• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis daya saing beras pandan wangi dan varietas unggul baru (Oryza sativa) (Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis daya saing beras pandan wangi dan varietas unggul baru (Oryza sativa) (Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)"

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYA SAING

BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

(

Oryza sativa

)

(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

Oleh

RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(2)

“...Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),

tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain). Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap...”

(3)

RINGKASAN

Restu Edianur Rohman. Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Di Bawah Bimbingan

Eka Intan Kumala Putri)

Pada era perdagangan bebas yang semakin kompetitif dewasa ini, pemahaman mengenai daya saing komoditi-komoditi unggulan menjadi penting untuk dipahami oleh setiap negara. Setiap negara harus bersiap diri dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk-produk unggulannya guna meningkatkan daya saing produk-produknya. Hal tersebut penting dilakukan, agar produk-produk domestik mampu bertahan dari masuknya produk-produk asing ke dalam negeri. Dimasa mendatang kebijakan ekonomi yang bersifat distorsif secara bertahap akan dihilangkan, sebagai akibatnya adalah banyak produk-produk asing dapat masuk secara bebas ke dalam pasar domestik.

Hal itu pun belaku bagi komoditas beras, sebagai komoditi pangan strategis di Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area) harus berusaha meningkatkan daya saing komoditas berasnya, karena beberapa negara wilayah di Asia memiliki keunggulan dalam memproduksi beras. Upaya peningkatan daya saing komoditas beras di Indonesia dapat ditempuh melalui beberapa cara, diantaranya adalah pengembangan varietas unggul lokal dan penggunaan benih unggul nasional dalam usaha budidaya padi. Dengan mengetahui daya saing komoditas kedua komoditas beras tersebut, maka akan diketahui apakah komoditas beras Indonesia dapat bersaing dengan komoditas beras dari negara lain. Kebijakan-kebijakan pemerintah diterapkan dengan tujuan agar komoditas padi memiliki daya saing yang lebih baik. Maka munculah pertanyaan, bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, khususnya di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur?.

Di dalam penelitian ini terdapat dua tujuan. Tujuan pertama adalah menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Kemudian tujuan yang kedua adalah menganalisis daya saing usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru akibat adanya perubahan variabel penerimaan dan variabel biaya.

Penelitian ini dilaksanakan di desa Bunikasih Kecamatan Warung-kondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra produksi beras Pandan Wangi dan merupakan salah satu desa yang pertama kali mengembangkan budidaya padi varietas Pandan Wangi. Selain budidaya padi Pandan Wangi, di daerah tersebut pun berpotensi untuk membudidayakan padi Varietas Unggul Baru, itu terlihat tidak sedikit petani di tempat penelitian membudidayakannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2008. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dayasaing suatu komoditi dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditi tersebut yaitu Policy Analysis Matrix (PAM). Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui dampak perubahan-perubahan variabel biaya dan variabel penerimaan terhadap daya saing kedua komoditi.

(4)

untuk beras Varietas Unggul Baru adalah Rp. 6.608.066,69 per hektar per tahun. Nilai KS untuk Pandan Wangi Rp. 91.299.286,92 per hektar per tahun, sedangkan pada beras Varietas Unggul Baru mencapai Rp. 42.280.563,87per hektar per tahun. Kebijakan pemerintah terhadap input dan output secara keseluruhan berdampak menghambat produsen untuk berproduksi atau dengan kata lain kebijakan ada belum berjalan secara efektif. Hal tersebut tercermin dari nilai EPC kedua komoditas yang kurang dari satu. Nilai EPC untuk beras Pandan Wangi adalah 0,50 dan untuk beras Varietas Unggul Baru adalah 0,73.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan jika terjadi penurunan output sebesar 20 persen, komoditas beras Pandan Wangi masih tetap memiliki daya saing dan tetap memberikan keuntungan secara finansial maupun ekonomi. Namun, kondisi berbeda dialami oleh komoditas beras Varietas Unggul Baru, komoditas ini kehilangan keunggulan kompetitifnya dan secara finansial komoditas ini tidak memberikan keuntungan pada saat terjadi perubahan. Kondisi demikian pun terjadi pula pada saat terjadi penurunan jumlah output yang diikuti oleh peningkatan harga pupuk anorganik dan penurunan harga output serta penurunan biaya imbangan lahan. Pada kondisi dimana terjadi kenaikan harga input pupuk sebesar 16,67 persen dan pada saat terjadi penurunan harga output dan biaya imbangan penggunaan lahan sebesar 12 persen kedua komoditi masih tetap memiliki daya saing dan tetap layak diusahakan baik secara finansial dan maupun ekonomi.

Hasil analisis sensitivitas berdasarkan perubahan 16 persen pada masing-masing variabel, menunjukan bahwa pengusahaan kedua komoditi beras yang dianalisis lebih peka terhadap perubahan harga jual output. Sedangkan variabel perubahan jumlah output merupakan variabel yang paling berpengaruh kedua setelah perubahan harga output pada pengusahaan beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru.

(5)

ANALISIS DAYA SAING

BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

(

Oryza sativa

)

(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

Oleh

RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(6)

Judul : Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) (Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

Nama : Restu Edianur Rohman

NRP : A 14105594

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, Ms. NIP : 131 918 659

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr

NIP : 131 124 019

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING BERAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU (Oryza sativa) (KASUS DI DESA BUNIKASIH, KECAMATAN WARUNGKONDANG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT)” MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SEMUA SUMBER DAN DATA INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI PENULISAN LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA.

Bogor, 2008

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat, pada tanggal 21 Januari 1985

sebagai anak pertama dari dua bersaudara, putra dari pasangan Bapak Edi

Rustandi dan Ibu Neneng Yeti Nurwiati.

Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri VII Gunung

Batu pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan

pendidikan ke jenjang berikutnya di SLTP Pembangunan I Bogor hingga tahun

1999. Sekolah Menengah Umum ditempuh penulis di Sekolah Menengah Umum

Kornita Bogor sejak tahun 1999 hingga tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan Program Diploma III di Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi

pada Program Studi Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas

Pertanian. Selepas menempuh Program Diploma III, penulis melanjutkan studi

pada pendidikan Strata Satu (S1) Program Ekstensi Manajemen Agribisnis

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah Swt., Robb semesta alam

yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah membimbing

hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad

SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan

skripsi yang berjudul “ Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras

Varietas Unggul Baru (Oryza Sativa) (Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan

Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)”. Penyusunan skripsi

ini merupakan salah satu syarat kelulusan sarjana pertanian pada Departemen

Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam

penyusunan skripsi ini, namun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan bagi

pembaca pada umumnya. Amin.

Bogor, 2008

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, diawali dengan ucapan syukur kepada Allah

SWT penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Kedua orang tua, Papah dan Mamah tercinta yang senantiasa mendoakan

dan mendukung penulis dengan kasih sayang, jerih payah dan doanya, Adik

kecilku Reska Yustika D. Rahayu terima kasih selalu menghibur penulis.

2. Para Guru dan Dosen yang telah membagikan ilmu-ilmu yang bermanfaat.

3. Dr. Ir. Eka Intan K. Putri, MS. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat

berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

4. Ir. Asi Napitupulu, MSc. terima kasih atas kesediaannya menjadi dosen

evaluator dalam seminar rencana penelitian yang telah memberikan saran

dan masukan dalam penelitian ini.

5. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS. selaku dosen penguji utama dan Arif Karyadi, SP.

selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak

masukan yang berarti bagi penyempurnaan skripsi ini.

6. Muhammad Firdaus, PhD, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

arahan dan masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Rahmat Yanuar (mas Wai) terima kasih telah memberikan bekal ilmu dan

nasihat yang sangat berharga kepada penulis.

8. Bapak H. Pepen dan keluarga yang telah banyak membantu dalam hal

(11)

ANALISIS DAYA SAING

BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

(

Oryza sativa

)

(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

Oleh

RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(12)

“...Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan),

tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain). Dan hanya kepada Tuhanmu lah engkau berharap...”

