• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Konseptual 1 Varietas Unggul

Varietas unggul ialah suatu varietas padi yang karena sifat pembawaan- nya dapat memberikan hasil yang tinggi pada satu satuan luas dan pada satu- satuan waktu (Departemen Pertanian, 1977). Penggunaan benih varietas unggul akan menentukan produksi padi yang akan dihasilkan. Benih varietas unggul bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas suatu usaha tani dan berlaku bagi semua komoditi pertanian8. Menurut Departemen Pertanian (1977), varietas padi unggul dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Varietas Unggul Nasional (UNGNAS) atau Varietas Unggul Biasa (improved national variety), mempunyai daya produksi sedang yang biasa disebut pula varietas unggul Bogor. Varietas-varietas padi ini dihasilkan oleh Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor, sebelum tahun 1965. Contoh varietas ini antara lain adalah Bengawan, Si Gadis, Remaja, dan Jelita.

b. Varietas Unggul Baru mempunyai daya produksi yang tinggi dan responsif terhadap pemupukan tinggi (high yielding variety). Varietas Unggul Baru diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1967 yang diantaranya berasal dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di Filipina.

c. Varietas Unggul Lokal ini tidak termasuk Varietas Unggul Nasional, tetapi disuatu daerah tertentu mampu menghasilkan padi lebih tinggi atau menyamai dari produksi padi Varietas Unggul Nasional.

8

http://indoplasma.or.id/artikel/artikel_2006_manfaat_UU_29_2000.htm. Achmad Baihaki. Manfaat Dan

Keinginan konsumen produk pertanian khususnya padi yang beragam menuntut adanya ragam varietas padi9. Pengembangan variertas padi ditujukan agar tercipta varietas-varietas padi unggul yang mampu memenuhi keinginan petani padi maupun konsumen. Varietas unggul tanaman diperoleh melalui serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dengan sifat- sifat yang diinginkan, seperti potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan abiotik tertentu, sesuai dengan selera konsumen, dan lain- lain10.

Kecocokan varietas dengan lahan yang ada dan musim atau iklim akan memengaruhi produktivitas padi, sehingga penentuan varietas dengan jenis lahan dan ketinggian untuk setiap daerah sangatlah diperlukan. Di Jawa Barat khususnya, banyak petani menggunakan beberapa Varietas Unggul Baru antara lain adalah varietas IR 64, Ciherang, dan Sintanur.

Varietas IR 64 merupakan salah satu Varietas Unggul Baru yang banyak digunakan oleh para petani. Umur tanaman yang cukup singkat yaitu 115 hari menjadi salah satu alasan petani menanam varietas IR 64. Varietas IR 64 termasuk ke dalam golongan Cere, tinggi tanaman kurang lebih 85 cm dengan bobot 1.000 butir benih seberat 24 gram. Deskripsi lengkap mengenai varietas IR 64 dapat dilihat pada Lampiran 4.

Namun, penggunaan varietas IR 64 pada saat ini mulai berkurang karena varietas ini telah mengalami penurunan kualitas. Rata-rata produksi yang dihasilkan hanya 5 ton per hekar11. Salah satu cara yang mampu mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan varietas unggul yang lebih baik agar produksi petani dapat meningkat kembali. Saat ini sebagian petani

9

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/12/11-lapsus01.htm. Padi Unggul, Produksi Oke & Rasa Enak. 29 Januari 2008

10

http://www.litbang.deptan.go.id/varietas. Varietas Unggul. 29 Januari 2008

11

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/082007/02/0404.htm. Dengan Varietas Unggul, Swasembada Beras Akan Terwujud. 29 Januari 2008

mulai beralih pada varietas Ciherang, alasannya adalah varietas Ciherang mampu berproduksi lebih tinggi. Varietas ini mampu berproduksi hingga 5 – 8,5 ton per hektar. Deskripsi lengkap mengenai varietas Ciherang dapat dilihat pada Lampiran 5.

