• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindakan Terdakwa Dalam Perspektif Hukum Perlindungan

BAB IV PUTUSAN PENGADILAN NEGERI MARTAPURA PERKARA

A. Tindakan Terdakwa Dalam Perspektif Hukum Perlindungan

Pada hakikatnya, peran hukum perlindungan konsumen untuk memajukan perekonomian adalah, menciptakan ekonomi dan pasar yang kompetitif. Setiap pelaku usaha tidak mungkin mampu berkembang dan bersaing tanpa bantuan para konsumen. Namun dalam praktiknya para konsumen sering kali dirugikan oleh pelaku usaha, dan konsumen biasanya segan untuk menuntut kerugian yang mereka derita kepada pelaku usaha, hal ini disebabkan karena para konsumen beranggapan bahwa mereka adalah pihak yang sangat lemah. Sehingga dengan adanya anggapan ini maka dibuatlah hukum perlindungan

konsumen.1

Hukum perlindungan konsumen yang berlaku di Indonesia memiliki payung hukum yang mengeluarkan kebijakan pengaturan hak-hak konsumen yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Dengan adanya payung hukum yang pasti, perlindungan terhadap hak-hak konsumen bisa dilakukan dengan penuh optimisme. Beredarnya berbagai macam produk kosmetika yang tidak layak edar di kalangan masyarakat, adalah salah satu bentuk dilanggarnya hak-hak masyarakat selaku konsumen oleh pelaku usaha, yang mana kosmetik yang diharapkan telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat namun ternyata sebaliknya. Atas dasar tersebut, hukum perlindungan konsumen merupakan pedoman maupun acuan bagi konsumen dan pelaku usaha, agar keduanya saling melengkapi hak-hak dan kewajibannya yang seimbang serta memiliki kepastian hukum.

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), konsumen adalah setiap orang pemakai

1 Aulia Muthiah, Hukum Perlindungan Konsumen Dimensi Hukum Positif dan Ekonomi

43

barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen memiliki hak atas kenyamanan, kemananan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Maka pelaku usaha wajib menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

Pada tanggal 15 Maret 1962, John F Kennedy selaku Presiden Amerika Serikat pertama kali menyuarakan hak-hak dasar konsumen yang dikenal dengan sebutan “Declaration Of Consumer Right” yang mana dalam literatur umum disebut sebagai 4 (empat) hak dasar konsumen (the four consumer

basic right). Yang mana keempat hak-hak dasar konsumen yang telah

dideklarasikan tersebut meliputi:2

1. Hak untuk Mendapat/Memperoleh Keamanan (The Right to Safety)

Konsumen memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keamanan produk dan jasa. Misalnya, makanan dan minuman yang dikonsumsi harus aman bagi kesehatan konsumen dan masyarakat umumnya. Di AS hak ini merupakan hak pertama dan tertua serta paling tidak kontroversial, karena hak ini didukung dan disetujui oleh kalangan bisnis dan konsumen atau yang dikenal sebagai pemangku kepentingan (stakeholders).

2. Hak untuk Memilih (The Right To Choose)

Konsumen memiliki hak untuk mengakses dan memilih produk/jasa pada tingkat harga yang wajar. Konsumen tidak boleh ditekan atau dipaksa untuk melakukan pilihan tertentu yang akan merugikan dirinya. Jenis pasar yang dihadapi konsumen akan menentukan apakah konsumen bebas memilih atau tidak suka membeli produk/jasa tertentu.

3. Hak untuk Memperoleh Informasi (The Right to be Informed)

Konsumen dan masyarakat memiliki hak untuk memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya tentang suatu produk/jasa yang dibeli atau

dikonsumsi. Informasi ini diperlukan konsumen atau masyarakat, agar saat memutuskan membeli tidak terjebak dan kondisi resiko yang buruk yang mungkin timbul. Artinya, konsumen memiliki hak untuk mengetahui ciri/atribut negatif dari suatu produk, dari adanya peringatan dalam label/kemasan produk.

4. Hak untuk Didengarkan (The Right to be Heard)

Konsumen memiliki hak untuk didengarkan kebutuhan dan klaim, karena hak ini terkait dengan hak untuk memperoleh informasi. Walaupun perlindungan konsumen sudah diatur oleh UUPK. Namun, masih ada saja pelaku pebisnis manufaktur, distribusi, dunia perbankan dan jasa lainnya acap kali tidak berorientasi pada konsumen tentang dan/atau membiarkan bawahan atau cabang atau penyalur mencari lubang ketidaktahuan konsumen tentang hak-hak konsumen yang sengaja ditutup-tutupi demi memperoleh laba.

