Pembahasan dan hasil pada bagian ini menyajikan data-data kuantitatif yang menjadi capaian implementasi Program Ketahanan Pangan Pemda KSB. Selain itu pada bagian ini juga menyajikan kutipan hasil wawancara dengan beberapa informan penelitian sebagai penegasan atas apa yang telah dicapai dalam implementasi tersebut. Capaian pelaksanaan program pembangunan ketahanan pangan KSB dapat dilihat dari dari dua sisi, yaitu: (1) ketersediaan pangan, dan (2) pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana. (Bappeda KSB 2012) Pada bagian ini akan dikupas kedua sisi tersebut secara mendalam. baik dari-data sekunder yang berisi capaian pelaksanaan program dan dipertkuat dengan kutipan hasil wawancara dengan informan penelitian.
Ketersediaan Pangan
Peningkatan Produksi Pangan Beras. Untuk menjaga kestabilan ketersediaan pangan di KSB, terus diupayakan peningkatan produksi. Peningkatan produksi pangan dilaksanakan secara umum melalui delapan kegiatan pokok, antara lain: 1. Pengembangan perbenihan/pembibitan.
2. Pengembangan bibit unggul pertanian/perkebunan.
3. Peningkatan produksi, produktifitas dan mutu produk perkebunan dan pertanian.
4. Pengembangan pertanian pada lahan kering.
5. Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian. 6. Pengembangan intensifikasi tanaman padi, palawija.
7. Pelatihan penerapan teknologi pertanian/perkebunan modern bercocok tanam. 8. Pengembangan diversifikasi tanaman.
Program pengembangan perbenihan/pembibitan sebagaimana tertulis dalam poin 1 dan 2 di atas, merupakan kegiatan yang nantinya akan menjamin kualitas bibit/benih yang akan ditanam oleh petani. Dalam prosesnya, penentuan jumlah dan kualitas bibit tentu saja sangat berkaitan dengan stakeholder dari pihak pemerintah. Dari sisi perencanaan, alokasi sumber-sumber anggaran terkait dengan program ini secara kontinyu dialokasikan setiap tahun. Hal ini dipertegas dengan pernyataan dari AR, Kepala Bappeda KSB sebagai berikut:
“Pengembangan atau pengadaan benih/bibit unggul untuk pertanian, terutama untuk padi tetap dianggarkan tiap tahun melalu program dan kegiatan Balai Benih Utama (BBU)/Balai Benih Induk (BBI). Produksi benih BBU/BBI tersebut belum mencukupi kebutuhan benih di KSB, sehingga kekurangannya masih perlu didatangkan dari luar KSB”.
Pernyataan yang hampir sama, dan bermaksud untuk menjelaskan lebih lanjut tentang program pengembangan benih/bibit unggul, juga dikemukakan oleh Pak MY, selaku Kadis Hutbuntan KSB. Beliau menjelaskan secara lebih teknis, sebagai berikut:
“Pengembangan perbenihan khususnya benih padi telah dilaksnakan di KSB melalui BBU Tan-Pangan (padi dan palawija) serta penangkar benih yang ada. Tetapi karena keterbatasan anggaran yang diperlukan, maka benih yang dihasilkan belum mencukupi untuk kebutuhan dalam daerah. Hal inilah yang mengakibatkan masih didatangkannya benih dari luar daerah”.
Sealur dengan pernyataan yang disampaikan Kadis Dishutbuntan KSB, DD selaku Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan KSB juga menegaskan melalui pernyataannya sebagai berikut:
“Pengembangan benih/bibit unggul untuk pertanian sangat bagus untuk dikembangkan mengingat kebutuhan serta respon positif petani sangat tinggi, dsamping itu keterampilan petani penangkar benih juga cukup mumpuni bahkan ada penangkar benih dari KSB atas nama Ilmuddin dari Kelompok Tani Orong Monar I Sapugara Bree Kecamatan Brang Rea berhasil keluar sebagai juara Tingkat Provinsi NTB pada lomba penangkar. Perlu ada keberlanjutan pembinaan dan dukungan pemda untuk pengembangan penangkaran benih”.
