ANALISIS DAYA SAING
BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU
(
Oryza sativa
)
(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Oleh
RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
“...Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain). Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap...”
RINGKASAN
Restu Edianur Rohman. Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Di Bawah Bimbingan
Eka Intan Kumala Putri)
Pada era perdagangan bebas yang semakin kompetitif dewasa ini, pemahaman mengenai daya saing komoditi-komoditi unggulan menjadi penting untuk dipahami oleh setiap negara. Setiap negara harus bersiap diri dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk-produk unggulannya guna meningkatkan daya saing produk-produknya. Hal tersebut penting dilakukan, agar produk-produk domestik mampu bertahan dari masuknya produk-produk asing ke dalam negeri. Dimasa mendatang kebijakan ekonomi yang bersifat distorsif secara bertahap akan dihilangkan, sebagai akibatnya adalah banyak produk-produk asing dapat masuk secara bebas ke dalam pasar domestik.
Hal itu pun belaku bagi komoditas beras, sebagai komoditi pangan strategis di Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area) harus berusaha meningkatkan daya saing komoditas berasnya, karena beberapa negara wilayah di Asia memiliki keunggulan dalam memproduksi beras. Upaya peningkatan daya saing komoditas beras di Indonesia dapat ditempuh melalui beberapa cara, diantaranya adalah pengembangan varietas unggul lokal dan penggunaan benih unggul nasional dalam usaha budidaya padi. Dengan mengetahui daya saing komoditas kedua komoditas beras tersebut, maka akan diketahui apakah komoditas beras Indonesia dapat bersaing dengan komoditas beras dari negara lain. Kebijakan-kebijakan pemerintah diterapkan dengan tujuan agar komoditas padi memiliki daya saing yang lebih baik. Maka munculah pertanyaan, bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, khususnya di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur?.
Di dalam penelitian ini terdapat dua tujuan. Tujuan pertama adalah menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Kemudian tujuan yang kedua adalah menganalisis daya saing usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru akibat adanya perubahan variabel penerimaan dan variabel biaya.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Bunikasih Kecamatan Warung-kondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra produksi beras Pandan Wangi dan merupakan salah satu desa yang pertama kali mengembangkan budidaya padi varietas Pandan Wangi. Selain budidaya padi Pandan Wangi, di daerah tersebut pun berpotensi untuk membudidayakan padi Varietas Unggul Baru, itu terlihat tidak sedikit petani di tempat penelitian membudidayakannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2008. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dayasaing suatu komoditi dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditi tersebut yaitu Policy Analysis Matrix (PAM). Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui dampak perubahan-perubahan variabel biaya dan variabel penerimaan terhadap daya saing kedua komoditi.
untuk beras Varietas Unggul Baru adalah Rp. 6.608.066,69 per hektar per tahun. Nilai KS untuk Pandan Wangi Rp. 91.299.286,92 per hektar per tahun, sedangkan pada beras Varietas Unggul Baru mencapai Rp. 42.280.563,87per hektar per tahun. Kebijakan pemerintah terhadap input dan output secara keseluruhan berdampak menghambat produsen untuk berproduksi atau dengan kata lain kebijakan ada belum berjalan secara efektif. Hal tersebut tercermin dari nilai EPC kedua komoditas yang kurang dari satu. Nilai EPC untuk beras Pandan Wangi adalah 0,50 dan untuk beras Varietas Unggul Baru adalah 0,73.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan jika terjadi penurunan output sebesar 20 persen, komoditas beras Pandan Wangi masih tetap memiliki daya saing dan tetap memberikan keuntungan secara finansial maupun ekonomi. Namun, kondisi berbeda dialami oleh komoditas beras Varietas Unggul Baru, komoditas ini kehilangan keunggulan kompetitifnya dan secara finansial komoditas ini tidak memberikan keuntungan pada saat terjadi perubahan. Kondisi demikian pun terjadi pula pada saat terjadi penurunan jumlah output yang diikuti oleh peningkatan harga pupuk anorganik dan penurunan harga output serta penurunan biaya imbangan lahan. Pada kondisi dimana terjadi kenaikan harga input pupuk sebesar 16,67 persen dan pada saat terjadi penurunan harga output dan biaya imbangan penggunaan lahan sebesar 12 persen kedua komoditi masih tetap memiliki daya saing dan tetap layak diusahakan baik secara finansial dan maupun ekonomi.
Hasil analisis sensitivitas berdasarkan perubahan 16 persen pada masing-masing variabel, menunjukan bahwa pengusahaan kedua komoditi beras yang dianalisis lebih peka terhadap perubahan harga jual output. Sedangkan variabel perubahan jumlah output merupakan variabel yang paling berpengaruh kedua setelah perubahan harga output pada pengusahaan beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru.
ANALISIS DAYA SAING
BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU
(
Oryza sativa
)
(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Oleh
RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) (Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Nama : Restu Edianur Rohman
NRP : A 14105594
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, Ms. NIP : 131 918 659
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr
NIP : 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING BERAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU (Oryza sativa) (KASUS DI DESA BUNIKASIH, KECAMATAN WARUNGKONDANG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT)” MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SEMUA SUMBER DAN DATA INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI PENULISAN LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA.
Bogor, 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat, pada tanggal 21 Januari 1985
sebagai anak pertama dari dua bersaudara, putra dari pasangan Bapak Edi
Rustandi dan Ibu Neneng Yeti Nurwiati.
Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri VII Gunung
Batu pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya di SLTP Pembangunan I Bogor hingga tahun
1999. Sekolah Menengah Umum ditempuh penulis di Sekolah Menengah Umum
Kornita Bogor sejak tahun 1999 hingga tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan Program Diploma III di Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi
pada Program Studi Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian. Selepas menempuh Program Diploma III, penulis melanjutkan studi
pada pendidikan Strata Satu (S1) Program Ekstensi Manajemen Agribisnis
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah Swt., Robb semesta alam
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah membimbing
hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan
skripsi yang berjudul “ Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras
Varietas Unggul Baru (Oryza Sativa) (Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)”. Penyusunan skripsi
ini merupakan salah satu syarat kelulusan sarjana pertanian pada Departemen
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam
penyusunan skripsi ini, namun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Amin.
Bogor, 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, diawali dengan ucapan syukur kepada Allah
SWT penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Kedua orang tua, Papah dan Mamah tercinta yang senantiasa mendoakan
dan mendukung penulis dengan kasih sayang, jerih payah dan doanya, Adik
kecilku Reska Yustika D. Rahayu terima kasih selalu menghibur penulis.
2. Para Guru dan Dosen yang telah membagikan ilmu-ilmu yang bermanfaat.
3. Dr. Ir. Eka Intan K. Putri, MS. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat
berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.
4. Ir. Asi Napitupulu, MSc. terima kasih atas kesediaannya menjadi dosen
evaluator dalam seminar rencana penelitian yang telah memberikan saran
dan masukan dalam penelitian ini.
5. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS. selaku dosen penguji utama dan Arif Karyadi, SP.
selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak
masukan yang berarti bagi penyempurnaan skripsi ini.
6. Muhammad Firdaus, PhD, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
arahan dan masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Rahmat Yanuar (mas Wai) terima kasih telah memberikan bekal ilmu dan
nasihat yang sangat berharga kepada penulis.
8. Bapak H. Pepen dan keluarga yang telah banyak membantu dalam hal
ANALISIS DAYA SAING
BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU
(
Oryza sativa
)
(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Oleh
RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
“...Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain). Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap...”