(13)

RINGKASAN

Restu Edianur Rohman. Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Di Bawah Bimbingan

Eka Intan Kumala Putri)

Pada era perdagangan bebas yang semakin kompetitif dewasa ini, pemahaman mengenai daya saing komoditi-komoditi unggulan menjadi penting untuk dipahami oleh setiap negara. Setiap negara harus bersiap diri dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk-produk unggulannya guna meningkatkan daya saing produk-produknya. Hal tersebut penting dilakukan, agar produk-produk domestik mampu bertahan dari masuknya produk-produk asing ke dalam negeri. Dimasa mendatang kebijakan ekonomi yang bersifat distorsif secara bertahap akan dihilangkan, sebagai akibatnya adalah banyak produk-produk asing dapat masuk secara bebas ke dalam pasar domestik.

Hal itu pun belaku bagi komoditas beras, sebagai komoditi pangan strategis di Indonesia. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area) harus berusaha meningkatkan daya saing komoditas berasnya, karena beberapa negara wilayah di Asia memiliki keunggulan dalam memproduksi beras. Upaya peningkatan daya saing komoditas beras di Indonesia dapat ditempuh melalui beberapa cara, diantaranya adalah pengembangan varietas unggul lokal dan penggunaan benih unggul nasional dalam usaha budidaya padi. Dengan mengetahui daya saing komoditas kedua komoditas beras tersebut, maka akan diketahui apakah komoditas beras Indonesia dapat bersaing dengan komoditas beras dari negara lain. Kebijakan-kebijakan pemerintah diterapkan dengan tujuan agar komoditas padi memiliki daya saing yang lebih baik. Maka munculah pertanyaan, bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, khususnya di Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur?.

Di dalam penelitian ini terdapat dua tujuan. Tujuan pertama adalah menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru. Kemudian tujuan yang kedua adalah menganalisis daya saing usahatani padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru akibat adanya perubahan variabel penerimaan dan variabel biaya.

Penelitian ini dilaksanakan di desa Bunikasih Kecamatan Warung-kondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan sentra produksi beras Pandan Wangi dan merupakan salah satu desa yang pertama kali mengembangkan budidaya padi varietas Pandan Wangi. Selain budidaya padi Pandan Wangi, di daerah tersebut pun berpotensi untuk membudidayakan padi Varietas Unggul Baru, itu terlihat tidak sedikit petani di tempat penelitian membudidayakannya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2008. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dayasaing suatu komoditi dan dampak kebijakan pemerintah terhadap komoditi tersebut yaitu Policy Analysis Matrix (PAM). Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui dampak perubahan-perubahan variabel biaya dan variabel penerimaan terhadap daya saing kedua komoditi.

(14)

untuk beras Varietas Unggul Baru adalah Rp. 6.608.066,69 per hektar per tahun. Nilai KS untuk Pandan Wangi Rp. 91.299.286,92 per hektar per tahun, sedangkan pada beras Varietas Unggul Baru mencapai Rp. 42.280.563,87per hektar per tahun. Kebijakan pemerintah terhadap input dan output secara keseluruhan berdampak menghambat produsen untuk berproduksi atau dengan kata lain kebijakan ada belum berjalan secara efektif. Hal tersebut tercermin dari nilai EPC kedua komoditas yang kurang dari satu. Nilai EPC untuk beras Pandan Wangi adalah 0,50 dan untuk beras Varietas Unggul Baru adalah 0,73.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan jika terjadi penurunan output sebesar 20 persen, komoditas beras Pandan Wangi masih tetap memiliki daya saing dan tetap memberikan keuntungan secara finansial maupun ekonomi. Namun, kondisi berbeda dialami oleh komoditas beras Varietas Unggul Baru, komoditas ini kehilangan keunggulan kompetitifnya dan secara finansial komoditas ini tidak memberikan keuntungan pada saat terjadi perubahan. Kondisi demikian pun terjadi pula pada saat terjadi penurunan jumlah output yang diikuti oleh peningkatan harga pupuk anorganik dan penurunan harga output serta penurunan biaya imbangan lahan. Pada kondisi dimana terjadi kenaikan harga input pupuk sebesar 16,67 persen dan pada saat terjadi penurunan harga output dan biaya imbangan penggunaan lahan sebesar 12 persen kedua komoditi masih tetap memiliki daya saing dan tetap layak diusahakan baik secara finansial dan maupun ekonomi.

Hasil analisis sensitivitas berdasarkan perubahan 16 persen pada masing-masing variabel, menunjukan bahwa pengusahaan kedua komoditi beras yang dianalisis lebih peka terhadap perubahan harga jual output. Sedangkan variabel perubahan jumlah output merupakan variabel yang paling berpengaruh kedua setelah perubahan harga output pada pengusahaan beras Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru.

(15)

ANALISIS DAYA SAING

BERAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

(

Oryza sativa

)

(Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

Oleh

RESTU EDIANUR ROHMAN A14105594

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(16)

Judul : Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Varietas Unggul Baru (Oryza sativa) (Kasus Desa Bunikasih Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat)

Nama : Restu Edianur Rohman

NRP : A 14105594

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eka Intan Kumala Putri, Ms. NIP : 131 918 659

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr

NIP : 131 124 019

(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING BERAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU (Oryza sativa) (KASUS DI DESA BUNIKASIH, KECAMATAN WARUNGKONDANG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT)” MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SEMUA SUMBER DAN DATA INFORMASI YANG BERASAL ATAU DIKUTIP DARI PENULISAN LAIN TELAH DISEBUTKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM DAFTAR PUSTAKA.

Bogor, 2008

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat, pada tanggal 21 Januari 1985

sebagai anak pertama dari dua bersaudara, putra dari pasangan Bapak Edi

Rustandi dan Ibu Neneng Yeti Nurwiati.

Penulis memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri VII Gunung

Batu pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996. Penulis melanjutkan

pendidikan ke jenjang berikutnya di SLTP Pembangunan I Bogor hingga tahun

1999. Sekolah Menengah Umum ditempuh penulis di Sekolah Menengah Umum

Kornita Bogor sejak tahun 1999 hingga tahun 2002.

Pada tahun 2002 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan

pendidikan Program Diploma III di Institut Pertanian Bogor melalui jalur seleksi

pada Program Studi Teknologi Benih, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas

Pertanian. Selepas menempuh Program Diploma III, penulis melanjutkan studi

pada pendidikan Strata Satu (S1) Program Ekstensi Manajemen Agribisnis

(19)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah Swt., Robb semesta alam

yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah membimbing

hamba-hambanya menuju kebahagian melalui Rasul-Rasul-Nya dan Al-Quran al Karim.

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad

SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan

skripsi yang berjudul “ Analisis Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan Beras

Varietas Unggul Baru (Oryza Sativa) (Kasus Di Desa Bunikasih, Kecamatan

Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat)”. Penyusunan skripsi

ini merupakan salah satu syarat kelulusan sarjana pertanian pada Departemen

Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam

penyusunan skripsi ini, namun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan bagi

pembaca pada umumnya. Amin.

Bogor, 2008

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu, diawali dengan ucapan syukur kepada Allah

SWT penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Kedua orang tua, Papah dan Mamah tercinta yang senantiasa mendoakan

dan mendukung penulis dengan kasih sayang, jerih payah dan doanya, Adik

kecilku Reska Yustika D. Rahayu terima kasih selalu menghibur penulis.

2. Para Guru dan Dosen yang telah membagikan ilmu-ilmu yang bermanfaat.

3. Dr. Ir. Eka Intan K. Putri, MS. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat

berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

4. Ir. Asi Napitupulu, MSc. terima kasih atas kesediaannya menjadi dosen

evaluator dalam seminar rencana penelitian yang telah memberikan saran

dan masukan dalam penelitian ini.

5. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS. selaku dosen penguji utama dan Arif Karyadi, SP.

selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak

masukan yang berarti bagi penyempurnaan skripsi ini.

6. Muhammad Firdaus, PhD, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan

arahan dan masukan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Rahmat Yanuar (mas Wai) terima kasih telah memberikan bekal ilmu dan

nasihat yang sangat berharga kepada penulis.

8. Bapak H. Pepen dan keluarga yang telah banyak membantu dalam hal

(21)

9. Bapak Machpudin dan keluarga yang telah banyak membantu penulis

selama pengumpulan data dan mengajarkan banyak hal tentang cara berfikir

petani yang sederhana tetapi luar biasa.

10. Keluarga besar Gabungan kelompok Tani Citra Sawargi khususnya Bapak

H. Burhan (ketua kelompok tani), Bapak H. Mansyur, dan seluruh pengurus

serta seluruh petani responden yang telah meluangkan waktu untuk

memberikan informasi yang sangat berguna dalam penelitian ini.

11. Teh Inggit Rachmiyanti, terimakasih telah memberikan semangat dan

motivasinya kepada penulis.

12. Teman-teman di Desa Bunikasih: Kang Aah (Pa Direktur), Ujang, Otoy,

Aceng, Kakang serta teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu,

13. Teman-teman satu pembimbing Rika, Teh Vita, dan Topan, serta

teman-teman di kost Pioneer Ubay, Arif, Fajar, Jam’an, Sudarsono, Wawan, Aris,

dan Rian.

14. Keluarga Muslim Ekstensi (Kamus), tarima kasih untuk semua perjuangan

yang telah kita lalui. Selamat Berjuang!.

15. Teman-teman veteran Tekben : M. Ubaydillah, Rizki, Ole (Ali), Ncep, Timbul,

Riki, Sari (Iie), Maria, Sri (‘Nci), Heda, Mba Mini, dan Bang Baim.

16. Teman-teman Ekstensi khususnya Baban (Cimande), Darlin, Topan, Bona,

Nde, Dewi, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Semoga ukhuwah kita selalu terjaga dan segala amal kebaikan yang

telah dilakukan menjadi hitungan ibadah dan hanya Allah SWT yang dapat

(22)

DAFTAR ISI Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11 Tinjauan konseptual ... 11

2.1.1 Varietas Unggul ... 11 2.1.2 Karakteristik Beras Pandan Wangi ... 13 Tinjauan Studi Terdahulu ... 15 Studi Empiris Mengenai Padi Pandan Wangi ... 15 Studi Empiris Mengenai Keunggulan Kompetitif

dan Komparatif ... 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 24 Kerangka Teoritis ... 24

Konsep Dayasaing ... 24 Kebijakan Pemerintah ... 26 3.1.2.1. Kebijakan Output ... 30 Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden ... 43 Analisis Data ... 44 Penentuan Input Dan Output ... 45 Metode Pengalokasian Komponen Biaya Domestik

dan Asing ... 45 Penentuan Harga Bayangan Input dan Output ... 47 4.4.3.1. Harga Bayangan Output ... 47 4.4.3.2. Harga Bayangan Input ... 47 4.5. Analisis PAM (Policy Analysis Matriks) ... 51

4.5.1. Daya Saing Komoditi Padi Varietas Pandan Wangi Dan

Padi Varietas Unggul Baru ... 52 4.5.2. Kebijakan Pemerintah ... 53

(23)

4.5.2.2. Kebijakan Input ... 54 4.5.2.3. Kebijakan Input-Output ... 55 4.6. Analisis Sensitivitas ... 56

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 59 5.1. Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur .. 59 5.2. Karakteristik Petani Responden ... 62 5.2.1. Status Usaha ... 62 5.2.2. Status Kepemilikan Lahan ... 63 5.2.3.Tingkat Pendidikan ... 64 5.2.4. Aspek Usia ... 65 5.2.5. Pengalaman Dalam Usaha Tani Padi ... 65 5.2.6. Luas Areal Usahatani Padi ... 66 5.2.7. Sumber Modal ... 66 5.2.8. Varietas Unggul Baru Yang Dibudidayakan ... 67 5.3. Gambaran Padi Varietas Pandan Wangi Dan

Padi Varietas Unggul Baru ... 67 5.4. Profil Gabungan Kelompok Tani Citra Sawargi ... 68

VI. DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKANBERAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU ... 70 6.1. Kondisi Usahatani Beras Pandan Wangi Dan Beras Beras

Varietas Unggul Baru ... 70 6.1.1. Teknik Budidaya ... 70 6.1.2. Permasalahan Usahatani ... 73 6.2. Struktur Biaya dan Penerimaan ... 76 6.3. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan

Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 81 6.3.1. Keunggulan Kompetitif dan Komparatif

Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 82 6.3.2. Dampak Kebijakan Pemerintah Pada Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 87

6.3.2.1. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Output ... 87 6.3.2.2. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Input ... 88 6.3.2.3. Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap

Input-Output ... 91

VII. ANALISIS SENSITIVITAS TERHADAP DAYA SAING

BERAS PANDAN WANGI DAN BERAS VARIETAS UNGGUL BARU .. 95 7.1. Analisis Sensitivitas Berdasarkan Perubahan Yang Terjadi

Di Tempat Penelitian ... 95 7.1.1. Penurunan Jumlah Output ... 95

7.1.2. Peningkatan Harga Pupuk Anorganik ... 97 7.1.3. Perubahan Harga Output ... 98 7.1.4. Perubahan Harga Output Dan Biaya Imbangan

Penggunaan Lahan ... 100 7.1.5. Penurunan Jumlah Outout, Peningkatan Harga Input,

dan Penurunan Harga Output serta Biaya Imbangan

(24)

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107 8.1. Kesimpulan ... 107 8.2. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(25)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia

Tahun 2003-2007 ... 2

2. Perbandingan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Dan

Jumlah Produksi Padi Tahun 2001-2006 di Kabupaten Cianjur ... 4

3. Luasan Sebaran Padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur

Tahun 2001- 2006 ... 5

4. Kandungan Zat Gizi Beras Pandan Wangi Per 100 Gram ... 14

5. Ringkasan Studi-Studi Terdahulu Tentang Padi Pandan wangi dan

Keunggulan Kompetitif serta Keunggulan Komparatif ... 23

6. Klasifikasi Kebijakan Pemerintah Terhadap Harga Komoditi ... 27

7. Matriks Analisis Kebijakan (PAM) ... 51

8. Prosentase Status Usaha Bertani Di Desa Bunikasihtahun 2007 ... 62

9. Prosentase Status Kepemilikan Lahan Sawah

Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 63

10. Prosentase Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 64

11. Prosentase Petani Responden Berdasarkan Aspek Usia Di Desa

Bunikasih Tahun 2007 ... 65

12. Prosentase Petani Responden Berdasarkan Luas Areal Usahatani Padi Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 66

13. Biaya Dan Pendapatan Mina Padi Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 81

14. Matrik Analisis Kebijakan pada PengusahaanBeras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru di Desa Bunikasih Tahun 2007

(Rp/Ha/Tahun) ... 82

15. Nilai Keuntungan Privat (KP) Dan Rasio Biaya Privat (PCR)

Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 83

16. Nilai Keuntungan Sosial (KS) Dan Rasio Sumberdaya Domestik (DCR) Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru

Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 84

17. Nilai Transfer Output (TO) dan Nominal Protection Coefficient on Output (NPCO) Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas

(26)

18. Nilai Transfer Input (TI), Transfer Faktor (TF) dan Nominal Protection Coefficient on Input (NPCI) Pengusahaan Beras Pandan Wangi

Dan Beras Varietas Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 89

19. Koefisien Proteksi Efektif (EPC), Transfer Bersih (TB), Koefisien

Keuntungan (PC) dan Rasio Subsidi bagi Produsen (SRP) Pengusahaan Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007 ... 92

20. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras Varietas

Unggul Baru Bila Terjadi Penurunan Output ... 96

21. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras

Varietas Unggul Baru Bila Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Anorganik.. 98

22. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras

Varietas Unggul Baru Bila Terjadi Penurunan Harga Output ... 98

23. Analisis Sensitivitas Beras Pandan Wangi Dan Beras

Varietas Unggul Baru Bila Terjadi Penurunan Harga OutputDan

Biaya Imbangan Penggunaan Lahan ... 100

24. Analisis Sensitivitas Gabungan pada Beras Pandan Wangi

Dan Beras Varietas Unggul Baru ... 102

25. Analisis Sensitivitas Pada Variabel Output dan Input Dalam Pengusahaan Beras Varietas Pandan Wangi Dan

(27)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Dampak Subsidi Positif Pada Produsen Barang Impor Dan Subsidi Positif Pada Konsumen Barang-Barang Impor ... 31

2. Hambatan Perdagangan Pada Produsen Untuk Barang Impor ... 32

3. Subsidi dan Pajak pada Input Tradable ... 33

4. Dampak Subsidi dan Pajak pada Input Non Tradable ... 34

(28)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi

Setiap Provinsi di Indonesia Tahun 2007 ... 113

2. Data Produksi Padi Kabupaten/Kotamadya di Jawa Barat pada

Tahun 2001-2003 ... 114

3. Data Ketersediaan Dan Kebutuhan Pangan Beras

Per Kecamatan Kabupaten Cianjur Tahun 2006 ... 115

4. Deskripsi Padi Varietas IR 64 ... 116

5. Deskripsi Padi Varietas Ciherang ... 117

6. Deskripsi Padi Varietas Pandan Wangi Berdasarkan

Keputusan Menteri Pertanian No. 163/Kpts/LB.240/3/2004 ... 118

7. Gambar Tanaman dan Bulir Beras Varietas Unggul Baru

dan Varietas Pandan Wangi ... 119

8. Alokasi Biaya Input dan Output dalam Komponen Domestik dan Asing .. 121

9. Perhitungan Standard Convertion Faktor Dan Shadow Price

Exchange Rate Tahun 2001-2006 (Milyar Rupiah) ... 122

10. Peta Administrasi Kabupaten Cianjur ... 123

11. Biaya Produksi dan Pendapatan Usaha Tani Beras Pandan Wangi dan Beras Varietas Unggul Baru di Desa Bunikasih, Kecamatan

Warungkondang, Kabupaten Cianjur Tahun 2007 ... 124

12. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi

Di Desa Bunikasih Tahun 2007 (Per Hektar Per Tahun) ... 125

13. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Di Desa Bunikasih Tahun 2007

(Per Hektar Per Tahun) ... 127

14. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Di Desa

Bunikasih Tahun 2007 (Per Hektar Per Tahun) ... 129

15. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru

Di Desa Bunikasih Tahun 2007 (Per Hektar Per Tahun) ... 129

16. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi

Jika Terjadi Penurunan Output (Per Hektar Per Tahun) ... 130

(29)

18. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika

Terjadi Penurunan Output (Per Hektar Per Tahun) ... 134

19. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Output (Per Hektar Per Tahun) ... 134

20. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika

Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 135

21. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 137

22. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika

Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 139

23. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika

Terjadi Peningkatan Harga Pupuk (Per Hektar Per Tahun) ... 139

24. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika

Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 140

25. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 142

26. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika

Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 144

27. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika

Terjadi Penurunan Harga Output (Per Hektar Per Tahun) ... 144

28. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan

Penggunaan Lahan (Per Hektar Per Tahun) ... 145

29. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan Penggunaan Lahan Per Hektar Per Tahun) ... 147

30. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan

Penggunaan Lahan (Per Hektar Per Tahun) ... 149

31. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan

Penggunaan Lahan (Per Hektar Per Tahun) ... 149

32. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi

Untuk Analsisis Sensitvitas Gabungan (Per Hektar Per Tahun) ... 150

(30)

34. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi

Untuk Analsisis Sensitvitas Gabungan (Per Hektar Per Tahun) ... 154

35. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru

Untuk Analsisis Sensitvitas Gabungan (Per Hektar Per Tahun) ... 154

36. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 16 persen (Per Hektar

Per Tahun) ... 155

37. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 16 persen

(Per Hektar Per Tahun) ... 157

38. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) .. 159

39. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Peningkatan Harga Pupuk Sebesar 16 Persen (Per Hektar

Per Tahun) ... 159

40. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan

Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 160

41. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 162

42. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 164

43. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output dan Penurunan Biaya Imbangan

Penggunaan Lahan Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 164

44. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 16 persen (Per Hektar

Per Tahun) ... 165

45. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar

Per Tahun) ... 167

46. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 169

47. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Harga Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar

(31)

48. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Pandan Wangi Jika

Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) .. 170

49. Analisis Finansial Dan Ekonomi Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar

Per Tahun) ... 172

50. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Pandan Wangi Jika Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) ... 174

51. Matrik Analisis Kebijakan Usahatani Beras Varietas Unggul Baru Jika

Terjadi Penurunan Output Sebesar 16 Persen (Per Hektar Per Tahun) .. 174

52. Kuesioner Daya Saing Beras Pandan Wangi Dan beras Varietas

(32)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada era perdagangan bebas yang semakin kompetitif, pemahaman

mengenai daya saing komoditas-komoditas unggulan menjadi penting untuk

dipahami oleh setiap negara. Setiap negara harus bersiap diri untuk menghadapi

kondisi tersebut dengan meningkatkan kualitas maupun kuantitas produk-produk

unggulan yang dimilikinya guna meningkatkan daya saing dari produk-produknya

tersebut. Hal tersebut dilakukan agar produk-produk domestik mampu bertahan

dari masuknya produk-produk asing ke dalam negeri. Tidak hanya bertahan,

diharapkan produk-produk tersebut mampu menghasilkan devisa bagi negara

atau bahkan menjadi ciri khas negara tersebut.

Kondisi itu pun berlaku bagi komoditas beras yang menjadi sumber

pangan utama bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Konsumsi beras

masyarakat Indonesia mencapai 139,15 kilogram perkapita pertahun1. Sebagai

salah satu negara yang tergabung dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area),

Indonesia harus berusaha meningkatkan daya saing komoditas berasnya, karena

beberapa negara di wilayah Asia memiliki keunggulan dalam memproduksi

beras. Upaya peningkatan daya saing komoditas beras di Indonesia dapat

ditempuh melalui beberapa cara, diantaranya adalah pengembangan varietas

unggul lokal dan varietas unggul baru dalam usaha budidaya padi.

Kondisi produksi padi di Indonesia selama kurun waktu tahun 2003

hingga tahun 2007 cenderung meningkat. Berdasarkan Tabel 1, terjadi

pertumbuhan produksi sebesar 3,74 persen pada tahun 2004. Berdasarkan

angka ramalan III, pertumbuhan produksi pada tahun 2007 diperkirakan sebesar

1

(33)

4,47 persen. Data lengkap mengenai luas panen, produktivitas dan produksi padi

di Indonesia tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia Tahun 2003-2007

2003 11.488.034 45,38 52.137.604 1,26

2004 11.922.974 45,36 54.088.468 3,74

2005 11.839.060 45,74 54.151.097 0,12

2006 11.786.430 46,20 54.454.937 0,56

2007*) 12.165.607 46,89 57.048.558 4,47

Keterangan : * Angka ramalan III

Sumber : Badan Pusat Statistik, 20082

Tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia yang mencapai 139,15

kilogram perkapita pertahun menunjukkan bahwa kedudukan beras sebagai

sumber bahan pangan pokok belum tergantikan oleh komoditas pangan lainnya.

Kebutuhan beras dalam negeri dirasakan belum mampu terpenuhi, walaupun

usaha untuk meningkatkan produksi padi dilakukan. Agar kebutuhan beras dalam

negeri terpenuhi maka pemerintah melakukan kebijakan impor beras.

