• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras Ksb Melalui Implementasi Community Development Ptnnt Sektor Pertanian.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras Ksb Melalui Implementasi Community Development Ptnnt Sektor Pertanian."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUATAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS

KABUPATEN SUMBAWA BARAT MELALUI

IMPLEMENTASI

COMMUNITY DEVELOPMENT

PT NEWMONT NUSA TENGGARA

SEKTOR PERTANIAN

SYARAFUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras Kabupaten Sumbawa Barat Melalui Implementasi

Community Development PT Newmont Nusa Tenggara Sektor Pertanian adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

(4)

RINGKASAN

SYARAFUDDIN. Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras KSB melalui Implementasi Community Development PTNNT Sektor Pertanian. Dibimbing oleh LALA M. KOLOPAKING dan EKAWATI SRI WAHYUNI.

Pembangunan ketahanan pangan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) telah dilaksanakan melalui program pembangunan ketahanan pangan, baik oleh Pemerintah Daerah maupun dunia usaha/swasta. Penelitian ini ingin mengetahui penguatan kebijakan ketahanan pangan beras di KSB oleh PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) melalui program Community Development (Comdev) sektor pertanian. Ada 4 tujuan penelitian ini : (1) mengevaluasi implementasi program

Comdev PTNNT sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan beras di KSB; (2) menganalisis ketahanan pangan beras KSB dilihat dari aspek produski dan tingkat konsumsi pangan beras; (3) mengkaji sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam menjamin ketahanan pangan beras di KSB; dan (4) merumuskan strategi pengembangan program Comdev PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras masyarakat KSB.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, program Comdev PTNNT sektor pertanian telah dan sedang mendukung serta akan terus berpeluang menjamin ketahanan pangan beras di KSB; Kedua, Kebijakan ketahanan pangan beras KSB cukup kuat dalam program meningkatkan rata-rata produksi padi dari 4,5 ton pada MT 2005/2006 menjadi 6,4 ton pada MT 2012/2013. Tingkat kebutuhan pangan beras KSB terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, maka diprediksikan pada tahun 2033 jumlah produksi beras lokal akan lebih rendah dari kebutuhan penduduk (prediksi tahun 2033 produksi beras 54.141 ton dan konsumsi 54.546 ton). Untuk mengantisipasi kondisi tersbut pemerintah perlu terus melakukan berbagai program untuk menjamin ketahanan pangan beras untuk jangka panjang; Ketiga, program Comdev PTNNT sektor pertanian telah bersinergi dengan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam mendukung dan akan terus berpeluang menjamin ketahanan pangan beras di KSB;

Keempat, telah dihasilkan 6 strategi dalam penelitian ini untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras KSB melalui pelaksanaan program Comdev PTNNT sektor pertanian sebagai berikut :

a. Pengembangan komunitas petani dan badan usaha ekonomi petani padi berbasis Desa.

b. Pengamanan pemasaran dan distribusi beras

c. Peningkatan Produktivitas Petani melalui usahatani sawah lestari. d. Peningkatan mutu dan penyediaan infrastruktur pertanian pangan. e. Pengembangan kualitas petani melalui regenerasi petani terdidik. f. Pengembangan sistem pembiayaan usahatani beras.

(5)

SUMMARY

SYARAFUDDIN. Strengthening Rice Food Security Policy of West Sumbawa Through the Implementation of Community Development Agricultural Sector of PT Newmont Nusa Tenggara.. Supervised by LALA M. KOLOPAKING and EKAWATI SRI WAHYUNI

Food security development in the West Sumbawa District (KSB) has been implemented through development policies and programs by both the government and private sectors. In supporting the strengthening of food security policies and programs in KSB, PTNNT mining company, has worked cooperatively with KSB through Commmunity Development Programs.

This research aims to (1) evaluate PTNNT’s Comdev agriculture programs in supporting food security in KSB; (2) analyze rice security in KSB; (3) study the

synergy between PTNNT’s Comdev agriculture program and KSB government’s food security policies, and (4) formulate strategies for PTNNT’s Comdev

agriculture programs to support KSB Government’s rice food security policies. The research found: First, PTNNT’s Comdev agriculture programs have supported and are supporting and have potential to support rice food security in KSB; Second, KSB rice food security policy has strong program with increase in rice production in average from 4.5 tonnes in 2005/2006 planting season to 6.4 tons in 2012/2013 planting season. The level of rice food needs in KSB continues to increase along with the growth of population, and it is predicted that in 2033 total grain output will be lower than the needs of the population (predicted for2033 rice production of 54,141 tonnes compared to 54,546 tonnes rice consumption). To anticipate this condition KSB government needs to continue to do some of the programs to ensure food security of rice for the longger term ; Third, PTNNT’s Comdev agriculture sector has been in good synergy with KSB rice food security policy, having supported and will continue to support rice food security in KSB; Fourth, there are 6 strategies identified to strengthen rice food

security for KSB through the PTNNT’s Comdev agriculture programs; as

follows :

a) The development of farming community and economic enterprises based on rice farming village.

b) To sett up and secure rice of marketing and distribution.

c) To increase farmers’ productivity through sustainable agriculture. d) To improve food quality and the provision of agricultural infrastructure. e) The development of farmers skills through educated farmers regeneration. f) The development of the financing system for rice farming

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagaian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

PENGUATAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS

KABUPATEN SUMBAWA BARAT MELALUI

IMPLEMENTASI

COMMUNITY DEVELOPMENT

PT NEWMONT NUSA TENGGARA

SEKTOR PERTANIAN

SYARAFUDDIN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Pengembangan Masyarakat

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras Kabupaten Sumbawa Barat Melalui Implementasi

Community Development PT Newmont Nusa Tenggara Sektor Pertanian

Nama : SYARAFUDDIN

NIM : 1354120225

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS

Ketua Anggota

Diketahui Oleh

Koordinator Program Studi Pengembangan Masyarakat

Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor

Dr Ir Dahrul Syah MScAgr

(10)
(11)

PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya jualah, penyusunan Tesis yang berjudul “Penguatan Kebijakan Ketahanan Pangan Beras Kabupaten Sumbawa Barat Melalui Implementasi Community Development PT Newmont Nusa Tenggara Sektor Pertanian” dapat diselesaikan sesuai dengan rencana dan jadual waktu yang tersedia.

Seiring dengan selesainya penyusunan Tesis ini, Saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS dan Ibu Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS,

sebagai Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing, Bapak Ir Fredian Tony Nasdian MS selaku Sekretaris Program Studi Pengembangan Masyarakat IPB, serta Bapak Dr Ir H. Amry Rakhman, MSi, sebagai Pembimbing Lokal KSB, yang telah dengan tekun dan penuh ikhlas memberikan bimbingan dalam menyelesaikan penyusunan Tesis ini, Insya-Allah pengalaman dan ilmu yang diberikan menjadi bekal untuk melangkah sukses di masa depan.

2. Bapak dan Ibu Dosen MPM-IPB yang profesional dan penuh dedikasi dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), semoga semua amal ibadah Bapak dan Ibu mendapat balasan berlipat ganda dari Allah SWT. 3. Pimpinan PT. Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) dan Pemerintah Kabupaten

Sumbawa Barat yang telah memberikan bantuan pembiayaan pendidikan, Insya-Allah bantuan tersebut sangat berguna dalam menghasilkan sumberdaya manusia (SDM) generasi “emas” di Kabupaten Sumbawa Barat.

4. Rekan-rekan Mahasiswa MPM seperjuangan yang telah manjadi teman dalam suka dan duka selama kuliah, berdiskusi dan berdebat secara konstruktif, semoga menjadi kenangan yang tak terlupakan.