RINGKASAN
Restu Edianur Rohman. Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Di Bawah Bimbingan
Eka Intan Kumala Putri)
Pada era perdagangan bebas yang semakin kompetitif dewasa ini, pemahaman mengenai daya saing komoditi-komoditi unggulan menjadi penting untuk dipahami oleh setiap negara. Setiap negara harus bersiap diri dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk-produk unggulannya guna meningkatkan daya saing produk-produknya. Hal tersebut penting dilakukan, agar produk-produk domestik mampu bertahan dari masuknya produk-produk asing ke dalam negeri. Dimasa mendatang kebijakan ekonomi yang bersifat distorsif secara bertahap akan dihilangkan, sebagai akibatnya adalah banyak produk-produk asing dapat masuk secara bebas ke dalam pasar domestik.
Hal itu pun belaku bagi komoditas beras, sebagai komoditi pangan strategis di Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area) harus berusaha meningkatkan daya saing komoditas berasnya, karena beberapa negara wilayah di Asia memiliki keunggulan dalam memproduksi beras. Upaya peningkatan daya saing komoditas beras di Indonesia dapat ditempuh melalui beberapa cara, diantaranya adalah pengembangan varietas unggul lokal dan penggunaan benih unggul nasional dalam usaha budidaya padi. Dengan mengetahui daya saing komoditas kedua komoditas beras tersebut, maka akan diketahui apakah komoditas beras Indonesia dapat bersaing dengan komoditas beras dari negara lain. Kebijakan-kebijakan pemerintah diterapkan dengan tujuan agar komoditas padi memiliki daya saing yang lebih baik. Maka munculah pertanyaan, bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, khususnya di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur?.
Di dalam penelitian ini terdapat dua tujuan. Tujuan pertama adalah menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Kemudian tujuan yang kedua adalah menganalisis daya saing usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru akibat adanya perubahan variabel penerimaan dan variabel biaya.
Penelitian ini dilaksanakan di desa Bunikasih Kecamatan Warung-kondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra produksi beras Pandan Wangi dan merupakan salah satu desa yang pertama kali mengembangkan budidaya padi varietas Pandan Wangi. Selain budidaya padi Pandan Wangi, di daerah tersebut pun berpotensi untuk membudidayakan padi Varietas Unggul Baru, itu terlihat tidak sedikit petani di tempat penelitian membudidayakannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2008. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dayasaing suatu komoditi dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditi tersebut yaitu Policy Analysis Matrix (PAM). Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui dampak perubahan-perubahan variabel biaya dan variabel penerimaan terhadap daya saing kedua komoditi.
untuk beras Varietas Unggul Baru adalah Rp. 6.608.066,69 per hektar per tahun. Nilai KS untuk Pandan Wangi Rp. 91.299.286,92 per hektar per tahun, sedangkan pada beras Varietas Unggul Baru mencapai Rp. 42.280.563,87per hektar per tahun. Kebijakan pemerintah terhadap input dan output secara keseluruhan berdampak menghambat produsen untuk berproduksi atau dengan kata lain kebijakan ada belum berjalan secara efektif. Hal tersebut tercermin dari nilai EPC kedua komoditas yang kurang dari satu. Nilai EPC untuk beras Pandan Wangi adalah 0,50 dan untuk beras Varietas Unggul Baru adalah 0,73.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan jika terjadi penurunan output sebesar 20 persen, komoditas beras Pandan Wangi masih tetap memiliki daya saing dan tetap memberikan keuntungan secara finansial maupun ekonomi. Namun, kondisi berbeda dialami oleh komoditas beras Varietas Unggul Baru, komoditas ini kehilangan keunggulan kompetitifnya dan secara finansial komoditas ini tidak memberikan keuntungan pada saat terjadi perubahan. Kondisi demikian pun terjadi pula pada saat terjadi penurunan jumlah output yang diikuti oleh peningkatan harga pupuk anorganik dan penurunan harga output serta penurunan biaya imbangan lahan. Pada kondisi dimana terjadi kenaikan harga input pupuk sebesar 16,67 persen dan pada saat terjadi penurunan harga output dan biaya imbangan penggunaan lahan sebesar 12 persen kedua komoditi masih tetap memiliki daya saing dan tetap layak diusahakan baik secara finansial dan maupun ekonomi.
Hasil analisis sensitivitas berdasarkan perubahan 16 persen pada masing-masing variabel, menunjukan bahwa pengusahaan kedua komoditi beras yang dianalisis lebih peka terhadap perubahan harga jual output. Sedangkan variabel perubahan jumlah output merupakan variabel yang paling berpengaruh kedua setelah perubahan harga output pada pengusahaan beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru.
ANALISIS DAYA SAING
BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU
(
Oryza sativa
)
(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Oleh
RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
Judul : Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) (Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)
Nama : Restu Edianur Rohman
NRP : A 14105594
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, Ms. NIP : 131 918 659
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr
NIP : 131 124 019
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING BERAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU (Oryza sativa) (KASUS DI DESA BUNIKASIH, KECAMATAN WARUNGKONDANG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT)” MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SEMUA SUMBER DAN DATA INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI PENULISAN LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA.
Bogor, 2008
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat, pada tanggal 21 Januari 1985
sebagai anak pertama dari dua bersaudara, putra dari pasangan Bapak Edi
Rustandi dan Ibu Neneng Yeti Nurwiati.
Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri VII Gunung
Batu pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan
pendidikan ke jenjang berikutnya di SLTP Pembangunan I Bogor hingga tahun
1999. Sekolah Menengah Umum ditempuh penulis di Sekolah Menengah Umum
Kornita Bogor sejak tahun 1999 hingga tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan Program Diploma III di Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi
pada Program Studi Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian. Selepas menempuh Program Diploma III, penulis melanjutkan studi
pada pendidikan Strata Satu (S1) Program Ekstensi Manajemen Agribisnis
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah Swt., Robb semesta alam
yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah membimbing
hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan
skripsi yang berjudul “ Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras
Varietas Unggul Baru (Oryza Sativa) (Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)”. Penyusunan skripsi
ini merupakan salah satu syarat kelulusan sarjana pertanian pada Departemen
Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam
penyusunan skripsi ini, namun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Amin.
Bogor, 2008
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, diawali dengan ucapan syukur kepada Allah
SWT penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Kedua orang tua, Papah dan Mamah tercinta yang senantiasa mendoakan
dan mendukung penulis dengan kasih sayang, jerih payah dan doanya, Adik
kecilku Reska Yustika D. Rahayu terima kasih selalu menghibur penulis.
2. Para Guru dan Dosen yang telah membagikan ilmu-ilmu yang bermanfaat.
3. Dr. Ir. Eka Intan K. Putri, MS. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat
berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.
4. Ir. Asi Napitupulu, MSc. terima kasih atas kesediaannya menjadi dosen
evaluator dalam seminar rencana penelitian yang telah memberikan saran
dan masukan dalam penelitian ini.
5. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS. selaku dosen penguji utama dan Arif Karyadi, SP.
selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak
masukan yang berarti bagi penyempurnaan skripsi ini.
6. Muhammad Firdaus, PhD, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
arahan dan masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Rahmat Yanuar (mas Wai) terima kasih telah memberikan bekal ilmu dan
nasihat yang sangat berharga kepada penulis.
