• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN BUKU VISUAL BATIK JETISAN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANCANGAN BUKU VISUAL BATIK JETISAN SIDOARJO."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTEK PROFESI

PERANCANGAN BUKU VISUAL

BATIK JETISAN SIDOARJO

OLEH :

NARENDRA NORMANSYAH FASLA (0851010002)

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)

PERAN CAN GAN BU K U V I SU AL

BAT I K J ET I SAN SI DOARJ O

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

Diajukan oleh :

N AREN DRA N ORM AN SY AH FASLA 0851010002

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

(3)

PERAN CAN GAN BU K U V I SU AL

BAT I K J ET I SAN SI DOARJ O

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

Diajukan oleh :

N AREN DRA N ORM AN SY AH FASLA

NPM : 0851010002

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”

(4)

TUGAS AKHIR

Telah dipertahankan didepan Tim Penguji Pada tanggal : - -

Pembimbing Utama Penguji I

Aryo Bayu Wibisono, ST Tri Handoko, S.Sn, M.Hum NPTY. 383121003041 NIP. 19750123 200801 1 008

Pembimbing Pendamping Penguji II

Hendro Aryanto, S.Sn, M.Si Rahmatsyam Lakoro, S.Sn, MT NIP. 19750213 200801 1 008 NIP. 19760907 200112 1 001

Penguji III

Hendro Aryanto, S.Sn, M.Si NIP. 19750213 200801 1 008

Ketua Jurusan Koordinator Tugas Akhir

Heru Subiyantoro ST, MT Ami Arfianti, ST, MT NPTY. 3 7102 96 0061 1 NPTY. 3 6911 97 0158 1

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Sarjana (S1)

Tanggal : ……….. di isi petugas TU

Dekan Fakultas teknik Sipil dan Perencanaan

(5)

Kar ya ini akan saya per sembahakan kepada :

Kedua Or ang Tua Saya, Ayah dan Ibu

Untuk saudara-saudar aku dan

seseor ang yang selalu mendukungku ser ta

(6)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Mu ya Allah, atas segala

limpahan rahmat dan berkah-Nya, sehingga atas izin-Nya, laporan Tugas Akhir

ini dapat penulis selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan Tugas

Akhir ini disusun berdasakan kegiatan Tugas Akhir yang penulis lakukan selama

satu semester dengan judul ”Per ancangan Buku Visual Batik J etisan

Sidoar jo”. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak menerima bantuan baik

moril maupun materiil yang tidak lepas dengan adanya dukungan dari berbagai

pihak, atas bantuan dan dukungan tersebut penulis benar-benar mengucapkan

terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Ir. Naniek Ratni Jar., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil &

Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Heru Subiyantoro, ST, MT., selaku KaProgdi Desain Komunikasi

Visual UPN “Veteran” dan juga menjadi Dosen Pembimbing.

3. Untuk seluruh Dosen DKV UPN “VETERAN” dan staff pengajar yang telah

memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan di

UPN “VETERAN” JATIM.

4. Dosen Pembimbing yang memberikan banyak saran dan kritik yang

membangun karya Tugas Akhir ini.

5. Teman-teman seperjuangan di Desain Komunikasi Visual.

6. Ayah yang selalu membimbing dalam setiap project desain yang ada.

7. Ibu yang selalu memberi semangat dengan doa yang selalu membantu dalam

pengerjaan project ini.

8. Saudara-saudaraku yang selalu support.

9. Dan seorang yang spesial, yang selalu membuat saya semangat dalam setiap

pengerjaan.

Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak, begitu pula penulis

(7)

ii

itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Laporan

Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, 14 Desember 2011

(8)

iii

1.1.2 Pengertian Buku dengan kategori sebagai Buku Koleksi ... 2

1.1.3 Batik Sebagai Warisan Budaya dan Sekilas Sejarah Batik ... 3

1.1.4 Sekilas Tentang Batik Jetisan ... 4

1.2. Identifikasi Masalah ... 7 2.1. Kajian Tentang Batik serta Kajian Layout ... 10

(9)

iv

2.2.1 Pengertian Desain dan Desain Grafis ... 16

2.2.2 Elemen Penting Dalam Layout Buku ... 17

2.2.2.1 Margin ... 18

2.2.2.2 Grid ... 18

2.2.2.3 Tipografi atau Font ... 18

2.3. Prinsip Dasar Desain ... 19

2.4. Kajian Tentang Layout yang Efektif ... 21

2.4.1 Konsep Desain Layout ... 21

2.5.1 Buku Komparator : Buku Batikku karangan Ani Yudhoyono ... 24

2.5.2 Buku Kompetitor : Buku Batik Tulis Tradisional, Solo ... 26

(10)
(11)

vi

4.13 Analisa Media ... 55

4.13.1 Media Primer ... 55

4.13.2 Media Sekunder ... 56

Bab V Implementasi Desain 5.1 Tipografi ... 57

5.5.2 Fotografi sebagai Elemen Visual Pendukung ... 61

5.5.3 Pembabagan ... 62

5.5.6.5 Bab Kelima – Gerai Batik yang “Ramai” akan Warna dan Makna Batik ... 71

5.5.6.6 Bab Keenam – Mereka yang Menghadirkan Makna dan Warna ... 72

(12)

vii

5.5.6.8 Bab Kedelapan – Menghadirkan makna dan Warna

Batik ... 76

5.6 Banner Promosi dan Poster ... 77

5.7 Gimmick ... 78

5.7.1 Pembatas Buku dan Pin ... 78

Bab VI Implementasi Desain 5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 81

Daftar Pustaka ... 82

(13)

viii

Gambar 4.8 Alternative Desain Layout 4 ... 50

Gambar 4.9 Alternative Desain Cover 1 ... 50

Gambar 4.10 Alternative Desain Cover 2 ... 51

Gambar 4.11 Alternative Desain Cover 3 ... 51

Gambar 4.12 Alternative Desain Cover 4 ... 51

Gambar 4.13 Alternative Desain Cover 5 ... 52

Gambar 4.14 Alternative Desain Cover 6 ... 52

Gambar 4.15 Alternative Desain Cover 7 ... 52

Gambar 4.16 Desain Cover Terpilih ... 53

Gambar 4.17 Alternative Layout Terpilih ... 53

Gambar 5.1 Grid dalam layout Buku Batik Jetisan ... 58

Gambar 5.2 Anatomi Pembabagan atau Awal Bab ... 59

(14)

ix

Gambar 5.4 Cover Terpilih ... 60

Gambar 5.5 Fotografi dalam Buku Batik Jetisan ... 62

Gambar 5.6 Pembabagan Sejarah dan Sekilas Tentang Sidoarjo ... 62

Gambar 5.7 Pembabagan Masjid Baitul Abror ... 63

Gambar 5.8 Pembabagan Jalan Pasar Jetis ... 63

Gambar 5.9 Pembabagan Berjalan Ke Kampung Batik ... 63

Gambar 5.10 Pembabagan Gerai Batik yang “Ramai” akan Warna dan Makna Batik ... 64

Gambar 5.11 Pembabagan Mereka Yang Menghadirkan Makna dan Warna ... 64

Gambar 5.12 Pembabagan Batik Jetisan Yang Penuh Warna dan Makna ... 64

Gambar 5.13 Pembabagan Menghadirkan Makna dan Warna Batik ... 65

Gambar 5.14 Bagian Introducing ... 65

Gambar 5.15 Daftar Isi ... 66

Gambar 5.16 Bab Sejarah dan Sekilas Tentang Sidoarjo ... 67

Gambar 5.17 Bab Masjid Baitul Abror ... 67

Gambar 5.18 Bab Jalan Pasar Jetis ... 68

Gambar 5.19 Bab Berjalan Ke Kampung Batik ... 70

Gambar 5.20 Bab Gerai Batik yang “Ramai” akan Warna Dan Makna Batik ... 72

Gambar 5.21 Bab Mereka Yang Menghadirkan Makna dan Warna ... 74

Gambar 5.22 Bab Batik JetisanYang Penuh Warna dan Makna Batik ... 75

Gambar 5.23 Bab Menghadirkan Makna dan Warna Batik ... 76

Gambar 5.24 Desain X Banner Promosi ... 77

Gambar 5.25 Desain Poster Promosi ... 78

Gambar 5.26 Pembatas Buku ... 78

(15)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Diagram Struktur Organisasi ... 9

Tabel 2.2 Alur Project ... 10

Tabel 2.3 Beberapa Project yang Pernah Dikerjakan ... 12

Tabel 3.1 Sifat Media Iklan ... 13

Tabel 3.2 Sifat Media Iklan ... 21

Tabel 3.3 Gambar Metodelogi Pencarian Ide ... 22

(16)

1

perancangan sebuah buku yang berisi tentang potret sejarah umum batik Sidoarjo yaitu batik

Jetisan dengan mengangkat beberapa outlet batik terbaik di Jetis yang diulas dalam buku

visual nantinya, yang didalamnya membahas dari mulai pembuatan batik hingga

pengaplikasian kain batik Jetisan Sidoarjo pada era modern saat ini, dengan tujuan

memperkenalkan serta secara langsung mempromosikan batik Sidoarjo melalui buku.