5. Semua pihak yang tidak dapat Saya sebutkan satu per satu, semoga semua bantuan dan partisipasinya menjadi ibadah di sisi Allaw SWT.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR GRAFIK xiv

DAFTAR LAMPIRAN xiv

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Kajian 4

Manfaat Kajian 5

Ruang Lingkup Kajian 5

PENDEKATAN TEORITIS 7

Tinjauan Pustaka 7

Community Development (Comdev). 7

Corporate Social Responsibility (CSR) 9

Kebijakan Ketahanan Pangan 11

Kerangka Pemikiran 14

METODE KAJIAN 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Pendekatan Kualitatif 15

Proses dan Pengumpulan Data Kualitatif 15

Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif 16

Pendekatan Kuantitatif 17

Pengumpulan dan Analisa data Kuantitatif 17

Perancangan Strategi dan Program serta Penetapan Rencana Tindak

Lanjut (Roadmap) 17

PROFIL KABUPATEN SUMBAWA BARAT 19

Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam 19

Penduduk dan Angkatan Kerja 22

Struktur Sosial Komunitas 23

Perekonomian 26

Struktur Ekonomi 26

Pertumbuhan Ekonomi 27

Gambaran Umum Potensi Sektor Pertanian Ketahanan Pangan KSB 28

Tanaman Bahan Pangan 28

Perkebunan 29

Perikanan 31

Kehutanan 31

IMPLEMENTASI PROGRAM COMDEV PTNNT SEKTOR

PERTANIAN DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

BERAS DI KSB 33

Peningkatan Sarana Prasarana Pertanian (Irigasi, Embung, Pompa dan

Alat/Mesin Lainnya) 34

Peningkatan Luas Tanam 37

Bantuan Kepada Petani Setiap Musim 38

(14)

Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Petani, Sekolah Lapangan, Serta Pemantapan Pelatihan dan Pendampingan Petani 42

Peningkatan Hasil Produksi Pertanain 44

Mempermudah Pemasaran Produk Hasil Pertanian Peningkatan Akses

Pasar Produk Hasil Pertanian 46

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN BERAS KSB

DILIHAT DARI ASPEK PRODUKSI DAN 49

Ketersediaan Pangan 49

Prediksi Produksi dan Konsumsi Pangan Beras di KSB 54 Pengembangan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana 56 SINERGITAS PROGRAM COMDEV NNT SEKTOR PERTANIAN DAN KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN PEMERINTAH KSB DALAM

MENJAMIN KETAHANAN PANGAN BERAS DI KSB 59

Sinergitas pada Bidang Penyediaan Sarana Prasarana Pertanian (Input

Pertanian) 59

Sinergitas pada Bidang Produksi/Usahatani, termasuk Penerapan Teknologi dan Penggunaan Sarana Prasarana Pertanian Pangan 62 Sinergitas pada Bidang Penyimpanan (Stock) dan Pengolahan Hasil

Pangan Beras 63

Sinergitas pada Bidang Pemasaran dan Distribusi Pasokan Pangan

Beras 64

Sinergitas pada Bidang Kelembagaan dan SDM Pendukung Pertanian

Pangan Beras 65

STRATEGI PENGEMBANGAN PROGRAM COMDEV PTNNT

SEKTOR PERTANIAN UNTUK MEMPERKUAT KEBIJAKAN

KETAHANAN PANGAN BERAS MASYARAKAT KSB 69

Rumusan Strategi untuk Memperkuat Kebijakan Ketahanan Pangan

Beras KSB 70

Rencana Program/Kegiatan Penguatan Ketahananan Pangan Beras di

KSB 71

RoadMap Strategi memperkuat Ketahanan Pangan Beras

Berkelanjutan di KSB 74

SIMPULAN DAN SARAN 77

Simpulan 77

Saran 77

(15)

Tabel 1 Perbandingan indikator ketahanan pangan, kemandirian pangan

dan kedaulatan pangan 12

Tabel 2 Matriks Analisis SWOT 18

Tabel 3 Pembagian wilayah administrasi, luas wilayah dan ketinggian

masing-masing wilayah Kecamatan 20

Tabel 4 Luas lahan menurut kecamatan dan penggunaan di Kabupaten

Sumbawa Barat tahun 2010 21

Tabel 5 Luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, rata-rata anggota rumah tangga dan kepadatan penduduk di masing-masing

kecamatan. 22

Tabel 6 Keberadaan Lembaga Sosial Budaya sebelum tambang (1995) dan setelah masa produksi tambang PTNNT (2012) pada 15 Desa

Lingkar Tambang PTNNT. 25

Tabel 7 Distribusi persentase PDRB atas dasar harga konstan 2000

menurut lapangan usaha tahun 2008-2012 26

Tabel 8 Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut

lapangan usaha tahun 2008 – 2012 . 28

Tabel 9 Luas panen, produksi, dan rata-rata produksi per hektar

padi/palawija di KSB tahun 2011 29

Tabel 10 Luas areal panen dan produksi tanaman perkebunan rakyat di

KSB tahun 2012 30

Tabel 11 Jumlah ternak di KSB dirinci menurut kecamatan dan jenis ternak

tahun 2012 30

Tabel 12 Potensi Produksi Perikanan Di KSB Dirinci Menurut Kecamatan

dan Sub Sektor Tahun 2012 (ton) 31

Tabel 13 Kawasan Hutan Dirinci menurut Kelompok di KSB Th 2011 (ton) 32

Tabel 14 Daftar informan 33

Tabel 15 Produksi padi dan ratio ketersediaan beras di tiga kecamatan

(Jereweh, Sekongkang, Maluk) tahun 2011 45

Tabel 16 Situasi pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2009-2012 50

Tabel 17 Data penyaluran beras miskin di KSB 54

Tabel 18 Asumsi dalam peramalan neraca pangan beras di Kabupaten

Sumbawa Barat 54

Tabel 19 Rekapitulasi penyaluran pupuk tahun 2009-2011 57 Tabel 20 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan

kebijakan ketahanan pangan KSB bidang penyediaan sarana

prasaran 60

Tabel 21 Sinergitas Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang produksi/usaha tani termasuk

penerapan teknologi 62

Tabel 22 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang penyimpanan (stock)

dan pengolahan hasil 63

Tabel 23 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang pemasaran dan

(16)

Tabel 24 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan KSB bidang kelembagaan dan SDM

pendukung pertanian 66

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran sinergi Comdev PTNNT untuk

memperkuat ketahanan pangan beras KSB 14

Gambar 2 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model) 16

Gambar 3 Peta Kabupaten Sumbawa Barat 19

Gambar 4 Model pendekatan PTNNT dan Pemda KSB dalam

pengembangan usaha tani terpadu. 67

Gambar 5 Road map strategi penguatan ketahanan pangan beras

berkelanjutan di KSB 74

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Topografi wilayah KSB 19

Grafik 2 Kontribusi perkelompok sektor ekonomi KSB (Dalam %) 27 Grafik 3 Rerata produksi padi dengan pola SRI dan non SRI pada MH

2005/2006 – 2012/20013, Comdev PTNNT. 44

Grafik 4 Estimasi produksi dan kebutuhan pangan beras di KSB. BKP Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2012 dan esitamsi (2013 –

2020). 55

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Matrik SWOT Strategi Pengembangan Program Comdev PTNNT Sektor Pertanian untuk Memperkuat Kebijakan

Ketahanan Pangan Beras KSB. 81

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kondisi kemiskinan yang terjadi di sektor pertanian erat kaitannya dengan ketahanan pangan (food security). Walaupun pada tingkat nasional jumlah produksi pangan (diukur dari kalori) mengalami surplus, tetapi terjadi masalah ketidaktahanan pangan (food insecurity) (Kuncoro 2006). Dengan menggunakan kosep ketahanan pangan, suatu negara bisa saja mencapai tingkat ketahanan pangan yang baik diukur dari tingkat ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, walaupun kebutuhan pangan tersebut dipenuhi dengan cara membeli produk impor. Jelas terlihat bahwa bagi negara, kecukupan pangan yang menjamin bahwa setiap individu akan mampu hidup sehat dan aktif saja mestinya tidak cukup. Karena itu muncul konsep kemandirian pangan yang memberikan penekanan pada pentingya melepaskan diri dari ketergantungan terhadap produk impor. Konsep kemandirian pangan menitikberatkan pada pentingnya pemenuhan pangan yang berbasis pada sumberdaya lokal. Dalam hal ini, konsep kemandirian pangan menuntut pemerintah untuk membangun ketahanan pangan yang berbasiskan kekuatan dan keunikan sumberdaya lokal sehingga terciptalah kemandirian pangan (Hariyadi 2011).