8. Bapak H. Pepen dan keluarga yang telah banyak membantu dalam hal
9. Bapak Machpudin dan keluarga yang telah banyak membantu penulis
selama pengumpulan data dan mengajarkan banyak hal tentang cara berfikir
petani yang sederhana tetapi luar biasa.
10. Keluarga besar Gabungan kelompok Tani Citra Sawargi khususnya Bapak
H. Burhan (ketua kelompok tani), Bapak H. Mansyur, dan seluruh pengurus
serta seluruh petani responden yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan informasi yang sangat berguna dalam penelitian ini.
11. Teh Inggit Rachmiyanti, terimakasih telah memberikan semangat dan
motivasinya kepada penulis.
12. Teman-teman di Desa Bunikasih: Kang Aah (Pa Direktur), Ujang, Otoy,
Aceng, Kakang serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu,
13. Teman-teman satu pembimbing Rika, Teh Vita, dan Topan, serta
teman-teman di kost Pioneer Ubay, Arif, Fajar, Jam’an, Sudarsono, Wawan, Aris,
dan Rian.
14. Keluarga Muslim Ekstensi (Kamus), tarima kasih untuk semua perjuangan
yang telah kita lalui. Selamat Berjuang!.
15. Teman-teman veteran Tekben : M. Ubaydillah, Rizki, Ole (Ali), Ncep, Timbul,
Riki, Sari (Iie), Maria, Sri (‘Nci), Heda, Mba Mini, dan Bang Baim.
16. Teman-teman Ekstensi khususnya Baban (Cimande), Darlin, Topan, Bona,
Nde, Dewi, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Semoga ukhuwah kita selalu terjaga dan segala amal kebaikan yang
telah dilakukan menjadi hitungan ibadah dan hanya Allah SWT yang dapat
DAFTAR ISI Ruang Lingkup Penelitian ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11 Tinjauan konseptual ... 11
2.1.1 Varietas Unggul ... 11 2.1.2 Karakteristik Beras Pandan Wangi ... 13 Tinjauan Studi Terdahulu ... 15 Studi Empiris Mengenai Padi Pandan Wangi ... 15 Studi Empiris Mengenai Keunggulan Kompetitif
dan Komparatif ... 21
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 24 Kerangka Teoritis ... 24
Konsep Dayasaing ... 24 Kebijakan Pemerintah ... 26 3.1.2.1. Kebijakan Output ... 30 Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden ... 43 Analisis Data ... 44 Penentuan Input Dan Output ... 45 Metode Pengalokasian Komponen Biaya Domestik
dan Asing ... 45 Penentuan Harga Bayangan Input dan Output ... 47 4.4.3.1. Harga Bayangan Output ... 47 4.4.3.2. Harga Bayangan Input ... 47 4.5. Analisis PAM (Policy Analysis Matriks) ... 51
4.5.1. Daya Saing Komoditi Padi Varietas Pandan Wangi Dan
Padi Varietas Unggul Baru ... 52 4.5.2. Kebijakan Pemerintah ... 53
4.5.2.2. Kebijakan Input ... 54 4.5.2.3. Kebijakan Input-Output ... 55 4.6. Analisis Sensitivitas ... 56
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 59 5.1. Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur .. 59 5.2. Karakteristik Petani Responden ... 62 5.2.1. Status Usaha ... 62 5.2.2. Status Kepemilikan Lahan ... 63 5.2.3.Tingkat Pendidikan ... 64 5.2.4. Aspek Usia ... 65 5.2.5. Pengalaman Dalam Usaha Tani Padi ... 65 5.2.6. Luas Areal Usahatani Padi ... 66 5.2.7. Sumber Modal ... 66 5.2.8. Varietas Unggul Baru Yang Dibudidayakan ... 67 5.3. Gambaran Padi Varietas Pandan Wangi Dan
Padi Varietas Unggul Baru ... 67 5.4. Profil Gabungan Kelompok Tani Citra Sawargi ... 68
VI. DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKANBERAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU ... 70 6.1. Kondisi Usahatani Beras Pandan Wangi Dan Beras Beras
Varietas Unggul Baru ... 70 6.1.1. Teknik Budidaya ... 70 6.1.2. Permasalahan Usahatani ... 73 6.2. Struktur Biaya dan Penerimaan ... 76 6.3. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan
Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 81 6.3.1. Keunggulan Kompetitif dan Komparatif
Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 82 6.3.2. Dampak Kebijakan Pemerintah Pada Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 87
6.3.2.1. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Output ... 87 6.3.2.2. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input ... 88 6.3.2.3. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap
Input-Output ... 91
VII. ANALISIS SENSITIVITAS TERHADAP DAYA SAING
BERAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU .. 95 7.1. Analisis Sensitivitas Berdasarkan Perubahan Yang Terjadi
Di Tempat Penelitian ... 95 7.1.1. Penurunan Jumlah Output ... 95
7.1.2. Peningkatan Harga Pupuk Anorganik ... 97 7.1.3. Perubahan Harga Output ... 98 7.1.4. Perubahan Harga Output Dan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan ... 100 7.1.5. Penurunan Jumlah Outout, Peningkatan Harga Input,
dan Penurunan Harga Output serta Biaya Imbangan
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107 8.1. Kesimpulan ... 107 8.2. Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 110
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia
Tahun 2003-2007 ... 2
2. Perbandingan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Dan
Jumlah Produksi Padi Tahun 2001-2006 di Kabupaten Cianjur ... 4
3. Luasan Sebaran Padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur
Tahun 2001- 2006 ... 5
4. Kandungan Zat Gizi Beras Pandan Wangi Per 100 Gram ... 14
5. Ringkasan Studi-Studi Terdahulu Tentang Padi Pandan wangi dan
Keunggulan Kompetitif serta Keunggulan Komparatif ... 23
6. Klasifikasi Kebijakan Pemerintah Terhadap Harga Komoditi ... 27
7. Matriks Analisis Kebijakan (PAM) ... 51
8. Prosentase Status Usaha Bertani Di Desa Bunikasihtahun 2007 ... 62
9. Prosentase Status Kepemilikan Lahan Sawah
Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 63
10. Prosentase Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 64
11. Prosentase Petani Responden Berdasarkan Aspek Usia Di Desa
Bunikasih Tahun 2007 ... 65
12. Prosentase Petani Responden Berdasarkan Luas Areal Usahatani Padi Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 66
13. Biaya Dan Pendapatan Mina Padi Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 81
14. Matrik Analisis Kebijakan pada PengusahaanBeras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru di Desa Bunikasih Tahun 2007
(Rp/Ha/Tahun) ... 82
15. Nilai Keuntungan Privat (KP) Dan Rasio Biaya Privat (PCR)
Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 83
16. Nilai Keuntungan Sosial (KS) Dan Rasio Sumberdaya Domestik (DCR) Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru
Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 84
17. Nilai Transfer Output (TO) dan Nominal Protection Coefficient on Output (NPCO) Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas
18. Nilai Transfer Input (TI), Transfer Faktor (TF) dan Nominal Protection Coefficient on Input (NPCI) Pengusahaan Beras Pandan Wangi
Dan Beras Varietas Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 89
19. Koefisien Proteksi Efektif (EPC), Transfer Bersih (TB), Koefisien
Keuntungan (PC) dan Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 92
20. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas
Unggul Baru Bila Terjadi Penurunan Output ... 96
21. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras
Varietas Unggul Baru Bila Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Anorganik.. 98
22. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras
Varietas Unggul Baru Bila Terjadi Penurunan Harga Output ... 98
23. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras
Varietas Unggul Baru Bila Terjadi Penurunan Harga OutputDan
Biaya Imbangan Penggunaan Lahan ... 100
24. Analisis Sensitivitas Gabungan pada Beras Pandan Wangi
Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 102
25. Analisis Sensitivitas Pada Variabel Output dan Input Dalam Pengusahaan Beras Varietas Pandan Wangi Dan
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Dampak Subsidi Positif Pada Produsen Barang Impor Dan Subsidi Positif Pada Konsumen Barang-Barang Impor ... 31
2. Hambatan Perdagangan Pada Produsen Untuk Barang Impor ... 32
3. Subsidi dan Pajak pada Input Tradable ... 33
4. Dampak Subsidi dan Pajak pada Input Non Tradable ... 34
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi
Setiap Provinsi di Indonesia Tahun 2007 ... 113
2. Data Produksi Padi Kabupaten/Kotamadya di Jawa Barat pada
Tahun 2001-2003 ... 114