Berdasarkan data dari Departemen Pertanian pada tahun 2006 hingga bulan

September volume impor beras mencapai 281.847.985 kilogram dengan nilai

US$ 83.217.040.

Tingginya volume impor beras tersebut tidak menyebabkan potensi

Indonesia sebagai negara pengekspor beras tertutup. Ini terbukti dari

dikeluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/PER/4/2008

mengenai ketentuan ekspor dan impor beras. Peraturan tersebut diharapkan

dapat memberikan kejelasan hukum soal ekspor dan mengamankan stok beras

nasional3.

2

http://www.bps.go.id/sector/agri/pangan/table1.shtml. Data Pertanian. 23 Januari 2008

(34)

Menurut Krisnamurthi (2008) Indonesia bisa memperoleh keuntungan dari

ekspor beras tertentu, komoditas beras yang berpotensi untuk di ekspor adalah

beras yang berkualitas tinggi, beras yang beraroma dan rasa yang khas, dan

beras organik4. Beras yang diperbolehkan untuk di ekspor berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/PER/4/2008 meliputi beras

berkulit untuk keperluan benih, beras tingkat pecahan paling tinggi lima persen

seperti beras organik, beras merah, beras siam, beras pandan wangi, dan beras

umum dengan pecahan lima sampai 25 persen serta beras ketan pulut5.

Sentra produksi padi di Indonesia terpusat di Pulau Jawa, khususnya

Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Salah satu kabupaten yang menjadi sentra

produksi padi di Jawa Barat adalah Kabupaten Cianjur. Kabupaten Cianjur

merupakan salah satu kabupaten yang mempunyai sumbangsih dalam

penyediaan stok pangan nasional di Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten Cianjur

dikenal sebagai daerah penghasil beras dengan kualitas baik. Data mengenai

kontribusi Kabupaten Cianjur terhadap penyediaan stok pangan nasional pada

tahun 2007 dapat di lihat pada Tabel Lampiran 2.

Selama kurun waktu tahun 2001 hingga 2006 produksi padi di Kabupaten

Cianjur cenderung mengalami fluktuasi baik dari segi luas tanam, luas panen,

maupun jumlah produksi (Tabel 2). Produksi yang berfluktuasi berpeluang terjadi

akibat perubahan iklim yang terjadi setiap tahun, ada tidaknya serangan hama,

atau masalah ketersediaan sarana produksi. Pada tahun 2006 ketersediaan

beras di Kabupaten Cianjur sebesar 432.393 ton sedangkan kebutuhan

konsumsi beras masyarakat Kabupaten Cianjur sebesar 251.837 ton. Ini berarti

pada tahun 2006 Kabupaten Cianjur mengalami surplus beras sebanyak 180.556

ton (Lampiran 3).

4

www.detikfinance.com/index.php/detik.kanal/idkanal/4. 20 Ton Beras RI Siap di Ekspor. 20 Juli 2008. 5

(35)

Tabel 2. Perbandingan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Dan Jumlah Produksi Padi Tahun 2001-2006 di Kabupaten Cianjur.

Tahun LuasTanam (ha) Luas Panen (ha) ProduktivitasKu/ha produksi Jumlah

2001 125.729 129.349 55,24 714.565

2002 116.479 120.514 55,44 668.186

2003 122.732 113.255 47,80 541.319

2004 137.531 132.942 48,98 651.154

2005 143.611 141.145 49,34 696.340

2006 120.943 137.946 49,60 684.165

Sumber: Laporan Tahunan Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur; tahun 2002, 2004, 2006.

Kabupaten Cianjur sebagai daerah yang berbasis agribisnis, memiliki

komoditas prioritas tanaman pangan strategis untuk menunjang pembangunan

pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Jawa Barat. Komoditas-komoditas

tersebut adalah padi, jagung, dan kedele. Khusus untuk komoditas padi,

pemerintah Kabupaten Cianjur akan mempertahankan dan mengembangkan

swasembada beras dengan memasyarakatkan Varietas Unggul Baru seperti

Cimelati, Sintanur, dan Ciherang (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2006).

Selain mengembangkan padi Varietas Unggul Baru, Kabupaten Cianjur

pun memiliki padi Varietas Unggul Lokal yaitu padi varietas Pandan Wangi.

Keunggulannya adalah jika dimasak, beras Pandan Wangi akan mengeluarkan

aroma pandan yang khas dan rasa yang lebih pulen jika dibandingkan beras

jenis lain. Secara khusus Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur menetapkan

Pandan Wangi sebagai komoditas unggul utama disamping tanaman palawija,

sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias. Padi Pandan Wangi dikatakan

sebagai Varietas Unggul Tahan Harga (VUTH), karena kualitas beras yang baik

dan nilai jual yang cukup tinggi (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, et al. 2003).

Padi Pandan Wangi akan tumbuh dan menghasilkan beras dengan

kualitas yang baik pada daerah-daerah tertentu saja, diantaranya adalah

Kecamatan Warungkondang, Cibeber, Gekbrong, Cugenang, Cianjur, Cilaku,

(36)

yang terletak di kaki Gunung Gede yang merupakan daerah kaya air. Sehingga

jarang ditemui adanya permasalahan yang berkaitan dengan air dalam

pembudidayaannya (Rachmawati, 2003).

Tabel 3. Luasan Sebaran Padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur Tahun 2001- 2006

No. Kecamatan Tahun Sebaran (Ha)

2001 2002 2003 2004 2005 2006

1. Warungkondang 2.467 3.388 3.366 2.396 2.056 1.780

2. Gekbrong - - - 545

3. Cianjur 558 526 496 377 200 225

4. Cilaku 708 703 785 352 150 140

5. Cibeber 1.943 1.890 2.113 1.193 1.100 1.020

6. Cugenang 875 990 1.134 588 641 540

7. Sukaresmi 152 116 168 172 115 105

Jumlah 6.703 7.631 8.062 5.078 4.262 4.355

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, 2006.

Luas sebaran padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur selama tahun

2001 hingga 2006 cenderung mengalami penurunan luas lahan (Tabel 3).

Kecamatan Warungkondang memiliki luas areal sebaran terbesar dibandingkan

dengan kecamatan-kecamatan lainnya. Para petani di daerah ini umumnya

membudidayakan tanaman padi, termasuk diantaranya varietas Padi Pandan

Wangi dan Varietas Unggul Baru seperti IR64 dan Ciherang.

Pemerintah daerah yang bertindak sebagai regulator memiliki

kewe-nangan dalam membentuk kebijakan yang mampu membantu petani dalam

usaha perbaikan daya saing komoditas berasnya. Usaha pemerintah Kabupaten

Cianjur untuk meningkatkan produksi beras (Pandan Wangi maupun Varietas

Unggul Baru) yaitu dengan cara menggalakan kembali pembentukan kelompok

tani. Selain itu program tersebut bertujuan untuk mempermudah komunikasi

antara petani dan pemerintah. Sebagai realisasinya, khusus di Kecamatan

Warungkondang telah dibentuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Citra

(37)

kelompok tani Pandan Wangi dalam menghadapi permasalahan-permasalahan

seputar produksi maupun pemasaran beras Pandan Wangi.

Seperti yang telah dijelaskan di awal, kondisi perdagangan internasional

yang semakin kompetitif, mendorong Indonesia untuk lebih memahami dan

meningkatkan daya saing komoditas berasnya terutama beras Pandan Wangi

dan Varietas Unggul Baru. Karena jika kedua varietas tersebut memiliki daya

saing, maka varietas-varietas tersebut mampu bersaing dengan komoditas beras

dari negara lain. Ini berarti peluang Indonesia untuk menjadi negara pengekspor

beras semakin berpeluang besar.