Berkaitan dengan masalah membangun kemandirian dan kedaulatan pangan, di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) telah dilaksanakan sebuah kebijakan yaitu Program Pembangunan Ketahanan Pangan sesuai dengan Rencana Strategis (Renstra) yang telah disusun sebelumnya. Dalam program ini diharapkan terpenuhinya sandang murah, hunian sehat dan lingkungan pemukiman layak, tersedianya lapangan kerja yang semakin luas, terwujudnya keluarga berkualitas, meningkatnya kualitas pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan sosial masyarakat. Dalam upaya penguatan pelaksanaan kebijakan ini, Pemda KSB bersinergi dengan salah satu perusahaan swasta yaitu PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) yang merupakan perusahaan tambang terbesar di Provinsi NTB yang beroperasi di KSB sejak tahun 2000. Dari sisi PTNNT sendiri, Program Pembangunan Ketahanan Pangan ini menjadi menjadi salah satu program penting Community Development PTNNT sekaligus menjadi salah satu bagian dari tanggungjawab sosial perusahaan, yang dikenal dengan Corporate Social Responsibilty (CSR).

Dalam konteks dunia usaha, Community Development (Comdev) adalah bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan Corporate Social Responsibilty (CSR). Salah satu komponen penting dalam CSR adalah pengelolaan relasi dengan stakeholder, terutama masyarakat lokal. Saat ini CSR menjadi tolak ukur yang menentukan citra perusahaan di mata publik. CSR di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa:

(18)

Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan bahwa:

“Setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggungjawab perusahaan”.

Dengan adanya undang-undang ini, industri atau korporasi-korporasi wajib untuk melaksanakannya, tetapi kewajiban ini bukan merupakan suatu beban yang memberatkan. Perlu diingat pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan industri, tetapi setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan pengelolaan hidup masyarakat. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (Single bottom line), melainkan sudah meliputi keuangan, sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut (Triple bottom line). Sinergi tiga elemen ini merupakan kunci dari proses pembangunan berkelanjutan (Siregar 2007).

PTNNT melaksanakan aktivitas penambangan sumberdaya mineral, dengan tahapan eksploitasi dimulai sejak Tahun 2000. Sebagai perusahaan tambang terbesar di NTB, sejak awal PTNNT menjadi perhatian banyak pihak mulai dari tingkat nasional sampai tingkat pemerintahan desa termasuk kelompok-kelompok masyarakat di sekitar lokasi penambangan. Disadari bahwa aktivitas PTNNT secara langsung maupun tidak langsung memberikan dampak sosial, ekonomi dan lingkungan bagi kehidupan masyarakat baik di sekitar tambang maupun di luar wilayah tambang. Pengaruh yang ditimbulkan dapat berupa pengaruh positip maupun negatif. Terhadap pengaruh tersebut menimbulkan dinamika sosial di antara pemangku kepentingan. Oleh karena itu sesuai dengan amanat undang-undang, maka PTNNT berkewajiban untuk merespons dinamika sosial masyarakat sebagai bentuk tanggungjawab sosial.

PTNNT telah melakukan berbagai Program Comdev bagi masyarakat sekitar wilayah perusahaan sebagai wujud pelaksanaan CSR. Program Comdev adalah bentuk komitmen perusahaan untuk membangun kualitas kehidupan lebih baik, terutama peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar lokasi perusahaan. Saat ini, program Comdev tidak hanya dilihat sebagai bentuk kepedulian sosial terhadap masyarakat, namun juga sebagai sebuah langkah strategis untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam menjaga keberlangsungan usaha, terutama bagi investasi jangka panjang dalam industri pertambangan.

Berkaitan dengan hal tersebut, PTNNT telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) tahun 2009-2013 sebagai instrumen dan rujukan dalam merumuskan program Comdev di sekitar wilayah operasi perusahaan (daerah lingkar tambang), yakni di Kecamatan Maluk, Jereweh dan Sekongkang. Dokumen renstra ini memuat rencana pengembangan masyarakat yang difokuskan pada beberapa bidang, yaitu pendidikan, kesehatan, pertanian dan pariwisata serta bidang sosial budaya dan agama.

(19)

bertujuan pada perbaikan sektor pertanian, yang bermuara pada ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah: (1) Perbaikan infrastrusktur; (2) Pembenahan sarana pertanian; (3) Peningkatan teknologi pertanian; dan (4) Penguatan kelembagaan.

Selain Program Comdev PTNNT program Program Ketahanan Pangan KSB juga memiliki persamaan tujuan yang hendak dicapai yaitu terwujudnya ketahanan pangan, tetapi dikalukan sesuai prosedute dan kebijakan masing-masing lembaga.

Dalam ikhtisar pencapaian tujuan tersebut, dilakukan melalui kegiatan pemberdayaan aparat dan masyarakat agar mampu memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya ketahanan pangan, serta mampu mengatasi kendala dalam mewujudkan ketahanan pangan dengan (Bappeda KSB 2012):

1. Memanfaatkan potensi dari keragaman sumberdaya lokal untuk peningkatan ketersediaan pangan, dengan memanfaatkan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan.

2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu dalam mengkonsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan cita rasa dan citra pangan khas daerah/Indonesia serta pengembangan produk dan mutu produk pangan bergizi.

3. Mengembangkan perdagangan/pemasaran pangan regional dan antar daerah untuk menjamin pasokan dan ketersediaan pangan yang terjangkau oleh masyarakat.

4. Memanfaatkan pasar pangan secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam.

5. Memberikan jaminan akses yang lebih baik bagi masyarakat miskin perkotaan dan pedesaan atas pangan yang bersifat pokok.

Perjalanan program Comdev PTNNT, dan kebijakan ketahanan pangan KSB tidak selalu berjalan sesuai harapan karena dilakukan sesuai kondisi dan kebijakan masing-masing lembaga sehingga kelebihan dalam pelaksanaan program Comdev PTNNT belum tentu bisa diterapkan dalam program ketahanan pangan KSB dan sebaliknya, demikian juga sinergitas dari kedua program tersebut belum bisa diitegrasiakn dalam setiap kegitan sehingga perlu dilakukan kajian terkait kedua program tersebut.

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka pertanyaan utama kajian ini adalah “bagaimana strategi pengembangan program Community Development

(Comdev) PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat?”

Perumusan Masalah

(20)

Untuk mengetahui dan menganalisis pertanyaan utama yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik beberapa pertanyaan spesifik dalam penelitian ini. Pertama, bagaimana implementasi program Comdev PTNNT sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat? Implementasi dari program Comdev PTNNT dapat dilihat dua sisi, yaitu: (1) Bentuk program/kegiatan; dan (2) Pencapaian tujuan.

Kebijakan pemantapan kemandirian dan ketahanan pangan menjadi isu sentral sekaligus merupakan prioritas utama dalam pembangunan KSB. Tujuannya adalah menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang pada tingkat rumah tangga, daerah, sepanjang waktu dan merata. Setelah mengkaji implementasi dari program Comdev sektor pertanian yang dilaksanakan PTNNT, berdasarkan uraian di atas maka pertanyaan spesifik kedua adalah bagaimana ketahanan pangan beras KSB jika dilihat dari aspek produksi dan tingkat konsumsi pangan? Pada bagian ini akan memotret gambaran ketahanan pangan KSB dengan melihat seberapa besar tingkat produksi dan tingkat konsumsi pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat.

Program Comdev PTNNT di sektor pertanian dan Program Pembangunan Ketahanan Pangan KSB sesuai dengan Rencana Strategis Comdev PTNNT dan Pemda KSB. Kedua program ini memiliki tujuan yang sama yaitu terwujudnya ketahanan pangan, namun dilakukan oleh lembaga yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut maka pertanyaan spesifik ketiga adalah bagaimana sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam menjamin ketahanan pangan beras di KSB? Dalam konteks ini, akan dikaji sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian yang tertuang dalam Renstra tahun 2009-2013 dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam menjamin ketahanan pangan beras, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat KSB.