Batik Jetisan di daerah Jetis merupakan aset bangsa khususnya aset Sidoarjo untuk

mempromosikan kota serta memelihara dan menjaga warisan budaya yang sudah ada sejak

jaman sebelum kemerdekaan.

Menurut wawancara dengan salah satu pemilik outlet batik terkenal di Jetis,

Sidoarjo, bahwa batik di Sidoarjo mempunyai potensi yang tinggi untuk bersaing dengan

batik luar Sidoarjo, misalnya bersaing dengan batik Madura, karena batik Madura

merupakan batik yang mempunyai kemiripan dengan batik Sidoarjo dalam warna ataupun

coraknya. Akan tetapi, promosi yang mempromosikan batik keluar kota Sidoarjo

mempunyai banyak permasalahan, salah satunya adalah kurangnya peduli dari pemerintah

kota untuk membuat batik Sidoarjo ini menjadi primadona kota selain kerajinan yang lain

yang ada di kota Sidoarjo, serta kurangnya peduli tentang mempromosikan lewat media

yang lebih segmented misalnya melalui media buku tentang batik Sidoarjo.1

1.1.2 Pengertian Buku dengan kategori sebagai buku Koleksi

Buku Koleksi adalah dengan topik tertentu sebagai peristiwa penting seperti sejarah

ataupun suatu budaya yang valuable untuk diketahui oleh masyarakat dan juga difungsikan

sebagai buku untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama.2

1

Depth Interview Bu Azizah, pengusaha batik Azizah, Jetis, Sidoarjo

2

(17)

2 Salah satu manfaat dari buku adalah dapat menceritakan pada kita tentang masa lalu.

Buku juga dapat mengajarkan penemuan-penemuan yang dilakukan oleh ahli-ahli di masa

lampau.3. Menurut Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra M.A, untuk upaya-upaya pelestarian

budaya atau sejarah, langkah awal dalam usaha pelestarian dengan melakukan

pendokumentasian. Ada empat cara pendokumentasian yang kita kenal yaitu dengan

menggunakan film, video, foto dan tulisan. Tiga cara pertama yaitu melalui film, video, dan

foto merupakan cara yang memerlukan biaya cukup besar dan penyimpananannya juga

memerlukan perhatian yang tersendiri agar foto, video dan film itu tidak rusak, selain itu

untuk menyaksikan kembali rekaman yang telah dihasilkan juga diperlukan alat tertentu.

Cara yang terakhir adalah cara yang paling murah, mudah dan praktis yaitu melalui tulisan.4

Kriteria buku koleksi adalah memiliki ukuran yang cukup besar minimal ukuran A4

dan bisa lebih besar, dengan jilid hardcover karena buku koleksi biasanya memiliki

ketebalan halaman minimal 100 halaman, dan arena sebagai buku untuk dikoleksi dan

disimpan, ataupun sebagai hadiah kepada seseorang yang spesial sehingga diperlukan jilid

yang kuat dan tahan lama seperti hardcover.5

Sebuah buku yang memberikan wawasan tentang budaya atau sejarah bukan

dititikberatkan pada tulisan saja, namun perlu dilengkapi dengan elemen pendukung visual

berupa fotografi yang dapat menggambarkan cerita atau isi buku. Kekuatan terbesar

fotografi adalah krediblitasnya atau kemampuannya untuk memberikan kesan sebagai “yang

dapat dipercaya”.6 Dan buku adalah kegiatan menulis dan menyimpan dan buku itu

memiliki nilai yang istimewa dibandingkan media lain karena buku bersifat everlasting,

tahan lama tidak termakan zaman.7

Menurut ibu Mila anak dari ibu Azizah, salah satu pemilik outlet batik Jetis,

berpendapat bahwa buku yang mengangkat tentang batik Jetis sangat relevan. Karena, batik

Jetis perlu diperkenalkan kepada masyarakat luar Sidoarjo karena batik Jetis merupakan

salah satu produk budaya unggulan yang ada di Sidoarjo sejak tahun 1920an. Selama ini

kurang adanya buku tentang batik yang membahas dan memperkenalkan profil batik di

Sidoarjo.

3

2006. Jendela yang Dapat Menembus Ruang dan Waktu. URL :http://www.ukhuwah.or.id/html

4

Permainan Tradisional Jawa, Sukirman Dharmamulya, Yogyakarta 2008, hlm. 7

5

Layout dan Dasar Penerapannya, Surianto Rustan, S.Sn, Gramedia Pustaka Utama, 2008

6

Layout dan Dasar Penerapannya, Surianto Rustan, S.Sn, Gramedia Pustaka Utama, 2008

7

(18)

3

1.1.3 Batik Sebagai Warisan Budaya dan Sekilas Sejar ah Batik

Banyak sumber yang menyatakan batik sudah mulai muncul sejak tahun 1920- an.

Ada juga yang menyatakan batik sudah ada sejak tahun 1922- an. Tidak ada petunjuk yang

menegaskan kapan kegiatan perbatikan mulai di Sidoarjo. Namun yang jelas kegiatan

perbatikan di Sidoarjo memang ada dan sudah ada sejak jaman kemerdekaan. Hal ini

ditegaskan dengan keberadaan sentra batik yang ada di wilayah Sidoarjo. Antara lain Desa

Kedungcangkring Kecamatan Jabon, Desa Sekardangan Kecamatan Sidoarjo, dan Kampung

Jetis Pekauman Kecamatan Sidoarjo.

Batik Indonesia adalah praktik sosial karena makna, ragam hias, dan fungsinya yang

melembagakan peran-peran dan struktur hubungan sosial.8 Sehingga semua makna budaya

pada batik khususnya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol.

Simbol mengacu pada pendapat Spradley,9 adalah objek atau peristiwa apapun yang

menunjuk pada sesuatu. Semua simbol melibatkan tiga unsur: Pertama, simbol itu sendiri.

Kedua, satu rujukan atau lebih. Ketiga, hubungan antar simbol dengan rujukan.

Kerajinan batik memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya

Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.10 Di dalam kain batik terdapat kisah ataupun arti

dari setiap motif ataupun coletan.

Pada mulanya batik mempunyai corak dan warna yang terbatas, serta beberapa corak

hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Akan tetapi, ada batik pesisir yang menyerap

berbagai pengaruh dari luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya para

penjajah. Sehingga warna-warna cerah, misal warna merah yang telah dipopulerkan oleh

orang Tionghoa dan serta mereka (orang Tionghoa) mempopulerkan juga corak burung

phoenix.

Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah

corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda

yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan

mereka seperti warna biru.

8

Ani Yudhoyono, Batikku, 2010 : 111

9

Spradley (1997: 121)

10

(19)

4 Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam

upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki arti dan makna pada setiap

corak kain batik.

1.1.4 Sekilas Tentang Batik J etisan Sidoar jo

Di Sidoarjo tak hanya terkenal semburan lumpur panas Lapindo. Berbagai kerajinan

banyak terdapat di kota delta ini, batik tulis Jetis misalnya. Terkenal sejak tahun 1975

sebagai batik yang memiliki ciri khas warna berani seperti merah, kuning, hijau dan biru.

Berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta berwarna coklat atau sogan. Perajin batik tulis

Jetis Sidoarjo kebanjiran pesanan sejak dua tahun terakhir. Terutama setelah Organisasi

Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Budaya Persatuan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mengakui

batik sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia.

Dalam kutipan depth Interview kami, " banyak instansi yang memesan batik tulis di

outlet kami."11 kata pemilik Batik Azizah di Kampung Batik Jetis, ibu Mila. Dinamakan

batik Jetis karena berada di jalan Jetis, batik tulis Sidoarjo ini berkembang sejak 1930an,

serta mencapai masa keemasan pada 1975. Dahulu perajin memproduksi sarung dan jarik

untuk memenuhi pesanan warga Madura. Namun, belakangan pesanan berkurang setelah

Madura berhasil mengembangkan batik di daerahnya. Lantaran tak ada inovasi lain, pada

1990 an banyak perajin yang gulung tikar.

