah kain batik yang sudah selesai dikunci/dikancing tersebut dengan menggunakan air bersih supaya waterglas luntur, 8) rebuslah air hingga mendidih dengan menggunakan kompor dan panci, 9) masukkan kain batik ke dalam panci yang berisi air mendidih untuk melunturkan lilin dari kain. Proses ini dinamakan melorot kain, 10) pada waktu melorot kain batik diaduk dengan menggunakan kayu, dan sering diangkat keatas permukaan air. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses pelunturan lilin/malam, 11) setelah lilin/malam luntur, kemudian kain batik dapat dikeringkan.

Guru memberitahukan aspek apa saja yang digunakan dalam penilaian: a) mempersiapkan bahan dan untuk membatik, berdasarkan indikator: mempersiapkan alat untuk membuat motif batik,

commit to user

mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dengan teknik mencanting, dan mempersiapkan bahan dan alat untuk mewarnai motif batik dengan teknik colet. b) merancang motif batik, berdasarkan indikator kreativitas (kelancaran dalam membuat motif batik). c) membatik dengan teknik mencanting, berdasarkan indikator: penggunaan canting, kematangan malam, dan kerapian dan kebersihan dalam mencanting. d) mewarnai motif batik dengan teknik colet, berdasarkan indikator teknik mencolet, teknik mengunci/ mengancing warna remazol, perpaduan warna. Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai batik, peralatan dan bahan yang digunakan untuk membatik. Melalui pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang telah dipelajarinya (questioning), jika tidak ada yang berani mengajukan pertanyaan maka guru menunjuk salah satu siswanya, jika tidak dapat menjawab maka dilemparkan kepada siswa yang lainnya agar siswa aktif dalam pembelajaran (terdapat pada lampiran).

Gambar 21. Guru Menjelaskan dan Memberikan Contoh Taplak Meja yang Terbuat dari Batik (modeling).

(Dokumentasi: Agustina Sulistyowati, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa guru sedang memberikan penjelasan mengenai karya yang akan dibuat pada siklus II, dan memberikan contoh hasil karya batik yang berupa taplak meja. Sebagian

commit to user

besar siswa memperhatikan penjelasan dari guru, akan tetapi masih terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Guru melakukan penilaian dengan mengukur pengetahuan dan aktivitas siswa pada waktu mengikuti pelajaran yaitu mempersiapkan peralatan membatik dengan indikator: memperhatikan penjelasan guru tentang batik, alat dan bahan untuk membatik, menjawab pertanyaan guru tentang batik, alat dan bahan untuk membatik (authentic assessment).

Gambar 22. Siswa Membuat Rancangan Motif Batik pada Kertas Gambar. (Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu mengerjakan tugas dari guru, mereka secara individu membuat rancangan motif batik yang nantinya akan dipilih salah satu hasil karya siswa yang terbaik dalam satu kelompok, akan digunakan untuk membuat taplak meja kecil. Guru melakukan penilaian mempersiapkan bahan dan untuk membatik(authentic assessment).

c.) Kegiatan penutup

Guru memberikan penjelasan kembali mengenai cara menggambar motif batik yang mudah, dengan melihat dan mengamati berbagai macam benda hidup maupun benda mati yang ada dilingkungan sekitar siswa, siswa akan lebih mudah untuk menggambarkan apa yang mereka lihat.

Guru mengajak siswa melihat kembali atau merespon materi batik yang telah disampaikan, setiap berakhir proses pembelajaran, guru

commit to user

memberikan kesempatan kepada siswa untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah di pelajarinya. Guru menanyakan kendala-kendala apa saja yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan hal-hal yang belum dimengerti, selanjutnya guru memberikan solusi (reflection).

Pada siklus II sebagian besar siswa sudah mampu membuat gambar motif batik dengan baik, menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan kepada guru tentang bahan dan alat untuk membatik. Masih terdapat beberapa orang siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menggambar motif, sehingga mereka hanya mencontoh teman yang lainnya.