1.2. Perumusan Masalah

Liberalisasi perdagangan menjadi isu yang berpengaruh terhadap daya

saing komoditi-komoditi pertanian dalam suatu negara. Di dunia internasional,

Indonesia tergabung dalam World Trade Organization (WTO). WTO adalah

organisasi internasional yang mengatur perdagangan bebas. Sedangkan di

wilayah ASEAN Indonesia tergabung dalam AFTA. AFTA dilaksanakan dengan

instrumen CEPT (Common Effective Preferential Tariff) scheme yang

diperkenalkan pada Januari 1993. Ditjen Kerjasama ASEAN pada tahun 2002

mengemukakan bahwa komitmen utama dibawah CEPT-AFTA meliputi empat

elemen, yaitu:

1. Program pengurangan tarif yang secara efektif sama di antara

negara-negara ASEAN hingga mencapai nol sampai lima persen.

2. Penghapusan hambatan-hambatan kuantitatif (quantitative restriction)

dan hambatan non tarif (non tariff barriers)

3. Mendorong kerjasama untuk mengembangkan fasilitasi perdagangan

terutama di bidang bea masuk serta standar dan kualitas.

(38)

Dimasa mendatang kebijakan ekonomi yang bersifat distorsif secara bertahap

akan dihilangkan, sebagai akibatnya adalah banyak produk-produk asing dapat

masuk secara bebas ke dalam pasar domestik.

Produk-produk di Indonesia pun harus bersiap-siap dalam menghadapi

persaingan perdagangan bebas. Peningkatan daya saing produk-produk

pertanian yang berpotensi untuk diekspor atau tidak, diharapkan mampu

meredam dampak negatif dari perdagangan bebas. Daya saing suatu komoditi

dapat dilihat dari keunggulan yang dimilikinya, baik keunggulan komparatif

maupun kompetitif. Dengan keunggulannya diharapkan komoditi tersebut mampu

bersaing di pasar dunia.

Pernyataan ini pun berlaku pada komoditas beras Pandan Wangi dan

Varietas Unggul Baru. Dengan mengetahui daya saing kedua komoditas beras

tersebut, maka akan diketahui apakah komoditas beras Indonesia dapat bersaing

dengan komoditas beras dari negara lain.

Kecamatan Warungkondang sebagai salah satu sentra produksi Pandan

Wangi memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan varietas unggul lokal

Pandan Wangi. Namun, karena padi Pandan Wangi hanya berproduksi dua kali

dalam setahun menyebabkan para petani beralih ke Varietas Unggul Baru seperti

varietas IR64 dan Ciherang yang mampu berproduksi tiga kali dalam setahun.

Hal ini lah yang diduga menjadi salah satu sebab menurunnya luas areal

penanaman padi Pandan Wangi (lihat Tabel 3). Dengan demikian munculah

pertanyaan, varietas manakah yang memiliki daya saing yang lebih baik antara

varietas Pandan Wangi dengan Varietas Unggul Baru di Kecamatan

Warung-kondang, Kabupaten Cianjur.

Permasalahan yang dihadapi oleh petani padi Pandan Wangi adalah

maraknya penjualan beras Pandan Wangi “palsu”. Maraknya beras Pandan

(39)

terhadap keaslian beras sehingga harga beras Pandan Wangi asli anjlok. Beras

campuran dapat dijumpai di supermarket dan toko-toko beras dengan harga

berkisar Rp 7.000 hingga Rp 10.000 per kilogram, padahal standar harga beras

Pandan Wangi di tingkat konsumen Rp 9.000 hingga 18.000 per kilogram.

Upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur untuk

menyelesaikan masalah ini adalah dengan memurnikan kembali varietas padi

Pandan Wangi dan telah memperoleh pengakuan di tingkat nasional. Pemerintah

setempat juga sedang mengajukan hak paten varietas tersebut dengan tujuan

melindungi para petani setempat dari penggunaan label Pandan Wangi untuk

beras jenis lain6. Selain itu, upaya yang dilakukan oleh Gapoktan Citra Sawargi

adalah dengan memasarkan beras varietas Pandan Wangi asli melalui kerja

sama dengan pihak distributor (PT. Quasindo). Jaminan kualitas diberikan agar

konsumen percaya akan keaslian produk beras Pandan Wangi yang dipasarkan.

Jaminan kulitas tersebut ditunjukkan dengan adanya label ”garansi uang

kembali” di setiap kemasannya.

Dari sisi budidaya, para petani padi Pandan Wangi maupun Varietas

Unggul Baru dihadapkan pada masalah tingginya harga input produksi, terutama

pupuk. Pemerintah kemudian mengeluarkan suatu kebijakan, yaitu dengan

memberikan subsidi pupuk untuk petani. Subsidi pupuk diberikan kepada petani

agar harga eceran pupuk yang diterima oleh petani dapat terjangkau. Selain itu,

pemerintah pun telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

40/Permentan/OT.140/04/2007 Tahun 2007, mengenai rekomendasi pemupukan

N, P, dan K pada padi sawah spesifik lokasi. Peraturan Menteri Pertanian ini

tujuan agar penggunaan pupuk N, P, dan K pada padi sawah lebih efisien dan

mampu meningkatkan pendapatan petani, keberlanjutan sistem produksi,

(40)

kelestarian fungsi lingkungan, dan penghematan sumberdaya energi7. Selain dari

sistem budidaya, untuk melindungi produk padi domestik pemerintah pun

melakukan kebijakan perdagangan. Ini terlihat pada di keluarkannya Peraturan

Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/PER/4/2008 yang mengatur ketentuan

ekspor dan impor beras di Indonesia.

Kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut diterapkan dengan tujuan agar

komoditas padi memiliki daya saing yang lebih baik. Maka munculah kembali

pertanyaan, bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap pengusahaan

padi varietas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru, khususnya di Kecamatan

Warungkondang, Kabupaten Cianjur sebagai salah satu daerah sentra produksi

beras Pandan Wangi.

1.3. Tujuan

Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap

usahatani padi Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru di Desa

Buni-kasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.

2. Menganalisis daya saing usahatani padi Pandan Wangi dan Varietas

Unggul Baru akibat adanya perubahan variabel penerimaan dan variabel

biaya di Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi

pihak-pihak yang berkepentingan yaitu pihak petani, pemerintah, mahasiswa dan

perguruan tinggi. Hasil penelelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi

mengenai dampak kebijakan yang telah diterapkan oleh pemerintah kepada

7

(41)

petani padi varietas Pandan Wangi dan padi Varietas Unggul Baru. Diharapkan

dengan penelitian ini pemerintah dapat menyusun kebijakan yang

menguntung-kan khususnya kepada petani padi selaku produsen beras.

Bagi petani, diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan

masukan yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani dengan

cara meningkatkan kualitas yang baik dan produktifitas yang tinggi. Manfaat bagi

mahasiswa dan perguruan tinggi adalah diharapkan hasil penelitian ini dapat

dijadikan sumber informasi atau pembanding bagi studi-studi mengenai

komoditas Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah:

1. Perhitungan didasarkan pada hasil produksi padi varietas Pandan Wangi

dan Varietas Unggul Baru pada musim tanam tahun 2007 di Desa

Bunikasih Kacamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Periode waktu

analisis didasarkan pada waktu petani menanam kedua varietas, tidak

membedakan antara musim kemarau dan musim hujan.

2. Produktivitas kedua varietas padi di anggap konstan.

3. Harga yang terjadi dalam usahatani padi varietas Pandan Wangi dan

Varietas Unggul Baru, terjadi pada tingkat petani.

4. Nilai tukar resmi dan harga perbatasan (cif dan fob) adalah nilai yang

terjadi pada tahun 2006.