Berdasarakan pemaparan kedua informan di atas, tergambar jelas bahwa terlepas dari segala kekurangan yang ada, implementasi program pengembangan benih/bibit unggul sudah terlaksana dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari sisi perencanaan dimana untuk program ini secara kontinyu selalu dialokasikan setiap tahun. Sealur dengan hal tersebut, dari sisi teknis di lapangan pelaksanaan program ini juga dilaksanakan dengan baik dengan adanya BBU dan BBI.
Selanjutnya terkait dengan poin ke-3 pembahasannya ini diawali dengan kupasan mengenai data produksi pangan di KSB yang selalu meningkat setiap tahunnya. pada tahun 2010 produksi pangan (berbagai komoditi) meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2009. Begitu juga dengan Tahun 2011 produksi padi dan jagung meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2010. Secara lengkap produksi pangan dari tahun 2009-2012dapat dilihat pada tabel 16.
Tabel 16 Situasi pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2012
No Tahun Ketersediaan Beras (Ton) Kebutuhan Pangan (Ton) Sisa / Stock (Ton) Kondisi 1. 2009 35.135,80 12.838, 30 22.297,50 Surplus 2. 2010 39. 188,03 14. 459,00 24.659,03 Surplus 3. 2011 54. 186,00 14. 688,52 39.497,48 Surplus 3 2012 56.569,01 15.405,00 41,164.0 Surplus Sumber: Dishutbuntan Kabupaten Sumbawa Barat.
Peningkatan produksi pangan di KSB yang selalu mengalami trend positif tentu saja merupakan buah dari program peningkatan produktifitas dan mutu produk yang sebelumnya telah dicanagkan oleh Pemda KSB. Data yang tersaji pada Tabel 16 memperkuat alasan bahwa implementasi program ini sudah dilaksanakan dengan baik. Hal ini kemudian ditegaskan dan disampaikan secara
lugas oleh beberapa pejabat di Pemda KSB, yang terkait langsung dengan program ini. Pertama AR (Kepala Bappeda KSB), kutipan pernyataannya sebagai berikut:
“Peningkatan produktifitas pertanian terutama padi dilakukan melalui kegiatan intensifikasi pada lahan sawah irigasi dan melalui kegiatan ekstensifikasi dengan pencetakan sawah baru yang berlangsung setiap tahun, sehingga produksi padi KSB di atas rata-rata produktivitas padi nasional”.
Kemudian beliau melanjutkan :
“Peningkatan mutu produk pertanian dilakukan melaui kegiatan diversifikasi, baik diversifikasi horizontal (aneka jenis komoditas) maupun diversifikasi vertikal (aneka jenis produk olahan)”.
Apa yang dikuemukakan oleh AR ternyata sudah lebih luas menyentuh kepada implementasi dari kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, sebagaimana tertulis dalam poin yang ke-6 dan 8. Kemudian, hal ini juga diamini oleh MY (Kadis Dishutbuntan KSB), melalui pernyataannya sebagai berikut:
“Produktivitas telah dilaksanakan dan terjadi peningkatan secara signifikan setiap tahunnya. Upaya yang telah dilakukan : SL- SRI, SL-PTT, optomasi lahan, perluasan pembangunan irigasi, pengembangan pembangunan embung, dan bantuan alat olah tanah (handtractor) serta alat pasca panen (powerthreser dan
corn seller)”.
Realisasi program ini juga disampaikan oleh DD (Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan KSB), melalui pernyataannya sebagai berikut:
“Untuk meningkatkan produktivitas produk pertanian untuk padi telah dilakukan program SLPTT sosialisasi dan penerapan pola tanam padi jajar legowo. Keberhasilan pencapaian produktivitas padi di KSB telah diakui secara nasional dengan penganugerahan penghargaan pangan oleh Presiden SBY kepada Bapak Bupati KSB”.
