• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Tentang Batik serta Kajian Layout

2.1.1 Kajian Tentang Batik

Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan “titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam” (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax-resist dyeing”.

Ragam corak dan warna Batik sangat dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Pada mulanya batik mempunyai corak dan warna yang terbatas, serta beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Semula bahan batik terbuat dari bahan kain berwarna putih. Bahan ini dibuat dari kapas yang dinamakan kain mori.17 Akan tetapi, pada perkembangannya, batik dibuat juga dengan bahan lain, seperti sutra, polyester, rayon, dan bahan sintetis lainnya.

Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keratonYogyakarta dan Surakarta.

Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.18

17

Aep S. Hamidin, “Batik Warisan Budaya Asli Indonesia” , hlm. 63

18

11 2.1.2 Sejar ah Batik

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah-daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan19 asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

19

12 Jaman Majapahit, batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.

2.1.3 Sejar ah Batik Sidoarjo

2.1.3.1 Asal Mula Batik Sidoarjo

Banyak sumber yang menyatakan batik sudah mulai muncul sejak tahun 1920- an. Ada juga yang menyatakan batik sudah ada sejak tahun 1922- an. Tidak ada petunjuk yang menegaskan kapan kegiatan perbatikan mulai di Sidoarjo. Namun yang jelas kegiatan perbatikan di Sidoarjo memang ada dan sudah ada sejak jaman kemerdekaan. Hal ini ditegaskan dengan keberadaan sentra batik yang ada di wilayah Sidoarjo. Antara lain Desa Kedungcangkring Kecamatan Jabon, Desa Sekardangan Kecamatan Sidoarjo, dan Kampung Jetis Pekauman Kecamatan Sidoarjo.

2.1.3.2 Punah Per lahan

Namun seiring dengan perkembangan jaman, sentra – sentra tersebut satu persatu mulai hilang. Hal ini dikarenakan sebagian besar pekerja batik mulai beralih bekerja sebagai karyawan di pabrik dan perusahaan. Dari tiga sentra batik di atas saat ini hanya tinggal

13 Kampung Jetis yang masih menunjukkan aktivitas perbatikan. Sedangkan yang lain sudah hilang.

Pada tahun 1970-an, industri batik Sidoarjo menjadi salah satu tiang penopang ekonomi utama dari hampir seluruh rumah tangga di Kampung Jetis. Sebagai gambaran, sesuai dengan informasi yang diperoleh diperkirakan sebagian besar (sekitar 90%) dari penduduk di Jetis, khususnya kaum perempuan, bekerja sebagai perajin, pengusaha atau pekerjaan lain yang terkait dengan batik. Namun demikian, pada masa sekarang diperkirakan kurang dari 10% penduduk perempuan yang masih bekerja sebagai pembatik. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya penutupan usaha yang mengancam kelestarian usaha dan budaya batik Sidoarjo.

2.1.4 Batik Sidoarjo: J etisan dan Kenongo

Batik Sidoarjo memiliki dua daerah yang menjadi trademark batik Sidoarjo, yaitu batik Jetisan dari Jetis dan batik Kenongo dari Tulangan. Perbedaan mereka adalah terletak pada motif, warna20 dan sejarahnya. Batik Jetisan memiliki motif yang klasik dan hanya sedikit modifikasi. Sedangkan untuk batik Kenongo merupakan hasil karya desainer. Warna batik Jetisan lebih full colour sedang batik Kenongo hanya maksimal tiga warna. Batik Jetisan telah ada sejak 1975 sedang batik Kenongo dikembangkan mulai 1974.

Gambar . 2.1 Batik J etisan

Batik Kenongo merupakan batik tertua dari batik desa Tulangan. Bermula dari seorang pensiunan militer Pak Usman, yang kembali ke daerah asalnya Sidoarjo dari Jakarta

20

14 tempatnya selama berdinas. Beliau kemudian membina pembatik-pembatik di daerah Tulangan. Namun mereka tidak lagi membatik dengan cara yang konvensional tetapi dengan cara membuatkan desain batik untuk motif.

