• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

B. Tingkat pendidikan

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, jenjang pendidikan

adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat

perkembangan peserta didik, tujuan yang ingin dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pada bab VI menjelaskan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

1. Pendidikan dasar

Pendidikan dasar dijabarkan dalam pasal 17 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Pendidikan dasar adalah pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarkan program pendididkan 6 tahun terdiri atas Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), sedangkan bentuk satuan program pendidikan 3 tahun setelah 6 tahun adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.

2. Pendidikan menengah

Pendidikan menengah dijabarkan dalam pasal 18 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional N0. 20 Tahun 2003. Pendidikan menengah adalah lanjutan pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Bentuk satuan pendidikan menengah terdiri atas Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah umum adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada

jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan

3. Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi dijabarkan dalam pasal 19 dan pasal 20 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional N0. 20 Tahun 2003. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister spesialis, doktor yang

disediakan oleh pergururan tinggi. Satuan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas. C. Kondisi sosial - ekonomi

Kondisi sosial selalu mengalami perubahan melalui proses sosial. Proses sosial merupakan interaksi sosial yang terjadi karena adanya saling mengerti masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Interaksi sosial terjadi antar individu, antar kelompok, dan antar individu dengan kelompok (Abdulsyani, 2002: 153).

Ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam upayanya untuk mencapai tingkat kepuasan yang maksimal dalam memenuhi kebutuhan (Sriyadi, 2001: 2).

Menurut Badan penelitian dan pengembangan (2000: 22) Indikator kondisi sosial-ekonomi antara lain:

1. Umur

Umur merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi.

2. Jumlah anak

Jumlah tanggungan anak yaitu jumlah anak usia sekolah yang menjadi tanggung jawab orang tua. Semakin banyak tanggungan orang berarti semakin tinggi pula kebutuhan ekonomi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

3. Status perkawinan

Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di dunia ini berkembangbiak. Status perkawinan dapat dikelompokkan menjadi belum kawin, kawin, cerai, duda atau janda. Status perkawianan yang dimaksud adalah status perkawinan nelayan.

4. Pekerjaan/ mata pencaharian

Mata pencaharian merupakan jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh penduduk masyarakat. Kerja keras yang dilakukan dalam bekerja akan mendapat penghasilan atau pendapatan sehingga dapat mempertahankan kehidupannya. Mata pencaharian seseorang juga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan yang diterima. Jenis pekerjaan atau mata pencaharian bermacam-macam sehingga masyarakat dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.

Berbagai macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sambilan. Mata pencaharian penduduk dalam penelitian ini adalah penduduk yang bekerja sebagai nelayan, baik itu pekerjaan sambilan ataupun menjadi pekerjaan pokok.

5. Pendapatan

Seseorang yang telah bekerja akan memperoleh hasil kerjanya yang disebut sebagai upah atau gaji. Pada dasarnya sistem pengupahan terdiri dari 3 prinsip, yaitu pemberian imbalan atau nilai kerja, penyediaan investasi, dan jaminan kebutuhan hidup.

Setiap daerah mempunyai UMR (upah minimum regional) sesuai dengan kebutuhan dan tingkat konsumsi masing-masing daerah. Apabila penduduk daerah tersebutmempunyai rata-rata pendapatan perbulan > UMR tergolong tinggi dan < UMR tergolong rendah (Nurhidayah, 2007: 77). Berdasarkan survey dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009, tingkat pendapatan rumah tangga di pedesaaan berdasarkan pengeluaran setiap bulan dari penduduk, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Tabel 2. Klasifikasi Pendapatan

No Klasifikasi pendapatan Jumlah pendapatan

1. Pendapatan tinggi > Rp. 1.370.000

2. Pendapatan menengah antara Rp. 1.075.000,- – < Rp. 1.370.000,-

3. Pendapatan sedang antara Rp. 780.000,- - < Rp. 1.075.000,-

4. Pendapatan rendah < Rp. 780.000,-

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2009. 6. Jenis tempat tinggalnya

Menurut Kaare dalam Irawati (2004: 12) untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dapat dilihat dari rumah tempat tinggalnya.

a. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.

b. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu. Keluarga yang kondisi ekonominya tinggi, pada umumnya menempati

rumah permanen, sedangkan keluarga yang keadaan ekonominya menengah kebawah menggunakan semi permanen atau tidak permanen. c. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati

pada umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya. 7. Pemilikan kekayaan

Pemilikan kekayaan adalah kekayaan dalam bentuk barang-barang yang masih bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya. Kekayaan itu antara lain:

a. Barang-barang berharga

Pemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas, dan lain-lain dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat (Abdulsyani, 2002: 86). Kekayaan berupa barang-barang menunjukkan kondisi sosial ekonomi seseorang. Orang tua yang mempunyai pemilikan kekayaan yang lebih banyak akan mempunyai kemampuan yang lebih untuk mensejahterakan pendidikan anaknya.

b. Jenis-jenis kendaraan pribadi

Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi rendahnya kondisi sosial ekonomi seseorang. Seseorang yang mempunyai mobil akan lebih tinggi kondisi sosial ekonominya dibandingkan dengan yang hanya mempunyai sepeda motor.