Pesanan batik juga berdatangan dari berbagai daerah seperti Surabaya, Bandung,

Ujung Pandang, dan beberapa kota di Indonesia. Batik Jetis Sidoarjo khas sentuhan motif

burung merak yang mengembangkan ekor panjang yang indah. Selain itu dipenuhi warna

cerah seperti biru, kuning dan hijau. Berbeda dengan batik Solo dan Yogyakarta berwarna

coklat dan hanya memakai motif dua warna.

Setiap bulan, rata-rata setiap harinya mampu menghasilkan empat lembar kain batik.

Setiap lembar kain batik dijual antara 100 ribu- 400 ribu. Sedangkan, batik berbahan kain

sutera dijual hingga Rp 2 juta per lembar.

Motif batik Jetis Sidoarjo sudah terkenal sejak tahun 1920an. Hal ini diakui sejumlah

kolektor batik yang berkunjung ke kampung batik Jetis. Bahkan, para kolektor memiliki

11

(20)

5 batik Jetis yang berumur 80-100 tahun. Kekhasan batik Sidoarjo terletak pada pewarnaan

yang berani seperti hijau, kuning dan merah.

Demikian pula dengan coraknya yang tak bisa lepas dari gambar burung merak atau

burung cipret yang menjadi ciri khas batik klasik Sidoarjo. Tapi, yang beda dengan produk

batik lainnya, jika kain batik di daerah lain digunakan sebagai baju, maka tidak demikian

halnya dengan batik bagi etnis Madura. Batik, rata-rata digunakan sebagai sarung, jarit,

selendang bayi.12

Setelah batik mendapat pengakuan luas, sekitar satu atau dua tahun belakangan ini,

istri Bupati Sidoarjo saat itu (istri Bpk. Win Hendrarso) mencanangkan sebutan batik

Sidoarjo, tanpa embel-embel kata Madura. Dengan sebutan baru itu, para perajin juga mulai

melakukan improvisasi soal corak dan warna sesuai dengan kebutuhan dan tren masyarakat.

Penggunaannya pun tidak sekedar dibuat jarit, atau selendang bayi, tapi juga dibuat baju

pria, wanita dan juga keperluan lainnya.13

Namun, nama Sidoarjo itu tidak pernah muncul sebab hampir semua batik karya

perajin Sidoarjo dipakai oleh orang Madura, sehingga disebut dengan istilah batik Madura.

Padahal, sebutan batik Madura itu berlaku untuk motif saja. Sedangkan pembuatnya adalah

perajin Sidoarjo. “Baru sekitar pada tahun 2008 setelah peresmian oleh bupati pada saat itu

saja sebutannya diganti dengan sebutan batik Sidoarjo biar lebih populer,” kata ibu Mila,

salah seorang pemilik studio batik Azizah di Jetis, Sidoarjo.14

Batik merupakan inisial sebuah budaya yang struktural dan memiliki nilai sejarah

kebudayaan Jawa, maka sejarah Sidoarjo sendiri akan mempunyai arti tersendiri di dalam

batik ini dan menjadi nilai promosi bagi kota Sidoarjo. Menurut Levi-Strauss15, bahwa

strukturalisme dan sejarah merupakan aktivitas yang saling melengkapi.

Pada era saat ini, batik juga bisa disebut sebagai desain industri. Desain industrial

adalah proses penciptaan, penemuan, dan definisi yang terpisah dari cara-cara produksi,

yang menyertakan sintesis antara faktor-faktor yang kontributif dan sering konfliktual ke

dalam konsep bentuk tiga dimensi, dan realitas materialnya, yang sanggup melakukan

reproduksi berulang-ulang secara mekanis.16 Oleh karena itu, Sidoarjo sekarang tidak hanya

12

Interview dengan ibu Mila, pemilik studio batik Azizah – Kampung Batik Jetis - Sidoarjo

13

URL : http://id.indonesian-craft.com/article/49/tahun/2008/bulan/06/tanggal/04/id/296/

14

Interview dengan ibu Mila, pemilik studio batik Azizah – Kampung Batik Jetis - Sidoarjo

15

Struktural Anthropology, C.Levi-Strauss, 1963

16

(21)

6 dikenal dengan sebutan kota penghasil aneka sari laut saja, tetapi juga berpredikat sebagai

sentra perajin dan industri batik.

Oleh karena itu, batik Sidoarjo merupakan warisan budaya yang kurang dikenal oleh

masyarakat luas dan tidak adanya kepedulian dari pemerintah untuk mempromosikan batik

ini dan belum adanya “action” dari pemerintah kota sendiri. Dengan beberapa latar belakang

fenomena dan fakta diatas maka media untuk mengangkat atau membahas tentang batik

Sidoarjo sangat dibutuhkan terutama buku. Karena buku mempunyai sifat yang kuat dalam

penyampaian pesan dan cerita kepada masyarakat terutama pembahasan tentang budaya

(22)

7

1.2 Identifikasi Masalah

Dari data kuantitatif atau kuisioner yang kami bagikan kepada 45 responden, dapat

kami simpulkan adalah :

1. Perlu promosi untuk mempromosikan batik Sidoarjo ini dengan urgensitas yaitu

sebagai berikut:

- Sebanyak 4 orang tidak tahu tentang batik Sidoarjo.

- Sebanyak 46 orang yang tahu tentang batik Sidoarjo.

- Sebanyak 46 orang setuju bahwa batik Sidoarjo untuk dipromosikan.

- Sebanyak 4 orang setuju bahwa batik Sidoarjo tidak harus untuk

dipromosikan.

2. Perlu dibuatkan sebuah buku batik tentang Batik Sidoarjo, dengan tingkat

urgensitas sebagai berikut :

Set uju unt uk dipromosikan

92%

Tidak Set uju unt uk dipromosikan

8%

(23)

8

- Sebanyak 43 orang mengatakan perlu dibuatkan buku tentang batik Sidoarjo

- Sebanyak 7 orang mengatakan tidak perlu dibuatkan buku tentang batik

Sidoarjo

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana merancang sebuah Buku Visual Batik Jetisan Sidoarjo ?

1.4 Batasan Masalah

Batasan masalah dari output tugas akhir ini adalah :

1. Merancang sebuah buku visual batik Jetisan Sidoarjo.

2. Merancang output pendukung, antara lain :

- Gimmick : Pembatas buku dan pin.

- Banner : Banner Promosi yang diletakkan di toko-toko buku.

1.5 Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dengan dilakukannya penyusunan laporan tugas

akhir ini adalah :

1. Dengan Pembuatan karya TA ini tujuannya adalah penulis ingin menyampaikan

bahwa batik Jetisan Sidoarjo itu ada dan mempunyai ciri khas dari Sidoarjo.

2. Menjelaskan tentang kampoeng Batik Jetis Sidoarjo, sekilas sejarah batik

Sidoarjo, jenis batik Sidoarjo dalam outlet-outlet batik yang ada di Jetis serta

(24)

9

1.6 Manfaat

Adapun manfaat yang hendak dicapai dengan dilakukannya penyusunan laporan

tugas akhir ini adalah :

1. Agar bagi setiap pembaca mengetahui bahwa Sidoarjo mempunyai batik yang

khas dan mempunyai kekhasan kota.

2. Agar bagi batik Sidoarjo sendiri dapat dikenal oleh masyarakat luar kota

Sidoarjo, mulai dari sejarah batik Sidoarjo, jenis batik Sidoarjo, cara pembuatan

(25)

10

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Tentang Batik serta Kajian Layout

2.1.1 Kajian Tentang Batik

Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa “amba” yang berarti menulis dan

“titik”. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan “malam”

(wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye),

atau dalam Bahasa Inggrisnya “wax-resist dyeing”.

Ragam corak dan warna Batik sangat dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing.

Pada mulanya batik mempunyai corak dan warna yang terbatas, serta beberapa corak hanya

boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Semula bahan batik terbuat dari bahan kain berwarna

putih. Bahan ini dibuat dari kapas yang dinamakan kain mori.17 Akan tetapi, pada

perkembangannya, batik dibuat juga dengan bahan lain, seperti sutra, polyester, rayon, dan

bahan sintetis lainnya.

Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan

sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari

bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India.

Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India,

Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua

Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal

dari Indonesia, terutama dari Jawa.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga

kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif

batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik

tadisional hanya dipakai oleh keluarga keratonYogyakarta dan Surakarta.

Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini

masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto,

yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.18

17

Aep S. Hamidin, “Batik Warisan Budaya Asli Indonesia” , hlm. 63

18

(26)

11 2.1.2 Sejar ah Batik

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan

Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan,

pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada

masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan

terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya

kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah

akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik

tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis

atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak

daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah-daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi

alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian

Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi

salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan

hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para

pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka

kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya

masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas

menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang.

Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian

rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu

itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan19 asli

Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan

bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.

19

(27)

12 Jaman Majapahit, batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, dapat

ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat

hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada

hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit

berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat

digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung

yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo,

yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama

Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati

Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang

bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan

Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama

Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.

2.1.3 Sejar ah Batik Sidoarjo

2.1.3.1 Asal Mula Batik Sidoarjo

Banyak sumber yang menyatakan batik sudah mulai muncul sejak tahun 1920- an.

Ada juga yang menyatakan batik sudah ada sejak tahun 1922- an. Tidak ada petunjuk yang

menegaskan kapan kegiatan perbatikan mulai di Sidoarjo. Namun yang jelas kegiatan

perbatikan di Sidoarjo memang ada dan sudah ada sejak jaman kemerdekaan. Hal ini

ditegaskan dengan keberadaan sentra batik yang ada di wilayah Sidoarjo. Antara lain Desa

Kedungcangkring Kecamatan Jabon, Desa Sekardangan Kecamatan Sidoarjo, dan Kampung

Jetis Pekauman Kecamatan Sidoarjo.

2.1.3.2 Punah Per lahan

Namun seiring dengan perkembangan jaman, sentra – sentra tersebut satu persatu

mulai hilang. Hal ini dikarenakan sebagian besar pekerja batik mulai beralih bekerja sebagai

(28)

13 Kampung Jetis yang masih menunjukkan aktivitas perbatikan. Sedangkan yang lain sudah

hilang.

Pada tahun 1970-an, industri batik Sidoarjo menjadi salah satu tiang penopang

ekonomi utama dari hampir seluruh rumah tangga di Kampung Jetis. Sebagai gambaran,

sesuai dengan informasi yang diperoleh diperkirakan sebagian besar (sekitar 90%) dari

penduduk di Jetis, khususnya kaum perempuan, bekerja sebagai perajin, pengusaha atau

pekerjaan lain yang terkait dengan batik. Namun demikian, pada masa sekarang

diperkirakan kurang dari 10% penduduk perempuan yang masih bekerja sebagai pembatik.

Hal ini diakibatkan oleh banyaknya penutupan usaha yang mengancam kelestarian usaha

dan budaya batik Sidoarjo.

2.1.4 Batik Sidoarjo: J etisan dan Kenongo

Batik Sidoarjo memiliki dua daerah yang menjadi trademark batik Sidoarjo, yaitu

batik Jetisan dari Jetis dan batik Kenongo dari Tulangan. Perbedaan mereka adalah terletak

pada motif, warna20 dan sejarahnya. Batik Jetisan memiliki motif yang klasik dan hanya

sedikit modifikasi. Sedangkan untuk batik Kenongo merupakan hasil karya desainer. Warna

batik Jetisan lebih full colour sedang batik Kenongo hanya maksimal tiga warna. Batik

Jetisan telah ada sejak 1975 sedang batik Kenongo dikembangkan mulai 1974.

Gambar . 2.1 Batik J etisan

Batik Kenongo merupakan batik tertua dari batik desa Tulangan. Bermula dari

seorang pensiunan militer Pak Usman, yang kembali ke daerah asalnya Sidoarjo dari Jakarta

20

(29)

14 tempatnya selama berdinas. Beliau kemudian membina pembatik-pembatik di daerah

Tulangan. Namun mereka tidak lagi membatik dengan cara yang konvensional tetapi dengan

cara membuatkan desain batik untuk motif.

Dengan mengusung dan mempertahankan ciri khas dari batik Kenongo maka dapat

bertahan dalam persaingan batik yang makin ketat. Namun bagi Tito Herlambang (seorang

penerus batik kenongo yang merupakan generasi kedua, putra kedua dari Pak Usman sang

Pelopor) mengatakan, “Tidak pernah merasa takut dengan persaingan batik yang ada, karena

batik kenongo memiliki kekhasan tersendiri yang dicintai oleh pembelinya”.

Persaingan antara perajin batik itu ada tetapi tidak ada ketakutan pada setiap

pengrajin batik, meski pada dasarnya motif-motif batik ini masih belum dipatenkan. Namun

batik itu merupakan karya seni jadi akan sulit menirunya dengan setepat-tepatnya. Apalagi

dalam membuatnya hanya satu atau dua potong dan pelanggan sudah sangat hafal dengan

produk dari batik ini. Kekhasan dan ciri khas dari desain motif yang dibuat hanya satu atau

dua potong saja tiap motif menjadikan pembatik Kenongo percaya batik Kenongo akan terus

bertahan. Batik kenongo memang tidak terlalu ramai dengan warna. Dengan menggunakan

warna dua atau tiga warna21, telah dapat menciptakan sebuah batik yang indah dan anggun.

Gambar . 2.2 Motif Batik Kenongo

Motif-motif batik kenongo yang cenderung kontemporer dengan bentuk tumbuh-tumbuhan

didesain oleh desainer batik kenongo sendiri yang merupakan banyak perpaduan dari

berbagai bentuk. Seperti bentuk kembang bayem, daun yang menjulur dan bentuk sulur.

21

(30)

15 Batik kenongo berusaha terus berinovasi dalam motif tanpa meninggalkan ciri

khasnya. Pada saat ini dimana seluruh instansi mulai menggalakkan penggunaan batik,

diperlukan inovasi desain untuk masing-masing instansi atau perusahaan. Kondisi ini sangat

menguntungkan dalam hitungan diatas kertas maka tidak akan berhenti para pembatik

melayani pembeli. Hal ini merupakan peluang pasar yang harus dimanfaatkan untuk

meningkatkan taraf ekonomi dari pembatik itu sendiri.

Dengan adanya kebijakan mengenakan batik sebagai pakaian kerja, para perajin

batik yakin tidak akan kehabisan pasar. Di daerah Sidoarjo saja pasar ini tak akan habis.

Pada pengerjaan batiknya menggunakan pewarnaan sintesis dengan pemikiran ekonomis.

Dengan proses yang cepat akan dihasilkan lebih banyak karya batik tulis. Sehingga perajin

batik itu sendiri akan cepat mendapatkan upahnya. Dengan adanya hubungan sinergi antara

pasar dan perajin maka diharapkan perajin tidak lagi merasa upahnya terlalu rendah jika

dibanding bekerja dalam profesi lain. Hal ini tentunya akan berdampak semakin banyaknya

perajin yang mau kembali membatik. Sekaligus juga akan mengurangi kecemasan mulai

berkurangnya para pembatik.

Gambar . 2.3 Motif Batik Kenongo

Untuk meningkatkan SDM dan juga melestarikan batik, para pengrajin batik ini

berpikir untuk membuat sekolah batik. Bekerja sama dengan berbagai pihak yang peduli

dengan masalah ini, ia ingin membuka sekolah batik untuk umum. Dengan menggabungkan

berbagai komponen diharapkan hal ini akan menjadi sebuah sentra industri dengan

(31)

sangat-16 sangat mencukupi. Dengan pemikiran idealisnya, para pembatik Kenongo yang telah banyak

mendesain batik untuk berbagai instansi ini, membayangkan sekolah batik ini akan dapat

membuka lapangan pekerjaan baru bagi para pencari kerja. Modalnya tidak banyak dan

diyakini akan berhasil. Karena perhitungkan modal yang diperlukan tidak banyak, dengan

bantuan dari perbankan daerah, dan para pengrajin batik yakin modal itu akan cepat

kembali. Karena pasar sudah ada. Hal ini tentunya tidak akan menutup kemungkinan untuk

melakukan ekspor.22

Ekspor membutuhkan ketepatan waktu, kualitas batik dan harga yang pantas untuk

ekspor, maka SDM nya perlu benar-benar dipersiapkan. Saat ini Tito hanya menunggu

waktu untuk mewujudkannya, juga diharapkan perhatian pemerintah untuk usaha pelestarian

batik khususnya pembinaan SDM yang terampil dan professional.

2.2 Kajian Tentang Buku

2.2.1 Pengertian Desain dan Desain Grafis

Grafis yang dalam isitilah bahasa Inggris disebut Graphic diartikan sebagai goresan

yang berupa titik-titik atau garis yang berhubungan dengan kegiatan cetak mencetak dalam

Pengantar Desain Komunikasi Visual (Kusrianto. 2006). Desain menurut Atisah Sipahelut23

diartikan sebagai bentuk rumusan dan suatu proses pemikiran. Rumusan atau proses

pemikiran yang dituangkan dalam wujud gambar tersebut merupakan pengalihan gagasan

kongkrit si perancang desain kepada orang lain.