Program selanjutnya adalah program pengembangan pertanian lahan kering. Program ini merupakan salah satu program yang telah dicanangkan Pemda KSB dalam rangka mendukung ketahanan pangan. Sejauh mana implementasi dari program ini dapat diketahui berdasarkan informasi yang didapat dari beberapa pejabat terkait yang secara tekni telibat langsung dalam program ini.
Dalam kesempatan wawancara dengan AR, terkait dengan implemantasi dari program ini, beliau menjelaskan sebagai berikut:
“Penegmbangan pertanian lahan kering di KSB dilakukan dengan mengusahakan komoditas palawija, terutama jagung dan kacang hijau untuk tanaman musiman, serta aneka jenis buah- buahan untuk tanaman tahunan seperti : jeruk besar, mangga, dan pisang.”
Masih terkait dengan penegasan implementasi program ini, secara umum juga dijelaskan melalui pernyataan dari MY, berikut petikan pernyataannya:
“Pengembangan lahan kering memang merupaka kegiatan yang paling tepat diterapkan di KSB. Hal ini disebabkan oleh kondisi KSB merupaka wilayah yang masuk kategori lahan kering. Lebih dari 70% wilayah pertanian merupakan wilayah lahan kering. Penerapan pola tanam tepat waktu, tepat varietas dan tepat penanganan. Penerapan komoditas spesifik lokasi dan adaptif”.
Penanganan pasca panen merupakan bagian akhir dari program peningkatan produktivitas pertanian. Kegiatan ini akan memeperlihatkan seberapa besar keterkaitan sektor pertanian dengan sektor industri dan atau sektor lainnya. Semakin kuat keterkaitan antara sektor pertanian dengan sektor industri atau sektor lain yang ada di KSB maka akan semakin memberikan nilai tambah yang besar bagi perekonomian dan termasuk faktor pendukung ketahanan pangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, penegasan terhadap implemantasi kegiatan penanganan pascapanen ini dijelaskan oleh AR, sebagai berikut:
“Penanganan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian pada umunya masih berlangsung dalam skala kecil berupa agroindustri rumah tangga/home industri. Masih terbatas pada agroindustri dalam skala menengah dan besar. Saat ini masih dalam tahap persiapan seperti agroindustri rumput laut, agroindustri daging beku, dan agroindustri serat sisal”.
Kemudian lebih lanjut penegasan ini diungkapkan oleh MY, beliau menyatakan bahwa:
“Penangnanan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian harus dilakukan secara optimal, hai ini berpengaruh terhadap mutu/kualitas produk. Dampak dari kegiatan tersebut bermauara pada nilai jual komoditas hasil produksi. Hal-hal yang sudah dilakukan antara lain : 1) workshop dan pelatihan; 2) pendampingan dan fasilitasi; 3) Peningkatan kemitraan dan jaringan pemasaran; 4) pemberian bantuan alat panen dan pasca panen”.
Pengembangan Cadangan Pangan Beras. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kelangkaan pangan di masyarakat, maka perlu adanya cadangan pangan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun yang dilakukan oleh masyarakat.Pengembangan cadangan dilaksanakan melalui kegiatan :
1. Lumbung pangan desa.
2. Penanganan daerah rawan pangan.
3. Pemanfaatan pekarangan untuk pengembangan pangan. 4. Pengembangan desamandiri pangan.
Cadangan pangan yang dikelola oleh Pemerintah meliputi cadangan pangan yang dikelola oleh BULOG dengan sumber dana dari APBN (beras raskin) dan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini Dewan Ketahanan Pangan. Untuk mengelola cadangan pangan,Pemerintah pada Tahun 2012 ini membangun gudang cadangan pangan daerah dengan kapasitas minimal 100 ton.