Dengan mengusung dan mempertahankan ciri khas dari batik Kenongo maka dapat bertahan dalam persaingan batik yang makin ketat. Namun bagi Tito Herlambang (seorang penerus batik kenongo yang merupakan generasi kedua, putra kedua dari Pak Usman sang Pelopor) mengatakan, “Tidak pernah merasa takut dengan persaingan batik yang ada, karena batik kenongo memiliki kekhasan tersendiri yang dicintai oleh pembelinya”.

Persaingan antara perajin batik itu ada tetapi tidak ada ketakutan pada setiap pengrajin batik, meski pada dasarnya motif-motif batik ini masih belum dipatenkan. Namun batik itu merupakan karya seni jadi akan sulit menirunya dengan setepat-tepatnya. Apalagi dalam membuatnya hanya satu atau dua potong dan pelanggan sudah sangat hafal dengan produk dari batik ini. Kekhasan dan ciri khas dari desain motif yang dibuat hanya satu atau dua potong saja tiap motif menjadikan pembatik Kenongo percaya batik Kenongo akan terus bertahan. Batik kenongo memang tidak terlalu ramai dengan warna. Dengan menggunakan warna dua atau tiga warna21, telah dapat menciptakan sebuah batik yang indah dan anggun.

Gambar . 2.2 Motif Batik Kenongo

Motif-motif batik kenongo yang cenderung kontemporer dengan bentuk tumbuh-tumbuhan didesain oleh desainer batik kenongo sendiri yang merupakan banyak perpaduan dari berbagai bentuk. Seperti bentuk kembang bayem, daun yang menjulur dan bentuk sulur.

21

15 Batik kenongo berusaha terus berinovasi dalam motif tanpa meninggalkan ciri khasnya. Pada saat ini dimana seluruh instansi mulai menggalakkan penggunaan batik, diperlukan inovasi desain untuk masing-masing instansi atau perusahaan. Kondisi ini sangat menguntungkan dalam hitungan diatas kertas maka tidak akan berhenti para pembatik melayani pembeli. Hal ini merupakan peluang pasar yang harus dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf ekonomi dari pembatik itu sendiri.

Dengan adanya kebijakan mengenakan batik sebagai pakaian kerja, para perajin batik yakin tidak akan kehabisan pasar. Di daerah Sidoarjo saja pasar ini tak akan habis. Pada pengerjaan batiknya menggunakan pewarnaan sintesis dengan pemikiran ekonomis. Dengan proses yang cepat akan dihasilkan lebih banyak karya batik tulis. Sehingga perajin batik itu sendiri akan cepat mendapatkan upahnya. Dengan adanya hubungan sinergi antara pasar dan perajin maka diharapkan perajin tidak lagi merasa upahnya terlalu rendah jika dibanding bekerja dalam profesi lain. Hal ini tentunya akan berdampak semakin banyaknya perajin yang mau kembali membatik. Sekaligus juga akan mengurangi kecemasan mulai berkurangnya para pembatik.

Gambar . 2.3 Motif Batik Kenongo

Untuk meningkatkan SDM dan juga melestarikan batik, para pengrajin batik ini berpikir untuk membuat sekolah batik. Bekerja sama dengan berbagai pihak yang peduli dengan masalah ini, ia ingin membuka sekolah batik untuk umum. Dengan menggabungkan berbagai komponen diharapkan hal ini akan menjadi sebuah sentra industri dengan memberdayakan SDM yang ada. Karena menurutnya pasar untuk batik sendiri telah

sangat-16 sangat mencukupi. Dengan pemikiran idealisnya, para pembatik Kenongo yang telah banyak mendesain batik untuk berbagai instansi ini, membayangkan sekolah batik ini akan dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi para pencari kerja. Modalnya tidak banyak dan diyakini akan berhasil. Karena perhitungkan modal yang diperlukan tidak banyak, dengan bantuan dari perbankan daerah, dan para pengrajin batik yakin modal itu akan cepat kembali. Karena pasar sudah ada. Hal ini tentunya tidak akan menutup kemungkinan untuk melakukan ekspor.22

Ekspor membutuhkan ketepatan waktu, kualitas batik dan harga yang pantas untuk ekspor, maka SDM nya perlu benar-benar dipersiapkan. Saat ini Tito hanya menunggu waktu untuk mewujudkannya, juga diharapkan perhatian pemerintah untuk usaha pelestarian batik khususnya pembinaan SDM yang terampil dan professional.