Desain adalah sesuatu yang muncul ketika seni bertemu industry, ketika orang mulai

membuat keputusan mengenai seperti apa seharusnya produk-produk yang dibuat secara

missal.24

Desain grafis dapat diartikan sebagai proses pemikiran untuk mengalihkan gagasan

dalam wujud gambar. Dalam proses mendesain ini seorang desainer dapat mempergunakan

peralatan manual seperti kuas atau dengan teknologi komputer. Desain grafis komputer

dapat diartikan sebagai upaya untuk mengalihkan gagasan kepada orang lain dalam wujud

gambar yang dibuat menggunakan bantuan teknologi computer.

22

http://www.epochtimes.co.id/nasional.php?id=369

23

Atisah Sipahelut, 1991 (dalam buku “Desain Grafis Komputer”, Pujiriyanto, Andi : Jogja)

24

(32)

17 Seni grafis adalah sejenis karya seni murni yang umumnya memiliki dwimatra,

merupakan hasil kerja di atas kertas, lempengan batu, logam, kayu, lembar sablon atau yang

lain yang pada permukaanya terlebih dahulu seseorang telah mengungkapkan gagasan dan

cita rasa seninya dalam bentuk goresan, cukilan, torehan, guratan, sapuan, dan sebagainya.

Dalam pengertian umum isitilah grafis meliputi semua bidang visual yang dilaksanakan

pada suatu permukaan dua dimensional sebagaimana lukisan, drawing, atau fotografi. Istilah

grafis sebenarnya tidak jauh berbeda dengan print making atau cetak-mencetak. Dalam

penerapannya meliputi semua karya desainer dalam bentuk gambaran orisinil apapun untuk

direproduksi dengan berbagai proses.

Grafis merupakan media yang tidak asing lagi bagi dunia pendidikan. Istilah grafis

seringkali dikaitkan dengan gambar dan dikatagorikan sebagai bahan komunikasi visual.

Pengguanaan bahan-bahan visual (gambar-gambar, foto, film, televisi, transparansi, bagan,

diagram, ilustrasi teks, animasi, pembelajaran berbantuan komputer, dan sebagainya ) untuk

melengkapi pengajaran di kelas, telah menjadi cara umum dalam pengajaran di semua

tingkatan pendidikan, tidak terkecuali lembaga-lembaga penyelenggara jasa pelatihan baik

formal maupun non-formal dan dalam program pengembangan lainnya.

Penggunaan bahan-bahan visual dalam beberapa studi secara empiris berbukti

meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Namun dalam beberapa kasus

tidak selamanya penggunaan bahan-bahan visual dalam pengajaran dengan tujuan spesifik

selalu lebih efektif dari pengajaran tanpa menggunakan bahan-bahan visual. Hasil-hasil

penelitian mengindikasikan bahwa penggunaan bahan-bahan visual untuk melengkapi

pengajaran biasa (oral/print instruction) menunjukkan berbagai tingakatan efektivitas yang

berbeda dalam situasi yang berbeda-beda.

2.2.2 Elemen Penting Dalam Layout Buku

Pada dasarnya Layout dapat dijabarkan sebagai tata letak suatu elemen-elemen

desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/pesan yang

dibawanya.25

25

(33)

18 2.2.2.1 Margin

Margin26 menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati

oleh elemen-elemen layout. Kalau kita jalan-jalan ke pantai, sering kali kita lihat ada

tonggak-tonggak yang dipancangkan di laut sebagai batas aman untuk berenang, margin

juga berfungsi sama seperti itu.

Margin mencegah agar elemen-elemen layout tidak terlalu jauh ke pinggir halaman. Karena

hal tersebut secara estetika kurang menguntungkan atau yang lebih parah lagi, elemen layout

terpotong pada saat pencetakan. Namun ada juga yang sengaja meletakkan elemen layout

jauh ke pinggir halaman bila memang konsep desain tersebut mengharuskan demikian dan

sudah melalui pertimbangan estetis sebelumnya.

2.2.2.2 Grid

Grid27 adalah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me-layout. Grid

mempermudah kita menentukan di mana harus meletakkan elemen layout dan

mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang

mempunyai beberapa halaman.

Dalam membuat grid, kita membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan

garis-garis vertikal, dan juga yang horizontal. Sedangkan untuk merancangnya harus

mempertimbangkan factor-faktor berikut :

- Berapa ukuran dan bentuk bidangnya

- Apa konsep dan style desainnya

- Berapa ukuran huruf yang dipakai

- Berapa banyak isinya/informasi yang ingin dicantumkan

2.2.2.3 Tipografi atau Font

Tipografi sangat berkaitan erat pada layout.28 Karena dalam sebuah buku sebuah

tipografi sangat menentukan untuk dapat dibaca ataupun ditentukan karakteristik buku

26

Layout dan Dasar Penerapannya, Surianto Rustan, S.Sn, Gramedia Pustaka Utama, 2008

27

Layout dan Dasar Penerapannya, Surianto Rustan, S.Sn, Gramedia Pustaka Utama, 2008

28

(34)

19 tersebut sebagai buku apa. Karena tipografi sangat penting, maka tipografi termasuk dalam

salah satu unsur penting dalam layout.

2.3 Pr insip Dasar Desain

Untuk menghasilkan desain yang berkualitas diperlukan pertimbangan yang cerdas

dalam mengorganisasikan elemen-elemen grafis sesuai dengan prinsip-prinsip desain secara

tepat dengan memperhatikan keterbatasan bahan. Untuk itulah diperlukan kreativitas untuk

menghasilkan desain yang kreatif.

Ciri-ciri desain yang kreatif adalah dapat menarik perhatian pembaca, tulisan di

dalamnya mudah dibaca dan dimengerti, informasi tulisan dilengkapi dengan informasi

visual, dapat mengangkat intisari tulisan tersebut dan dapat menceritakan suasana setempat

dan perasaan orang yang bersangkutan.

Menurut Stephen McElroy29 pada intinya adalah bagaimana caranya agar desain itu

komunikatif dan persuasif. Adapun prinsip-prinsip desain adalah :

1. Keseimbangan, artinya halaman harus tampil seimbang dan harmonis.

Untuk mendapatkan desain yang enak dilihat adalah dengan peletakan keseimbangan dan

keharmonisan dari unsur-unsur desain. Karena prinsip yang mendasar dari komposisi

yang mudah diidentifikasikan dan terlihat jelas adalah keseimbangan. Bila kami melihat

sebuah benda dengan berat yang sama diletakkan pada jarak yang sama di atas sebuah

sumbu maka akan terlihat bahwa kedua belah sisi dari garis akan terlihat sama.

Namun, bisa saja kedua benda yang seolah-olah dengan bentuk yang sama namun

memiliki massa berbeda akan terlihat tidak seimbang apabila diletakkan pada timbangan

dengan sebuah titik di tengahnya.

Keseimbangan ada beberapa jenis, diantaranya :

- Keseimbangan Simetris: Keseimbangan simetris obyek-obyek yang disusun di

sebelah kiri dan sebelah kanan sumbu khayal sama dalam bentuk, ukuran, bangun

dan letaknya.

- Keseimbangan Asimetris: Susunan keseimbangan asimetris diperoleh jika bentuk ,

bangun, garis, ukuran, volume diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak mengikuti

29

(35)

20 aturan keseimbangan simetris. Keseimbangan asimetris banyak dipergunakan untuk

desain modern atau kontemporer.

- Keseimbangan horizontal : Keseimbangan yang diperoleh dengan menjaga

keseimbangan antara bagian bawah dan bagian atas.

2. Keserasian atau Harmoni

Prinsip desain diartikan sebagai keteraturan di antara bagian-bagian sebuah karya.

Keserasian adalah suatu usaha untuk menyusun berbagai macam bentuk, bangun, warna,

tekstur, dan elemen-elemen lain dalam satu komposisi yang utuh agar nikmat dipandang.

Serasi atau harmoni bisa dicapai dengan kesamaan arah, kesamaan bentuk dan bangun

meskipun berbeda ukuran ataupun dengan tekstur yang bersifat sama. Keserasian bisa

dicapai dengan berbagai variasi agara tidak membosankan.

3. Proporsi

Proporsi adalah perbandingan antara satu bagian obyek dengan obyek lain atau degan

keseluruhannya. Proporsi berbeda dengan skala. Propersi sangat terkait degan obyek lain

yang telah diketahui sebelumnya. Misalnya, ukuran gambar yang serasi untuk newsletter

jelas kurang proporsional untuk baliho.