3. Data Ketersediaan Dan Kebutuhan Pangan Beras
Per Kecamatan Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ... 115
4. Deskripsi Padi Varietas IR 64 ... 116
5. Deskripsi Padi Varietas Ciherang ... 117
6. Deskripsi Padi Varietas Pandan Wangi Berdasarkan
Keputusan Menteri Pertanian No. 163/Kpts/LB.240/3/2004 ... 118
7. Gambar Tanaman dan Bulir Beras Varietas Unggul Baru
dan Varietas Pandan Wangi ... 119
8. Alokasi Biaya Input dan Output dalam Komponen Domestik dan Asing .. 121
9. Perhitungan Standard Convertion Faktor Dan Shadow Price
Exchange Rate Tahun 2001-2006 (Milyar Rupiah) ... 122
10. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur ... 123
11. Biaya Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Beras Pandan Wangi dan Beras Varietas Unggul Baru di Desa Bunikasih, Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2007 ... 124
12. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi
Di Desa Bunikasih Tahun 2007 (Per Hektar Per Tahun) ... 125
13. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007
(Per Hektar Per Tahun) ... 127
14. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Di Desa
Bunikasih Tahun 2007 (Per Hektar Per Tahun) ... 129
15. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
Di Desa Bunikasih Tahun 2007 (Per Hektar Per Tahun) ... 129
16. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi
Jika Terjadi Penurunan Output (Per Hektar Per Tahun) ... 130
18. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Output (Per Hektar Per Tahun) ... 134
19. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Output (Per Hektar Per Tahun) ... 134
20. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 135
21. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 137
22. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 139
23. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika
Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 139
24. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 140
25. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 142
26. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 144
27. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika
Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 144
28. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan (Per Hektar Per Tahun) ... 145
29. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan Penggunaan Lahan Per Hektar Per Tahun) ... 147
30. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan (Per Hektar Per Tahun) ... 149
31. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan (Per Hektar Per Tahun) ... 149
32. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi
Untuk Analsisis Sensitvitas Gabungan (Per Hektar Per Tahun) ... 150
34. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi
Untuk Analsisis Sensitvitas Gabungan (Per Hektar Per Tahun) ... 154
35. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru
Untuk Analsisis Sensitvitas Gabungan (Per Hektar Per Tahun) ... 154
36. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 16 persen (Per Hektar
Per Tahun) ... 155
37. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 16 persen
(Per Hektar Per Tahun) ... 157
38. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) .. 159
39. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 16 Persen (Per Hektar
Per Tahun) ... 159
40. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 160
41. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 162
42. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 164
43. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan
Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 164
44. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 16 persen (Per Hektar
Per Tahun) ... 165
45. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar
Per Tahun) ... 167
46. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 169
47. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar
48. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika
Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) .. 170
49. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar
Per Tahun) ... 172
50. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 174
51. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika
Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) .. 174
52. Kuesioner Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan beras Varietas
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada era perdagangan bebas yang semakin kompetitif, pemahaman
mengenai daya saing komoditas-komoditas unggulan menjadi penting untuk
dipahami oleh setiap negara. Setiap negara harus bersiap diri untuk menghadapi
kondisi tersebut dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk-produk
unggulan yang dimilikinya guna meningkatkan daya saing dari produk-produknya
tersebut. Hal tersebut dilakukan agar produk-produk domestik mampu bertahan
dari masuknya produk-produk asing ke dalam negeri. Tidak hanya bertahan,
diharapkan produk-produk tersebut mampu menghasilkan devisa bagi negara
atau bahkan menjadi ciri khas negara tersebut.
Kondisi itu pun berlaku bagi komoditas beras yang menjadi sumber
pangan utama bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Konsumsi beras
masyarakat Indonesia mencapai 139,15 kilogram perkapita pertahun1. Sebagai
salah satu negara yang tergabung dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area),
Indonesia harus berusaha meningkatkan daya saing komoditas berasnya, karena
beberapa negara di wilayah Asia memiliki keunggulan dalam memproduksi
beras. Upaya peningkatan daya saing komoditas beras di Indonesia dapat
ditempuh melalui beberapa cara, diantaranya adalah pengembangan varietas
unggul lokal dan varietas unggul baru dalam usaha budidaya padi.
Kondisi produksi padi di Indonesia selama kurun waktu tahun 2003
hingga tahun 2007 cenderung meningkat. Berdasarkan Tabel 1, terjadi
pertumbuhan produksi sebesar 3,74 persen pada tahun 2004. Berdasarkan
angka ramalan III, pertumbuhan produksi pada tahun 2007 diperkirakan sebesar
1
4,47 persen. Data lengkap mengenai luas panen, produktivitas dan produksi padi
di Indonesia tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia Tahun 2003-2007
2003 11.488.034 45,38 52.137.604 1,26
2004 11.922.974 45,36 54.088.468 3,74
2005 11.839.060 45,74 54.151.097 0,12
2006 11.786.430 46,20 54.454.937 0,56
2007*) 12.165.607 46,89 57.048.558 4,47
Keterangan : * Angka ramalan III
Sumber : Badan Pusat Statistik, 20082
Tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia yang mencapai 139,15
kilogram perkapita pertahun menunjukkan bahwa kedudukan beras sebagai
sumber bahan pangan pokok belum tergantikan oleh komoditas pangan lainnya.
Kebutuhan beras dalam negeri dirasakan belum mampu terpenuhi, walaupun
usaha untuk meningkatkan produksi padi dilakukan. Agar kebutuhan beras dalam
negeri terpenuhi maka pemerintah melakukan kebijakan impor beras.
Berdasarkan data dari Departemen Pertanian pada tahun 2006 hingga bulan
September volume impor beras mencapai 281.847.985 kilogram dengan nilai
US$ 83.217.040.
Tingginya volume impor beras tersebut tidak menyebabkan potensi
Indonesia sebagai negara pengekspor beras tertutup. Ini terbukti dari
dikeluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/PER/4/2008
mengenai ketentuan ekspor dan impor beras. Peraturan tersebut diharapkan
dapat memberikan kejelasan hukum soal ekspor dan mengamankan stok beras
nasional3.
2
http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table1.shtml. Data Pertanian. 23 Januari 2008
Menurut Krisnamurthi (2008) Indonesia bisa memperoleh keuntungan dari
ekspor beras tertentu, komoditas beras yang berpotensi untuk di ekspor adalah
beras yang berkualitas tinggi, beras yang beraroma dan rasa yang khas, dan
beras organik4. Beras yang diperbolehkan untuk di ekspor berdasarkan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/PER/4/2008 meliputi beras
berkulit untuk keperluan benih, beras tingkat pecahan paling tinggi lima persen
seperti beras organik, beras merah, beras siam, beras pandan wangi, dan beras
umum dengan pecahan lima sampai 25 persen serta beras ketan pulut5.