Tujuan Kajian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan utama kajian ini adalah untuk merumuskan strategi pengembangan program Comdev PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat. Adapun tujuan spesifik kajian secara lebih rinci dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengevaluasi implementasi program Comdev PTNNT sektor pertanian dalam mendukung ketahanan pangan beras di Kabupaten Sumbawa Barat;

2. Menganalisis ketahanan pangan beras KSB dilihat dari aspek produksi dan tingkat konsumsi pangan;

3. Mengkaji sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam menjamin ketahanan pangan beras di KSB.

(21)

Manfaat Kajian

Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat antara lain:

1. Secara teoritis, kajian ini dapat dijadikan perbandingan atau referensi dan menambah bahan studi kepustakaan terkait dengan program CSR perusahaan dalam rangka pengembangan masyarakat.

2. Secara praktis, kajian ini diharapkan memberikan kontribusi pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dan PTNNT terkait dengan penyusunan kebijakan dan strategi dalam penguatan kemandirian pangan masyarakat.

Ruang Lingkup Kajian

Kajian ini dimaksudkan untuk merumuskan strategi pengembangan program comdev PTNNT sektor pertanian untuk memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras Kabupaten Sumbawa Barat. Untuk mencapai tujuan tersebut akan dilakukan kajian implementasi program Comdev PTNNT sektor pertanian, implementasi kebijakan ketahanan pangan beras Pemerintah KSB, serta menganalisis sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan kebijakan ketahanan pangan Pemerintah KSB dalam menjamin ketahanan pangan beras di KSB.

Untuk mencapai tujuan tersebut makan lingkup kajian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan yang digunakan dalam kajian ini adalah pendekatan kualitatif yang didukung pendekatan kuantiatif, dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, Focus group discusion, studi dokumen dan obervasi/dokumentasi lapangan.

2. Rujukan yang digunakan dalam evaluasi ini adalah dokumen renstra program Comdev PTNNT 2009-2013, dan kebijakan ketahanan pangan KSB.

3. Analisis yang dilakukan berfokus pada implementasi program Comdev PTNNT dan analisis tingkat kemandirian pangan KSB di lihat dari sisi produksi dan konsumsi pangan beras serta sinergitas dari kedua program tersebut.

4. Cakupan wilayah studi adalah adalah Kabupaten Sumbawa barat dengan pada 3 kecamatan sasaran utama program Comdev PTNNT dan salah satu desaa di luar sasaran program Comdev PTNNT.

(22)
(23)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Community Development (Comdev).

Pengembangan masyarakat dapat dipandang sebagai suatu proses, metode, program, atau gerakan. Dengan kata lain, gambaran tersebut menunjukkan empat cara untuk memandang pengembangan masyarakat. Sebagai suatu “Proses” Pengembangan masyarakat sebagai suatu proses bergerak dalam tahapan-tahapan, dari suatu kondisi atau keadaan tertentu ke tahap berikutnya. Sebagai suatu “Metode” Pengembangan masyarakat merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan dengan cara sedemikian rupa sehingga beberapa tujuan dapat dicapai. Sebagai suatu “Program” Metode pengembangan masyarakat dinyatakan sebagai suatu gugus prosedur dan isinya dinyatakan sebagai suatu daftar kegiatan. Sebagai suatu “Gerakan” Pengembangan masyarakat merupakan suatu perjuangan, sehingga ini menjadi alasan yang membuat orang-orang mengabdi (Sanders dalam Nasdian 2014).

Dalam pengembangan masyarakat terdapat prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari perspektif ekologi dan keadilan sosial. Prinsip prinsip ini saling terkait dalam pelaksanaannya. Sulit sekali menjalankan satu prinsip tanpa mengaitkan dengan prinsip yang lainnya. Pemahaman terhadap prinsip ini perlu dilakukan agar dalam penerapan pengembangan masyarakat, seorang

community worker mempunyai orientasi yang tidak hanya bersifat pragmatis tetapi juga mempunyai visi jangka panjang (Nasdian 2014).

Pengembangan masyarakat (community development) sebagai suatu perencanaan sosial perlu berlandaskan pada asas-asas: (1) komunitas dilibatkan dalam setiap proses pengambilan keputusan; (2) mensinergikan strategi komprehensif pemerintah, pihak-pihak terkait (related parties), dan partisipasi warga; (3) membuka akses warga atas bantuan profesional, teknis, fasilitas, serta insentif lainnya agar meningkatkan partisipasi warga; dan (4) mengubah perilaku profesional agar lebih peka pada kebutuhan, perhatian, dan gagasan warga komunitas (Ife 1995).

Lebih lanjut Budimanta dan Rudito (2008) menyebutkan bahwa prinsip dasar pengembangan masyarakat (community development) yang bersumber dari dunia usaha dan pemerintah pada dasarnya masih memandang komuniti lokal sebagai obyek yang harus diperhatikan dan dirubah agar dapat setara kehidupannya dengan komuniti lain yang mandiri. Berbeda dengan pandangan pemerintah dan perusahaan, banyak anggapan dari komuniti lokal dan komuniti pendatang yang bukan industri melihat industri pertambangan sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan bahkan lebih merupakan suatu bencana. Anggapan ini didasari adanya posisi pemerintah dan dunia usaha (industri) adalah sebagain pendatang dengan kekuatan ekonomi dan politik yang mencari kehidupan di wilayah mereka.

(24)

(self-determination); (c) menghargai perbedaan dan keunikan individu; dan (d) Menekankan kerjasama klien (client partnership).

2. Membangun komunikasi yang: (a) menghormati martabat dan harga diri klien; (b) mempertimbangkan keragaman individu; (c) berfokus pada klien; dan (d) menjaga kerahasiaan klien.

3. Terlibat dalam pemecahan masalah yang: (a) memperkuat partisipasi klien dalam semua aspek proses pemecahan masalah; (b) menghargai hak-hak klien; (c) merangkai tantangan sebagai kesempatan belajar; dan (d) melibatkan klien dalam pembuatan keputusan dan evaluasi.

4. Merefleksi sikap nilai profesi pekerjaan sosial melalui: (a) ketaatan terhadap kode etik profesi; (b) Keterlibatan dalam pengembangan profesional, riset, dan perumusan kebijakan; (c) penerjemah kesulitan-kesulitan pribadi dalam isu-isu publik; dan (d) penghapusan segala bentuk diskriminasi dan ketidaksetaraan kesempatan.

Kemudian dipaparkan oleh Suharto (2010), bahwa pengembangan masyarakat (community development) mengekspresikan nilai-nilai keadilan, kesetaraan, akuntabilitas, kesempatan, pilihan, partisipasi, kerjasama, dan proses belajar yang berkelanjutan. Pendidikan, pendampingan dan pemberdayaan adalah inti dari pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat berkenaan dengan bagaimana mempengaruhi struktur dan relasi kekuasaan untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang mencegah orang beradaptasi dalam kegiatan-kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Disebutkan pula oleh Suharto (2010), bahwa tujuan pengembangan masyarakat adalah memberdayakan individu-individu dan kelompok-kelompok orang melalui penguatan kapasitas (termasuk kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan) yang diperlukan untuk mengubah kualitas kehidupan komunitas mereka. Kapasitas tersebut seringkali berkaitan dengan penguatan aspek ekonomi dan politik melalui pembentukan kelompok-kelompok sosial besar yang bekerja berdasarkan agenda bersama.

Pengembangan masyarakat secara umum diaktulisasikan dalam beberapa tahapan manajemen mulai dari perencanaan, pengkoordinasian, dan pengembangan berbagai langkah penanganan program atau proyek kemasyarakatan. Sebagai suatu kegiatan kolektif, pengembangan masyarakat melibatkan aktor seperti : pekerja sosial, masyarakat setempat, lembaga donor, serta para mitra terkait. Mereka bekerja sama dalam perencanaan, pelaksanaan sampai monitoring evaluasi program (Suharto dalam Zubaedi 2013).

(25)

Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR merupakan konsep yang terus berkembang namum belum memiliki sebuah defenisi standar maupun seperangkat kriteria spesifik yang diakui secara penuh oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Secara konseptual, CSR juga bersinggungan dan bahkan sering dipertukarkan dengan frasa lain, seperti

corporate rensponsibility, corporate sustainability, corporate accountabiity, corporate citizeship, dan corporate stewardship (Suharto 2010).