2.2 Kajian Tentang Buku

2.2.1 Pengertian Desain dan Desain Grafis

Grafis yang dalam isitilah bahasa Inggris disebut Graphic diartikan sebagai goresan yang berupa titik-titik atau garis yang berhubungan dengan kegiatan cetak mencetak dalam

Pengantar Desain Komunikasi Visual (Kusrianto. 2006). Desain menurut Atisah Sipahelut23

diartikan sebagai bentuk rumusan dan suatu proses pemikiran. Rumusan atau proses pemikiran yang dituangkan dalam wujud gambar tersebut merupakan pengalihan gagasan kongkrit si perancang desain kepada orang lain.

Desain adalah sesuatu yang muncul ketika seni bertemu industry, ketika orang mulai membuat keputusan mengenai seperti apa seharusnya produk-produk yang dibuat secara missal.24

Desain grafis dapat diartikan sebagai proses pemikiran untuk mengalihkan gagasan dalam wujud gambar. Dalam proses mendesain ini seorang desainer dapat mempergunakan peralatan manual seperti kuas atau dengan teknologi komputer. Desain grafis komputer dapat diartikan sebagai upaya untuk mengalihkan gagasan kepada orang lain dalam wujud gambar yang dibuat menggunakan bantuan teknologi computer.

22

http://www.epochtimes.co.id/nasional.php?id=369

23

Atisah Sipahelut, 1991 (dalam buku “Desain Grafis Komputer”, Pujiriyanto, Andi : Jogja)

24

17 Seni grafis adalah sejenis karya seni murni yang umumnya memiliki dwimatra, merupakan hasil kerja di atas kertas, lempengan batu, logam, kayu, lembar sablon atau yang lain yang pada permukaanya terlebih dahulu seseorang telah mengungkapkan gagasan dan cita rasa seninya dalam bentuk goresan, cukilan, torehan, guratan, sapuan, dan sebagainya. Dalam pengertian umum isitilah grafis meliputi semua bidang visual yang dilaksanakan pada suatu permukaan dua dimensional sebagaimana lukisan, drawing, atau fotografi. Istilah grafis sebenarnya tidak jauh berbeda dengan print making atau cetak-mencetak. Dalam penerapannya meliputi semua karya desainer dalam bentuk gambaran orisinil apapun untuk direproduksi dengan berbagai proses.

Grafis merupakan media yang tidak asing lagi bagi dunia pendidikan. Istilah grafis seringkali dikaitkan dengan gambar dan dikatagorikan sebagai bahan komunikasi visual. Pengguanaan bahan-bahan visual (gambar-gambar, foto, film, televisi, transparansi, bagan, diagram, ilustrasi teks, animasi, pembelajaran berbantuan komputer, dan sebagainya ) untuk melengkapi pengajaran di kelas, telah menjadi cara umum dalam pengajaran di semua tingkatan pendidikan, tidak terkecuali lembaga-lembaga penyelenggara jasa pelatihan baik formal maupun non-formal dan dalam program pengembangan lainnya.

Penggunaan bahan-bahan visual dalam beberapa studi secara empiris berbukti meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Namun dalam beberapa kasus tidak selamanya penggunaan bahan-bahan visual dalam pengajaran dengan tujuan spesifik selalu lebih efektif dari pengajaran tanpa menggunakan bahan-bahan visual. Hasil-hasil penelitian mengindikasikan bahwa penggunaan bahan-bahan visual untuk melengkapi pengajaran biasa (oral/print instruction) menunjukkan berbagai tingakatan efektivitas yang berbeda dalam situasi yang berbeda-beda.

