• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

V.3. Tingkat Ketimpangan Pendapatan Petani Kopi Arabika

V.3.1. Berdasarkan Nilai Koefisien Gini (Gini Ratio) dan Kurva Lorenz

Koefisien Gini (Gini Ratio) merupakan salah satu media perhitungan distribusi pendapatan yang digunakan oleh peneliti untuk menghitung tingkat ketimpangan pendapatan 42 petani sampel di Desa Tanjung Beringin. Besarnya nilai koefisien

Gini (Gini Ratio) berkisar antara 0 (pemerataan sempurna) hingga 1 (ketimpangan sempurna). Distribusi pendapatan akan semakin merata jika nilai koefisisen Gini

mendekati 0 dan sebaliknya jika nilai koefisien Gini mendekati 1 maka distribusi pendapatan akan semakin tidak merata atau semakin timpang.

Tabel 22. Nilai Koefisien Gini (Gini Ratio) Petani Sampel di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi Tahun 2011.

Uraian Total Pendapatan Petani / Tahun Kum. % Pendapatan Kum. % (Yi + Yi-1) %Petani [%Xi]×Kum. [% (Yi+Yi-1)] (Yi) (Kum.%Yi) (%Xi) Terendah Rp.6.213.740 0,50% 0,50% 2,38% 0,01% Tertinggi Rp.89.232.975 100,00% 192,86% 2,38% 4,59% Jumlah Rp.1.249.440.405 1405,16% 2.710,32% 100% 64,53% Rata2 Rp.29.748.581 33,46% 64,53% 2,38% 1,54%

Koefisien Gini (Gini Ratio) : 1 – 64,53% = 35,47% = 0,36

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 14

Dari tabel 22 dapat diketahui bahwa rata-rata total pendapatan petani sampel selama tahun 2011 ialah Rp.29.748.581 dimana pendapatan tertinggi sebesar Rp.89.232.975 dan pendapatan terendah sebesar Rp.6.213.740. Kemudian, nilai koefisien Gini (Gini Ratio) untuk distribusi pendapatan petani sampel di Desa Tanjung Beringin pada tahun 2011 ialah 0,36. Jika mengacu pada tabel 2, halaman 20, maka dapat diketahui bahwa tingkat ketimpangan pendapatan petani sampel berada dalam kategori menengah sehingga hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan petani kopi Arabika didaerah penelitian berada dalam kategori menengah dapat diterima.

Garis Pemerataan 2.96% 6.95% 13.45% 19.26% 25.56% 33.22% Kurva Lorenz 42.00% 57.48% 75.32% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00% % K um ul at if P e ndap at an

% Kumulatif Penerima Pendapatan (Petani Sampel)

Selanjutnya koefisien Gini (Gini Ratio) dapat pula dijelaskan melalui grafik kurva

Lorenz yang terbagi atas 2 sumbu dimana sumbu horisontal menggambarkan prosentase (%) kumulatif penerima pendapatan (petani sampel), sedangkan sumbu vertikal menyatakan prosentase (%) kumulatif dari total pendapatan yang diterima oleh petani sampel. Disamping itu, grafik kurva Lorenz juga memiliki garis linear sepanjang diagonal grafik, garis ini disebut dengan garis pemerataan. Semakin jauh jarak antara garis kurva Lorenz dengan garis pemerataan maka semakin tinggi pula tingkat ketimpangannya. Begitu pula sebaliknya, semakin dekat jarak antara garis kurva Lorenz dengan garis pemerataan maka tingkat ketimpangannya semakin rendah atau distribusi pendapatan akan semakin merata. Untuk lebih jelas lagi mengenai grafik kurva Lorenz yang menggambarkan distribusi pendapatan petani sampel didaerah penelitian dapat dilihat pada grafik kurva Lorenz berikut,

Gambar 5. Grafik Kurva Lorenz di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi Tahun 2011.

Setiap titik yang terdapat pada garis pemerataan melambangkan kumulatif petani sampel telah menerima kumulatif pendapatan secara merata atau dengan kata lain setiap petani sampel memperoleh pendapatan yang sama besar. Sebagai contoh, titik tengah garis pemerataan menujukkan 50% dari keseluruhan total pendapatan telah terdistribusi secara merata untuk 50% jumlah petani sampel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prosentase kumulatif jumlah pendapatan yang ditunjukkan oleh setiap titik sepanjang garis pemerataan sama persis dengan prosentase jumlah petani sampel yang menerima pendapatan tersebut.

Kurva Lorenz yang ditunjukkan pada gambar 5 diatas memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara prosentase kumulatif petani sampel dengan prosentase kumulatif pendapatan yang benar-benar mereka terima selama tahun 2011. Dari kurva Lorenz tersebut dapat diketahui bahwa sekitar 20% dari jumlah petani sampel yang memiliki pendapatan terendah hanya menerima 6,95% bagian dari keseluruhan total pendapatan. Selanjutnya 40% petani sampel yang juga memiliki pendapatan terendah menerima 19,26% bagian dari keseluruhan total pendapatan.

