• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesiapsiagaan

2.1.3 Tindakan-Tindakan yang Dilakukan Pasca Banjir

Masyarakat direpotkan setelah banjir reda dengan kondisi rumah yang kotor, bau, dan berantakan. Membersihkan rumah pasca banjir menurut Mistra (2007) adalah :

1. Banjir sudah reda

Rumah dapat dibersihkan jika banjir sudah reda. Artinya, tidak ada banjir susulan lainnya. Informasi mengenai kemungkinan ada atau tidaknya banjir susulan dapat ditanyakan pada pihak-pihak terkait, seperti pemda dan istitusi terkait lainnya. Cara ini untuk mengantisipasi dan menghindari hal-hal yang tidak dinginkan. 2. Gunakan alat pengaman

Alat pengaman yang dimaksud adalah sepatu boot, sarung tangan, dan masker. Alat-alat ini untuk melindungi penyakit saat membersihkan rumah akibat banjir. 3. Padamkan listrik

Oleh karena dalam membersihkan rumah menggunakan air dalam jumlah banyak, sebaiknya benda-benda kelistrikan di dalam rumah dipadamkan. Jika perlu, sikring juga dimatikan. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa air dapat menghantarkan bahaya jika dinyalakan saat rumah dibersihkan menggunakan air. 4. Maksimalkan udara masuk

Agar udara keluar dari dalam rumah dan udara bersih masuk, sebaiknya buka semua ventilasi udara, mulai dari jendela, pintu, dan ventilasi lainnya. Aliran udara dan sinar matahari yang masuk akan mengurangi kadar kelembaban dalam rumah. Cara ini akan mencegah timbulnya jamur dan membuat udara lebih bersih. 5. Buang semua makanan yang terkena air banjir

Biasanya banjir membawa“oleh-oleh” berupa sampah yang berceceran. Bersihkan semua sampah tersebut dan makanan yang terkena air banjir karena dikhawatirkan terkontaminasi kuman-kuman penyakit.

6. Keluarkan semua perabotan rumah

Agar pembersihan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, sebaiknya barang- barang perabotan rumah dikeluarkan terlebih dahulu. Selain itu, perabotan yang basah dapat dijemur sehingga bisa kering seperti semula. Setelah barang dikeluarkan, bersihkan lantai dari lumpur dengan menggunakan serokan karet. 7. Cat dinding rumah

Banjir biasanya meninggalkan jejak di dining, terlebih lagi jika dinding berwarna putih. Jika kotoran yang menempel sedikit, dapat dibersihkan dengan lap basah.

Akan tetapi banyak, dinding dapat di cat ulang lagi. 8. Sterilkan dengan desinfektan

Walaupun seluruh ruangan sudah dibersihkan dari segala macam kotoran dan noda bukan berarti terbebas dari kuman dan bakteri. Oleh karena itu, lakukan penyemprotan dengan desinfektan. Desinfektan adalah zat pembunuh kuman dan bakteri yang banyak digunakan untuk mensterilkan suatu ruangan.

Menurut Depkes RI (2006), tindakan-tindakan pasca banjir yang dapat dilakukan keluarga adalah:

1. Bersihkan lingkungan tempat tinggal, kumpulkan dan buanglah sampah yang terbawa arus air ke dalam lubang dihalaman rumah/atau ketempat sampah. Bersihkan lantai & dinding didalam rumah bersihkan dengan cairan desinfektan. 2. Kuburlah lubang-lubang bekas air.

3. Air sumur atau air keran yang berpotensi terkontaminasi, sebaiknya tidak digunakan dulu, meskipun akan dimasak/ direbus dulu sebelum digunakan. Check dahulu air yang akan digunakan secara fisik (warna, rasa, bau dll), sampai dipastikan bahwa air tersebut layak untuk diminum.pake pelindung yang beralas keras (Sandal/sepatu) apabila berjalan dalam genangan air

4. Tingkatkan daya tahan tubuh, minumlah supplemen vitamin, konsumsilah makanan yang bergizi dan teratur, istirahatlah yang cukup.

6. Cucilah sayuran terlebih dahulu sebelum dimasak, hindari mengkonsumsi sayuran yang telah terkontaminasi. Tutuplah makanan yang akan disajikan.