2.2.2 Elemen Penting Dalam Layout Buku

Pada dasarnya Layout dapat dijabarkan sebagai tata letak suatu elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/pesan yang dibawanya.25

25

18 2.2.2.1 Margin

Margin26 menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen-elemen layout. Kalau kita jalan-jalan ke pantai, sering kali kita lihat ada tonggak-tonggak yang dipancangkan di laut sebagai batas aman untuk berenang, margin juga berfungsi sama seperti itu.

Margin mencegah agar elemen-elemen layout tidak terlalu jauh ke pinggir halaman. Karena hal tersebut secara estetika kurang menguntungkan atau yang lebih parah lagi, elemen layout terpotong pada saat pencetakan. Namun ada juga yang sengaja meletakkan elemen layout jauh ke pinggir halaman bila memang konsep desain tersebut mengharuskan demikian dan sudah melalui pertimbangan estetis sebelumnya.

2.2.2.2 Grid

Grid27 adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me-layout. Grid mempermudah kita menentukan di mana harus meletakkan elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang mempunyai beberapa halaman.

Dalam membuat grid, kita membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan garis-garis vertikal, dan juga yang horizontal. Sedangkan untuk merancangnya harus mempertimbangkan factor-faktor berikut :

- Berapa ukuran dan bentuk bidangnya

- Apa konsep dan style desainnya

- Berapa ukuran huruf yang dipakai

- Berapa banyak isinya/informasi yang ingin dicantumkan

2.2.2.3 Tipografi atau Font

Tipografi sangat berkaitan erat pada layout.28 Karena dalam sebuah buku sebuah tipografi sangat menentukan untuk dapat dibaca ataupun ditentukan karakteristik buku

26

Layout dan Dasar Penerapannya, Surianto Rustan, S.Sn, Gramedia Pustaka Utama, 2008

27

Layout dan Dasar Penerapannya, Surianto Rustan, S.Sn, Gramedia Pustaka Utama, 2008

28

19 tersebut sebagai buku apa. Karena tipografi sangat penting, maka tipografi termasuk dalam salah satu unsur penting dalam layout.

2.3 Pr insip Dasar Desain

Untuk menghasilkan desain yang berkualitas diperlukan pertimbangan yang cerdas dalam mengorganisasikan elemen-elemen grafis sesuai dengan prinsip-prinsip desain secara tepat dengan memperhatikan keterbatasan bahan. Untuk itulah diperlukan kreativitas untuk menghasilkan desain yang kreatif.

Ciri-ciri desain yang kreatif adalah dapat menarik perhatian pembaca, tulisan di dalamnya mudah dibaca dan dimengerti, informasi tulisan dilengkapi dengan informasi visual, dapat mengangkat intisari tulisan tersebut dan dapat menceritakan suasana setempat dan perasaan orang yang bersangkutan.

Menurut Stephen McElroy29 pada intinya adalah bagaimana caranya agar desain itu komunikatif dan persuasif. Adapun prinsip-prinsip desain adalah :

1. Keseimbangan, artinya halaman harus tampil seimbang dan harmonis.

Untuk mendapatkan desain yang enak dilihat adalah dengan peletakan keseimbangan dan keharmonisan dari unsur-unsur desain. Karena prinsip yang mendasar dari komposisi yang mudah diidentifikasikan dan terlihat jelas adalah keseimbangan. Bila kami melihat sebuah benda dengan berat yang sama diletakkan pada jarak yang sama di atas sebuah sumbu maka akan terlihat bahwa kedua belah sisi dari garis akan terlihat sama.

Namun, bisa saja kedua benda yang seolah-olah dengan bentuk yang sama namun memiliki massa berbeda akan terlihat tidak seimbang apabila diletakkan pada timbangan dengan sebuah titik di tengahnya.

Keseimbangan ada beberapa jenis, diantaranya :

- Keseimbangan Simetris: Keseimbangan simetris obyek-obyek yang disusun di

sebelah kiri dan sebelah kanan sumbu khayal sama dalam bentuk, ukuran, bangun dan letaknya.