4. Skala

Skala merupakan ukuran relative dari suatu obyek yang akan terlihat setelah

dibandingkan dengan obyek lainnya. Penggunaan skala dapat menciptakan keserasian

dan kesatuan obyek dalam desain. Skala biasanya dinyatakan dengan ukuran panjang dan

lebar. Elemen-elemen yang digunakan memiliki hubungan dlam skala secara konsisten.

Penerapan memberikan garis bantu (grid). Obyek maupun badan menusia dapat juga

digunakan untuk skala, misalnya kaki, depa, hasta, dan lain-lain.

5. Irama atau Ritme

Ritme biasanya terkati dengan kesan gerak yang ditimbulkanoleh pengulangan elemen.

Didalam pengulangannya kami sebagai desainer dapat memberikan akses atau penekanan

tertentu. Ritme yang baik dapat memberikan kesan gerakan yang lembut dan

berkesinambungan. Irama mampu mengarahkan perhatian dari bagian yang satu ke

bagian yang lain. Irama dapat sederhana, namun dapat juga sangat kompleks. Gradasi

merupakan jenis irama yang sering digunakan degan melakukan perubahan secara

bertahap terhadap elemen, baik dari segi warna, ukuran, atau nilai, yang diberikan

(36)

21

2.4 Kajian Tentang Layout yang Efektif

2.4.1 Konsep Desain Layout

Tantangan yang paling menarik dari desain grafis maupun tata desain layout adalah

“ketiadaaan aturan atau hukum yang universal”. Semuanya serba relative. Kami bisa

memakai sarana dan teknik dalam suatu karya secara efektif dan berhasil, tetapi belum tentu

sarana dan teknik tersebut efektif dan cocok untuk karya yang lain.

Sebagai contoh, desain sebuah iklan dengan ruang putih yang dominan di pinggir

bidang halaman akan mampu menonjolkan isi pesan serta member kesan menarik. Namun

di pihak lain, ruang kosong di pinggir halaman korann bias membuat teks terkesan tidak rapi

sehingga pembaca akan enggan melihatnya.

Apabila desain grafis mapupun tata layout dibuat patent dengan standar yang baku,

maka pekerjaan mendesain akan diambil alih oleh computer saja. Seorang desainer akan

kehilangan pekerjaan setelah menyelesaikan beberapa karya templatenya. Oleh karena itu,

beruntunglah bahwa dalam desain tata letak tidak dikenal aturan-aturan yang berlaku secara

menyeluruh. Justru di situlah peran seorang desainer. Bagi seorang desainer yang baik,

berkarya dalam suatu proyek tidak akan terdapat misi yang berbeda, yang ditujukan kepada

publuk yang berbeda, klien yang seleranya berbeda, atau yang jelas untuk menyampaikan isi

informasi yang berbeda.

2.4.2 Pr insip Layout yang Baik

Dalam setiap buku atau tulisan yang membahas pembelajaran tentang prinsip desain,

selalu dimuat 5 buah prinsip utama dalam desain Menurut Tom Lincy30, yaitu :

PROPORSI (Proportion)

(37)

22 2.4.2.1Pr oporsi (Proportion)

Proporsi yang dimaksud adalah kesesuaian antara ukuran halam dengan isinya.

Dalam dunia tata layout, dikenal ukuran kertas atau bidang kerja yang paling populer, yaitu

yang dikenal dengan ukuran Letter, 805” x 11”. Proporsi itu memiliki sejarah panjang, lebih

dari 15 abad yang lalu.

Awalnya adalah ketika ditemukannya lembaran-lembaran Vellum (naskah yang ditulis

pada kulit domba) yang dilipat-lipat dengan ukuran letter tersebut, kemudian dijahit

sembung menyambung membentuk sebuah Codex. Codex adalah bentuk awal sebuah buku

yang susunannya dilipat-lipat (bukan digulung seperti prasasti jaman Mojopahit).

2.4.2.2Keseimbangan (Balance)

Prinsip keseimbangan merupakan suatu pengaturan agar pe-nempatan elemen dalam

suatu halaman memiliki efek seimbang. Terdapat dua macam keseimbangan, yaitu

keseimbangan formal atau simetris dan keseimbangan informal atau tidak simetris.

Keseimbangan formal digunakan untuk menata letak elemen-elemen grafis agar

terkesan rapi dan formal. Prinsip keseimbangan formal atau simetri sering digunakan dalam

karya publikasi yang dibuat untuk member kesan dapa dipercaya, dapat diandalkan, serta

memberi kesan aman.

Prinsip itu sering itu sering dipergunakan untuk menggambarkan adanya dinamika,

energy, dan pesan yang bersifat tidak formal. Prinsip tersebut juga sering digunakan oleh

kalangan muda. Penerapan prinsip itu berhubungan dengan prinsip-prinsip lainnya, yakni

kesatuan dan harmoni.

2.4.2.3Kontr as (Contrast)

Saat mengamati suatu visual, kami sering mendengar komentar, “Wah, desain ini

terlalu datar”. Sementara itu, ada juga komentar “Di mana penekanannya?” “Apa

maksudnya?”.

Jika suatu layout desain menampilkan elemen-elemen yang sama kuatnya, maka

akhirnya tidak ada satupun materi di halaman itu yang menonjol. Oleh karena itu,

deperlikan suatu kontras sehingga akan diperoleh fokus yang ingin ditonjolkan.

Masing-masing elemen di halaman kami harus ada yang dominan. Anda dapat

(38)

23 elemen sama menonjolnya, maka mereka akan berebut mencari perhatian. Dalam pemilihan

huruf, misalnya, penggunaan huruf tebal yang dikombinasikan dengan huruf tipis dapat

menimbulkan kontras. Huruf berukuran besar jika disandingan dengan huruf kecil juga akan

menimbulkan kontras. Banyak yang dapat dilakukan untuk memadu objek agar muncul

kontras sehingga diperoleh fokus perhatian.

2.4.2.4Irama (Rhythm)

Irama sebenarnya bermakna sama dengan Repetition alias pola perulangan yang

menimbulkan irama yang enak diikuti. Penggunaan pola warna maupun motif yang diulang

dengan irama tertentu merupakan salah satu prinsip penyusunan layout.

Dalam publikasi yang memiliki beberapa halaman, kontinuitas dari iramanya

haruslah dijaga. Supaya diperoleh irama. Kami harus membuat beberapa elemen tetap yang

diulang-ulang polanya. Dengan demikian, pembaca masih dapat mengikuti alur dari

publikasi kami melalui cirri dari desain layout tersebut..

2.4.2.5Kesatuan (Unity)

Prinsip kesatuan adalah hubungan antara elemen-elemen desainyang semula berdiri

sendiri-sendiri serta memiliki ciri sendiri-sendiri yang disatukan menjadi sesuatu yang baru

dan memiliki fungsi baru yang utuh.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, misalnya mendekatkan elemen-elemen

sehingga berdampingan (side by side) atau bersinggungan (in contact each other). Selain itu,

dapat ditambahkan warna atau alat-alat bantu seperti garis border atau ornament. Penerapan

prinsip kesatuan dalam desain grafis harus memerhatikan karakteristik dan fungsi setiap

elemen.

Gerald A. Silver, dalam bukunya Graphic Layout and Design, menyarankan agar

elemen-elemen yang ditata memperoleh unity dan kontras yang mudah ditangkap oleh mata

pembaca, maka cobalah mengikuti pola bentuk huruf seperti L, U, T, O dengan tanpa

meninggalkan prinsip-prinsip desain grafis yang lain. Namun, semakin bebasnya seorang

desainer dalam mengolah media dan elemen grafis, teori tersebut menjadi tidak terlalu

(39)

24

2.5 Study Eksisting

2.5.1 Study Kompar ator : Buku Batikku karangan Ani Yudhoyono

Gambar 2.4 Cover Buku Kompar ator

Judul Buku : “Batikku”

Penulis : Ani Yudhoyono

Penerbit : Elek Media Komputindo Gramedia

Cover : Soft Cover (Art Paper 210 grm + laminasi doft + Hot Print)

Isi : Art Papaer 120 grm

Tebal halaman : 340 halaman

Finishing : blok Lem, soft cover

Harga Jual : Rp. 65.000,-

Sinopsis : Buku ini memberikan wacana tentang batik dan jenis serta ciri-ciri khas

batik di seluruh daerah Jawa.