Untuk memperluas keempat hak-hak dasar konsumen yang dideklarasikan oleh Presiden Amerika Serikat sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, di Indonesia telah diatur pula mengenai hak dan kewajiban sebagai konsumen maupun pelaku usaha. Yakni aturan tersebut telah termaktub dalam Pasal 4,

Pasal 5, Pasal 6 dan Pasal 7 UUPK yang mana diantaranya sebagai berikut:3

a. Hak dan Kewajiban Konsumen

Perlindungan konsumen sesungguhnya identik dengan perlindungan yang diberikan pemerintah dalam bentuk sebuah hukum yang berisikan mengenai hak-hak yang dimiliki oleh para konsumen. Sebagai pemakai barang dan/atau jasa, konsumen memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Yang mana hak dan kewajiban tersebut merupakan langkah untuk meningkatkan martabat dan kesadaran konsumen, yang harus diawali dengan upaya untuk memahami hak-hak pokok konsumen, yang dapat dijadikan sebagai landasan perjuangan untuk mewujudkan hak-hak konsumen apabila hak-haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha. Dalam

3 Aulia Muthiah, Hukum Perlindungan Konsumen Dimensi Hukum Positif dan Ekonomi

45

hal ini hak konsumen sebagaimana tercantum pada Pasal 4 UUPK adalah sebagai berikut:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

Hak ini dimaksudkan untuk menjamin keamanan dan keselamatan seorang konsumen dalam penggunaan barang/jasa yang diperolehnya, sehingga konsumen dapat terhindar dari kerugian (fisik maupun psikis) dari dampak suatu produk yang dikenakan.

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

Hak ini dimaksudkan untuk memberikan kebebasan kepada para konsumen untuk memilih produk-produk tertentu yang telah sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan/atau kebutuhannya, tanpa adanya tekanan dari pihak luar. Berdasarkan hak ini, konsumen berhak memutuskan untuk membeli atau tidak dan memilih baik dari segi kualitas maupun kuantitas terhadap jenis suatu produk.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

Hak ini dimaksudkan untuk agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk, karena dengan informasi tersebut konsumen dapat memilih produk yang diinginkan dan telah sesuai dengan kebutuhannya, serta terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk. Informasi tersebut diantaranya mengenai manfaat kegunaan produk, efek samping atas penggunaan produk, tanggal kadaluwarsa serta identitas produsen dari suatu produk. Yang mana informasi tersebut dapat disampaikan secara lisan maupun secara tertulis, baik yang dilakukan dengan mencantumkan pada label yang melekat pada produk maupun melalui iklan-iklan yang disampaikan oleh produsen/pelaku usaha, baik melalui media cetak maupun elektronik.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; Hak ini dimaksudkan untuk menghindarkan diri dari kerugian, yang mana hak ini dapat berupa pertanyaan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan produk-produk tertentu apabila informasi yang diperoleh mengenai produk tersebut kurang memadai, atau berupa pengaduan atas kerugian yang telah dialami akibat penggunaan suatu produk/berupa pernyataan dan/atau pendapat tentang kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kepentingan konsumen. Hak ini disampaikan baik secara perorangan maupun kolektif, baik yang disampaikan secara langsung maupun diwakili oleh suatu lembaga tertentu, misalnya adalah YLKI.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

Hak ini dimaksudkan untuk memulihkan keadaan konsumen yang telah dirugikan akibat penggunaan suatu produk, dengan melalui jalur hukum.

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

Hak ini dimaksudkan untuk agar konsumen memperoleh pengetahuan maupun ketrampilan yang diperlukan agar dapat terhindar dari kerugian akibat penggunaan produk. Dengan adanya pendidikan bagi konsumen, diharapkan konsumen dapat lebih kritis dan teliti dalam memilih suatu produk yang dibutuhkan.

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

Hak ini dimaksudkan untuk diperlakukan/dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Dikatakan diskriminatif yakni diantaranya berdasarkan suku, agama, budaya, daerah, pendidikan, materi/ekonomi, dan status sosial lainnya.

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

47

Hak ini dimaksudkan untuk memulihkan keadaan yang telahy menjadi rusak (tidak seimbang) akibat adanya penggunaan barang/jasa yang tidak memenuhi harapan konsumen. Hak tersebut terkait dengan penggunaan produk yang telah merugikan konsumen baik kerugian berupa materi maupun yang menyangkut diri oleh konsumen. Hak ini dapat diselesaikan secara damai (diluar pengadilan) maupun melalui pengadilan.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Yakni merupakan hak-hak yang termaktub dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya yang berkaitan mengenai hak-hak konsumen.