Lebih lanjut Suharto (2010) memaparkan bahwa CSR diterapkan pada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan (firm’s behavior), termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci:

1. Good corporate governance : etika bisnis, manajemen sumber daya manusia, jaminan sosial bagi pegawai negeri, serta kesehatan, dan keselamatan kerja. 2. Good corporate responsibility : pelestarian lingkungan, pengembangan

masyarakat (community development), perlindungan hak azasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya.

Perkembangan konsep CSR berjalan seiring dengan perkembangan konsep stakeholder. Adapun konsep stakeholder sendiri tidak dilepaskan perkembangannya dari adopsi pendekatan sistem ke dalam teori manajemen. Pengenalan terhadp konsep lingkungan organisasi perusahaan yang berkembang sejalan dengan berkembangnya pendekatan sistem dalam manajmen, telah mengubah cara pandang manajer dan para ahli teori manajmen terhadap organisasi, terutama mengenai bagaimana suatu organisasi perusahaan dapat mencapai tujuan secara efektif (Kartini 2009).

Freeman dalam Kartini (2009) mendefenisikan stakeholder sebagai “setiap kelompok individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan”. Pada awalnya yang dengan stakeholder mencakup para pemegang saham (stockholders), para karyawan (employees), para pelanggan (customers), para pemasok (suppliers), para pemberi pinjaman (landers) dan masyarakat luas (society).

Berdasarkan kaitannya dengan perusahaan, Jones dalam Kartini (2009) selanjutnya mengklasifikasikan stakeholders ke dalam dua kategori, yaitu:

1. Para pemangku kepentingan di dalam perusahaan (inside stakeholders), terdiri dari orang-orang yang memiliki kepentingan dan tuntutan terhadap sumberdaya perusahaan serta berada di dalam organisasi perusahaan. Yang termasuk ke dalam kategori inside stakeholders adalah pemegang saham (stockholders), para manajer (managers), dan karyawan (employees).

(26)

Dalam menjalankan tanggungjawab sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Dengan perolehan laba yang memadai, perusahaan dapat membagi deviden kepada pemegang saham, memberi imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, membayar pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada masyarakat (Susiloadi 2008).

Dalam menjalankan aktivitas CSR tidak ada standar atau praktik-praktik tertentu yang dianggap terbaik. Setiap perusahaan memiliki karakteritik dan situasi yang unik yang berpengaruh terhadap bagaimana mereka memandang tanggung jawab sosial. Model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagai berikut (Susiloadi 2008):

1. CSR bisa dilaksanakan secara langsung oleh perusahaan. Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, perusahaan bisa menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas divisi human resource development atau public relations.

2. CSR bisa pula dilaksanakan oleh yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan atau groupnya. Perusahaan mendirikan yayasan atau organisasi sosial sendiri di bawah perusahaan atau group-nya yang dibentuk terpisah dari organisasi induk perusahaan namun tetap harus bertanggung jawab ke CEO atau ke dewan direksi. Model ini merupakan adopsi yang lazim dilakukan di negara maju. Disini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan untuk operasional yayasan. 3. Sebagian besar perusahaan di Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama

atau bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi, LSM, atau lembaga konsultan baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Beberapa perusahaan bergabung dalam sebuah konsorsium untuk secara bersamasama menjalankan CSR. Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya akan secara proaktif mencari kerjasama dari berbagai kalangan dan kemudian mengembangkan program yang telah disepakati.

(27)

sebuah langkah strategis untuk meningkatkan kinerja perusahaan dalam menjaga keberlangsungan usaha, terutama bagi investasi jangka panjang industri pertambangan. (Laporan Comdev PTNNT 2012).

Kebijakan Ketahanan Pangan

Strategi yang selama ini dianut dalam pembangunan pertanian adalah membangun ketahanan pangan (food security). Ketahanan pangan didefinisikan sebagai akses fisik dan ekonomi semua orang terhadap pangan secara cukup, aman, dan bergizi pada setiap waktu untuk hidup aktif, sehat, dan produktif (Swastika 2011).

Dengan menggunakan konsep ketahanan pangan, suatu negara bisa saja mencapai tingkat ketahanan pangan yang baik diukur dari tingkat ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, walaupun kebutuhan pangan tersebut terpenuhi dengan cara membeli produk impor. Jelas terlihat bahwa bagi negara, kecukupan pangan yang menjamin bahwa setiap individu akan mampu hidup sehat dan aktif saja mestinya tidak cukup. Karena itu muncul konsep kemandirian pangan yang memberikan penekanan pada pentingnya melepaskan diri dari ketergantungan terhadap produk impor. Konsep kemandirian pangan menitikberatkan pada pentingnya pemenuhan pangan yang berbasis pada sumberdaya lokal. Dalam hal ini, konsep kemandirian pangan menuntut pemerintah untuk membangun ketahanan pangan yang berbasiskan kekuatan dan keunikan sumber daya lokal sehingga terciptalah kemandirian pangan (Hariyadi 2011).

Lebih lanjut Hariyadi (2011) memaparkan bahwa bagi banyak pihak, konsep kemandirian pangan ini masih menyisahkan kerisauan, khususnya yang berkaitan dengan tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam upaya kemandirian pangan. Keterlibatan segenap unsur masyarakat dalam mengelola sumber daya lokal yang berkontribusi pada kemandirian pangan menjadi faktor penting dalam membangun kemandirian pangan sehingga terlahirlah kedaulatan pangan. Dengan demikian, kedaulatan pangan tidak hanya menekankan pada sumber daya lokal sebagai basis pemenuhan kebutuhan pangan, tetapi juga menekankan pada peranan masyarakat lokal. Keterlibatan aktif masyarakat lokal diyakini akan menjadikan lingkungan sekitar dan kondisi sosial-budaya serta politik pangan masyarakat lokal lebih berkembang. Jadi, konsep kedaulatan pangan tidak semata menitikberatkan pada tercapainya kondisi kecukupan pangan agar setiap individu mampu hidup sehat dan aktif, tetapi juga setiap individu dalam masyarakat harus mampu mencapai tingkat kesejahteraan yang memadai.

(28)

Tabel 1 Perbandingan indikator ketahanan pangan, kemandirian pangan dan Defenisi Adalah kondisi terpenuhinya

pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,aman, merata, dan terjangkau

Adalah Kemampuan produksi pangan dalam negeri yang disukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup ditingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam mulai dengan keragaman lokal.

Adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menetukan sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal

Indikator impor sarana produksi pangan (benih, pupuk, mesin-mesin, dll)

• Tingkat ketergantungan impor pangan

Tingkat

ketergantungan impor sarana produksi pangan (benih, pupuk, masyarakat petani, nelayan, dan peternak

Sumber: Riset dan Teknologi Pendukung Peningkatan Kedaulatan Ketahanan Pangan (Hariyadi 2011)

(29)

pangan, serta mampu mengatasi kendala dalam mewujudkan ketahanan pangan dengan (Bappeda KSB 2012):

1. Memanfaatkan potensi dari keragaman sumberdaya lokal untuk peningkatan ketersediaan pangan, dengan memanfaatkan teknologi spesifik lokasi dan ramah lingkungan.

2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu dalam mengkonsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan cita rasa dan citra pangan khas daerah/Indonesia serta pengembangan produk dan mutu produk pangan bergizi.

3. Mengembangkan perdagangan/pemasaran pangan regional dan antar daerah untuk menjamin pasokan dan ketersediaan pangan yang terjangkau oleh masyarakat.

4. Memanfaatkan pasar pangan secara bijaksana bagi pemenuhan konsumen yang beragam.

5. Memberikan jaminan akses yang lebih baik bagi masyarakat miskin perkotaan dan pedesaan atas pangan yang bersifat pokok.

Menyadari adanya permasalahan dalam mewujudkan pemantapan ketahanan pangan daerah dan Nasional, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat terus melakukan koordinasi/ konsultasi dengan pemerintah provinsi dan pusat sehingga secara terprogram dan terencana terus meningkatkan anggaran dalam pembangunan ketahanan pangan. Dalam pelaksanaan program pembangunan ketahanan pangan, Pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat melalui Badan Ketahanan Pangan dan instansi terkait lainnya, melaksanakan kegiatan skala prioritas yaitu (Buletin Suara KTC 2012):

1. Menyusun/membuat peta kerawanan pangan (Food Insecurity Atlas/FIA) guna mendukung lokasi pengembangan Desa Mandiri Pangan.