Gaya bahasa : Isi buku sebenarnya ringan dan bu Ani Yudhoyono memberikan kata kunci

yaitu kata-kata seperti sebuah sastra tentang apa yang disampaikan lewat ceritanya tentang

batik. Sehingga, membuat buku ini nikmat dibaca dengan santai. Dalam buku ini di bagi

menjadi beberapa bab yang dimana masing-masing bab mempunyai tema-tema tentang jenis

(40)

25 Visualisasi Desain :

Cover

Cover sangat mencolok dengan gambar bu Ani Yudhoyono yang sedang melakukan

kegiatan membatik dengan background para pengrajin batik. Kemudian pada judul sangat

elegan dengan sentuhan spot uv dengan warna emas.

Isi Buku :

Gambar 2.5 Layout Buku Kompar ator

Grid

Desain layout hanya menggunakan grid yang bagus dan simple.

Warna

Untuk cover menggunakan warna dari foto yang menggambarkan seorang pembatik dan

background cover belakang menggunakan motif batik. Warna hanya menggunakan warna

hitam untuk tulisan dan putih kertas.

Font

Untuk cover menggunakan font jenis serif. Yang mengartikan elegan dan mewah. Hingga

buku ini secara tidak langsung akan “berbicara” pada masyarakat yang melihat adalah

(41)

26 Bab

Buku ini dalam tiap babnya membahas makna jenis-jenis batik saja dan sedikit membahas

tentang pembatik dan pembuatannya..

Elemen Visual

Untuk elemen visual hanya layout dan grid.

2.5.2 Study Kompetitor : Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo

Gambar 2.6 Cover Buku Kompetitor

Judul Buku : “Batik Tulis Tradisional Kauman, Solo”

Penulis : Heriyanto Atmojo, S.Sn.

Penerbit : Elek Media Komputindo Gramedia

Cover : Hard Cover (Karton 3mm + Art Paper 210 grm + Hot Print)

Isi : Art Papaer 150 grm

Tebal halaman : 112 halaman

Finishing : blok Lem, hard cover

Harga Jual : Rp. 170.000,-

(42)

27 Gaya bahasa : Isi buku sebenarnya ringan dan penulis memberikan kata-kata pada kalimat

yaitu kata-kata yang bersifat keterangan gambar. Sehingga, membuat buku ini menjadi

buku tentang informasi foto saja dan tidak adanya cerita dari bab awalnya untuk menunjang

bab berikutnya.

Visualisasi Desain :

Cover

Cover menggunakan backgroung motif dari kayu dan teks judul menggunakan warna

emas kecoklatan, sehingga kurang jelas untuk dibaca.

Isi Buku :

Gambar 2.7 Layout Buku Kompetitor

Grid

Desain layout hanya menggunakan grid minimalis.

Warna

Untuk cover menggunakan warna yang kurang pas, karena menggunakan background warna

coklat dan menggunakan teks judul emas kecoklatan sehingga kurang jelas untuk dibaca.

(43)

28 Font

Untuk cover menggunakan font jenis serif. Yang mengartikan elegan dan mewah. Hingga

buku ini secara tidak langsung akan “berbicara” pada masyarakat yang melihat adalah

mahal.

Bab

Buku ini dalam bab awal membahas apa saja yang ada dalam kampong Kauman, Solo serta

menunjukkan dan menjelaskan makna jenis-jenis batik apa saja yang ada di Solo dan sedikit

membahas tentang pembatik dan pembuatannya..

Elemen Visual

(44)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi J udul dan Sub J udul

3.1.1 Definisi J udul

Dalam perancangan ini judul yang diangkat adalah “Perancangan Buku Profil dan

Promosi Batik Jetisan Sidoarjo “. Aspek-aspek yang ditelusuri adalah media yang dapat

menjadi sebuah wacana, pengetahuan bagi masyarakat serta promosi batik Sidoarjo sebagai

salah satu warisan budaya bangsa yang ada di Jawa khusunya di kota Sidoarjo, khususnya

batik Jetisan Kampung Batik Jetis.

Media utama yang terpilih adalah buku, karena buku memiliki sifat everlasting, tidak

termakan zaman dan masih bisa digunakan sampai bertahun-tahun (Depth interview Pak

Hwie, pengusaha Perpustakaan Medayu Agung dan pengkoleksi Buku Langkah), dengan

demikian buku menjadi alat komunikasi jangka panjang dan paling berpengaruh terhadap

perkembangan kebudayaan manusia dan Indonesia.

3.1.2 Definisi Batik

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari

budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa

lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian,

sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai

ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini.

Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis

maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah

(45)

30 3.1.3 Definisi Pr omosi

Promosi merupakan salah satu komponen bauran pemasaran. William J. Stanton

memberikan definisi, “Promotion is an exercise in information, persuasion and

communication”.31

Kegiatan yang tidak menyampaikan informasi, membujuk, dan komunikasi adalah

bukan promosi. Menurut Harper, “Promosi adalah suatu program terkendali dan terpadu dari

metode komunikasi material perusahaan atau produk yang dapat memuaskan konsumen,

mendorong penjualan serta member kontribusi pada kinerja laba perusahaan”32 (2000:65).

Berdasarkan pendapat tersebut, promosi bukan program yang tidak terkendali dan

terpadu metode komunikasi material perusahaan atau produk yang dapat memuaskan

konsumen, mendorong penjualan serta member kontribusi pada kinerja laba perusahaan.

Promosi menunjukkan adanya lalu lintas informasi dua arah meliputi informasi mengenai

produk, dan segenap informasi organisasi yang memerlukan pengelolaan dalam

keberadaannya.

3.2. Teknik Sampling

3.2.1 Target Audiens

Kuisioner 1 :

Analisis Target segmen :

J enis Kelamin : Pria dan Wanita

Analisa : Target Audiens Pembaca tidak dibatasi Pria atau wanita saja, namun dua-duanya

memiliki peluang untuk membeli dan membaca, karena yang penting mereka memiliki

kesamaan yaitu mempunyai minat untuk mendapatkan informasi tentang banyak hal, suka

membaca, mempunyai minat terhadap sejarah dan budaya, menghargai budaya local.

Usia : 30-45 Tahun

Analisa : Target Audiens yang dituju adalah target yang menghargai budaya lokal dan

peduli dengan budaya lokal, suka mencari informasi tentang banyak hal, suka membaca dan

tidak ragu mengeluarkan uang utntuk membeli sesuatu yang diapat memberikan informasi

yaitu buku dan sejenisnya oleh karena itu target audiens yang disasar adalah target segmen

(46)

31 Target audiens yang termasuk dalam kategori masa peningkatan karir yaitu untuk

Usia 30-45 tahun dimana pada usia tersebut keluarga dan karir telah terbentuk dan pada usia

tersebut mereka mulai mencari barang-barang yang berkualitas untuk menjaga penampilan

dan mendukung karirnya.33

Kesimpulannya target segmen dengan usia tersebut mempunyai minat yang tinggi

yntuk membli barang yang berkualitas, sedangkan buku termasuk barang yang berkualitas

dalam kehidupan manusia. Sehingga peluang cukup besar adanya minat target untuk

membeli buku.

Pendidikan : D3, S1, S2

Analisa : Bagi masyarakat yang suka mendapatkan informasi tentang banyak hal, jelas

mereka juga peduli dengan pendidikan. Salah satu cara mendapatkan informasi juga bisa

dengan melalui mengenyam pendidikan.

Pekerjaan : Pegawai / Karyawan Swasta, Wiraswasta

Analisa : Dengan memliki perkerjaan sehingga mempunyai pengahsilan dan sebagaian

anggarannya disisihkan untuk mendapatkan informs salah satunya dengan membeli Buku.

Karena mereka telah bekerja dan memperoleh pengasilan sehingga keputusna untuk

membeli buku.

Pengeluaran perbulan > Rp. 2.500.000.

Analisa : Pengeluaran target dengan kisaran pengeluaran biaya rumah tangga perbulan

adalah Rp. 2.500.000,-, merupakan nominal yang bisa dijadikan ukuran bahwa target

mampu menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membeli buku. Termasuk target

dengan SES menengah keatas.

Tinggal di per kotaan (Urban)

Analisa : Dengan melihat dari pendidikan serta kelas sosial masyarakat dengan pengeluaran

target dengan nominal minimal Rp. 2.500.000,- dapat disimpulkan bahwa masyarakat ini

bertempat tinggal di perkotaan (Urban) dan termasuk dalam strata sosial kelas menengah ke

atas.

3.2.2 Demografi Target Audiens

- Unisex (Pria dan Wanita)

33

(47)

32 - Usia 30-45 tahun

- Pendidikan : D3, S1, S2

- Pengeluaran tiap bulan > Rp. 2.500.000,-

- Tinggal di perkotaan (Urban)

- SES Menengah keatas

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Melakukan penelitian data kualitatif, dengan cara sebagai berikut :

• Melakukan kuisioner langsung tentang pertanyaan – pertanyaan yang menyinggung

pada urgensitas dan kebiasaan atau respon masyarakat akan keberadaan batik Sidoarjo

ini.

