• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIIS

A. LANDASAN TEORI 1 Hakekat Pembelajaran

2. Tinjauan Tentang Belajar

a. Teori Belajar

Untuk memahami pengertian belajar di sini akan diawali dengan mengemukakan beberapa definisi tentang belajar. Ada beberapa pendapat para ahli tentang definisi tentang belajar. Burton dalam Aunurrahman (2009:35) pngertian belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Dalam buku Educational Psychology, H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap kebiasaan atau suatu pengertian.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang dilakukan oleh seorang idnividu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu dan lingkungan.

. Menurut Ratna Wilis (1989:12) istilah pengalaman membatasi macam- macam perubahan perilaku yang dapat mewakili belajar. Biasanya batasan ini dilakukan dengan memperhatikan penyebab-penyebab perubahan dalam perilaku yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengalaman. Jadi perubahan perilaku yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi indra, obat-obatan, dan kekuatan mekanik tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dianggap sebagai perubahan yang disebabkan oleh pengalaman, dank arena itu tidak dapat dianggap bahwa belajar telah terjadi. Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dll. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya kualitas dan kuantitas kemampuan seseorang dalam berbagai bidang. Dalam proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenarnya belum mengalami proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses belajar. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal dalah kondisi atau situasi yang ada dalam diri siswa, seperti kesehatan, keterampilan, kemapuan dan sebagainya. Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.

Dengan demikian belajar adalah suatu proses adaptasi atau panyasuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif yang menghasilkan perubahan– perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman secara langsung maupan tidak langsung.

1) Teori Bruner (Belajar Penemuan/discovery)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dapat dibedakan pada tiga fase. Ketiga proses itu adalah : memperoleh informasi baru, transformasi informasi, evaluasi dan ketepatan pengetahuan. Bruner menyebut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu : pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayan seseorang, kemudian model-model diadaptasikan pada kegunaan bagi orang bersangkutan. Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu ”sistem simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan dilakukannya. Salah satu model instruksional kognitif yang berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner (1966) dalam Ratna Wilis (1989:103) yang dikenal belajar penemuan (discovery). Bruner menganggap , bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengtahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Belajar yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode ekperimen diharapkan siswa belajar menemukan sendiri pengetahuannya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tentang laju reaksi, sehingga pengetahuan yang didapatkannya benar-benar bermakna.

2) Teori Ausuble (Belajar Bermakna)

Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis (1989:110) belajar dapat terdiri dalam dua dimensi yaitu : a) Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau pembelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan, b) Dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Inti dari teori ausubel tentang belajar ialah belajar bermakna. Bagi Ausubel belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dalam mengaitkan konsep-konsep ini Ausubel mengemukakan dua prinsip, yaitu prinsip diferensiasi progresif dan prinsip rekonsiliasi integratif. Kedua prinsip ini memperlihatkan bagaimana struktur kognitif siswa dipengaruhi secara optimal melalui mengajar, apapun bidang studinya. Menurut Ausubel ,dalam satu seri pelajaran hendaknya siswa diperkenalkan terlebih dahulu pada konsep-konsep yang paling umum atau paling inklusif. Sesudah itu materi pelajaran disusun secara berangsur-angsur menjadi konse-konsep yang lebih khusus. Dengan perkataan lain, model belajar Ausubel pada umumnya berlangsung dari umum ke khusus. Dengan menggunakan strategi ini, guru mengajarkan konsep- konsep yang paling inklusif dahulu, kemudian konsep-konsep yang kurang inklusif, dan setelah itu baru mengajarkan hal-hal yang khusus. Proses penyusunan konsep semacam ini disebut diferensiasi progresif. Prinsip kedua yang dikemukakan Ausubel ialah prinsip rekonsiliasi integratif atau penyesuaian integratif, menurut prinsip ini dalam mengajar, konsep-konsep atau gagasan-gagasan perlu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Dengan kata lain guru hendaknya menunjukkan pada siswa bagaimana konsep-konsep dan prinsip-prinsip itu saling berkaitan. Menurut Ratna Wilis (1989:121) Untuk mencapai rekonsiliasi integratif materi pelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa, sehingga kita bergerak ke atas dan ke bawah hirarki- hirarki konseptual waktu disajikan informasi baru.