Dalam mewujudkan produk yang baik, seorang pelaku usaha berkewajiban mencantumkan keseluruhan keterangan yang berkaitan dengan produk tersebut. Hal ini bertujuan agar konsumen mengetahui seluruh kandungan dan keterangan yang ada pada produk yang hendak dikonsumsi. Ketika konsumen mengetahui keterangan dari suatu produk, maka konsumen harus diberikan hak untuk memilih produk manakah yang layak untuk dikonsumsi demi memelihara keselamatannya.

Setiap konsumen berhak untuk mendapatkan hak-haknya sesuai dengan kedudukannya sebagai konsumen dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan ini diharapkan untuk membuka perkembangan pada pemikiran mengenai hak-hak konsumen yang baru di masa yang akan mendatang. Dengan tujuan utama untuk memberikan perlindungan terhadap seluruh konsumen yang terkadang keadaan mereka jauh lebih lemah jika dibandingkan dengan pelaku usaha.

Dalam kehidupan, hak dan kewajiban akan selalu bersanding dengan hubungan yang keduanya harus seimbang. Yakni selain memperoleh hak, konsumen juga harus mempunyai kewajiban, yang mana hak harus terpenuhi sedangkan kewajiban harus dilaksanakan. Beberapa kewajiban harus dilaksanakan oleh konsumen, apabila konsumen tidak melaksanakan kewajibannya, jika suatu saat terjadi sebuah kerugian terhadap konsumen

maka kerugian tersebut bukan menjadi tanggung jawab pelaku usaha, selain itu pelaku usaha juga dapat menahan hak konsumen sebagaimana telah dipaparkan diatas.

Adanya hak dan kewajiban konsumen, diharapkan para konsumen dapat lebih cerdas dan bijak dalam mengonsumsi sebuah produk. Adapun ketentuan mengenai kewajiban konsumen menurut Pasal 5 UUPK, sebagai berikut:

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

Kewajiban ini dimaksudkan untuk, seperti contoh apabila seorang pelaku usaha telah memberikan peringatan pada label produk seperti “jauhkan dari jangkauan anak-anak” namun ternyata seorang konsumen berbuat kelalaian dengan meletakkan produk tersebut sembarangan, sehingga produk tersebut melukai anak-anak. Jika hal tersebut terjadi maka pelaku usaha dapat terbebas dari dampak atas kelalaian konsumen tersebut, karena telah melaksanakan kewajibannya yakni dengan memberikan peringatan pada setiap label produk.

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

Kewajiban ini tertuju pada transaksi pembelian barang dan/atau jasa. Hal tersebut bertujuan agar konsumen tidak merugikan pelaku usaha dalam melakukan transaksi dengan cara beritikad baik terhadap pelaku usaha.

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

Kewajiban ini dimaksudkan agar konsumen berkewajiban untuk membayar sesuai dengan nilai tukar yang sudah disepakati dengan pelaku usaha, agar tidak ada yang merasa dirugikan antara kedua belah pihak.

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Kewajiban ini sesuai dengan ketentuan aturan

49

hukum penyelesaian sengketa konsumen. Yang mana apabila seorang konsumen merasa dirugikan oleh pelaku usaha, konsumen dapat menyelesaikan sengketa nya secara patut mengikuti aturan/prosedur yang sesuai.

b. Hak, Kewajiban dan Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha

Untuk menciptakan kenyamanan berusaha bagi para pelaku usaha dan sebagai keseimbangan atas hak-hak yang diberikan kepada konsumen, kepada pelaku usaha diberikan hak pelaku usaha sebagaimana diatur dalam Pasal 6 UUPK, yakni sebagai berikut:

a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

Hak ini dimaksudkan agar pelaku usaha akan menerima pembayaran sesuai dengan ketentuan kesepakatan yang berlaku. Yang mana jika produk yang dijual merupakan produk yang memiliki nilai dan daya jual yang baik, maka harga akan mengikuti kualitas produk tersebut. Namun jika produk tersebut merupakan produk yang tidak memuaskan/memiliki kualitas rendah, maka harga produk akan menjadi lebih murah dan pelaku usaha tidak dapat menuntut konsumen untuk membayar lebih.

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

Hak ini merupakan hak yang berhubungan dengan pihak pemerintah dan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

Hak ini diharapkan agar UUPK tidak berlebihan dalam melindungi hak-hak konsumen, sehingga mengabaikan hak-hak pelaku usaha. d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa

kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

Hak ini dimaksudkan agar pelaku usaha dapat memulihkan nama baiknya kembali setelah diketahui secara sah dan meyakinkan dimata hukum bahwasannya pelaku usaha tersebut tidak bersalah.

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Yakni merupakan hak-hak yang termaktub dalam ketentuan peraturan perundangan lainnya yang berkaitan mengenai hak-hak pelaku usaha.