Sentra produksi padi di Indonesia terpusat di Pulau Jawa, khususnya
Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Salah satu kabupaten yang menjadi sentra
produksi padi di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur
merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai sumbangsih dalam
penyediaan stok pangan nasional di Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten Cianjur
dikenal sebagai daerah penghasil beras dengan kualitas baik. Data mengenai
kontribusi Kabupaten Cianjur terhadap penyediaan stok pangan nasional pada
tahun 2007 dapat di lihat pada Tabel Lampiran 2.
Selama kurun waktu tahun 2001 hingga 2006 produksi padi di Kabupaten
Cianjur cenderung mengalami fluktuasi baik dari segi luas tanam, luas panen,
maupun jumlah produksi (Tabel 2). Produksi yang berfluktuasi berpeluang terjadi
akibat perubahan iklim yang terjadi setiap tahun, ada tidaknya serangan hama,
atau masalah ketersediaan sarana produksi. Pada tahun 2006 ketersediaan
beras di Kabupaten Cianjur sebesar 432.393 ton sedangkan kebutuhan
konsumsi beras masyarakat Kabupaten Cianjur sebesar 251.837 ton. Ini berarti
pada tahun 2006 Kabupaten Cianjur mengalami surplus beras sebanyak 180.556
ton (Lampiran 3).
4
www.detikfinance.com/index.php/detik.kanal/idkanal/4. 20 Ton Beras RI Siap di Ekspor. 20 Juli 2008. 5
Tabel 2. Perbandingan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Dan Jumlah Produksi Padi Tahun 2001-2006 di Kabupaten Cianjur.
Tahun LuasTanam (ha) Luas Panen (ha) ProduktivitasKu/ha produksi Jumlah
2001 125.729 129.349 55,24 714.565
2002 116.479 120.514 55,44 668.186
2003 122.732 113.255 47,80 541.319
2004 137.531 132.942 48,98 651.154
2005 143.611 141.145 49,34 696.340
2006 120.943 137.946 49,60 684.165
Sumber: Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur; tahun 2002, 2004, 2006.
Kabupaten Cianjur sebagai daerah yang berbasis agribisnis, memiliki
komoditas prioritas tanaman pangan strategis untuk menunjang pembangunan
pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Barat. Komoditas-komoditas
tersebut adalah padi, jagung, dan kedele. Khusus untuk komoditas padi,
pemerintah Kabupaten Cianjur akan mempertahankan dan mengembangkan
swasembada beras dengan memasyarakatkan Varietas Unggul Baru seperti
Cimelati, Sintanur, dan Ciherang (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2006).
Selain mengembangkan padi Varietas Unggul Baru, Kabupaten Cianjur
pun memiliki padi Varietas Unggul Lokal yaitu padi varietas Pandan Wangi.
Keunggulannya adalah jika dimasak, beras Pandan Wangi akan mengeluarkan
aroma pandan yang khas dan rasa yang lebih pulen jika dibandingkan beras
jenis lain. Secara khusus Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan
Pandan Wangi sebagai komoditas unggul utama disamping tanaman palawija,
sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Padi Pandan Wangi dikatakan
sebagai Varietas Unggul Tahan Harga (VUTH), karena kualitas beras yang baik
dan nilai jual yang cukup tinggi (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, et al. 2003).
Padi Pandan Wangi akan tumbuh dan menghasilkan beras dengan
kualitas yang baik pada daerah-daerah tertentu saja, diantaranya adalah
Kecamatan Warungkondang, Cibeber, Gekbrong, Cugenang, Cianjur, Cilaku,
yang terletak di kaki Gunung Gede yang merupakan daerah kaya air. Sehingga
jarang ditemui adanya permasalahan yang berkaitan dengan air dalam
pembudidayaannya (Rachmawati, 2003).
Tabel 3. Luasan Sebaran Padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur Tahun 2001- 2006
No. Kecamatan Tahun Sebaran (Ha)
2001 2002 2003 2004 2005 2006
1. Warungkondang 2.467 3.388 3.366 2.396 2.056 1.780
2. Gekbrong - - - 545
3. Cianjur 558 526 496 377 200 225
4. Cilaku 708 703 785 352 150 140
5. Cibeber 1.943 1.890 2.113 1.193 1.100 1.020
6. Cugenang 875 990 1.134 588 641 540
7. Sukaresmi 152 116 168 172 115 105
Jumlah 6.703 7.631 8.062 5.078 4.262 4.355
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2006.
Luas sebaran padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur selama tahun
2001 hingga 2006 cenderung mengalami penurunan luas lahan (Tabel 3).
Kecamatan Warungkondang memiliki luas areal sebaran terbesar dibandingkan
dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Para petani di daerah ini umumnya
membudidayakan tanaman padi, termasuk diantaranya varietas Padi Pandan
Wangi dan Varietas Unggul Baru seperti IR64 dan Ciherang.
Pemerintah daerah yang bertindak sebagai regulator memiliki
kewe-nangan dalam membentuk kebijakan yang mampu membantu petani dalam
usaha perbaikan daya saing komoditas berasnya. Usaha pemerintah Kabupaten
Cianjur untuk meningkatkan produksi beras (Pandan Wangi maupun Varietas
Unggul Baru) yaitu dengan cara menggalakan kembali pembentukan kelompok
tani. Selain itu program tersebut bertujuan untuk mempermudah komunikasi
antara petani dan pemerintah. Sebagai realisasinya, khusus di Kecamatan
Warungkondang telah dibentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Citra
kelompok tani Pandan Wangi dalam menghadapi permasalahan-permasalahan
seputar produksi maupun pemasaran beras Pandan Wangi.
Seperti yang telah dijelaskan di awal, kondisi perdagangan internasional
yang semakin kompetitif, mendorong Indonesia untuk lebih memahami dan
meningkatkan daya saing komoditas berasnya terutama beras Pandan Wangi
dan Varietas Unggul Baru. Karena jika kedua varietas tersebut memiliki daya
saing, maka varietas-varietas tersebut mampu bersaing dengan komoditas beras
dari negara lain. Ini berarti peluang Indonesia untuk menjadi negara pengekspor
beras semakin berpeluang besar.
1.2. Perumusan Masalah
Liberalisasi perdagangan menjadi isu yang berpengaruh terhadap daya
saing komoditi-komoditi pertanian dalam suatu negara. Di dunia internasional,
Indonesia tergabung dalam World Trade Organization (WTO). WTO adalah
organisasi internasional yang mengatur perdagangan bebas. Sedangkan di
wilayah ASEAN Indonesia tergabung dalam AFTA. AFTA dilaksanakan dengan
instrumen CEPT (Common Effective Preferential Tariff) scheme yang
diperkenalkan pada Januari 1993. Ditjen Kerjasama ASEAN pada tahun 2002
mengemukakan bahwa komitmen utama dibawah CEPT-AFTA meliputi empat
elemen, yaitu:
1. Program pengurangan tarif yang secara efektif sama di antara
negara-negara ASEAN hingga mencapai nol sampai lima persen.
2. Penghapusan hambatan-hambatan kuantitatif (quantitative restriction)
dan hambatan non tarif (non tariff barriers)
3. Mendorong kerjasama untuk mengembangkan fasilitasi perdagangan
terutama di bidang bea masuk serta standar dan kualitas.