3) Teori Gagne (Perubahan Tingkah Laku)

Belajar adalah suatu proses yang kompleks, sejalan dengan itu menurut R.M. Gagne (1970) dalam Sagala (2010:10) belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan stimulasi yamg berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Setelah belajar orang memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Dengan demikian dapat ditegaskan, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru. Belajar terjadi bila ada hasilnya yang dapat diperlihatkan, anak- anak demikian juga orang dewasa dapat mengingat kembali kata-kata yang pernah didengar atau dipelajarinya. Seorang dapat mengingat gambar yang telah dilihat, mengingat kata-kata yang baru dipelajarinya, atau mengingat bagaimana cara memecahkan hitungan. Menyatakan kembali apa yang dipelajari lebih sukar daripada sekedar mengenal sesuatu kembali. Karena pengamatan dan evaluasi pada perubahan perilaku yang ada, teori belajar Gagne terkenal dengan teori perubahan tingkah laku.

Gagne (1984) dalam Ratna Wilis (1989:11) mengamukakan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana suatu orgasisasi berubah perilakunya akibat pengalaman. Dari uraian teori Gagne diatas, dengan melakukan eksperimen,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

guru dapat memberikan informasi dan konsep baru baik dalam aspek afektif, kognitif maupun psikomotorik sehingga ada perubahan tingkah laku pada diri siswa.

4) Teori Piaget (Perkembangan Intelektual)

Menurut Piaget dalam Paul Suparno (2000:24), setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut : 1) Tahap Sensori-motor (0 – 2 tahun). Tahap sensorimotor lebih ditandai dengan pemikiran anak berdasarkan tindakan inderawinya. 2) Tahap Pra-operasional (2 – 7 tahun). Periode ini disebut pra-operasional, karena pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi- operasi mental, seperti menambah, mengurangi, dan lain-lain. Tingkat pra- operasional terdiri atas dua sub-tingkat. Sub-tingkat pertama antara 2 – 4 tahun yang disebut sub-tingkat kedua antara 4 hingga 7 tahun yang disebut tingkat berpikir intuitif. Menurut Piaget anak pra-operasional diwarnai dengan mulai digunakan nya simbul-simbul untuk menghadirkan suatu benda atau pemikirab khususnya penggunaan bahasa, 3) Tahap Operasional Konkret (7– 11 tahun). Tahap operasional konkret ditandai dengan penggunaan aturan logis dan jelas, 4) Tahap Operasional formal (11 – dewasa). Pada tahap ini dicirikan dengan berpikir abstrak, hipotesis, deduhtif, serta induktif.

b. Belajar menurut Teori Kognitif

Teori perkembangan kognitif Piaget banyak mempangaruhi pendidikan sains, termasuk pendidikan kimia. Secara umum Piaget dalam Paul Suparna (2007:33) membedakan 4 (empat) tahap dalam perkembangan kognitif seseorang, yaitu tahap Sensori-motor (0 – 2 tahun); tahap Pra-operasional (2 – 7 tahun); tahap Operasional Konkret (7– 11 tahun); Operasional formal (11 – dewasa). Dalam perkembangan itu pemikiran anak berkembang pelan-pelan mulai dari sensor motorik lalu ke pemikiran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

konkrit dan baru ke pemikiran abstrak. Maka dalam pembelajaran kimia perlu dimulai dari hal-hal atau peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang konkrit dan kemudian baru pada tingkat lebih atas mulai dengan yang abstrak. Itulah salah sebab pembelajaran kimia perlu banyak melakukan kegiatan praktikum atau eksperimen.

c. Belajar menurut Teori Kontruktivisme

Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan ada yang dikelompokan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan- aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar siswa menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.

Menurut Brooks (1990), Leinhardt (1992), Brown et al (1989) dalam Mohamad Nur (1998:2) bahwa siswa harus secara individu menemukan dan mentransfer informasi-informasi kompleks apabila mereka harus menjadikan informasi itu miliknya sendiri. Teori Vygotsky (Karpov dan Bransford, 1995) yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, dan penemuan.

Salah satu prinsip paling penting dari psikologi pendidikan adalah guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan di dalam benak siswa. Guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi bermakna dan sangat relevan bagi siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan secara sadar menggunakan strstegi-strategi mereka sendiri untuk belajar.

Dokumen terkait