Cadangan pangan yang dikelola oleh masyarakat dilaksanakan melalui lumbung pangan masyarakat dan lumbung pangan hidup sebagai berikut (Profil Ketahanan Pangan KSB 2014):
1. Pengembangan lumbung pangan masyarakat di Kabupaten Sumbawa Barat dilakukan dengan cara:
1) Memberikan pembinaan kelompok lumbung pangan.
2) Pemberian bantuan berupa pembangunan gudang lumbung pangan di 11 Desa yang tersebar di 5 (lima) kecamatan, Kecamatan Seteluk, Kecamatan Poto Tano, Kecamatan Taliwang, Kecamatan Jereweh dan Kecamatan Brang Ene dengan kapasitas rata-rata per lumbung pangan sebesar 40 ton.
3) Optimalisasi penyimpanan cadangan pangan di tingkat rumah tangga. 2. Pengembangan lumbung pangan hidup dilakukan dengan cara :
1) Pemanfaatan tanaman di pekarangan.
2) Optimalisasi lahan dibawah tegakan tanaman perkebunan
Distribusi Pangan Beras. Dalam hal pendistribusian pasokan pangan di KSB, prosesnya diawali dengan menstabilisasikan pasokan harga dan pasokan pangan yang dilakukan melalui sebagai berikut (Profil Ketahanan Pangan KSB 2014): 1. Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan DPM-LUEP)
Untuk meningkatkan peran swasta dalam menjaga stabilitas harga pangan terutama gabah/beras, maka Pemerintah memberikan bantuan modal kepada pengusaha swasta yaitu antara lain kepada LUEP. Pada saat panen raya biasanya harga padi petani mengalami penurunan yang cukup tajam dan pada saat paceklik biasanya harga beras terjadi kenaikan. Untuk mengantisipasi hal ini di KSB dikembangkan Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (LUEP) yang bergerak dibidang perdagangan komoditas pertanian yang berfungsi sebagai stabilisator harga pangan dan komoditas pertanian. LUEP difasilitasi modalnya melalui APBN dan APBD untuk membeli komoditas pertanian dari petani sesuai dengan harga yang telah ditentukan bersama. Pada Tahun 2009 Pemerintah mengucurkan dana sebesar Rp.750.000.000.- (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah).
2. Lembaga Distribus Pangan Masyarakat (LDPM)
Selain LEUP, Pada Tahun 2009-2011 Pemda KSB juga mengucurkan dana kepada beberapa Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani). Dana yang dikucurkan berkisar antara Rp 75.000.000,- sampai dengan Rp 150.000.000,- per gapoktan.
3. Dana Stimulus Ekonomi
Pada Tahun 2010-2012, Pemerintah Daerah KSB telah mengucurkan dana stimulus dengan total Rp. 20.000.000.000,- diarahkan untuk pembinaan pengusaha kecil menengah dan Koperasi. Dengan rincian yaitu Tahun 2010 sebesar Rp.10.000.000.000.-, Tahun 2011 sebesar Rp. 5.000.000.000,-, Tahun 2012 sebesar Rp. 5.000.000.000,- (Sumber : DPPKA Kabupaten Sumbawa Barat, Tahun 2012).
4. Penyaluran Raskin (Beras Miskin)
Selain mengucurkan dana stimulus, pasokan pangan di KSB juga dilakukan dengan penyaluran Raskin diberikan kepada kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah agar harga beras dapat dijangkau dan untuk memperkuat ketahanan pangan ditingkat masyarakat miskin. Berdasarkan
data, penyaluran raskin dari Tahun 2009 – Juni 2012 seperti disajikan pada tabel 17.
Tabel 17 Data penyaluran beras miskin di KSB
No. Tahun Jumlah (Kg)
1. 2. 3. 4. 2009 2010 2011 s/d Juni 2012 1.764.540 1.676.285 1.602.810 679.575
Sumber: Bagian Ekbang Setda KSB Tahun 2012.