Dimasa mendatang kebijakan ekonomi yang bersifat distorsif secara bertahap
akan dihilangkan, sebagai akibatnya adalah banyak produk-produk asing dapat
masuk secara bebas ke dalam pasar domestik.
Produk-produk di Indonesia pun harus bersiap-siap dalam menghadapi
persaingan perdagangan bebas. Peningkatan daya saing produk-produk
pertanian yang berpotensi untuk diekspor atau tidak, diharapkan mampu
meredam dampak negatif dari perdagangan bebas. Daya saing suatu komoditi
dapat dilihat dari keunggulan yang dimilikinya, baik keunggulan komparatif
maupun kompetitif. Dengan keunggulannya diharapkan komoditi tersebut mampu
bersaing di pasar dunia.
Pernyataan ini pun berlaku pada komoditas beras Pandan Wangi dan
Varietas Unggul Baru. Dengan mengetahui daya saing kedua komoditas beras
tersebut, maka akan diketahui apakah komoditas beras Indonesia dapat bersaing
dengan komoditas beras dari negara lain.
Kecamatan Warungkondang sebagai salah satu sentra produksi Pandan
Wangi memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan varietas unggul lokal
Pandan Wangi. Namun, karena padi Pandan Wangi hanya berproduksi dua kali
dalam setahun menyebabkan para petani beralih ke Varietas Unggul Baru seperti
varietas IR64 dan Ciherang yang mampu berproduksi tiga kali dalam setahun.
Hal ini lah yang diduga menjadi salah satu sebab menurunnya luas areal
penanaman padi Pandan Wangi (lihat Tabel 3). Dengan demikian munculah
pertanyaan, varietas manakah yang memiliki daya saing yang lebih baik antara
varietas Pandan Wangi dengan Varietas Unggul Baru di Kecamatan
Warung-kondang, Kabupaten Cianjur.
Permasalahan yang dihadapi oleh petani padi Pandan Wangi adalah
maraknya penjualan beras Pandan Wangi “palsu”. Maraknya beras Pandan
terhadap keaslian beras sehingga harga beras Pandan Wangi asli anjlok. Beras
campuran dapat dijumpai di supermarket dan toko-toko beras dengan harga
berkisar Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per kilogram, padahal standar harga beras
Pandan Wangi di tingkat konsumen Rp 9.000 hingga 18.000 per kilogram.
Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur untuk
menyelesaikan masalah ini adalah dengan memurnikan kembali varietas padi
Pandan Wangi dan telah memperoleh pengakuan di tingkat nasional. Pemerintah
setempat juga sedang mengajukan hak paten varietas tersebut dengan tujuan
melindungi para petani setempat dari penggunaan label Pandan Wangi untuk
beras jenis lain6. Selain itu, upaya yang dilakukan oleh Gapoktan Citra Sawargi
adalah dengan memasarkan beras varietas Pandan Wangi asli melalui kerja
sama dengan pihak distributor (PT. Quasindo). Jaminan kualitas diberikan agar
konsumen percaya akan keaslian produk beras Pandan Wangi yang dipasarkan.
Jaminan kulitas tersebut ditunjukkan dengan adanya label ”garansi uang
kembali” di setiap kemasannya.
Dari sisi budidaya, para petani padi Pandan Wangi maupun Varietas
Unggul Baru dihadapkan pada masalah tingginya harga input produksi, terutama
pupuk. Pemerintah kemudian mengeluarkan suatu kebijakan, yaitu dengan
memberikan subsidi pupuk untuk petani. Subsidi pupuk diberikan kepada petani
agar harga eceran pupuk yang diterima oleh petani dapat terjangkau. Selain itu,
pemerintah pun telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
40/Permentan/OT.140/04/2007 Tahun 2007, mengenai rekomendasi pemupukan
N, P, dan K pada padi sawah spesifik lokasi. Peraturan Menteri Pertanian ini
tujuan agar penggunaan pupuk N, P, dan K pada padi sawah lebih efisien dan
mampu meningkatkan pendapatan petani, keberlanjutan sistem produksi,
kelestarian fungsi lingkungan, dan penghematan sumberdaya energi7. Selain dari
sistem budidaya, untuk melindungi produk padi domestik pemerintah pun
melakukan kebijakan perdagangan. Ini terlihat pada di keluarkannya Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/PER/4/2008 yang mengatur ketentuan
ekspor dan impor beras di Indonesia.
Kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut diterapkan dengan tujuan agar
komoditas padi memiliki daya saing yang lebih baik. Maka munculah kembali
pertanyaan, bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan
padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, khususnya di Kecamatan
Warungkondang, Kabupaten Cianjur sebagai salah satu daerah sentra produksi
beras Pandan Wangi.
1.3. Tujuan
Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap
usahatani padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Desa
Buni-kasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.
2. Menganalisis daya saing usahatani padi Pandan Wangi dan Varietas
Unggul Baru akibat adanya perubahan variabel penerimaan dan variabel
biaya di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan yaitu pihak petani, pemerintah, mahasiswa dan
perguruan tinggi. Hasil penelelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi
mengenai dampak kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah kepada
7
petani padi varietas Pandan Wangi dan padi Varietas Unggul Baru. Diharapkan
dengan penelitian ini pemerintah dapat menyusun kebijakan yang
menguntung-kan khususnya kepada petani padi selaku produsen beras.
Bagi petani, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan
masukan yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan
cara meningkatkan kualitas yang baik dan produktifitas yang tinggi. Manfaat bagi
mahasiswa dan perguruan tinggi adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sumber informasi atau pembanding bagi studi-studi mengenai
komoditas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:
1. Perhitungan didasarkan pada hasil produksi padi varietas Pandan Wangi
dan Varietas Unggul Baru pada musim tanam tahun 2007 di Desa
Bunikasih Kacamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Periode waktu
analisis didasarkan pada waktu petani menanam kedua varietas, tidak
membedakan antara musim kemarau dan musim hujan.
2. Produktivitas kedua varietas padi di anggap konstan.
3. Harga yang terjadi dalam usahatani padi varietas Pandan Wangi dan
Varietas Unggul Baru, terjadi pada tingkat petani.
4. Nilai tukar resmi dan harga perbatasan (cif dan fob) adalah nilai yang
terjadi pada tahun 2006.
5. Harga bayangan output merupakan harga yang terjadi di supermarket,
dengan asumsi kondisi pasar tersebut mendekati kondisi pasar
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Konseptual 2.1.1. Varietas Unggul
Varietas unggul ialah suatu varietas padi yang karena sifat
pembawaan-nya dapat memberikan hasil yang tinggi pada satu satuan luas dan pada
satu-satuan waktu (Departemen Pertanian, 1977). Penggunaan benih varietas unggul
akan menentukan produksi padi yang akan dihasilkan. Benih varietas unggul
bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas suatu usaha tani dan
berlaku bagi semua komoditi pertanian8. Menurut Departemen Pertanian (1977),
varietas padi unggul dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Varietas Unggul Nasional (UNGNAS) atau Varietas Unggul Biasa
(improved national variety), mempunyai daya produksi sedang yang biasa
disebut pula varietas unggul Bogor. Varietas-varietas padi ini dihasilkan
oleh Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor, sebelum tahun 1965.