2. Stabilitas harga komoditas primer (gabah/beras) melalui DPM-LUEP, LDPM. 3. Percepatan diversifikasi konsumsi pangan dan penanganan daerah rawan

pangan.

4. Pemantapan Kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan.

Masih dikutip dari Buletin Suara KTC (2012), ketahanan pangan dihasilkan oleh suatu sistem pangan yang terdiri atas: (1) Ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh penduduk Kabupaten Sumbawa Barat; (2) Distribusi pangan yang lancar dan merata; dan (3) Konsumsi pangan untuk setiap individu yang memenuhi kecukupan gizi dan kaidah kesehatan.

Untuk mewujudkan kondisi ketahanan pangan yang mantap, maka dalam pelaksanaan program harus memfokuskan pada lima fundamental penanganan pertanian yaitu (Bappeda KSB 2012):

1. Pembangunan/perbaikan infrastruktur perbenihan, riset, lembaga penangkar benih dan sebagainya.

2. Penguatan kelembagaan petani melalui pertumbuhan dan penguatan kelompok tani dan gabungan kelompok tani (gapoktan);

3. Perbaikan penyuluhan melalui penguatan lembaga penyuluhan dan tenaga penyuluh.

4. Perbaikan pembiayaan pertanian melalui perluasan akses petani ke sistem pembiayaan.

(30)

Program pembangunan pemantapan ketahanan pangan Kabupaten Sumbawa Barat bertujuan memberdayakan aparat dan masyarakat agar mampu memaksimalkan pemantapan sumber daya serta dapat mengatasi kendala-kendala dalam mewujudkan ketahanan pangan dengan cara (Bappeda KSB 2012):

1. Memantapkan ketersediaan pangan dengan memaksimalkan sumber daya yang dimiliki secara berkelanjutan.

2. Memantapkan kelancaran distribusi pangan untuk menjamin stabilitas pasokan pangan secara merata dan terjangkau daya akses pangan masyarakat. 3. Meningkatkan percepatan diversifikasi konsumsi pangan.

4. Mencegah dan menaggulangi kerawanan pangan.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian latar belakang dan kajian teori yang telah disampaikan, maka dalam penelitian ini dapat dibangun sebuah kerangka pemikiran pelitian seperti disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pemikiran sinergi Comdev PTNNT untuk memperkuat ketahanan pangan beras KSB

Kebijakan

Meningkatkan saranan dan sarana pertanian

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani

Meningkatkan produksi pertanian

Mudahnya pemasaran produksi pertanian

(31)

METODE KAJIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Waktu kajian dimulai Maret 2012 sampai Desember 2013. Cakupan lokasi kajian ini adalah Kabupaten Sumbawa Barat yang terbagi menjadi dua wilayah kajian sebagai berikut: (1) Desa yang menjadi sasaran utama program Comdev sektor pertanian PTNNT (daerah lingkar tambang) yaitu Desa Sekongkang Atas, Desa Tongo, Desa Aik Kangkung, Desa Benete, dan Desa Goa; serta (2) Desa yang ada di luar lingkar tambang PTNNT, yaitu Desa Tepas Kecamatan Brang Rea.

Pendekatan Kualitatif

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam kajian ini adalah metode penelitian kualitatif yang didukung oleh data kuantiatif.

Proses dan Pengumpulan Data Kualitatif

Dalam penelitian ini ada 2 jenis data yang akan digunakan, yaitu data Primer dan Sekunder. Data primer merupakan data yang langsung didapatkan dari sumber informasi yang merupakan informan dalam penelitian ini, diharapkan akan diperoleh informasi yang asli, akurat, dan terpercaya untuk menjawab permasalahan penelitian. Data-data tersebut antara lain dapat berupa data naratif, deskriptif, dalam kata-kata informan, dokumen pribadi dan catatan lapangan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain selain informan, yang sangat terkait dengan penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder yang diperlukan oleh peneliti antara lain berupa: data jumlah penduduk KSB, tingkat produksi, konsumsi beras, dan data tekait pelaksanaan program Comdev PTNNT sektor pertanian, dan dokumen-dokumen pendukung lainnya yang diperlukan. Pendekatan kualitatif, menggunakan empat metode penggalian data yaitu:

1) Studi Dokumen

Pengumpulan data dan informasi yang relevan dari pengkajian terhadap dokumen yang relevan dengan implementasi Comdev PTNNT sektor Pertanian dan Kebijakan Ketahanan Pangan KSB.

2) Focus Group Discussion (FGD);

Merupakan metode partisipatif untuk menggali data dan informasi dari stakeholder yang relevan dengan implementasi Comdev PTNNT sektor Pertanian dan Kebijakan Ketahanan Pangan KSB. Penggalian data panduan pertanyaan yang bersifat key question dan dikembangkan berdasarkan dinamika permasalahan yang mengemuka selama FGD berlangsung. ada tiga pihak, yaitu:

a. Pihak PTNNT:

(32)

b. Pihak Pemerintah Daerah KSB:

• Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) • Dinas Pertanian

• Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Pertanian (Hutbuntan) • Desa (Kepala Desa).

c. Pihak masyarakat;

Informan terdiri dari unsur tokoh-tokoh masyarakat dan kelompok tani yang ada di tiga Kecamatan yang menjadi sasaran utama Comdev PTNNT dan perwakilan dari daerah luag sasaran program Comdev PTNNT.

3) Wawancara mendalam (indepth interview);

Merupakan bagian dari pendekatan kualitatif untuk memperoleh infomasi tentang pengalaman, pendapat, perasaan, dan hal-hal subyektif lainnya dari berbagai kategori informan atau stakeholder terkait implementasi Comdev PTNNT sektor Pertanian dan Kebijakan Ketahanan Pangan KSB. Penentuan Informan adalah para pihak yang secara langsung berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dan berkompeten untuk menjawab permasalahan penelitian. Terdapat tiga kelompok stakeholder yang menjadi informan dalam wawancara mendalam, sama seperti stakeholder yang terlibat dalam FGD.

4) Observasi lapangan.

Pengumpulan data dan informasi dengan melakukan kunjungan dan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti

Pengolahan dan Analisis Data Kualitatif

Pengolahan data kualitatif dimasudkan untuk memahami dan mengamati secara lebih mendalam dan pengungkapan secara detail susuai tujuan kajian. Pengolahan dan analisis data dengan pendekatan kualitatif mengacu pada kerja yang diberikan Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011). Data yang didapatkan dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga jalur analisis, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Gambar 2).

Gambar 2 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)

Sumber: Sugiyono (2011).

Pengumpulan Data

Data Collection Penyajian Data

Reduksi Data Data

(33)

Pendekatan Kuantitatif

Pengumpulan dan Analisa data Kuantitatif

Pengumpulan data kuantitatif ini menggunakan metode pengumpulan data Studi dokumen yaitu metode atau kegiatan penggalian data yang dilakukan untuk memperoleh informasi dan data skunder yang dibutuhkan untuk kepentingan kegiatan evaluasi Comdev PTNNT, Ketahanam pangan KSB, dan juga untuk mengestimasi kebutuhan pangan beras KSB pada beberapa tahun ke depan berdasarkan asumsi kebutuhan beras “standar kemiskinan” rujukan BPS. Data sekunder yang dibutuhkan tersebut diperoleh dari PTNNT dan Instansi pemerintah seperti Dinas Pertanian perkebunan dan kehutanan KSB, Bappeda KSB, BPS, Badan Ketahanan Pangan KSB serta kantor kecamatan dan desa.

Jenis data sekunder yang diperlukan oleh peneliti antara lain berupa: data jumlah penduduk KSB, tingkat produksi dan konsumsi beras, data luas lahan sawah, teknologi yang digunakan, sarana dan prasarana, data-data lainnya tekait pelaksanaan program Comdev PTNNT sektor pertanian dan Kebijakan Ketahanan Pangan KSB, serta dokumen-dokumen pendukung lainnya yang diperlukan.