7. Obati luka yang terbuka dengan plester tahan air

8. Cucilah tangan dengan sabun sebelum atau sesudah makan

9. Laranglah anak anak anda bermain didaerah banjir, bila melakukannya mandi dan cuci tangan yang bersih.

10. Hindari tempat persembunyian tikus, dengan menutup lobang tikus yang ada. Adapun menurut Yulaelawati (2008), tindakan-tindakan pada saat terjadinya banjir yang dapat dilakukan masyarakat/perorangan adalah:

1. Periksa apakah diri anda atau orang disekitar anda terluka, beri pertolongan pertama jika perlu.

2. Ingat untuk menolong orang yang memerlukan bantuan khusus, seperti bayi, lanjut usia dan orang cacat.

3. Tidak minum air kecuali setelah di masak, dan tidak menggunakan air yang tercemar untuk mencuci alat-alat dapur dan pakaian.

4. Tidak membiarkan anak-anak bermain di air banjir 5. Dengarkan informasi darurat

6. Ikuti rencana darurat di lingkungan bencana anda.

Menurut Efendi (2009), tindakan pada prabencana dalam menghadapi bencana meliputi hal-berikut:

2. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga lainnya.

3. Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.

4. Perlu mencatat beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan ambulan.

5. Memberikan informasi tempat alternatif penampungan atau posko-posko bencana.

6. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterai dan lain-lain

2.2 Bencana Banjir 2.2. 1. Pengertian Banjir

Bencana adalah sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007).

Banjir mengandung pengertian aliran air sungai yang tingginya melebihi muka air normal sehingga melimpas dari palung sungai menyebabkan adanya genangan pada lahan rendah disisi sungai. Aliran air limpasan tersebut yang

semakin meninggi, mengalir dan melimpasi muka tanah yang biasanya tidak dilewati aliran air. Bencana banjir merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Mistra, 2007)

Menurut Dibyosaputro (1998) Banjir merupakan satu bahaya alam yang terjadi di alam ini dimana air mengenang lahan- lahan rendah di sekitar sungai sebagai akibat ketidakmampuan alur sungai menampung dan mengalirkan air, sehingga meluap keluar alur melampaui tanggul dan mengenai daerah sekitarnya.

Menurut Bakornas PB (2007), berdasarkan sumber airnya, air yang berlebihan tersebut dapat dikategorikan dalam empat kategori:

1. Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia

2. Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.

3. Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.

4. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan/bendungan tidak dapat menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang

terbendung mengalir deras sebagai banjir bandang. 2.2.2. Faktor-faktor Penyebab Banjir

Pada umumnya banjir disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sampah serta hambatan lainnya.

Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/ pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.

Pada daerah permukiman yang padat bangunan sehingga menyebabkan tingkat resapan air kedalam tanah berkurang. Pada curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir (Ma’mun, 2007).

Faktor penyebab banjir menurut Yulaelawati (2008), dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) faktor yaitu:

1. Pengaruh aktivitas manusia, seperti:

a. Pemanfaatan daratan banjir yang digunakan untuk pemungkiman dan industri. b. Pengundulan hutan dan yang kemudian mengurangi resapan pada tanah dan meningkatkan larian tanah permukaan. Erosi yang terjadi kemudian bisa menyebabkan sedimentasi di terusan-terusan sungai yang kemudian mengganggu jalannya air.

c. Permukiman di daratan banjir dan pembangunan di daerah daratan banjir dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak direncanakan dengan baik. Bahkan tidak jarang alur sungai diurung untuk dijadikan permungkiman. Kondisi demikian banyak terjadi di perkotaan di Indonesia. Akibatnya adalah aliran sungai saat musim hujan menjadi tidak lancar dan menimbulkan banjir.

d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air, terutama di perumahan-perumahan.

2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti:

a. Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena badai atau siklon, misalnya beberapa kawasan di Bangladesh kondisi topografi yang cekung, yang merupakan daratan banjir, seperti Kota Bandung yang berkembang pada Cekungan Bandung.

b. Kondisi alur sungai, seperti kemiringan dasar sungai yang datar, berkelok- kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol (bottle neck), dan adanya sedimentasi sungai membentuk sebuah pulau (ambal sungai)

3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, yaitu: a. Curah hujan yang tinggi

b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi di muara sungai atau pertemuan sungai besar.

c. Penurunan muka tanah atau amblesan, misal di sekitar di sekitar Pantai Utara Jakarta yang mengalami amblesan setiap tahun akibat pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga menimbulkan muka tanah menjadi lebih rendah. pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi. Faktor pertama merupakan dampak langsung dari ulah tangan-tangan manusia yang mencari kenyamanan hidup dengan mengeksploritasi, membahayakan, dan merusak lingkungan baik di darat, laut dan di udara. Sementara faktor kedua dan ketiga; alam yang statis dan faktor peristiwa alam yang dinamis, merupakan tantangan bagi manusia untuk dapat berusaha mencari alternatif-alternatif yang dapat mengurangi terjadinya banjir dan dampaknya.

Dokumen terkait