• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN INDUSTRI INDUSTRY OVERVIEW

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN A N N UA L R E P O RT (Halaman 59-61)

BI dalam “Tinjauan Kebijakan Ekonomi, Moneter dan Keuangan” yang dirilis pada bulan Desember 2015 mengungkapkan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia di tahun 2015 tetap solid, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko-risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga. Pada November 2015, rasio kecukupan modal industri perbankan (Capital Adequacy Ratio/CAR) tetap kuat, dan berada di level 21,3%. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) meningkat dan berada di kisaran 2,7% (bruto) atau 1,4% (neto). Dari sisi fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 9,8% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi (prosiklikalitas/fenomena berulang). Sementara itu, pertumbuhan DPK pada November 2015 tercatat sebesar 7,7% (yoy). Ke depan, sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan dampak pelonggaran kebijakan makro prudensial, serta penurunan GWM Primer oleh Bank Indonesia, pertumbuhan kredit diperkirakan akan terus meningkat menjadi 12% - 14% pada 2016.

Menurut hasil Survei Perbankan BI triwulan IV/2015, permintaan kredit baru diperkirakan masih meningkat pada triwulan IV/2015, meskipun kenaikannya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Indikasi tersebut tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil survei perbankan triwulan IV/2015 sebesar 56,9%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 73,7%.

Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi mengalami perlambatan pertumbuhan kredit baru, tercermin dari penurunan SBT masing-masing sebesar -16,4% dan -1,8% dari triwulan sebelumnya. Penyebab rendahnya permintaan kredit baru tersebut antara lain disebabkan oleh sikap korporasi yang masih menahan ekspansi usaha dan investasi seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, pertumbuhan kredit konsumsi mengalami peningkatan, yang terutama didorong oleh tingginya permintaan Kredit Kepemilikan Rumah/ Apartemen (KPR/KPA), meskipun di sisi lain terjadi penurunan permintaan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) sebagai akibat penurunan penjualan kendaraan bermotor pada Oktober-November 2015.

BI in the “Review of Economic, Monetary and Financial Policy” released in December 2015 revealed that the stability of the financial system in Indonesia in 2015 remained solid, underpinned by the resilience of the banking system and the relatively subdued performance of the financial markets. The banking industry resilience remained strong with well-constrained risks of credit, liquidity and market. In November 2015, the Capital Adequacy Ratio/CAR of banking industry remained strong at 21.3%. Meanwhile, the Non Performing Loan (NPL) increased and in the range of 2.7% (gross) or 1.4% (net). In terms of intermediation, credit growth stood at 9.8% (yoy), lower than the growth in the same period of the previous year, in line with slower economic growth (recurring phenomenon). Meanwhile, third party fund grew by 7.7% (yoy) in November 2015. Looking ahead, in line with increased economic activity and the impact of macro-prudential policy easing, as well as a decrease in primary minimum reserve requirement by Bank Indonesia, credit growth is expected to continuously increase to 12% - 14% in 2016.

According to the results of BI QIV/2015 Banking Survey, stronger demand for new loans was still expected in QIV/2015, despite moderating in comparison to the previous quarter. This indicator was observed from Weighted Net Balance (WNB) revealed in the Banking Survey of QIV/2015 at 56.9%, lower than the 73.7% posted in the previous quarter.

New loans of Capital Loans and Investment Loans were slowing down, as observed from the decreasing WNB by -16.4% and -1.8% respectively from the previous quarter. This lower demand was attributable to the businesses’ decision to scale back expansion and investment inline with the economic slowdown. In contrary, the demand for consumer loans increased, which was primarily triggered by higher demand for housing loans, despite dwindling demand for motor vehicle loans due to declining automotive sales during October-November 2015.

Secara sektor ekonomi, permintaan kredit baru pada 4 sektor ekonomi mengalami penurunan selama triwulan IV/2015, dengan penurunan terbesar pada kredit sektor pertambangan dan penggalian (SBT-43,0%). Penurunan kredit sektor pertambangan dan penggalian tersebut sejalan dengan penurunan ekspor komoditas pertambangan dan penggalian dan penurunan harga komoditas energi di pasar global pada Oktober-November 2015. Sementara itu, peningkatan permintaan kredit baru didominasi oleh 14 sektor ekonomi lainnya pada sektor konstruksi (SBT 51,6%), sektor Listrik, Gas dan Air (SBT 46,3%) dan sektor perikanan (SBT 44,6%). Tingginya permintaan kredit sektor konstruksi tersebut disokong oleh semakin banyaknya proyek pembangunan insfrastruktur yang dilakukan oleh Pemerintah pada triwulan IV/2015.

By economic sector, demand for new loans from 4 economic sectors during QIV/2015 was slower, particularly from the mining and quarrying sector (WNB-43.0%). The weakening loan growth in this sector was inline with decreasing mining and quarrying commodities exports in the global market during October-November 2015. Meanwhile, the growth of demand for new loans was dominated by 14 other economic sectors, such as the construction sector (WNB 51.6%), Electricity, Gas and Water Sector (WNB 46.3%) and the Fisheries Sector (WNB 44.6%). This stronger demand for new loans in the construction sector was underpinned by the increase in government infrastructure projects in QIV/2015.

TINJAUAN INDUSTRI

A. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan

Tantangan

SMBCI telah melakukan evaluasi terhadap Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan yang dimiliki Bank saat ini dengan hasil sebagai berikut:

Kekuatan

1. Kecukupan modal yang baik. 2. Kualitas aset yang baik.

3. Berpengalaman di sektor korporasi yang berskala besar.

4. Dukungan dari Perusahaan Induk, SMBC, dalam pertumbuhan bisnis, pelatihan dan pengembangan, dan alih pengetahuan.

5. Hubungan kerja yang baik dengan pemegang saham.

6. Strategi yang baik dalam menjangkau perusahaan-perusahaan Indonesia dengan client base yang kuat.

A. Strength, Weakness, Opportunity and Threat

SMBCI has conducted Strength, Weakness, Opportunity and Threat (SWOT) evaluation with results as follows:

Strength

1. Strong capital base. 2. Strong asset quality.

3. Established experience in large corporate sector.

4. Support from Parent Company, SMBC, in business development, learning and development, knowledge transfer.

5. Good working relationship with shareholders. 6. Good strategy in approaching Indonesian

companies through strong client base.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI MANAJEMEN

Dalam dokumen LAPORAN TAHUNAN A N N UA L R E P O RT (Halaman 59-61)

Dokumen terkait