Analisa data sekunder merujuk pada dokumen yang dibutuhkan. Pengolahan data statistik menggunakan Program Excel dan tabulasi tabel silang untuk menemukan apa yang penting dan patut dipelajari serta mengambil kesimpulan.

Perancangan Strategi dan Program serta Penetapan Rencana Tindak

Lanjut (Road map)

Metode Penyusunan Strategi dan Program serta penetapan Road map

Strategi adalah ilmu dan seni dalam memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Kolopaking 2013). Penyusunan strategy dilakukan melalui forum FGD untuk pengumpulan data sebagai masukan menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats), yang merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor kritis dalam suatu organisasi dengan sistimatis dalam rangka merumuskan berbagai strategy. Metode analisis ini didasarkan pada logika untuk dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan memanfaatkan peluang (opportunities), dengan secara bersamaan juga dapat meminimalkan dampak kelemahan (weaknesses) dan mengantisipasi ancaman (threats) (Rangkuti 2011).

(34)

Tabel 2 Matriks Analisis SWOT

Selanjutnya temuan strategi dari analisis SWOT digunakan untuk menyusun program/kegiatan dalam memperkuat kebijakan ketahanan pangan beras KSB. Tahap terakhir adalah pengembangan rencana tindak lanjut (road map) periode 3 tahun berdasarkan tahapan usaha tani padi di KSB (Pra tanam, Produksi, dan Pasca panen). Penyusunan Road map mengacu pada temuan strategy yang telah disusun dari hasil analisis SWOT.

Partisipan Penyusunan Strategi melalui FGD

Kegiatan perancangan akan dilakukan dalam sebuah forum diskusi terbatas (FGD) dengan melibatkan berbagai stakeholder sebagai participant : 1. Bappeda

2. Dinas Kehutanan Perkebunan dan Pertanian (Hutbuntan)

3. Badan Ketahanan Pangan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BKP5K).

4. Kades.

5. Kelompok Tani,

(35)

PROFIL KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Kondisi Geografis dan Sumber Daya Alam

Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) terletak di ujung barat Pulau Sumbawa, pada posisi antara 08”29’ dan 9”07’ Lintang Selatan dan antara 116”42’-117”05’ Bujur Timur, dibatasi oleh Selat Alas di sebelah barat, Samudra Indonesia di bagian selatan dan Kabupaten Sumbawa di sebelah utara dan timur.

Gambar 3 Peta Kabupaten Sumbawa Barat

Keadaan topografi wilayah KSB cukup beragam, mulai dari datar, bergelombang curam sampai sangat curam dengan ketinggian berkisar antara 0 hingga 1.730 meter dari permukaan laut (mdpl). Ketinggian untuk kota-kota kecamatan di KSB berkisar antara 3 sampai 37 mdpl. Sebaran topografi meliputi dataran seluas 21.822 hektar (11,80%), bergelombang seluas 16.369 hektar (8,83%), curam seluas 53,609 hektar (28,999%), dan sangat curam seluas 93.102 hektar (50,35%). Adapun jenis tanah dominan jenis entisol dan campuran litosol. Gambaran Topografi wilayah KSB disajikan dalam Grafik 1.

Grafik 1 Topografi wilayah KSB

11,8 %

8,83 %

28,99 % 50,35 %

Grafik 1 Topografi dan luas wilayah KSB

(36)

Luas KSB sekitar 1.849.02 km2 atau 184.902 ha. Sejak awal terbentuknya pada tahun 2003, secara administratif terdiri dari lima kecamatan yakni Kecamatan Jereweh, Kecamatan Taliwang, Kecamatan Sekongkang, Kecamatan Seteluk dan Kecamatan Brang Rea. Kemudian pada tahun 2008, dimekarkan menjadi 8 (delapan) Kecamatan, 65 desa/kelurahan dan 212 dusun. Dari delapan kecamatan tersebut, kecamatan yang paling luas yakni Kecamatan Taliwang sebesar 20,33 persen, diikuti oleh Kecamatan Sekongkang sebesar 20,14 persen. Sedangkan wilayah kecamatan yang paling sempit yakni kecamatan Maluk sebesar 5,00 persen Detail pembagian wilayah administratif disajikan pada Tabel 3

Tabel 3 Pembagian wilayah administrasi, luas wilayah dan ketinggian masing-masing wilayah Kecamatan

Nama Kecamatan Ibu Kota

Kecamatan

Desa / Kelura-han

Jumlah Dusun

Wilayah Jarak dari kota

Kabupaten (Km)

Luas (Km2) (%)

1. Sekongkang Sekongkang B 7 21 372,42 20,14 41,70

2. Jereweh Beru 4 15 260,19 14,07 18,90

3. Maluk Benete 5 17 92,42 5,00 29,70

4. Taliwang Kuang 15 52 375,93 20,33 0

5. Brang Ene Manemeng 6 18 140,90 7,62 4,30

6. Brang Rea Tepas 9 32 212,07 11,47 9,20

7. Seteluk Seteluk Tengah 10 32 236,21 12,77 16,20

8. Poto Tano Senayan 8 25 158,88 8,59 21,70

Jumlah 64 212 1. 849,02 100

Sumber : KSB dalam angka tahun 2011

Iklim di KSB menurut klasifikasi Schmid dan Ferguson, berada pada iklim Tipe D dan E termasuk iklim tropis dengan temperatur udara 210 – 340 C. Pada tahun 2010, curah hujan menunjukkan kisaran antara 2 mm – 300 mm pertahun, sementara sebaran bulan basah terjadi antara bulan Oktober sampai Mei sedangkan bulan lainnya curah hujan cukup rendah (musim kemarau). Rata-rata curah hujan setiap bulan pada tahun 2010 mencapai 93 mm dengan curah hujan tertinggi sebesar 300 mm pada bulan November dan curah hujan terendah terjadi di bulan Juli sebesar 0 (puncak musim kemarau). Total hari hujan pada tahun 2009 sebanyak 95 hari dengan rata-rata per bulan 7,92 hari, sedang total curah hujan sebesar 2.156 mm atau rata-rata per bulan 179,66 mm (BPS KSB, 2010). Keadaan tersebut menunjukkan bahwa KSB merupakan daerah kering, sehingga ketersediaan air merupakan faktor pembatas untuk pengembangan kegiatan ekonomi, terutama pertanian.

(37)

dari luas wilayah. Sedangkan tingginya persentase luas tanah yang termasuk dalam klasifikasi curam di KSB menyebabkan persentase wilayah yang dapat digunakan sebagai lahan produktif terutama untuk pertanian menjadi relatif sedikit/terbatas.

Sebaran penggunaan lahan sawah di KSB tahun 2010 meliputi lahan sawah mencapai 5,09 persen terbagi menjadi lahan sawah irigasi teknis dan irigasi setengah setengah teknis, dan lahan kering mencapai 94,91 persen yang sebagian besar berupa hutan negara. Perkembangan penggunaan lahan selama periode tahun 2006 – 2010, luas lahan sawah meningkat rata-rata 1,32 persen per tahun disebabkan adanya pembangunan prasarana irigasi baru, sebaliknya luas lahan kering menurun rata-rata 0,07 persen per tahun.

Lahan sawah, baik sawah irigasi maupun sawah tadah hujan umumnya dimanfaatakan untuk usaha tani padi dan palawija. Lahan kering yang digunakan untuk kegiatan pertanian dalam arti luas berupa: tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, ditanami pohon/hutan rakyat, hutan negara, padang rumput/pengembalaan, tambak, dan kolam/tebat/empang, belum dimanfaatkan secara intensif untuk pengusahaan berbagai jenis komoditas pertanian dan perikanan, sedang pemeliharaan ternak umumnya dilakukan secara ekstensif. Adapun luasan lahan berdasarkan penggunaannya di masing-masing wilayah kecamatan disajikan pada Tabel 4 .

Tabel 4 Luas lahan menurut kecamatan dan penggunaan di Kabupaten Sumbawa Barat tahun 2010

Jenis Lahan Jenis Lahan Sawah dengan Lahan

Sumber : KSB dalam angka tahun 2011

(38)

menurun sebesar 5 ha dan sawah tadah hujan menurun sebesar 195 ha. Hal ini menunjukan dalam satu tahun terjadi perubahan pengembangan usaha tani melalui perbaikan sistem irigasi dan berkurangnya jumlah lahan tadah hujan.

