• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Untuk memudahkan pengkajian ini peneliti membaginya menjadi tiga pokok bahasan, yaitu: (1) Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). (2) Prestasi Belajar, dan (3) Membatik

1. Model Pembelajaran CTL a. Pengertian Model Pembelajaran CTL

Model pembelajaran CTL (pembelajaran kontekstual) adalah salah satu di antara sekian banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran, di mana CTL merupakan suatu sistem atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistik. Pembelajaran ini terdiri atas komponen-komponen yang saling terkait, yang apabila dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan perannya. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada pemikiran bahwa siswa belajar apabila mereka melihat makna dari yang mereka pelajari. Makna dalam pekerjannya di sekolah apabila mereka dapat menghubungkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Melalui CTL belajar dapat menjadi bermakna dengan mengaitkan konten dengan konteks dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka”. http://fandi4tarakan.wordpress.com.

Kemitraan yang memungkinkan para siswa menerapkan pelajaran akademis ke tempat kerja, pelajaran-pelajaran yang mengaitkan tugas sekolah dengan pengalaman sehari-hari, restrukturisasi sekolah yang memungkinkan

“lerning by doing” semua kegiatan ini menunjukkan kekuatan dari pesan pokok CTL. Pesan pokok itu adalah bahwa “lerning by doing” menyebabkan kita

commit to user

membuat keterkaitan-keterkaitan yang menghasilkan makna, dan ketika kita melihat makna, kita menyerap dan menguasai pengetahuan dan keterampilan. Johnson (2007: 4), berpendapat bahwa:

“Dalam pembelajaran kontekstual minimal ada tiga prinsip utama yaitu: 1) prinsip saling ketergantungan (interdependence). Menurut hasil kajian para ilmuwan modern segala yang ada di alam semesta ini adalah saling berhubungan. Segala yang ada, baik manusia maupun bukan manusia, makhluk hidup ataupun benda mati atau satu sama lain berhubungan dan tergantung membentuk pola dan jaring sistem hubungan yang teratur, 2) prinsip diferensiasi (differentiation). Diferensiasi menunjuk kepada sifat alam yang secara terus menerus menimbulkan perbedaan, keragaman, keunikan. Alam tidak pernah mengulang dirinya tetapi keberadaannya selalu berbeda. Prinsip diferensiasi menunjukkan kreativitas yang luar biasa dari alam semesta. 3) prinsip pengorganisasian diri (self organization). Setiap individu atau kesatuan (entity) dalam alam semesta mempunyai potensi melekat, yaitu kesadaran sebagai kesatuan yang utuh yang berbeda dari yang lain. Tiap orang memiliki organisasi diri, keteraturan diri, kesadaran diri, pemeliharaan diri sendiri, suatu energi atau kekuatan hidup, yang memungkinkan mempertahankan dirinya secara khas berbeda dengan yang lainnya”.

Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat beberapa hal yang harus dipahami tentang belajar dalam konteks CTL menurut Sanjaya dalam Endang Komara, 2010, antara lain:

1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengonstruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena itulah, semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang mereka peroleh.

2. Belajar bukan sekadar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas. Pengetahuan itu pada dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti pola berpikir, pola bertindak, kemampuan memecahkan persoalan termasuk penampilan atau performance seseorang. Semakin pengetahuan seseorang luas dan mendalam, maka akan semakin efektif dalam berpikir.

commit to user

3. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intektual akan tetapi juga mental dan emosi. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi persoalan.

4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu belajar tidak dapat sekaligus, akan tetapi sesuai dengan irama kemampuan siswa. 5. Belajar pada hakikatnya adalah menagkap pengetahuan dari kenyataan.

Oleh karena itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk kehidupan anak (Real World Learning).

Pengetahuan itu diperoleh anak bukan dari informasi yang diberikan oleh orang lain temasuk guru, akan tetapi dari proses penemukan dan mengontruksinya sendiri, maka guru harus menghindari mengajar sebagai proses penyampaian informasi. Guru perlu memandang siswa sebagai subjek belajar dengan segala keunikannya. Siswa adalah organisme aktif yang memiliki potensi untuk membangun pengetahuannya sendiri.

b. Tujuh Komponen Dalam CTL

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 (tujuh) asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL. Tujuh komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1.) Kontruksivisme (konstruktivism) 2.) Menemukan (inquiry)

3.) Bertanya (questioning)

4.) Masyarakat belajar (Learning community) 5.) Permodelan (modelling)

6.) Refleksi (reflection)

commit to user

Johnson (2007: 64) berpendapat bahwa: ”Sistem CTL berhasil karena sistem ini meminta siswa untuk bertindak dengan cara yang alami. CTL membuat siswa mampu menghubungkan isi dari subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka untuk menemukan makna.”