Jadi, kondisi sosial ekonomi seseorang dapat diukur dengan pemilikan kekayaan baik berupa barang-barang maupun kendaraan, dan lain sebagainya.

Kondisi sosial ekonomi orang tua sangat mempengaruhi pendidikan anak. Berdasarkan penelitian sebelumnya dikatakan bahwa tingkat kondisi sosial ekonomi orang tua yang lebih tinggi, pendidikan anaknya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi orang tua yang rendah (Andriyani, 2010).

D. Belajar

Belajar merupakan proses penting dalam perubahan perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia (Anni, 2007: 2).

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar merupakan proses mental yang terjadi pada diri seseorang sehingga menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Berhasil atau tidaknya seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor .

Menurut Slameto (2003: 60) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi 2, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1. Faktor intern, faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

2. Faktor ekstern, faktor yang ada di luar individu yaitu faktor lingkungan, meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

Faktor keluarga adalah faktor yang berpengaruh terhadap anak (siswa) yang belajar berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga,

suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

a. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya, karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama. Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar dapat menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya. Bimbingan dan penyuluhan orang tua memegang peranan penting terhadap pendidikan anak. Oleh karena itu keterlibatan orang tua sangat mempengaruhi keberhasilan anak.

b. Relasi antara anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara orang tua dengan anak. Selain itu relasi antara anak dengan saudaranya atau anggota keluarga yang lain juga turut mempengaruhi belajar anak. Relasi yang baik di dalam keluarga akan membantu dalam kelancaran dan keberhasilan anak. Pemberian pengertian dan kasih sayang yang penuh terhadap anak dapat menjadi cara untuk mensukseskan belajar anak. c. Suasana rumah tangga

Suasana rumah tangga dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kejadian yang sering terjadi di lingkungan keluarga dimana anak berada

dan belajar. Rumah yang sering dipakai untuk acara berkumpul atau sering dipakai keperluan-keperluan akan menganggu belajar anak. Akan berbeda jika suasana rumah tenang dan tentram, anak akan betah dirumah dan dapat belajar dengan baik.

d. Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya tetapi juga kebutuhan akan fasilitas-fasilitas yang mendukung belajar anak, seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, buku-buku, dan lain sebagainya. Untuk mendukung belajar anak, diusahakan kebutuhan anak dapat tercukupi dengan baik.

e. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Terkadang anak mengalami patah semangat maka orang tua wajib memberikan semangat dan dorongan, serta membantu kesulitan anak.

f. Latar belakang kebudayaan.

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak dalam belajar. E. Masyarakat nelayan

Masyarakat menurut Mc Koachie dan Doyle (dalam Mudiyastuti, 2004: 11) adalah sekelompok manusia yang bergantung satu sama lain dan

yang telah memperkembangkan pola organisasi yang memungkinkan mereka hidup bersama dan dapat mempertahankan diri sebagai kelompok. Masyarkat terkecil adalah keluarga, masyarakat lebih besar adalah suku bangsa, dan masyarakat yang terbesar adalah umat manusia. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan).

Menurut Dinas Perikanan dan Kelautan (2000) nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan. Orang yang melakukan pekerjaan, seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat atau perlengkapan kedalam perahu (kapal), mengangkut ikan dari perahu kapal, tidak dimasukkan sebagai nelayan. Istri, anak-anak dari orang tua nelayan yang tidak aktif dalam operasi penangkapan ikan dilaut tidak dimasukkan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin, ahli listrik dan juru masak yang bekerja diatas kapal penangkapan ikan di laut dimasukkan sebagai nelayan walaupun mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan.

Berdasarkan waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan di laut, nelayan diklasifikasikan ke dalam 1) nelayan penuh, 2) nelayan sambilan utama, 3) nelayan sambilan tambahan. Pengertian klasifikasi nelayan adalah sebagai berikut; nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan di laut. Nelayan sambilan utama adalah nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan di laut. Disamping penangkapan ikan di laut sebagai

pekerjaan utamanya, nelayan ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain. Nelayan sambilan tambahan adalah nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan di laut (Dinas Perikanan dan Kelautan, 2000: 20).

Profesi nelayan tetap menjadi pilihan terakhir masyarakat nelayan dikarenakan tidak adanya peluang kerja di daratan. Selain itu banyak yang menyatakan bahwa profesi nelayan diminati karena menarik dan relatif menguntungkan (Dahuri, 2003). Hal itu dikarenakan masyarakat menganggap bahwa profesi nelayan adalah profesi terakhir yang diturunkan dari generasi

atau kerap dinamakan dengan warisan dari orang tua (Prasetyo, 2008: 12).

Dokumen terkait