Guru memberitahukan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya yaitu, memindahkan rancangan dari kertas gambar ke atas kain, membatik dengan teknik mencanting, mewarnai motif batik dengan teknik colet

2.) Pertemuan kedua

Siklus : II (dua)

Hari/tanggal : Selasa, 28 September 2010

a.) Pendahuluan

Meliputi guru membuka dan mengawali pelajaran dengan

melakukan presensi, hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui siswa yang hadir dan siswa yang tidak hadir.

b.) Kegiatan inti

Meliputi kegiatan guru menjelaskan kegiatan yang yang akan

dilaksanaka pada pertemuan kedua dengan memberi penjelasan tentang model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), Langkah-langkah model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:

Guru memulai pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata

commit to user

kehidupan siswa (daily life modeling). Agar siswa tidak lupa, guru mengajak siswa mengingat kembali materi apa saja yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya tentang asal mula batik, jenis-jenis batik, teknik pembuatan batik tulis, bahan dan alat untuk membuat batik tulis, dan langkah-langkah pembuatan batik tulis.

Guru menjelaskan lagi mengenai materi yang telah disampaikan pada pertemuan sebelumnya yaitu motif. Motif dalam membuat batik bervariasi, ada yang mengambil gambar benda hidup seperti ayam, burung, ikan, kupu-kupu, dan ada pula yang menggambarkan benda mati seperti misalnya kapal, rumah, batu, dan lain-lain. Guru menjelaskan cara memindahkan motif batik dari kertas gambar ke atas kain dengan menggunakan pensil. Setelah selesai memindahkan motif batik pada kain, siswa melanjutkan kegiatan selanjutnya yaitu membatik dengan teknik mencanting. Dalam teknik mencanting peralatan yang digunakan adalah: canting, lilin/malam, wajan, kompor, minyak tanah, dan korek api.

Teknik mencanting yang benar adalah dengan cara memegang gagang canting menggunakan jari tangan kanan (hampir sama dengan menulis), sedangkan tangan kiri memegang kain yang telah diberi motif batik. Beda antara memegang canting dan memegang pensil hanya pada posisi canting yang digunakan harus tidur/datar, sedangkan posisi pensil jika digunakan untuk menulis harus berdiri atau miring. Jika posisi canting terlalu tegak atau terlalu miring, malam/lilin yang ada di dalamnya akan tumpah. Posisi tangan pada waktu memegang canting adalah miring, kemiringannya disesuaikan dengan kemiringan kain pada tangan kiri. Agar tangan terhindar dari malam panas, maka tangan harus memegang gagang canting bagian tengah. Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus pada kain, maka malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas. Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak kelihatan/tidak jelas, sehingga berdampak pada pewarnaan dan hasil akhir.

Agar malam/lilin yang digunakan dapat tembus pada kain, maka malam/lilin harus benar-benar dalam keadaan yang panas atau mendidih.

commit to user

Jika malam tidak tembus dapat mengakibatkan motif batik tidak kelihatan/tidak jelas, dan berdampak pada pewarnaan dan hasil batik.

Siswa melakukan observasi, dan mengamati hasil karya batik tulis yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan (konstruktivism). Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari menemukan sendiri setelah melakukan observasi dan pengamatan, guru membimbing siswa untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan membuat kesimpulan (inquiry). Dengan demikian siswa dapat menumbuhkan ide kreatif tentang batik, dapat menemukan masalah seperti misalnya warna motif batik tercampur dengan warna motif yang lain. Guru melakukan kegiatan tanya jawab dengan siswa mengenai motif batik, yaitu bermacam-macam motif batik yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya, kendala-kendala yang dihadapi selama proses pembuatan motif batik (questioning). Pada tahap ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan kesulitan-kesulitan atau hambatan yang dihadapi pada waktu membuat motif batik. Siswa dibagi dalam kelompok kecil dan masing-masing kelompok terdiri dari empat orang siswa dan melakukan kerjasama untuk membuat batik yang digunakan sebagai taplak meja kecil (learning community). Guru mendemontrasikan cara memindah motif batik dari kertas gambar ke atas kain, supaya siswa dapat mengikuti dengan baik (modeling).