Tabel 17 memberikan informasi bahwa penyaluran raskin dari tahun 2009 sampai Bulan Juni 2012 mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa angka kemiskinan di KSB dari tahun ke tahun semakin menurun.
Prediksi Produksi dan Konsumsi Pangan Beras di KSB
Dalam rangka melihat kemandirian pangan di Kabupaten Sumbawa Barat, maka dilakukan prediksi produksi dan konsumsi beras sampai tahun 2035. Asumsi yang digunakan disajikan dalam Tabel 18.
Tabel 18 Asumsi dalam peramalan neraca pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat
Komoditi Produksi Konsumsi
Padi  Luas panen menurun setiap tahun rata- ratab 0.2 % tahun (2015-2012) akibat adanya konversi lahan ke non pertanian saat pemekaran kabupaten baru dan 0,025% mula tahun 2013**).
 Perluasan sawah baru untuk produksi padi rata-rata 0.9% Pertahun (2011,2012) ***)
 Perluasan sawah baru 0.48% (2013 - 2016) ***)
 Tidak ada penambahan sawah baru mulai tahun 2017, diasumsikan penambahan sawah secara tradisional sama dengan jumlah sawah yang terkonversi ke non pertanian.***)
 Produktifitas padi rata-rata 5,34 ton/ha,**)
 Konservasi gabah ke beras 0,62418 **)
 Jumlah penduduk meningkat dengan laju 0,83367 % pertahun**)  Konsumsi beras 420,5 kg/kapita/tahun*) Sumber: ***) Data diolah
**) BKP Kabupaten Sumbawa Barat, tahun 2012
*) Batas garis kemiskinan setara beras/kapita/tahun untuk KSB: BPS 2014
Berdasarkan asumsi di atas beberapa skenario ke depan dilakukan dalam upaya mewujudkan penyediaan pangan beras menuju ketahanan atau kemandirian pangan KSB seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi beras. Dalam kondisi demikian luas lahan sebagai sarana penunjang utama dalam memenuhi kebutuhan pangan beras masih terus meningkat dengan program pencetakan sawah baru dan perubahan fungsi lahan tadah hujan menjadi lahan irigasi teknis karena kabupaten Sumbawa Barat adalah daerah pemekaran Kabupaten baru sehingga masih cukup potensial untuk perluasan lahan pertanian meskipun terjadi konversi lahan pertanian ke sektor industri atau pemukiman. Gambaran tentang pertambahan produksi padi dan peningkatan kebutuhan beras seperti terlihat pada grafik 4.
Grafik 4 Produksi dan kebutuhan pangan beras di KSB tahun 2009-2012 dan esitamsi (2013 – 2035).
Berdasarkan data pada grafik 4 bahwa tahun 2009 sampai tahun 2013 terjadi lonjakan ketersediaan pangan beras akibat adanya program percetakan sawah baru yang ditunjang dengan pembangunan saranan irigasi. Mulai tahun 2014 tidak ada program pencetakan sawah baru yang siginifikan sehingga pertumbuhan produksi hampir konstan. Sebaliknya peningkatan kebutuhan pangan beras terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Jika kondisi ini terus dibiarkan maka pada tahun 2033 akan terjadi defisit pangan beras KSB. Jumlah produksi lokal beras KSB lebih rendah dari kebutuhan penduduk. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa kemandirian pangan beras KSB diprediksikan sampai tahun 2032 masih terjamin selanjutnya akan mengalami devisit. Untuk mengantisipasi hal tersebut tidak bisa dilakukan dengan perluasan lahan secara terus menerus mengingat topografi KSB yang sebagain besar berbukit. Sementara konversi lahan pertanian ke sektor industri dan pemukiman adalah suatu hal yang pasti dan kebutuhan beras akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan beberapa program untuk menjamin ketahanan dan kemandirian pangan beras untuk jangka panjang. Program-program tersebut:
1. Menekan laju konversi lahan pertanian beririgasi teknis khususnya untuk areal tanaman padi menjadi sektor industri dan pemukiman
Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 Ketersediaan beras (Ton) 35,135 39,188 54,186 56,596 56,732 56,868 57,004 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 57,141 Kebutuhan beras (Ton) 40,794 41,653 42,508 48,339 48,742 49,148 49,558 49,971 50,388 50,808 51,231 51,659 52,089 52,523 52,961 53,403 53,848 54,297 54,750 55,206 55,666 56,130 56,598 57,070 57,546 58,026 58,509
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 20092011201320152017201920212023202520272029203120332035 B E R A S (TON) TAHUN Tahun Ketersedia an beras (Ton) Kebutuhan beras (Ton)
2. Meningkatkan produktivitas padi melalui program intesifikasi
3. Melakukan diversifikasi pangan untuk menekan konsumsi beras yang saat ini relatif tinggi
4. Menciptakan kawasan produksi padi pada wilayah Kecamatan yang potensi lahan pertanian dan sumber air memadai seperti Kecamatan Brang Rea, Kecamatan Brang Ene, Kecamatan Sekongkang dan Kecamatan Jereweh.