Contoh varietas ini antara lain adalah Bengawan, Si Gadis, Remaja, dan
Jelita.
b. Varietas Unggul Baru mempunyai daya produksi yang tinggi dan
responsif terhadap pemupukan tinggi (high yielding variety). Varietas
Unggul Baru diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1967 yang
diantaranya berasal dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di
Filipina.
c. Varietas Unggul Lokal ini tidak termasuk Varietas Unggul Nasional, tetapi
disuatu daerah tertentu mampu menghasilkan padi lebih tinggi atau
menyamai dari produksi padi Varietas Unggul Nasional.
8
http://indoplasma.or.id/artikel/artikel_2006_manfaat_UU_29_2000.htm. Achmad Baihaki. Manfaat Dan
Keinginan konsumen produk pertanian khususnya padi yang beragam
menuntut adanya ragam varietas padi9. Pengembangan variertas padi ditujukan
agar tercipta varietas-varietas padi unggul yang mampu memenuhi keinginan
petani padi maupun konsumen. Varietas unggul tanaman diperoleh melalui
serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dengan
sifat-sifat yang diinginkan, seperti potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap
tekanan biotik dan abiotik tertentu, sesuai dengan selera konsumen, dan
lain-lain10.
Kecocokan varietas dengan lahan yang ada dan musim atau iklim akan
memengaruhi produktivitas padi, sehingga penentuan varietas dengan jenis
lahan dan ketinggian untuk setiap daerah sangatlah diperlukan. Di Jawa Barat
khususnya, banyak petani menggunakan beberapa Varietas Unggul Baru antara
lain adalah varietas IR 64, Ciherang, dan Sintanur.
Varietas IR 64 merupakan salah satu Varietas Unggul Baru yang banyak
digunakan oleh para petani. Umur tanaman yang cukup singkat yaitu 115 hari
menjadi salah satu alasan petani menanam varietas IR 64. Varietas IR 64
termasuk ke dalam golongan Cere, tinggi tanaman kurang lebih 85 cm dengan
bobot 1.000 butir benih seberat 24 gram. Deskripsi lengkap mengenai varietas IR
64 dapat dilihat pada Lampiran 4.
Namun, penggunaan varietas IR 64 pada saat ini mulai berkurang karena
varietas ini telah mengalami penurunan kualitas. Rata-rata produksi yang
dihasilkan hanya 5 ton per hekar11. Salah satu cara yang mampu mengatasi
permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan varietas unggul yang lebih
baik agar produksi petani dapat meningkat kembali. Saat ini sebagian petani
9
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/12/11-lapsus01.htm. Padi Unggul, Produksi Oke & Rasa Enak. 29 Januari 2008
10
http://www.litbang.deptan.go.id/varietas. Varietas Unggul. 29 Januari 2008
11
mulai beralih pada varietas Ciherang, alasannya adalah varietas Ciherang
mampu berproduksi lebih tinggi. Varietas ini mampu berproduksi hingga 5 – 8,5
ton per hektar. Deskripsi lengkap mengenai varietas Ciherang dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Dari kasus peralihan penggunaan varietas IR 64 ke varietas Ciherang
dapat disimpulkan bahwa pengembangan varietas padi unggulan harus tetap
dilakukan. Pengembangan varietas unggul tidak hanya ditujukan pada
pemenuhan keinginan konsumen beras seperti rasa yang pulen atau aroma yang
wangi, namun juga mampu memenuhi keinginan petani seperti peningkatan
produksi hasil dan tanaman yang tahan hama. Sejak tahun 1940 sampai dengan
Maret 2004 telah dilepas 201 padi varietas unggul. Namun harus diingat bahwa
setiap varietas unggul yang dilepas masing-masing akan memiliki “life
expectancy” tersendiri dan berbeda satu sama lain12.
2.1.2. Karakteristik Beras Pandan Wangi
Perkembangan padi sawah Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur dimulai
pada tahun 1970. Pada awal tahun tersebut perkembangan padi Pandan Wangi
dimulai di Desa Mayak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Kemudian padi
Pandan Wangi mulai ditanam di Desa Jambu Dipa dan Bunikasih, kedua daerah
tersebut terletak di Kecamatan Warungkondang. Pertanaman Pandan Wangi di
ketiga desa tersebut berkembang luas, karena dinilai memiliki keunggulan
khusus dari beras yang dihasilkan (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur et
al.,2003).
Padi varietas Pandan Wangi merupakan varietas padi aromatik yang
sudah dikenal luas. Varietas Pandan Wangi merupakan varietas lokal yang
12
http://indoplasma.or.id/artikel/artikel_2006_manfaat_UU_29_2000.htm. Achmad Baihaki. Manfaat Dan
menjadi ciri khas Kabupaten Cianjur. Sejak tahun 1973 varietas ini dikenal
sebagai nama “Pandan Wangi”. Nama Pandan Wangi berasal dari ciri khas
aroma pandan yang keluar jika beras Pandan Wangi di masak. Aroma pandan
yang terdeteksi dari beras Pandan Wangi merupakan komponen
2-acetyl-1-pyrroline (Natalia, 2007). Menurut Buttery et al. (1983) dalam Natalia (2007)
komponen ini juga pada analisis terhadap komponen volatile dari daun pandan
(Pandanus amaryllifolius)
Pandan Wangi adalah beras khas Cianjur yang berasal dari padi bulu
(javanica) varietas lokal. Deskripsi Pandan Wangi antara lain umur tanaman
150–160 hari, tinggi tanaman 150 sampai 170 cm, bentuk gabah (endosperm)
bulat atau gemuk berperut, berbulu, tahan rontok, berat 1.000 butir gabah 30
gram, beraroma pandan, dan potensi hasil 6 hingga 7 ton per hektar malai kering
pungut. Deskripsi padi sawah varietas Pandan Wangi berdasarkan Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 163/Kpts/LB.240/3/2004 tanggal 17 Maret 2004 dapat
dilihat pada Lampiran 6.
Beras Pandan Wangi mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
seperti protein, gula pereduksi, dan zat besi. Dalam 100 gram beras Pandan
Wangi presentasi gula pereduksi lebih besar jika dibandingkan dengan kadar
protein dan lemak, yaitu sebesar 63,39 persen. Kandungan zat gizi beras
Pandan Wangi per 100 gram dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan Zat Gizi Beras Pandan Wangi Per 100 Gram
No. Parameter Hasil Satuan
1. Kadar protein 8,97 %
2. Kadar lemak 0,32 %
3. Kadar gula pereduksi 63,39 %
4. Zat besi (Fe) 4,65 Ppm
5. Cat tembaga (Cu) 6,42 Ppm
6. Kalori 14,81 Kg/gr
Wilayah penyebaran Pandan Wangi selain di Kabupaten Cianjur dapat
ditemui di Kabupaten Sukabumi, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Majalengka, dan
Karawang (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur et al.,2003). Varietas Pandan
Wangi umumnya ditanam di dataran sedang dengan ketinggian sekitar 700 meter
diatas permukaan laut.
Pusat-pusat produksi beras Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur adalah
di Kecamatan Warungkondang, Cugenang, Cibeber, Cianjur, Cilaku, dan
Campaka. Beras Pandan Wangi Kabupaten Cianjur berbeda dengan beras
lainnya karena beras Pandan Wangi pulen nasinya, enak, dan wangi pandan.
Salah satu keunikannya adalah jika ditanam diluar daerah Kabupaten Cianjur
maka, soal rasa, aroma, kepulenan,dan ciri lain akan berbeda (Dinas Pertanian
Kabupaten Cianjur, 2002). Beras Pandan Wangi khas Cianjur tercipta karena
paduan faktor genetik dan lingkungan.
