• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkatan Lembaga Jaminan Berdasarkan Kitab Undang-

BAB IV PERLINDUNGAN TERHADAP KREDITUR PEMEGANG

A. Tingkatan Lembaga Jaminan Berdasarkan Kitab Undang-

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur tentang jaminan dalam 2 (dua) tingkat, yaitu:

1. Jaminan perorangan

Jaminan perorangan merupakan jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur seumumnya,125 dimana krediturnya digolongkan sebagai kreditur konkuren yang tidak memiliki hak untuk didahulukan. Jaminan perorangan hanya dapat timbul karena adanya perjanjian. Setiap perjanjian pemberian jaminan selalu didahului oleh perjanjian pokok yang menjadi dasar perjanjian pemberian jaminan. Hal ini disebabkan karena tidak mungkin ada perjanjian pemberian jaminan yang dapat berdiri sendiri, melainkan selalu mengikuti perjanjian pokoknya. Apabila perjanjian pokoknya telah selesai, maka perjanjian pemberian jaminannya juga selesai. Sifat perjanjian seperti ini disebut dengan accessoir126yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:.

a. Lahir dan hapusnya tergantung kepada perjanjian pokok;

125

Rahmadi Usman,Op.cit,.70.

126

Sebagai accesoir, perjanjian pemberian garansi/jaminan ini hanya dapat dibentuk dan sebagai suatu keseluruhan syarat dalam perjanjian pokok. Perjanjian pemberian garansi/jaminan tidak boleh melebihi dari perjanjian pokok.

b. Ikut batal dengan batalnya perjanjian pokok; c. Ikut beralih dengan beralihnya perjanjian pokok.127

Jaminan perorangan diatur dalam Pasal 1131 jo 1132 KUH Perdata menyatakan bahwa para kreditur mempunyai hak penuntutan pemenuhan utang terhadap seluruh harta kekayaan debitur (jaminan umum), baik berwujud bergerak maupun tidak bergerak, baik yang telah ada maupun yang akan ada di kemudian hari. Jika hasil penjualan harta benda tersebut dibagi-bagi antara para kreditur seimbang dengan besarnya piutang masing-masing. Hak ini dimiliki secara sederajat antara sesama kreditur dan tidak ada kreditur yang lebih diutamakan dalam pemenuhan haknya. Jaminan perorangan juga tidak mengenal hal yang lebih tua dan hak yang lebih muda (asas prioriteit), dimana hak yang lebih dahulu timbul kedudukannya sama dengan hak yang timbul kemudian.

2. Jaminan Kebendaan

Jaminan bersifat hak kebendaan adalah jaminan berupa hak mutlak atas suatu benda yang memiliki hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapapun dan selalu mengikuti bendanya (droit de suite) dan dapat dialihkan.128dimana krediturnya digolongkan sebagai kreditur preferen yang memiliki hak untuk didahulukan.

Selain itu baik hipotik, gadai, fidusia, hak tanggungan mempunyai kedudukan preferensi yaitu didahulukan dalam pemenuhannya melebihi kreditur-kreditur lainnya yang diuraikan dibawah ini:

127

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, (Yogyakarta: Liberti Offset, 1980), hal. 46-47.

128

1. Hak Gadai(pandrecht)

Gadai adalah suatu hak kebendaan atas suatu benda yang bergerak kepunyaan orang lain, yang semata-mata diperjanjikan dengan menyerahkan bezit atas benda tersebut, dengan tujuan untuk mengambil pelunasan suatu hutang dari pendapatan penjualan benda itu, lebih dahul dari penagih-penagihnya.129

Obyek dari hak gadai adalah benda bergerak. Benda bergerak yang dimaksudkan adalah benda bergerak yang berwujud (lichamelijke zaken) dan benda bergerak yang tidak berwujud (onlichamelijke zaken) berupa hak untuk mendapatkan pembayaran uang yang berwujud surat-surat berharga. Subjek hak gadai adalah pemberi dan penerima hak gadai yang dilakukan oleh orang-orang yang cakap untuk melakukan perbuatan hukum. Akan tetapi, bagi pemberi gadai ada syarat lagi yaitu ia harus berhak mengasingkan (menjual, menukar, menghibahkan dan lain-lain) benda yang digadaikan.130

Adanya hak gadai berdasarkan atas suatu perjanjian antara penerima gadai (kreditur) dengan pemberi gadai (biasanya debitur sendiri). Akan tetapi, dengan adanya perjanjian gadai tidak berarti hak gadai telah terbentuk dengan sendirinya, melainkan harus disertai dengan penyerahan benda yang digadaikan oleh pemberi gadai kepada penerima gadai.131

2. Jaminan Fidusia

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kekepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya

129

Pasal 1150 KUH Perdata.