Pengembangan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana
Pengembangan Jaringan Infrastruktur. Beberapa jenis jaringan infrastruktur yang mendukung ketahanan pangan di Kabupaten Sumbawa Barat sebagai berikut:
1. Jaringan Irigasi Pertanian
Mengingat pentingnya sarana ini maka pemerintah mengalokasikan pembangunan sarana ini di beberapa lokasi yang mempunyai sumber air yang mencukupi. Pada Tahun 2009 Pembangunan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani sebanyak 200 Ha dan Jaringan Irigasi Desa sebanyak 50 Ha. Pada Tahun 2007 Pemerintah Kab. Sumbawa Barat membangun Irigasi Cacing/Thersier sepanjang 200 m. (Sumber: Dishutbuntan KSB 2008). 2. Pasar
Dalam rangka mendukung perekonomian di KSB dikembangkan pasar sebagai tempat transaksi antara produsen dan konsumen. Pembangunan Pasar di KSB masih diarahkan untuk memperlancar transaksi jual beli hasil pertanian, sedangkan untuk pengembangan hasil perikanan dibangun pasar ikan. Di KSB terdapat 7 unit pasar yang tersebar di 7 kecamatan diantaranya 1 (satu) Pasar Induk di Kecamatan Taliwang dan 6 (enam) Pasar Tradisional di Kecamatan Taliwang, Kecamatan Jereweh, Kecamatan Maluk, Kecamatan Sekongkang, Kecamatan Seteluk dan Kecamatan Poto Tano.
3. Terminal
Sampai dengan saat ini di KSB belum terdapat terminal agribisnis secara khusus namun para petani langsung memasarkan hasil pertaniannya ke pasar. Terminal yang ada berjumlah 3 (tiga) buah yaitu Terminal Induk di Kecamatan Taliwang, Terminal Maluk di Kecamatan Maluk dan Terminal Sekongkang di Kecamatan Sekongkang. Terminal yang ada tersebut merupakan terminal umum yang berfungsi juga untuk mengangkut komoditi pangan (Sumber : Dishubkominfo KSB 2011).
4. Jalan Usaha Tani
Untuk memberikan kemudahan dan memperlancar petani dalam membawa hasil pertaniannya dilakukan perbaikan dan pembuatan jalan usaha tani. Perbaikan dan pembuatan jalan usaha tani dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu dengan pemberian stimulan untuk padat karya dan pembangunan dengan menggunakan pihak ketiga.Tahun 2009 – 2011 telah dibangun jalan usaha tani sebanyak 27 lokasi dengan total anggaran Rp. 9.270.000.000 (Sembilan Miliar Dua Ratus Tujuh Puluh Juta Rupiah) (Sumber : Dinas PU KSB 2012).