5. Harga bayangan output merupakan harga yang terjadi di supermarket,

dengan asumsi kondisi pasar tersebut mendekati kondisi pasar

(42)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Konseptual 2.1.1. Varietas Unggul

Varietas unggul ialah suatu varietas padi yang karena sifat

pembawaan-nya dapat memberikan hasil yang tinggi pada satu satuan luas dan pada

satu-satuan waktu (Departemen Pertanian, 1977). Penggunaan benih varietas unggul

akan menentukan produksi padi yang akan dihasilkan. Benih varietas unggul

bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas suatu usaha tani dan

berlaku bagi semua komoditi pertanian8. Menurut Departemen Pertanian (1977),

varietas padi unggul dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Varietas Unggul Nasional (UNGNAS) atau Varietas Unggul Biasa

(improved national variety), mempunyai daya produksi sedang yang biasa

disebut pula varietas unggul Bogor. Varietas-varietas padi ini dihasilkan

oleh Lembaga Pusat Penelitian Pertanian Bogor, sebelum tahun 1965.

Contoh varietas ini antara lain adalah Bengawan, Si Gadis, Remaja, dan

Jelita.

b. Varietas Unggul Baru mempunyai daya produksi yang tinggi dan

responsif terhadap pemupukan tinggi (high yielding variety). Varietas

Unggul Baru diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1967 yang

diantaranya berasal dari Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI) di

Filipina.

c. Varietas Unggul Lokal ini tidak termasuk Varietas Unggul Nasional, tetapi

disuatu daerah tertentu mampu menghasilkan padi lebih tinggi atau

menyamai dari produksi padi Varietas Unggul Nasional.

8

http://indoplasma.or.id/artikel/artikel_2006_manfaat_UU_29_2000.htm. Achmad Baihaki. Manfaat Dan

(43)

Keinginan konsumen produk pertanian khususnya padi yang beragam

menuntut adanya ragam varietas padi9. Pengembangan variertas padi ditujukan

agar tercipta varietas-varietas padi unggul yang mampu memenuhi keinginan

petani padi maupun konsumen. Varietas unggul tanaman diperoleh melalui

serangkaian penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dengan

sifat-sifat yang diinginkan, seperti potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap

tekanan biotik dan abiotik tertentu, sesuai dengan selera konsumen, dan

lain-lain10.

Kecocokan varietas dengan lahan yang ada dan musim atau iklim akan

memengaruhi produktivitas padi, sehingga penentuan varietas dengan jenis

lahan dan ketinggian untuk setiap daerah sangatlah diperlukan. Di Jawa Barat

khususnya, banyak petani menggunakan beberapa Varietas Unggul Baru antara

lain adalah varietas IR 64, Ciherang, dan Sintanur.

Varietas IR 64 merupakan salah satu Varietas Unggul Baru yang banyak

digunakan oleh para petani. Umur tanaman yang cukup singkat yaitu 115 hari

menjadi salah satu alasan petani menanam varietas IR 64. Varietas IR 64

termasuk ke dalam golongan Cere, tinggi tanaman kurang lebih 85 cm dengan

bobot 1.000 butir benih seberat 24 gram. Deskripsi lengkap mengenai varietas IR

64 dapat dilihat pada Lampiran 4.

Namun, penggunaan varietas IR 64 pada saat ini mulai berkurang karena

varietas ini telah mengalami penurunan kualitas. Rata-rata produksi yang

dihasilkan hanya 5 ton per hekar11. Salah satu cara yang mampu mengatasi

permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan varietas unggul yang lebih

baik agar produksi petani dapat meningkat kembali. Saat ini sebagian petani

9

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/062006/12/11-lapsus01.htm. Padi Unggul, Produksi Oke & Rasa Enak. 29 Januari 2008

10

http://www.litbang.deptan.go.id/varietas. Varietas Unggul. 29 Januari 2008

11

(44)

mulai beralih pada varietas Ciherang, alasannya adalah varietas Ciherang

mampu berproduksi lebih tinggi. Varietas ini mampu berproduksi hingga 5 – 8,5

ton per hektar. Deskripsi lengkap mengenai varietas Ciherang dapat dilihat pada

Lampiran 5.

Dari kasus peralihan penggunaan varietas IR 64 ke varietas Ciherang

dapat disimpulkan bahwa pengembangan varietas padi unggulan harus tetap

dilakukan. Pengembangan varietas unggul tidak hanya ditujukan pada

pemenuhan keinginan konsumen beras seperti rasa yang pulen atau aroma yang

wangi, namun juga mampu memenuhi keinginan petani seperti peningkatan

produksi hasil dan tanaman yang tahan hama. Sejak tahun 1940 sampai dengan

Maret 2004 telah dilepas 201 padi varietas unggul. Namun harus diingat bahwa

setiap varietas unggul yang dilepas masing-masing akan memiliki “life

expectancy” tersendiri dan berbeda satu sama lain12.

2.1.2. Karakteristik Beras Pandan Wangi

Perkembangan padi sawah Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur dimulai

pada tahun 1970. Pada awal tahun tersebut perkembangan padi Pandan Wangi

dimulai di Desa Mayak, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur. Kemudian padi

Pandan Wangi mulai ditanam di Desa Jambu Dipa dan Bunikasih, kedua daerah

tersebut terletak di Kecamatan Warungkondang. Pertanaman Pandan Wangi di

ketiga desa tersebut berkembang luas, karena dinilai memiliki keunggulan

khusus dari beras yang dihasilkan (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur et

al.,2003).

Padi varietas Pandan Wangi merupakan varietas padi aromatik yang

sudah dikenal luas. Varietas Pandan Wangi merupakan varietas lokal yang

12

http://indoplasma.or.id/artikel/artikel_2006_manfaat_UU_29_2000.htm. Achmad Baihaki. Manfaat Dan

(45)

menjadi ciri khas Kabupaten Cianjur. Sejak tahun 1973 varietas ini dikenal

sebagai nama “Pandan Wangi”. Nama Pandan Wangi berasal dari ciri khas

aroma pandan yang keluar jika beras Pandan Wangi di masak. Aroma pandan

yang terdeteksi dari beras Pandan Wangi merupakan komponen

2-acetyl-1-pyrroline (Natalia, 2007). Menurut Buttery et al. (1983) dalam Natalia (2007)

komponen ini juga pada analisis terhadap komponen volatile dari daun pandan

(Pandanus amaryllifolius)

Pandan Wangi adalah beras khas Cianjur yang berasal dari padi bulu

(javanica) varietas lokal. Deskripsi Pandan Wangi antara lain umur tanaman

150–160 hari, tinggi tanaman 150 sampai 170 cm, bentuk gabah (endosperm)

bulat atau gemuk berperut, berbulu, tahan rontok, berat 1.000 butir gabah 30

gram, beraroma pandan, dan potensi hasil 6 hingga 7 ton per hektar malai kering

pungut. Deskripsi padi sawah varietas Pandan Wangi berdasarkan Keputusan

Menteri Pertanian Nomor 163/Kpts/LB.240/3/2004 tanggal 17 Maret 2004 dapat

dilihat pada Lampiran 6.

Beras Pandan Wangi mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh

seperti protein, gula pereduksi, dan zat besi. Dalam 100 gram beras Pandan

Wangi presentasi gula pereduksi lebih besar jika dibandingkan dengan kadar

protein dan lemak, yaitu sebesar 63,39 persen. Kandungan zat gizi beras

Pandan Wangi per 100 gram dapat dilihat secara rinci pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Zat Gizi Beras Pandan Wangi Per 100 Gram

No. Parameter Hasil Satuan

1. Kadar protein 8,97 %

2. Kadar lemak 0,32 %

3. Kadar gula pereduksi 63,39 %

4. Zat besi (Fe) 4,65 Ppm

5. Cat tembaga (Cu) 6,42 Ppm

6. Kalori 14,81 Kg/gr

(46)

Wilayah penyebaran Pandan Wangi selain di Kabupaten Cianjur dapat

ditemui di Kabupaten Sukabumi, Garut, Ciamis, Tasikmalaya, Majalengka, dan

Karawang (Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur et al.,2003). Varietas Pandan

Wangi umumnya ditanam di dataran sedang dengan ketinggian sekitar 700 meter

diatas permukaan laut.