2.2. Tinjauan Studi Terdahulu
2.2.1. Studi Empiris Mengenai Padi Pandan Wangi
Penelitian tentang Analisis Strategi dan Taktik Pemasaran Beras Pandan
Wangi dan Manisan Khas Cianjur dilakukan oleh Malinda (2005). Hasil penelitian
Malinda (2005) menunjukkan bahwa berdasarkan analisis Biplot didapatkan
informasi bahwa untuk beras Pandan Wangi, atribut yang paling kuat
mempengaruhi keputusan pembeliannya oleh konsumen adalah promosi produk
yang baik dan kemudahan dalam mempengaruhi keputusan pembeliannya oleh
konsumen adalah keunikan produk, rasa yang lezat dan khas, keberagaman
penampilan produk, kemasan yang menarik serta kemudahan dalam
mendapat-kan produk.
Pada kelompok Cluster terpilih untuk konsumen beras Pandan Wangi
Rp.2.000.000 dan pengeluaran Rp. 1.000.001 sampai Rp. 2.000.000 (28 persen).
Kelompok Cluster terpilih untuk konsumen manisan adalah kelompok dengan
pendapatan rata-rata per bulan Rp. 1.000.001 sampai Rp. 2.000.000 dan
pengeluaran Rp. 1.000.001 sampai Rp. 2.000.000 (21 persen).
Kelompok-kelompok tersebutlah yang menjadi target pasar bagi masing-masing produk.
Positioning beras Cianjur diantaranya adalah “Beras wangi asli Cianjur, kualitas
terjamin”, sedangkan positioning manisan Cianjur diantaranya adalah “Manisan
Cianjur oleh-oleh khas unggulan daerah”.
Taktik pemasaran yang disusun untuk beras Pandan Wangi diantaranya
adalah melakukan diversifikasi kemasan, mempertahankan kemurnian produk
dan karakteristik produknya yang khas, membuat hak paten dengan nama baru,
membidik segmen pasar potensial (menengah keatas), dan menyediakan produk
pada outlet penjualan khusus untuk produk pangan khas Cianjur. Taktik
pemasaran untuk manisan diantaranya adalah melakukan diversifikasi kemasan,
mempertahankan karakteristik produk yang khas, menyediakan brosur tentang
produk pada outlet-outlet penjualan dan memberikan potongan harga pada
transaksi penjualan, serta menyediakan produk pada outlet penjualan khusus
produk pangan khas Cianjur.
Banyaknya beras Pandan Wangi palsu menyebabkan kerugian baik
dipihak petani dan konsumen. Varietas beras yang digunakan sebagai campuran
Pandan Wangi “palsu” diantaranya adalah varietas Morneng dan BTN. Selain
cara pencampuran beras, beras Pandan Wangi “palsu” di dapat dengan cara
mencampurkan essens pandan pada beras varietas lain pada saat penggilingan.
Jika beras dicuci atau saat dimasak maka aroma pandan pada beras Pandan
Wangi “palsu” jenis ini pun akan hilang.
Penelitian mengenai kemurnian beras Pandan Wangi perlu dilakukan
yang beredar. Salah satu penelitian tersebut telah dilakukan oleh Annissa (2007)
tentang Pengembangan Metode Penentuan Kemurnian Beras Varietas Pandan
Wangi Berdasarkan Karakteristik Fisik. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
metode yang cepat dalam menentukan kemurnian beras berdasarkan
karakteristik fisik khususnya varietas Pandan Wangi.
Pada penelitiannya, Annissa (2007) melakukan tiga tahapan, yaitu
persiapan sampel yang terdiri dari standarisasi kadar air 14 persen, derajat
sosoh 95 persen, dan beras kepala utuh; pengembangan metode dari kelima
parameter yang terdiri dari bobot per volume, bobot seribu butir, ukuran panjang
butir, bentuk butir, dan chalkiness.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kelima parameter yang
dianalisis fisiknya, diperoleh metode yang paling mudah dan cepat dilakukan
untuk mengetahui asli atau tidaknya beras Pandan Wangi yang ada di pasaran
yaitu dengan melihat bentuk dan ukurannya serta tipe chalkiness yang terdapat
pada beras Pandan Wangi. Beras Pandan Wangi memiliki bentuk butir agak
bulat (p/l ≤ 2,0 mm) berdasarkan rasio panjang per lebar dari butir beras dan
ukuran butirnya tergolong medium (5,5 sampai 5,99 mm) serta memiliki
chalkiness berupa bintik/garis putih pada bagian yang biasa disebut white belly.
Penelitian yang dilakukan oleh Arkanti (2007) tentang Karakterisasi
Faktor Fisiko-Kimia dan Sensori Beras Pandan Wangi, Morneng, dan BTN
bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata antara karakteristik
sifat fisiko-kimia dan sensori beras Pandan Wangi dengan beras Morneng
maupun BTN. Penelitian ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu analisis
fisiko-kimia dan analisis sensori deskriptif. Analisis sensori deskriptif dilakukan dengan
menggunakan metode Quantitative Descriptive Analysis (QDA) dengan Uji t.
Beras Pandan Wangi menunjukkan perbedaan pada ukuran, bentuk,
beras Morneng. Beras Pandan Wangi memiliki panjang 6,04 mm dan nisbah
panjang/lebar 2,08 sehingga dapat digolongkan kedalam beras butir panjang
dengan bentuk agak bulat. Beras Morneng memiliki panjang 5,61 mm dan nisbah
panjang/lebar 1,96 sehingga dapat digolongkan kedalam beras butir sedang
dengan bentuk bulat. Suhu gelatinisasi beras Pandan Wangi adalah sebesar
72ºC, sedangkan beras Morneng memiliki suhu gelatinisasi yang lebih rendah,
yaitu sebesar 69ºC.
Penyerapan air dan pengembangan volume nasi pada beras Pandan
Wangi adalah sebesar 197 persen beras dan 231,25 persen beras, sedangkan
beras Morneng 251,5 persen beras dan 320 persen beras. Perbedaan juga
ditemukan pada karakteristik sensori, yaitu pada intensitas aroma pandan dan
kepulenan. Nasi dari beras Pandan Wangi memiliki intensitas aroma pandan dan
kepulenan yang lebih tinggi dari beras Morneng. Intensitas aroma pandan dan
kepulenan nasi dari beras Pandan Wangi berturut-turut adalah 51,2 dan 53,9.
Intensitas aroma pandan dan kepulenan nasi dari beras Morneng berturut-turut
adalah 22,2 dan 26,9.
Perbedaan antara beras Pandan Wangi dan BTN dapat dilihat pada
densitas beras, skor intensitas kepulenan, dan aroma pandan. Densitas beras
Pandan Wangi yaitu sebesar 788,31 gram/liter lebih rendah dibandingkan
densitas beras BTN yaitu sebesar 796,83 gram/liter. Seperti halnya pada beras
Morneng, nasi dari beras Pandan Wangi memiliki intensitas kepulenan dan juga
aroma pandan yang lebih tinggi dibandingkan nasi dari beras BTN.
Intensitas aroma pandan dan kepulenan nasi dari beras BTN
berturut-turut adalah 20,2 dan 33,8. Persamaan antara beras Pandan Wangi, beras
Morneng, dan beras BTN dapat diketahui dari bentuk granula pati, kandungan
abu, protein, lemak, dan karbohidrat. Beras Pandan Wangi dengan beras BTN