130

Subekti,Op.cit,hal.79.

131

dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.132Sedangkan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khusunya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia sebagai agunan bagi pelunasan utang tetentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.133

Benda jaminan fidusia adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar dan benda bergerak dan tidak bergerak yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Benda yang dibebani jaminan fidusia wajib didaftarkan di tempat kedudukan fidusia pemberi fidusia, meskipun benda tersebut berada di luar wilayah Negara Republik Indonesia. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi asas publisitas, sekaligus sebagai jaminan kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia.134

3. Hak Tanggungan

Hak tanggungan adalah hak tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang selanjutnya disebut hak tanggungan adalah hak

132

Tan Kamello, Hkum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang di Dambakan, (Bandung : Alumni, 2004), hal.31.

133

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia

134

jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur yang lain.135

Objek hak tanggungan adalah hak-hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan. Sedangkan subjek hak tanggungan adalah pihak-pihak yang membuat perjanjian pemberian hak tanggungan yaitu pihak pemberi hak tanggungan dan pihak penerima/pemegang hak tanggungan. Pemberi hak tanggungan adalah orang perorangan atau badan hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan pembuatan hukum terhadap obyek hak tanggungan yang bersangkutan. Penerima/pemegang hak tanggungan adalah orang perorangan atau badan hukum yang berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang (kreditur).136

Hak tanggungan merupakan ikutan (accessoir) dari perjanjian pokok, yaitu perjanjian utang piutang atau perjanjian kredit. Perjanjian utang piutang tersebut dapat dibuat dalam bentuk akta dibawah tangan atau akta otentik. Namun pemberian hak tanggungan harus dilakukan dengan pembuatan akta pemberian hak tanggungan oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-undangan.137 4. Hipotik

135

Pasal 1 UU No.4 tahun 1996 Tentang Hak Tanggugan.

136

Affan Mukti,Pokok-Pokok Bahasan Hukum Agraria,(Medan, USU Press,2006), hal. 89.

137

Hipotik di atur dalam buku II KUH Perdata Bab XXI Pasal 1162 sampai dengan 1232. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (UUHT) maka Hipotik atas tanah dan segala benda-benda uang berkaitan dengan benda dengan tanah itu menjadi tidak berlaku lagi. Namun diluar itu berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 Tentang Penerbangan, Hipotik masih berlaku dan dapat dijaminkan atas kapal terbang dan helicopter. Demikian juga berdasarkan Pasal 314 ayat (3) KUH Dagang dan Undang-Undang No. 21 Tahun 1992 Tentang Pelayaran, Kapal Laut dengan bobot 20m3ke atas dapat dijadikan jaminan Hipotik.

Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tidak bergerak untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan. Karena hipotik hanyalah merupakan hak kebendaan yang bersifat memberi jaminan pelunasan (pembayaran) utang debitur kepada kreditur, perjanjian pembebanannya merupakan perjanjian tambahan (accessoir) dari perjanjian pokok berupa perjanjian utang piutang (perjanjian kredit) antara kreditur dan debitur.138

Jaminan kebendaan mengenal hak preferensi yang dimiliki oleh kreditur, dimana pemenuhan piutang kreditur yang memiliki hak preferensi tersebut harus didahulukan daripada kreditur lainnya. Selain mengenal hak preferensi, jaminan kebendaan juga mengenal asas prioriteit dimana hak yang lebih dahulu timbul kedudukannya diutamakan pemenuhan daripada hak yang timbul kemudian.

138

Apabila terdapat benturan antara hak atas jaminan kebendaan dengan hak atas jaminan perorangan, maka hak yang lebih diutamakan adalah hak atas jaminan kebendaan mengingat jaminan kebendaan memiliki hak preferensi sedangkan jaminan perorangan tidak memiliki hak preferensi.

Dokumen terkait