Sebagai pembanding antara garis pemerataan dengan garis kurva Lorenz dapat kita lihat pada titik 50% dari sumbu horisontal (% kumulatif petani sampel) dimana pada garis pemerataan ditunjukkan bahwa 50% dari jumlah petani sampel memperoleh 50% bagian dari keseluruhan total pendapatan atau pendapatan telah terdistribusi merata. Sedangkan pada garis kurva Lorenz, 50% jumlah petani sampel hanya menerima 25,56% bagian dari keseluruhan total pendapatan. Ini menunjukkan bahwa ada ruang yang tercipta antara garis pemerataan dengan garis kurva Lorenz. Ruang inilah yang menerangkan adanya tingkat ketimpangan dari distribusi pendapatan petani kopi Arabika di Desa Tanjung Beringin.

V.3.2. Berdasarkan Kriteria Bank Dunia (World Bank)

Pada penelitian ini, selain menggunakan media perhitungan dengan koefisien Gini

(Gini Ratio) yang dilengkapi dengan kurva Lorenz, peneliti juga menggunakan kriteria yang ditetapkan oleh Bank Dunia (World Bank) dalam menentukan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan. Tingkat ketimpangan dengan kriteria Bank Dunia (World Bank) diukur dengan menghitung prosentase kumulatif pendapatan dari 40% petani sampel yang berpendapatan terendah, kemudian membandingkannya dengan prosentase kumulatif keseluruhan total pendapatan dari 42 petani sampel. Kriteria tingkat ketimpangan Bank Dunia (World Bank) diklasifikasikan kedalam 3 kategori yang dapat dilihat pada tabel 3, halaman 24. Untuk lebih jelas lagi mengenai tingkat ketimpangan distribusi pendapatan petani sampel menurut Bank Dunia (World Bank) dapat dilihat pada tabel berikut ini,

Tabel 23. Tingkat Ketimpangan Distribusi Pendapatan Petani Sampel Menurut Kriteria Bank Dunia (World Bank) Selama Tahun 2011 di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

No. Kelompok Petani Sampel Menurut Tingkat Pendapatannya Jumlah Kumulatif Petani Sampel Jumlah Kumulatif Pendapatan Petani sampel Prosentase Kumulatif Pendapatan Petani Sampel (%) (Jiwa) (Rp.) (%) 1. 40% Berpendapatan Terendah 17 Rp.240.645.390,00 19,26 2. 40% Berpendapatan Menengah 17 Rp.477.535.140,00 38,22 3. 20% Berpendapatan Tertinggi 8 Rp.531.259.875,00 42,52 J u m l a h 42 Rp.1.249.440.405,00 100

12% Dari Jumlah Pendapatan Rp. 149.932.848,60

17% Dari Jumlah Pendapatan Rp. 212.404.868,85

Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 16.

Dari tabel 23 diatas dapat diketahui bahwa hampir setengah dari keseluruhan total pendapatan 42 petani sampel dikuasai oleh kelompok 20% petani berpendapatan tertinggi, yakni, sebesar Rp.531.259.875,00 atau sekitar 42,52%. Sedangkan

kelompok 40% petani berpendapatan menengah hanya menguasai keseluruhan total pendapatan sebesar Rp.477.535.140,00 atau sekitar 38,22%. Sebagai indikator dalam menentukan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan menurut kriteria Bank Dunia (World Bank) perlu diketahui bahwa jumlah 12% dari keseluruhan total pendapatan ialah sebesar Rp.149.932.848,60, sedangkan jumlah 17% dari keseluruhan total pendapatan sebesar Rp. 212.404.868,85.

Untuk melihat tingkat ketimpangan distribusi pendapatan petani sampel di Desa Tanjung Beringin maka yang harus diperhatikan ialah jumlah kumulatif pendapatan yang diterima oleh kelompok 40% petani berpendapatan terendah. Dimana pada penelitian ini kelompok tersebut menguasai keseluruhan total pendapatan sebesar Rp.240.645.390,00 atau sekitar 19,26%. Jika mengacu pada tabel 3, halaman 24, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat ketimpangan distribusi pendapatan petani sampel menurut Bank Dunia (World Bank) termasuk dalam kategori rendah karena kelompok 40% petani yang berpendapatan terendah menguasai lebih dari 17% jumlah keseluruhan pendapatan petani sampel di Desa Tanjung Beringin. Kesimpulan ini membuat hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa tingkat ketimpangan pendapatan petani kopi Arabika didaerah penelitian berada dalam kategori menengah tidak dapat diterima atau ditolak.

Dokumen terkait