- Keseimbangan Asimetris: Susunan keseimbangan asimetris diperoleh jika bentuk , bangun, garis, ukuran, volume diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengikuti

29

20 aturan keseimbangan simetris. Keseimbangan asimetris banyak dipergunakan untuk desain modern atau kontemporer.

- Keseimbangan horizontal : Keseimbangan yang diperoleh dengan menjaga

keseimbangan antara bagian bawah dan bagian atas.

2. Keserasian atau Harmoni

Prinsip desain diartikan sebagai keteraturan di antara bagian-bagian sebuah karya. Keserasian adalah suatu usaha untuk menyusun berbagai macam bentuk, bangun, warna, tekstur, dan elemen-elemen lain dalam satu komposisi yang utuh agar nikmat dipandang. Serasi atau harmoni bisa dicapai dengan kesamaan arah, kesamaan bentuk dan bangun meskipun berbeda ukuran ataupun dengan tekstur yang bersifat sama. Keserasian bisa dicapai dengan berbagai variasi agara tidak membosankan.

3. Proporsi

Proporsi adalah perbandingan antara satu bagian obyek dengan obyek lain atau degan keseluruhannya. Proporsi berbeda dengan skala. Propersi sangat terkait degan obyek lain yang telah diketahui sebelumnya. Misalnya, ukuran gambar yang serasi untuk newsletter jelas kurang proporsional untuk baliho.

4. Skala

Skala merupakan ukuran relative dari suatu obyek yang akan terlihat setelah dibandingkan dengan obyek lainnya. Penggunaan skala dapat menciptakan keserasian dan kesatuan obyek dalam desain. Skala biasanya dinyatakan dengan ukuran panjang dan lebar. Elemen-elemen yang digunakan memiliki hubungan dlam skala secara konsisten. Penerapan memberikan garis bantu (grid). Obyek maupun badan menusia dapat juga digunakan untuk skala, misalnya kaki, depa, hasta, dan lain-lain.

5. Irama atau Ritme

Ritme biasanya terkati dengan kesan gerak yang ditimbulkanoleh pengulangan elemen.

Didalam pengulangannya kami sebagai desainer dapat memberikan akses atau penekanan tertentu. Ritme yang baik dapat memberikan kesan gerakan yang lembut dan berkesinambungan. Irama mampu mengarahkan perhatian dari bagian yang satu ke bagian yang lain. Irama dapat sederhana, namun dapat juga sangat kompleks. Gradasi merupakan jenis irama yang sering digunakan degan melakukan perubahan secara bertahap terhadap elemen, baik dari segi warna, ukuran, atau nilai, yang diberikan bersamaan dengan pengulangan yang dilakukan.

21

2.4 Kajian Tentang Layout yang Efektif

2.4.1 Konsep Desain Layout

Tantangan yang paling menarik dari desain grafis maupun tata desain layout adalah “ketiadaaan aturan atau hukum yang universal”. Semuanya serba relative. Kami bisa memakai sarana dan teknik dalam suatu karya secara efektif dan berhasil, tetapi belum tentu sarana dan teknik tersebut efektif dan cocok untuk karya yang lain.

Sebagai contoh, desain sebuah iklan dengan ruang putih yang dominan di pinggir bidang halaman akan mampu menonjolkan isi pesan serta member kesan menarik. Namun di pihak lain, ruang kosong di pinggir halaman korann bias membuat teks terkesan tidak rapi sehingga pembaca akan enggan melihatnya.

Apabila desain grafis mapupun tata layout dibuat patent dengan standar yang baku, maka pekerjaan mendesain akan diambil alih oleh computer saja. Seorang desainer akan kehilangan pekerjaan setelah menyelesaikan beberapa karya templatenya. Oleh karena itu, beruntunglah bahwa dalam desain tata letak tidak dikenal aturan-aturan yang berlaku secara menyeluruh. Justru di situlah peran seorang desainer. Bagi seorang desainer yang baik,

Dokumen terkait