Model pembelajaran ini secara ringkas dapat dirumuskan: mampu menghubungkan materi belajar dengan konteks kehidupan sehari-hari. Di bawah ini merupakan tahapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) menurut Endang Komara, 2010:

a.) Pada tahap kontruksivisme (konstruktivism), adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya.

Dengan demikian pengetahuan itu tidak bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan mengonstruksinya. Piaget menyatakan hakikat pengetahuan sebagai berikut: (1) pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. (2) subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. (3) pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong agar siswa dapat mengonstruksi pengetahuan melalui proses pengamatan dan pengalaman.

b.) Pada tahap menemukan (inquiry), adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi

commit to user

hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intektual, mental emosional maupun pribadinya.

Karen pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi (observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan (conclusion).

c.) Pada tahap bertanya (questioning), dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan kedalam kelas.

Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:

Kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi, (2) menggali pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon kepada siswa, (4) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang dikehendaki guru, (7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

d.) Pada tahap masyarakat belajar (learning community), aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun

commit to user

dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.

Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong untuk menularkannya pada yang lain.

e.) Pada tahap permodelan (modeling), dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang cara belajar (how to learn), menggunakan alat dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan elektronik.

f.) Pada tahap refleksi (reflection), yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan memperbarui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah khazanah pengetahuannya.

Dalam setiap proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk „‟merenung‟‟ atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkanlah secara bebas siswa menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. g.) Pada tahap penilaian yang sebenarnya (authentic assessment), adalah

proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak; apakah

commit to user

pengalaman belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental siswa.

Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah proses pembelajaran yang didalamnya terdapat tujuh komponen dasar konstruktivisme (konstruksivism), inkuiri (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian nyata (authentic assessment), sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1993: 700) “Prestasi mempunyai pengertian hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainnya atau hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian” Di dalam dunia pendidikan, prestasi sering dikaitkan dengan kemampuan dibidang akademik. Tolok ukur untuk menilainnya adalah dengan menggunakan nilai (angka). Buchori (1997: 85) berpendapat bahwa:

”Prestasi adalah hasil yang dicapai anak sebagai hasil belajar yang berupa angka, huruf, serta tindakan hasil belajar yang dicapai. Adapun hasil belajar yang berupa angka atau huruf selain sebagai bukti hasil karya yang dicapai juga memotivasi agar prestasinya lebih meningkat”.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai siswa setelah melalui proses pembelajaran.

commit to user

b. Pengertian Belajar

Belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan didalam proses belajar. Sedangkan Winkel W.S. (1984: 226) mengemukakan bahwa ”prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat kita lihat dari hasil nilai yang diperoleh siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dengan adanya prestasi dalam proses pembelajaran kita dapat mengetahui apakah materi yang telah disampaikan oleh guru dapat diserap oleh seluruh siswa atau hanya sebagian saja.

Menurut Tirtonegoro (1988: 43) “Prestasi belajar ini dinyatakan dalam bentuk angka, huruf maupun dan pada tiap-tiap periode tertentu”. Sementara itu menurut ahli lain, “Prestasi belajar adalah suatu hasil maksimal yang diperoleh dengan usahannya dalam rangka mengaktualisasikan dan mempotensinkan diri lewat belajar” (Slameto, 1987: 16).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang diperoleh dengan mengerjakan suatu kegiatan untuk diukur/dinilai dalam bentuk angka atau huruf untuk mengetahui kedudukan atau prestasi anak.

Untuk dapat mengetahui prestasi belajar seseorang, maka diperlukan penilaian hasil belajar. Menurut Masidjo (1995: 93), terdapat tiga ranah penilaian pencapaian hasil belajar adalah sebagai berikut:

commit to user

1. Ranah Kognitif, meliputi: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif, meliputi: penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotor, meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek psikomotor, dikarenakan dalam proses pembelajaran membatik dengan teknik mencanting memiliki kompetensi dasar membatik dengan teknik mencanting. Penilaian yang akan digunakan dalam membatik dengan teknik mencanting adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan bahan dan alat untuk membuat batik: a. Mempersiapkan alat untuk membuat motif batik.

b. Mempersiapkan bahan dan alat untuk membatik dengan teknik mencanting.

c. Mempersiapkan bahan dan alat untuk mewarnai motif batik dengan teknik colet.