Guru memberikan penugasan kepada siswa untuk memindahkan motif batik ke atas kain mori, membatik dengan teknik mencanting, dan mewarnai motif batik dengan teknik colet. Siswa melakukan pekerjaan tersebut dengan bekerjasama dalam kelompok. Sehingga penilaian yang dilakukan oleh guru dengan menilai kerja individu dan kebersamaan dalam kelompok. Siswa menunjukkan kepada guru hasil rancangan motif batik yang dibuat siswa pada pertemuan pertama. kemudian guru memilih

commit to user

salah satu motif batik yang akan digunakan untuk membuat motif batik taplak meja kecil, setelah itu guru membagikan kain mori kepada masing-masing kelompok.

Gambar 23. Guru Menjelaskan Cara Membuat Batik yang Digunakan Untuk Taplak Meja (modeling).

(Dokumentasi: Agustina Sulistyowati, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat guru sedang menjelaskan cara membuat batik yang digunakan untuk taplak meja kecil. Terlihat antusiasme sebagian besar siswa pada waktu mendengarkan penjelasan dari guru, dan masih terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru. Hal demikian sangat wajar terjadi dalam proses pembelajaran. Setelah kain dibagikan kepada masing-masing kelompok, kemudian siswa bekerjasama memindah motif batik yang dipilih oleh guru dari kertas gambar ke atas kain.

Dalam memindah motif batik dari kertas gambar ke atas kain peralatan yang digunakan adalah pensil. Apabila siswa mengalami kesulitan pada waktu memindahkan motif geomertis, siswa dapat mempergunakan alat bantu lain yang berupa penggaris, busur, dan jangka supaya pengerjaannya lebih mudah. Guru juga dapat berperan aktif membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memindahkan motif batik.

commit to user

Gambar 24. Guru Memberi Contoh Siswa yang Kesulitan dalam Memindah Motif Batik (Modeling).

(Dokumentasi: Agustina Sulistyowati, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat salah satu kelompok siswa yang mengalami kesulitan sedang memperhatikan guru pada waktu memberi contoh memindahkan motif batik dari kertas gambar ke atas kain mori. Sedangkan kelompok siswa yang lain mengerjakan tugas mereka masing-masing. Sebagian besar siswa mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh, dan masih terdapat beberapa siswa yang tidak mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh. Setelah selesai menggambar motif batik pada kain, kemudian siswa dalam kelompok secara bergantian membatik dengan teknik mencanting menggunakan malam/lilin yang dilelehkan hingga mendidih.

commit to user

Gambar 25. Secara Bergantian Siswa Membatik dengan Teknik Mencanting. (Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa pada waktu membatik dengan teknik mencanting dalam kelompok secara bergantian, sebagian besar siswa serius dengan pekerjaannya akan tetapi masih terdapat beberapa orang siswa yang kurang serius pada waktu membatik. Hal itu dikarenakan minimnya peralatan yang digunakan untuk membatik, jumlah kompor dan wajan yang dapat digunakan hanya 4 buah, canting yang digunakan sebagian kecil juga tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga siswa harus bergantian untuk membatik. Minimnya peralatan membatik tidak menghalangi semangat siswa untuk belajar kelompok. Setelah kain mori selesai dibatik kemudian secara kelompok siswa bekerjasama mewarnai motif gambar batik menggunakan remazol dengan teknik colet.

commit to user

Gambar 26. Secara Kelompok Siswa Bekerjasama Mewarnai Motif Batik dengan Teknik Colet.

(Dokumentasi: Sunarmi, 2010)

Pada gambar di atas dapat dilihat aktivitas siswa secara kelompok pada waktu mengerjakan tugas mewarnai motif batik menggunakan remazol dengan teknik colet. Sebagian besar siswa serius mengerjakan karya kelompok mereka, dan terdapat beberapa orang siswa masih tidak serius mengerjakan karya dalam kelompok mereka. Hal demikian dapat

Dokumen terkait