Dari kasus peralihan penggunaan varietas IR 64 ke varietas Ciherang dapat disimpulkan bahwa pengembangan varietas padi unggulan harus tetap dilakukan. Pengembangan varietas unggul tidak hanya ditujukan pada pemenuhan keinginan konsumen beras seperti rasa yang pulen atau aroma yang wangi, namun juga mampu memenuhi keinginan petani seperti peningkatan produksi hasil dan tanaman yang tahan hama. Sejak tahun 1940 sampai dengan Maret 2004 telah dilepas 201 padi varietas unggul. Namun harus diingat bahwa setiap varietas unggul yang dilepas masing-masing akan memiliki “life

expectancy” tersendiri dan berbeda satu sama lain12.

2.1.2. Karakteristik Beras Pandan Wangi

Perkembangan padi sawah Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur dimulai pada tahun 1970. Pada awal tahun tersebut perkembangan padi Pandan Wangi dimulai di Desa Mayak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Kemudian padi Pandan Wangi mulai ditanam di Desa Jambu Dipa dan Bunikasih, kedua daerah tersebut terletak di Kecamatan Warungkondang. Pertanaman Pandan Wangi di ketiga desa tersebut berkembang luas, karena dinilai memiliki keunggulan khusus dari beras yang dihasilkan (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur et

al.,2003).

Padi varietas Pandan Wangi merupakan varietas padi aromatik yang sudah dikenal luas. Varietas Pandan Wangi merupakan varietas lokal yang

12

http://indoplasma.or.id/artikel/artikel_2006_manfaat_UU_29_2000.htm. Achmad Baihaki. Manfaat Dan

menjadi ciri khas Kabupaten Cianjur. Sejak tahun 1973 varietas ini dikenal sebagai nama “Pandan Wangi”. Nama Pandan Wangi berasal dari ciri khas aroma pandan yang keluar jika beras Pandan Wangi di masak. Aroma pandan yang terdeteksi dari beras Pandan Wangi merupakan komponen 2-acetyl-1-

pyrroline (Natalia, 2007). Menurut Buttery et al. (1983) dalam Natalia (2007) komponen ini juga pada analisis terhadap komponen volatile dari daun pandan (Pandanus amaryllifolius)

Pandan Wangi adalah beras khas Cianjur yang berasal dari padi bulu (javanica) varietas lokal. Deskripsi Pandan Wangi antara lain umur tanaman 150–160 hari, tinggi tanaman 150 sampai 170 cm, bentuk gabah (endosperm) bulat atau gemuk berperut, berbulu, tahan rontok, berat 1.000 butir gabah 30 gram, beraroma pandan, dan potensi hasil 6 hingga 7 ton per hektar malai kering pungut. Deskripsi padi sawah varietas Pandan Wangi berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 163/Kpts/LB.240/3/2004 tanggal 17 Maret 2004 dapat dilihat pada Lampiran 6.

Beras Pandan Wangi mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, gula pereduksi, dan zat besi. Dalam 100 gram beras Pandan Wangi presentasi gula pereduksi lebih besar jika dibandingkan dengan kadar protein dan lemak, yaitu sebesar 63,39 persen. Kandungan zat gizi beras Pandan Wangi per 100 gram dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Zat Gizi Beras Pandan Wangi Per 100 Gram

No. Parameter Hasil Satuan

1. Kadar protein 8,97 %

2. Kadar lemak 0,32 %

3. Kadar gula pereduksi 63,39 %

4. Zat besi (Fe) 4,65 Ppm

5. Cat tembaga (Cu) 6,42 Ppm

6. Kalori 14,81 Kg/gr

Wilayah penyebaran Pandan Wangi selain di Kabupaten Cianjur dapat ditemui di Kabupaten Sukabumi, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Majalengka, dan Karawang (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur et al.,2003). Varietas Pandan Wangi umumnya ditanam di dataran sedang dengan ketinggian sekitar 700 meter diatas permukaan laut.

Pusat-pusat produksi beras Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur adalah di Kecamatan Warungkondang, Cugenang, Cibeber, Cianjur, Cilaku, dan Campaka. Beras Pandan Wangi Kabupaten Cianjur berbeda dengan beras lainnya karena beras Pandan Wangi pulen nasinya, enak, dan wangi pandan. Salah satu keunikannya adalah jika ditanam diluar daerah Kabupaten Cianjur maka, soal rasa, aroma, kepulenan,dan ciri lain akan berbeda (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2002). Beras Pandan Wangi khas Cianjur tercipta karena paduan faktor genetik dan lingkungan.