2. Membuat rancangan motif batik:

a. Kreativitas (kelancaran dalam membuat motif batik). 3. Membatik dengan teknik mencanting:

a. Penggunaan canting. b. Kematangan malam.

c. Kerapian dan kebersihan dalam mencanting. 4. Mewarnai motif batik dengan teknik colet:

a. Teknik mencolet.

b. Teknik mengunci/ mengancing warna remazol. c. Perpaduan warna.

commit to user

3. Pengertian Batik a. Batik

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1993: 84) batik adalah ”corak atau gambar pada kain yang pembuatanya secara khusus dengan menerakan malam kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.”

Menurut Sewan Susanto (1980: 5), teknik membuat batik adalah: “proses -proses pekerjaan dari pemula yaitu dari mori batik sampai menjadi kain batik.”

Secara etimologi kata batik berasal dari kata tik yang berarti kecil/titik dapat diartikan juga menulis atau menggambar serba rumit. Batik sama artinya dengan menulis, akan tetapi batik secara umum memiliki arti khusus yaitu melukis pada kain dengan menggunakan lilin/malam, dan alat yang digunakan untuk menorehkan malam pada kain yaitu canting. Canting adalah alat yang digunakan untuk membuat gambar pada batik terbuat dari bahan kuningan atau tembaga. Pembuatan batik di Indonesia pada prinsipnya berdasarkan resist dyes technique (teknik celup rintang) dimana pembuatannya semula dikerjakan dengan cara ikat-celup motif yang sangat sederhanaa, kemudian menggunakan zat perintang warna.

“Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia (Jawa) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, dengan memakai batik pada saat mengikuti Konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)”. Sumber: http//www.compas.com.

Seni batik merupakan salah satu jenis kerajinan khas Indonesia. Daerah pembuatannya tersebar hampir diseluruh wilayah nusantara. Masing-masing daerah memiliki kekhasan atau keunikan tersendiri. Keunikan tersebut adalah motif atau corak, teknik pembuatan, dan makna simboliknya.

Batik Jawa mempunya motif-motif yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarenakan motif-motif itu mempunyai makna, maksudnya

commit to user

bukan hanya sebuah gambar akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka. Batik Jawa banyak berkembang di daerah Solo atau yang biasa disebut dengan batik Solo. Berikut ini adalah pendapat yang dikemukakan oleh Barmin & Wijiono, (2008: 10):

”Ragam corak dan warna batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Corak yang terdapat pada kain batik adalah tumbuhan pohon, ranting, daun, bunga dan akar, hewan: burung, ikan, kupu-kupu, ular, dll, manusia , geometris, dan bentuk lain seperti awan, gapura, rumah, dll. Bahan yang digunakan untuk membuat kain batik berupa kain mori, dan kain sutra. Kain mori dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu jenis primisima, prima, dan biru. Primisima adalah kain mori yang halus, harganya mahal, dan baik untuk batik tulis. Jenis prima bermutu sedang dan bisa dibuat batik tulis. Mori biru mutunya kurang baik, tipis dan tenunannya agak jarang. Mori biru tidak baik untuk batik tulis, hanya dapat digunakan untuk batik cap.”

Di pabrik tekstil, motif batik juga dapat dicetak dalam jumlah banyak dan berwarna-warni seperti halnya mencetak kertas. Sedangkan, batik tulis lebih mahal harganya karena dibuat dengan tangan dan membutuhkan waktupengerjaan yang lama. Kini, kain batik tidak hanya digunakan sebagai busana, tapi juga sebagai bahan berbagai perlengkapan rumah tangga dan interior serta menjadi produk cinderamata.

b. Teknik Pembuatan Batik

Menurut Subekti, Ratinah, & Supriyaningtyas (2010: 4), teknik pembuatan batik di Indonesia ada lima macam, di antaranya adalah sebagai berikut:

1.) Teknik canting tulis

Teknik canting tulis adalah teknik membatik dengan menggunakan alat yang disebut canting (Jawa). Canting terbuat dari tembaga ringan dan berbentuk seperti teko kecil dengan corong di ujungnya. Canting berfungsi untuk meneorehkan cairan malam pada sebagian motif. Saat kain dimasukkan ke dalam larutan pewarna, bagian yang tertutup malam tidak terkena warna. Membatik dengan canting tulis disebut teknik membatik

commit to user

2.) Teknik celup ikat

Teknik celup ikat merupakan pembuatan motif pada kain dengan cara mengikat sebagian kain, kemudian dicelupkan ke dalam larutan pewarna. Setelah diangkat dari larutan pewarna dan ikatan dibuka bagian yang diikat tidak terkena warna.

3.) Teknik printing

Teknik printing biasanya digunakan dipabrik tekstil. Motif batik juga dapat dicetak dalam jumlah banyak dan berwarna-warni seperti halnya mencetak kertas dengan menggunakan alat cetak yang berupa screen. 4.) Teknik cap

Teknik cap merupakan cara pembuatan motif batik dengan menggunakan canting cap. Canting cap merupakan kepingan logam atau pelat berisi gambar yang agak menonjol. Permukaan canting cap yang menonjol dicelupkan dalam cairan malam/lilin. Selanjutnya, canting cap dicapkan pada kain. Canting cap akan meninggalkan motif. Motif inilah yang disebut klise. Canting cap membuat proses pemalaman menjadi lebih cepat. Oleh karena itu, teknik printing dapat menghasilkan kain batik yang lebih banyak dalam waktu yang lebih singkat.

5.) Teknik colet

Motif batik juga dapat dibuat dengan teknik colet. Motif yang dihasilkan dengan teknik ini tidak berupa klise. Teknik colet bisa juga disebut dengan teknik lukis, merupakan teknik mewarnai motif batik dengan cara mengoleskan cat atau pewarna kain sejenis tertentu pada motif dengan alat khusus atau kuas.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa batik merupakan salah satu dari berbagai macam warisan nenek moyang kita yang wajib dilestarikan keberadaannya. Dengan mempelajari berbagai macam teknik yang digunakan dalam membuat batik berarti kita dapat ikut mempertahankan dan melestarikan keberadaan batik di Indonesi.

commit to user

c. Perlengkapan Untuk Membuat Batik Tulis

Berikut ini adalah perlengkapan yang diperlukan untuk membuat batik tulis menurut Subekti, Ratinah, & Supriyaningtyas (2010: 6):

1.) Canting

Canting adalah peralatan khas yang digunakan untuk membatik. Canting berfungsi seperti pena untuk mengambil lilin/malam dan menggambarkannya pada kain. Canting terbuat dari bahan tembaga atau kuningan dengan gagang yang terbuat dari kayu. Ukuran canting bermacam-macam sesuai dengan besar kecilnya garis gambar yang akan dibuat. Jenis canting ada bermacam-macam, di antaranya canting ngengrengan, tembokan, seret dua, cecekan, dan isen.

2.) Anglo/keren/kompor kecil

Anglo/keren adalah kompor tanah yang berfungsi untuk memanaskan penggorengan/wajan yang berisi lilin. Anglo dilengkapi dengan kipas untuk menjaga agar api dan arang tetap menyala.

3.) Wajan

Wajan/penggorengan merupakan tempat untuk memanaskan lilin agar tetap encer. Lilin/malam berfungsi sebagai tinta yang digunakan untuk membuat motif pada kain. Bila lilin/malam mengeras, lilin pada canting pun harus sebentar-sebentar dituang ke dalam wajan agar tetap panas dan cair sehingga tidak membuat aliran lilin/malam di dalam canting tersumbat.

4.) Lilin/malam

Lilin/malam ini khusus digunakan untuk membatik. Lilin/malam dibuat dari bahan-bahan gondorukem, damar, lemak sapi, malam lorodan, dan malam kote. Ada yang membuatnya dari sarang lebah. Jenisnya ada beberapa macam seperti malam biron, malam carikan, malam remukan, dan malam tembokan.

commit to user

5.) Gawangan

Gawangan berbentuk seperti gawang. Fungsinya untuk tempat

menyampirkan kain yang akan dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu.

d. Proses Pembuatan Batik Tulis

Berikut ini adalah langkah-langkah pembuatan batik tulis:

Dokumen terkait