5. DAM/Embung
Pembangunan Dam/Embung/Bendung diarahkan untuk memanfaatkan sumber air bagi irigasi. Pembagunan Dam/Bendung telah dilakukan sejak Tahun 1998 sampai dengan Tahun 2011. Sampai saat ini telah dibangun
Bendung sebanyak 69 buah dengan nilai sebesar Rp.93.025.096.818 (Sembilan Puluh Tiga Miliar Dua Puluh Lima Juta Sembilan Puluh Enam Ribu Delapan Ratus Delapan Belas Rupiah). Bendung terbesar yang sedang dibangun di Kabupaten Sumbawa Barat adalah Bendung Bintang Bano yang diperkirakan akan membutuhkan biaya sebesar Rp.850.000.000.000 (Delapan Ratus Lima Puluh Miliar Rupiah).Dengan dibangunnya bendung Bintang Bano diharapkan produksi padi akan meningkat setipa tahunnya sehingga Sumbawa Barat akan terus mengalami surplus pangan (Sumber : Dinas PU KSB 2012).
6. Gudang Pangan Pemerintah
Pada Tahun 2012 ini pemerintah KSB sedang membangun gudang pangan Daerah dengan kapasitas minimal 100 ton, hal ini dimaksudkan oleh pemerintah untuk memantapkan cadangan pangan daerah terutama pada saat menghadapi musim kemarau (Sumber: BKP KSB 2012).
Pengembangan Sarana Pertanian. Ketersediaan sarana produksi pertanian sangat menentukan keberhasil pelaksanaan pembangunan pertanian umumnya dan ketahanan pangan khususnya sebagai berikut:
1. Penyediaan Benih
Keberhasilan produksi dan produktifitas sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas benih. Untuk memenuhi kebutuhan benih di tingkat petani, langkah yang diambil oleh Pemda KSB adalah mendorong peran aktif petani dalam penyediaan benih melalui pengembangan penangkaran di kelompok - kelompok tani, penumbuhan produsen benih, pengadaan bantuan benih, penumbuhan dan pengembangan UPT perbenihan, pelepasan benih unggul lokal dan perlindungan varietas.
2. Penyediaan Pupuk dan Pestisida
Penggunaan Pupuk untuk semua jenis komoditi tanaman pangan di KSB masih didominasi oleh Pupuk Urea padahal pupuk yang lainnya seperti SP-36, ZA, NPK dan organik tidak kalah pentingnya terutama dalam menentukan tingkat kualitas produk. Sedangkan untuk mempertahankan tingkat produktifitas komoditi tanaman Pangan masyarakat petani masih terbiasa menggunakan Pestisida Kimia Sintetis untuk memberantas semua jenis hama dan penyakit pada tanaman. , penyaluran pupuk dari Tahun 2009 – Juni 2011 seperti disajikan pada Tabel 19.
Tabel 19 Rekapitulasi penyaluran pupuk tahun 2009-2011
No. Tahun Jenis dan Jumlah Pupuk (Ton)
Anorganik Organik
Urea ZA SP-36 NPK
1. 2009 2.605.55 10 - 125,68 -
2. 2010 2.980,75 6 - 225,5 -
3. 2011 3.101,5 - - 238,7 -
3. Penyediaan Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan)
Dengan bertambahnya luar areal sawah akan berdampak terhadap proses pengolahan lahan secara efektif dan efisien sebagai akibat dari kurangnya sarana bajak yang memadai. Berkaitan dengan hal tersebut perlu diperhatikan mengenai pengadaan dan bantuan alat bajak seperti Hand Tracktor sebagai sarana bajak yang dapat digunakan tanpa terikat dengan kondisi cuaca dan waktu. Di KSB sampai dengan tahun 2011 terdapat 75 Unit
Hand Tracktor, Power Thereser sebanyak 11 unit dan Hand Sprayer
sebanyak 150 Unit yang telah disalurkan kepada kelompok tani secara merata sesuai dengan luasan areal di masing-masing wilayah kecamatan.