• Dari situs Google Search, peneliti mengetikkan kata kunci “Sejarah Batik Sidoarjo” pada panel “search”, lalu klik “search” untuk mencari letak dokumentasi iklan tersebut

dalam situs tersebut.

• Memilih salah satu “hasil pencarian” yang dimaksud oleh peneliti (pada list hasil

pencarian) untuk masuk dalam link dimana data atau tulisan itu bisa dicopy.

Copy data pada situs tersebut untuk di download. Selanjutnya buka program Ms.Word

klik kanan di dokumen kosong, pilih “paste”. Lalu pilih menu “File – Save Document”

lalu tulis direktori tujuan penyimpanan file tersebut.

2. Observasi, meneliti pengunjung toko Batik “Danar Hadi” di Surabaya sebagai tolak ukur

pembeli batik yang mempunyai kelas strata sosial menengah ke atas, karena batik Danar

Hadi sudah mempunyai segmentasi ekspor Asia hingga Eropa, observasi ini yang

bersifat melihat serta menyimpulkan segmen siapa yang sering mengunjungi toko Batik

ini, serta melihat informasi pengembangan batik Danar Hadi di websitenya.34

3. Kepustakaan atau studi literatur. Merupakan teknik pengumpulan data yang berupa

buku-buku, ensiklopedia, jurnal ilmiah, maupun situs internet yang berhubungan dan

mendukung kajian “sejarah dan budaya batik di masyarakat Indonesia dan masyarakat

Jawa pada umumnya” — khususnya kultur batik, visual image, teori kelas sosial, dan

kebudayaan Jawa—sebagai topik penulisan yang relevan dengan penelitian ini.

34

(48)

33 3.4 Metode Penelitian

Proses penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian, antara lain :

1. Penentuan Problematika

Setelah fenomena didapatkan lengkah selanjutnya untuk menentukan problematika

dengan cara melakukan depth interview dengan beberapa pakar dan pemilik studio batik di

Kampung Batik yang memang ahli dibidang tersebut sehingga kami mendapatkan

pengetahuan tentang topik yang diangkat, setelah itu untuk mengetahui pandangan

konsumen terhadap topik yang diangkat, dengan melakukan survey berupa penyebaran

kuisioner kepada 50 responden pada tahap pertama serta 50 responden pada tahap kedua dan

wacana dari pakar maka dapat ditarik menjadi sebuah problematika / identifikasi masalah.

2. Konsep Desain

Untuk menentukan konsep desain memerlukan penelusuran lebih jauh dengan cara

studi eksisting, yaitu mengkaji eksisiting yaitu buku yang menjadi acuan dan mengkaji

komparator yaitu buku dengan topik sejenis yang telah ada saat ini, cara pengkajian yaitu

studi gaya bahasa, studi warna, studi visual yaitu elemen pendukung dalam buku, tata

layout. Kemudian melakukan kuisioner untuk menemukan karakteristik target audiens,

sehingga setelah ditemukan, suatu fenomena dan problematika digabungkan dengan

karakteristik target segmen sehingga menemukan keyword, keyword adalah penentuan untuk

konsep desain.

3. Penentuan Kinerja

Dari keyword dan konsep yang didapatkan kemudian diturunkan lagi menjadi

kriteria desain dengan mengkaji makna dalam keyword dan aspek visual turunan dari

keyword dan konsep desain dengan mengkaji dan digabungkan dengan tinjauan teori.

4. Alternatif Desain

Alternatif didapatkan setelah menemukan criteria dan melalui proses pembuatan

sketsa, thumbnail, rough desain yang kemudia dipilih beberapa menjadi alternatif desain

yang kemudia dikuisionerkan kepada target segmen.

5. Implementasi Desain

Implementasi desain didapatkan setelah final desain didapatkan dari alternative

desain yang dikuisionerkan untuk meminta pertimbangan dari target segmen sebagai

(49)

34

-Batik Jetis mempunyai segmen dan ragam batik yang khas akan tetapi pada

(50)

35

BAB IV

KONSEP DESAIN

4.1 Penelusuran Masalah

Batik merupakan warisan budaya asli Indonesia. Pada sejarahnya batik ditemukan di

Pulau Jawa. Batik di Jawa mempunyai banyak sekali corak dan macamnya. Dimulai dari

Jawa Timur. Batik di Jawa Timur pada sejarahnya di awali dari peradaban Majapahit. Batik

Majapahit disebut-sebut sebagai corak batik pertama yang ada di Indonesia.

Majapahit sebagai kerajaan yang besar mempunyai warisan yang besar untuk bangsa

dan Indonesia. Seperti halnya pada sejarahnya, Kerajaan Majapahit mempunyai daerah

kekuasaan hingga Nusantara dan juga sampai kawasan Asia Tenggara.

Latar belakang Kerajaan Majapahit itulah yang membuat batik Majapahit sangat kuat baik

nilai, corak dan filosofinya.

Dalam karya Tugas Akhir ini, kami membahas tentang Buku Profil Batik Sidoarjo

dan Promosi Batik Sidoarjo Sebagai Ciri Khas Kota. Dimana batik Sidoarjo merupakan

turunan dari batik terdahulunya yaitu Batik Mojopahit.

Di Sidoarjo ada 2 jenis batik. Yaitu Kenongo dan Jetisan. Dalam dua corak batik itu

sangat berbeda, untuk motif batik Kenongo sangat soft dalam warnanya beda halnya dengan

batik Jetisan yang lebih terang dan berani dalam warna dan coraknya. Dan batik Kenongo

lebih terekspos dan mempunyai promosi yang lebih baik dari pada batik Jetisan.

4.2. Identifikasi Masalah

Dari data kuantitatif atau kuisioner yang kami bagikan kepada 45 responden, dapat

kami simpulkan adalah :

1. Perlu promosi untuk mempromosikan batik Sidoarjo ini dengan urgensitas yaitu

(51)

36 - Sebanyak 4 orang tidak tahu tentang batik Sidoarjo.

- Sebanyak 46 orang yang tahu tentang batik Sidoarjo.

- Sebanyak 46 orang setuju bahwa batik Sidoarjo untuk dipromosikan.

- Sebanyak 4 orang setuju bahwa batik Sidoarjo tidak harus untuk

dipromosikan.

2. Perlu dibuatkan sebuah buku batik tentang Batik Sidoarjo, dengan tingkat

urgensitas sebagai berikut :

- Sebanyak 43 orang mengatakan perlu dibuatkan buku tentang batik Sidoarjo

- Sebanyak 7 orang mengatakan tidak perlu dibuatkan buku tentang batik

Dat a Kuant it at if Urgensit as Diperlukannya Promosi

Perlu dibuatkan

Gambar

Tabel 2.1 Diagram Struktur Organisasi  .......................................................
Gambar. 2.1 Batik Jetisan
Gambar. 2.2 Motif Batik Kenongo
Gambar. 2.3 Motif Batik Kenongo
+7

Referensi

Dokumen terkait

2) Pada penelitian ini tidak dilakukan pengujian tarik pada sengkang las, sehingga hasil sengkang las kemungkinan tidak sesuai dengan standar yang berlaku. 3) Pengujian yang

Socfindo Perkebunan Aek Loba berada pada kisaran 1 – 6 orang dan dengan rata-rata 3,49 orang dan persentase terbesar pada kategori sedang yaitu sebanyak 45 orang atau sebesar 51,72

Pengadilan Negeri Kudus dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap terdakwa hakim sudah memberikan hukuman sesuai dengan tuntutan jaksa yaitu tidak melebihi tuntutannya

Pengetahuan yang menjadi pusat pembicaraan mereka ialah pengetahuan yang diperoleh manusia pada umumnya, bukan pada manusia khusus seperti Nabi dan Rasul.Secara singkat

NO Nama Dosen Penasehat Akademik Nama Mahasiswa NIM 15 Mustika Dewi, SST, M.Keb 1.. Dian

Cardholer atau pemegang kartu adalah pihak yang menggunakan kartu kredit dalam kegiatan pembayaran, dimana pemegang kartu tersebut telah memenuhi prosedur atau

Untuk mengetahui pengaruh antara kepemimpinan instruksional kepala madrasah dan supervisi akademik pengawas terhadap profesionalitas guru MAN Rembang dan MAN Lasem

Bank Mandiri Cabang Krakatau Medan untuk meningkatkan kinerja karyawan dan pengawasan harus lebih diperketat namun tidak membatasi kebebasan karyawan dalam memilih