Sebagai konsekuensi dari hak konsumen, maka kepada pelaku usaha dibebankan pula kewajiban-kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 7

UUPK, sebagai berikut:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

Oleh karena pelaku usaha meliputi semua tahapan dalam melakukan kegiatan usahanya, maka pelaku usaha wajib untuk beritikad baik dimulai sejak barang dirancang/diproduksi sampai pada tahap purna jual.

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

Oleh karena informasi pada suatu produk penting bagi konsumen, maka pelaku usaha wajib memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur agar tidak menyesatkan konsumen.

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

Diskriminatif merupakan segala sesuatu yang sifatnya membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Yang mana pelaku usaha berkewajiban berperilaku adil, benar dan jujur dalam melayani

konsumen agar tidak menimbulkan spesialisasi/keisitimewaan

tersendiri yang hanya ditujukan kepada konsumen-konsumen tertentu. d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau

diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

51

Kewajiban ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan produk yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, dan kemanfaatan.

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

Bertujuan agar konsumen dapat memastikan bahwa produk yang akan dibeli terasa sesuai apa yang dibutuhkan, dan memberikan rasa

kepercayaan atas diberikannya jaminan/garansi oleh suatu

barang/produk.

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

Pelaku usaha wajib memberikan ganti rugi kepada konsumen atas kerugian yang diderita oleh konsumen akibat pemakaian produk yang telah diedarkan oleh pelaku usaha.

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Atas termaktubnya kewajiban ini, pelaku usaha sebaiknya tidak melebih-lebihkan dan mengelabui konsumen atas kualitas & kuantitas produk yang dijual.

Kewajiban seorang pelaku usaha pada dasarnya adalah untuk mencegah timbulnya kerugian yang akan diderita oleh konsumen. Penyampaian informasi bagi konsumen berupa instruksi/petunjuk prosedur pemakaian suatu produk merupakan kewajiban bagi pelaku usaha demi kesempurnaan suatu produk. Atas dasar tersebut, masyarakat selaku konsumen pun wajib membaca dan mengikuti seluruh petunjuk informasi yang sudah dicantumkan oleh pelaku usaha, demi kemanfaatan produk dan menjaga keamanan serta keselamatan konsumen.

UUPK juga menetapkan larangan-larangan bagi pelaku usaha yang berujung pada kerugian konsumen. Yang mana pelanggaran terhadap

larangan-larangan tersebut merupakan tindak pidana secara ekonomi, yakni menurut Pasal 8 mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku

usaha sebagai berikut:

(1) Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang:

a. Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah

dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;

c. Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;

d. Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label, etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

e. Tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode, atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;

f. Tidak sesuai dengan janji dinyatakan dalam label, etiket keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut;

g. Tidak mencantumkan tanggal kadaluwarsa atau jangka waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu; h. Tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal, sebagaimana

pernyataan "halal" yang dicantumkan dalam label;

i. Tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai, tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus di pasang/dibuat;

53

j. Tidak mencantumkan informasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.

(3) Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan tercemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.

(4) Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.

Kerugian-kerugian yang dialami oleh konsumen dapat timbul dari akibat adanya hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen. Yang mana hubungan hukum (rechtbetrekkingen) adalah hubungan antara dua subjek hukum atau lebih mengenai hak dan kewajiban di satu pihak

berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain.4 Hubungan hukum

terjadi dalam lalu lintas masyarakat di antara dua orang atau lebih. Hukum melekatkan hak pada suatu pihak dan melekatkan kewajiban pada pihak lainnya. Apabila satu pihak tidak mengindahkan/melanggar hubungan tersebut, maka hukum memaksakan supaya hubungan tersebut dapat dipenuhi/dipulihkan kembali. Pun apabila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya, hukum “memaksakan” agar

kewajiban-kewajiban tersebut dapat terpenuhi.5

Hubungan hukum antara pelaku usaha dengan konsumen terjadi ketika pelaku usaha memberikan janji-janji serta informasi-informasi terkait barang dan/atau jasa, karena sejak saat itulah timbul sebuah hak dan kewajiban para pihak, baik pelaku usaha maupun konsumen. Hubungan

4

R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2006), h. 269

5 Mariam Darus Badrulzaman, Hukum Perikatan Dalam KUHPerdata Buku Ketiga,

hukum tersebut didasarkan pada Pasal 1320 dan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer), yang dimana pelaku usaha telah sepakat terhadap apa yang dijanjikan pada saat memberikan janji-janji pada sebuah iklan, ataupun selebaran atau brosur, sehingga janji-janji tersebut akan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak yang membuatnya. Peristiwa hukum yang terjadi terhadap pelaku usaha dengan

konsumen tersebut adalah perdagangan baik barang ataupun jasa.6

Dokumen terkait