Penggunaan lahan bukan sawah atau lahan kering sebagian besar berupa hutan negara sekitar 126.261 ha. Jika dibandingkan tahun 2009, hutan Negara berkurang sebesar 6,32 persen (11.704 ha), hal ini menandakan adanya sebagian hutan yang mengalami perubahan fungsi. Sedangkan pekarangan/lahan bangunan dan halaman sekitarnya pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 1175 ha atau meningkat sebesar 127 ha.

Penduduk dan Angkatan Kerja

Hasil survei sosial ekonomi nasional tahun 2009 menunjukan jumlah penduduk di KSB tercatat 101.089 jiwa kemudian mengalami peningkatan sebesar 2,73 persen, menjadi 114.951 pada tahun 2010 jiwa dan terdiri dari laki-laki 58.274 jiwa dan perempuan 56.677 jiwa. Penyebaran penduduk di KSB belum merata. Konsentrasi penduduk dominan (38,40%) berada Kecamatan Taliwang yang menjadi ibukota kabupaten sedangkan sisanya tersebar di tujuh kecamatan lainnya. Berdasarkan data BPS KSB tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk paling banyak berada di Kecamatan Taliwang sebesar 38,40 persen dan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Brang Ene sebesar 4,43 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, rata-rata anggota rumah tangga dan kepadatan penduduk di masing-masing kecamatan.

Kecamatan

District

Luas Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Rumah

Keterangan *) ART = Anggota Rumah Tangga

(39)

PT NNT sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang untuk tinggal dan bermukim di wilayah tersebut. Rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 3,9 orang, yang paling kecil berada di Kecamatan Maluk sebesar 3,4 dan rata-rata jumlah anggota rumah tangga yang paling tinggi sebesar 4,1 berada di Kecamatan Poto Tano, Brang Rea dan Kecamatan Jereweh.

Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk usia kerja yang berumur 15 tahun ke atas sekitar 85.902 orang atau 74,73 persen dari total penduduk. Dari seluruh penduduk usia kerja tersebut 66,44 persen diantaranya termasuk angkatan kerja, sedangkan 33,56 persen sisanya termasuk bukan angkatan kerja yaitu penduduk yang tidak melakukkan aktifitas ekonomi baik karena sekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya.

Tahun 2010 angkatan kerja yang bekerja mencapai 93,46 persen, dengan proporsi pekerja laki-laki sebanyak 65,61 persen dan pekerja perempuan sebesar 34,39 persen. Tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,54 persen dan sebagian dari pengangguran tersebut tidak mempunyai pengalaman kerja sama sekali. Dilihat dari komposisi menurut tingkat pendidikan, 64,78 persen merupakan penganggur terdidik minimal mempunyai ijazah tamat SMA. Dari jumlah tersebut, pengangguran dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dari pada perempuan dengan persentase masing-masing sebesar 54,17 persen dan 45,83 persen.

Menurut tempat tinggal, lebih dari 73,39 persen penduduk yang menganggur bertempat tinggal di daerah perdesaan. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas (78,21 %) pekerja disektor pertanian berpendidikan SD kebawah. Dilihat dari tempat tinggalnya, para pekerja yang bertempat tinggal di daerah perkotaan mayoritas bekerja disektor jasa sebesar 32 persen dan perdagangan sebesar 21 persen. Sedangkan mereka yang tinggal di daerah perdesaan sebesar 41 persen bekerja di sektor pertanian.

Bagi sebagian masyarakat juga bekerja ke luar negeri menjadi alternatif karena menjanjikan penghasilan yang lebih besar. Pada tahun 2010 jumlah yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sebanyak 1.043 orang. Dari jumlah tersebut, tingkat pendidikannya, hanya menamatkan sekolah sampai SMP kebawah mencapai 93,48 persen.

Adapun rasio beban ketergantungan pada tahun 2010 sekitar 56,74 per 100 penduduk usia produktif, angka tersebut tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan kondisi tahun 2009 dimana setiap penduduk usia produktif menanggung 55,73 penduduk usia non produktif.

Struktur Sosial Komunitas

Nilai dan Norma Sosial

(40)

lingkar tambang PTNNT muncul menjadi arena interaksi sosial yang sangat dinamis dan berpengaruh terhadap sistem norma masyarakat lokal. Pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi tersebut, baik interaksi antar individu, kelompok atau antar masyarakat masing-masing membawa sistem budaya dan sistem norma masing-masing, sehingga interaksi sosial tersebut pada hakekatnya adalah interaksi budaya yang secara aktual tercermin dalam pola-pola tingkah laku. Oleh sebab itu, pola-pola tingkah laku dimaksud dapat diamati pada berbagai domain kehidupan manusia, baik sebagai individu, kelompok, atau masyarakat dan terkespresi dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik.

Pranata sosial dalam kelembagaan masyarakat di wilayah lingkar tambang PTNNT terbentuk secara alamiah (kultural), dimana nilai dan norma yang ada dalam komunitas menjadi tata kelakuan dalam kehidupan sehari-hari. Pola hubungan sehari-hari didasarkan pada prinsip gotong royong dan rasa senasib sepenaggungan. Nilai dan norma yang mengkultur dalam kelembagaan masyarakat adalah nilai-nilai Islami (sebagian besar masyarakat lingkar tambang PTNNT beragama Islam), kegotongroyongan, hingga kini masih berjalan. Nilai dan norma tersebut membentuk tradisi yang mengikat tata kelakuan warga sehari-hari.

Jaringan dan Dinamika Sosial

Prinsip dasar yang dikembangkan dalam membangun masyarakat daerah lingkar tambang PTNNT adalah membangun hubungan dengan PTNNT dan Program Pemerintah. Dalam proses membangun hubungan tersebut kemudian terbentuklah relasi antara perusahaan dengan berbagai kelompok baik di tingkat pemerintah maupun di tingkat masyarakat. Disadari bahwa aktivitas PTNNT secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh sosial, ekonomi dan lingkungan bagi kehidupan masyarakat lingkar tambang. Program Comdev PTNNT dalam berbagai bidang selalu menjadi orientasi dan referensi serta katalisotor dalam peningkatan penghidupan masyarakat di lingkar tambang PTNNT.

Kemudian faktor sosial budaya, karakteristik lokal, arus informasi, dan ketergantungan yang tinggi terhadap operasi PTNNT cukup menentukan dinamika sosial yang terjadi pada komunitas lingkar tambang PTNNT. Menyikapi hal tersebut, pola pendekatan yang tidak tepat dan sikap individu dari pihak perusahaan dalam mengurangi implikasi negatif terhadap dinamika yang terjadi terkadang berakibat sebaliknya. Selain itu, sikap memaksakan kepentingan dari sejumlah pemangku kepentingan seringkali mempersulit penyelesaian masalah. Hal itu dapat dipicu oleh ekspektasi dan keragaman kepentingan kelompok yang berakibatakibatnya timbul kelompok-kelompok yang tidak puas.

Gambar

Tabel 24 Sinergitas program Comdev PTNNT sektor pertanian dan
Tabel 1  Perbandingan indikator ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan
Gambar 1 Kerangka  pemikiran sinergi  Comdev  PTNNT untuk  memperkuat
Gambar 2 Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara konsep Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) yang dilaksanakan BUMN tidak jauh berbeda dengan kegiatan-kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan

Hubungan yang terjadi pada lantrak pemerintah adalah hubungan hukum yang bersifat privat, sehingga penyelesaian sengketa iasa konstruksi masuk dalam ,onih hukum

Diharapkan telkom speedy hendaknya lebih memperhatikan variabel sales promotion karena dalam penelitian ini merupakan variabel yang paling kecil dalam mempengaruhi

Sedangkan di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 ini pengaturannya itu sudah jelas sekali, subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan lain sebagainya, selama itu Saudara

Perbaikan kualitas yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode Taguchi, dimana pada metode Taguchi penulis melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi

2 tahun 1992 tentang usaha Perasuransian (“UU Asuransi”), Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung

 Saling tukar informasi tentang materi tujuan dan esensi karya ilmiah dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh sebuah pengetahuan