Pusat-pusat produksi beras Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur adalah

di Kecamatan Warungkondang, Cugenang, Cibeber, Cianjur, Cilaku, dan

Campaka. Beras Pandan Wangi Kabupaten Cianjur berbeda dengan beras

lainnya karena beras Pandan Wangi pulen nasinya, enak, dan wangi pandan.

Salah satu keunikannya adalah jika ditanam diluar daerah Kabupaten Cianjur

maka, soal rasa, aroma, kepulenan,dan ciri lain akan berbeda (Dinas Pertanian

Kabupaten Cianjur, 2002). Beras Pandan Wangi khas Cianjur tercipta karena

paduan faktor genetik dan lingkungan.

2.2. Tinjauan Studi Terdahulu

2.2.1. Studi Empiris Mengenai Padi Pandan Wangi

Penelitian tentang Analisis Strategi dan Taktik Pemasaran Beras Pandan

Wangi dan Manisan Khas Cianjur dilakukan oleh Malinda (2005). Hasil penelitian

Malinda (2005) menunjukkan bahwa berdasarkan analisis Biplot didapatkan

informasi bahwa untuk beras Pandan Wangi, atribut yang paling kuat

mempengaruhi keputusan pembeliannya oleh konsumen adalah promosi produk

yang baik dan kemudahan dalam mempengaruhi keputusan pembeliannya oleh

konsumen adalah keunikan produk, rasa yang lezat dan khas, keberagaman

penampilan produk, kemasan yang menarik serta kemudahan dalam

mendapat-kan produk.

Pada kelompok Cluster terpilih untuk konsumen beras Pandan Wangi

(47)

Rp.2.000.000 dan pengeluaran Rp. 1.000.001 sampai Rp. 2.000.000 (28 persen).

Kelompok Cluster terpilih untuk konsumen manisan adalah kelompok dengan

pendapatan rata-rata per bulan Rp. 1.000.001 sampai Rp. 2.000.000 dan

pengeluaran Rp. 1.000.001 sampai Rp. 2.000.000 (21 persen).

Kelompok-kelompok tersebutlah yang menjadi target pasar bagi masing-masing produk.

Positioning beras Cianjur diantaranya adalah “Beras wangi asli Cianjur, kualitas

terjamin”, sedangkan positioning manisan Cianjur diantaranya adalah “Manisan

Cianjur oleh-oleh khas unggulan daerah”.

Taktik pemasaran yang disusun untuk beras Pandan Wangi diantaranya

adalah melakukan diversifikasi kemasan, mempertahankan kemurnian produk

dan karakteristik produknya yang khas, membuat hak paten dengan nama baru,

membidik segmen pasar potensial (menengah keatas), dan menyediakan produk

pada outlet penjualan khusus untuk produk pangan khas Cianjur. Taktik

pemasaran untuk manisan diantaranya adalah melakukan diversifikasi kemasan,

mempertahankan karakteristik produk yang khas, menyediakan brosur tentang

produk pada outlet-outlet penjualan dan memberikan potongan harga pada

transaksi penjualan, serta menyediakan produk pada outlet penjualan khusus

produk pangan khas Cianjur.

Banyaknya beras Pandan Wangi palsu menyebabkan kerugian baik

dipihak petani dan konsumen. Varietas beras yang digunakan sebagai campuran

Pandan Wangi “palsu” diantaranya adalah varietas Morneng dan BTN. Selain

cara pencampuran beras, beras Pandan Wangi “palsu” di dapat dengan cara

mencampurkan essens pandan pada beras varietas lain pada saat penggilingan.

Jika beras dicuci atau saat dimasak maka aroma pandan pada beras Pandan

Wangi “palsu” jenis ini pun akan hilang.

Penelitian mengenai kemurnian beras Pandan Wangi perlu dilakukan

(48)

yang beredar. Salah satu penelitian tersebut telah dilakukan oleh Annissa (2007)

tentang Pengembangan Metode Penentuan Kemurnian Beras Varietas Pandan

Wangi Berdasarkan Karakteristik Fisik. Tujuannya adalah untuk mendapatkan

metode yang cepat dalam menentukan kemurnian beras berdasarkan

karakteristik fisik khususnya varietas Pandan Wangi.

Pada penelitiannya, Annissa (2007) melakukan tiga tahapan, yaitu

persiapan sampel yang terdiri dari standarisasi kadar air 14 persen, derajat

sosoh 95 persen, dan beras kepala utuh; pengembangan metode dari kelima

parameter yang terdiri dari bobot per volume, bobot seribu butir, ukuran panjang

butir, bentuk butir, dan chalkiness.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari kelima parameter yang

dianalisis fisiknya, diperoleh metode yang paling mudah dan cepat dilakukan

untuk mengetahui asli atau tidaknya beras Pandan Wangi yang ada di pasaran

yaitu dengan melihat bentuk dan ukurannya serta tipe chalkiness yang terdapat

pada beras Pandan Wangi. Beras Pandan Wangi memiliki bentuk butir agak

bulat (p/l ≤ 2,0 mm) berdasarkan rasio panjang per lebar dari butir beras dan

ukuran butirnya tergolong medium (5,5 sampai 5,99 mm) serta memiliki

chalkiness berupa bintik/garis putih pada bagian yang biasa disebut white belly.

Penelitian yang dilakukan oleh Arkanti (2007) tentang Karakterisasi

Faktor Fisiko-Kimia dan Sensori Beras Pandan Wangi, Morneng, dan BTN

bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nyata antara karakteristik

sifat fisiko-kimia dan sensori beras Pandan Wangi dengan beras Morneng

maupun BTN. Penelitian ini terdiri atas beberapa bagian, yaitu analisis

fisiko-kimia dan analisis sensori deskriptif. Analisis sensori deskriptif dilakukan dengan

menggunakan metode Quantitative Descriptive Analysis (QDA) dengan Uji t.

Beras Pandan Wangi menunjukkan perbedaan pada ukuran, bentuk,

(49)

beras Morneng. Beras Pandan Wangi memiliki panjang 6,04 mm dan nisbah

panjang/lebar 2,08 sehingga dapat digolongkan kedalam beras butir panjang

dengan bentuk agak bulat. Beras Morneng memiliki panjang 5,61 mm dan nisbah

panjang/lebar 1,96 sehingga dapat digolongkan kedalam beras butir sedang

dengan bentuk bulat. Suhu gelatinisasi beras Pandan Wangi adalah sebesar

72ºC, sedangkan beras Morneng memiliki suhu gelatinisasi yang lebih rendah,

yaitu sebesar 69ºC.

Penyerapan air dan pengembangan volume nasi pada beras Pandan

Wangi adalah sebesar 197 persen beras dan 231,25 persen beras, sedangkan

beras Morneng 251,5 persen beras dan 320 persen beras. Perbedaan juga

ditemukan pada karakteristik sensori, yaitu pada intensitas aroma pandan dan

kepulenan. Nasi dari beras Pandan Wangi memiliki intensitas aroma pandan dan

kepulenan yang lebih tinggi dari beras Morneng. Intensitas aroma pandan dan

kepulenan nasi dari beras Pandan Wangi berturut-turut adalah 51,2 dan 53,9.

Intensitas aroma pandan dan kepulenan nasi dari beras Morneng berturut-turut

adalah 22,2 dan 26,9.

Perbedaan antara beras Pandan Wangi dan BTN dapat dilihat pada

densitas beras, skor intensitas kepulenan, dan aroma pandan. Densitas beras

Pandan Wangi yaitu sebesar 788,31 gram/liter lebih rendah dibandingkan

densitas beras BTN yaitu sebesar 796,83 gram/liter. Seperti halnya pada beras

Morneng, nasi dari beras Pandan Wangi memiliki intensitas kepulenan dan juga

aroma pandan yang lebih tinggi dibandingkan nasi dari beras BTN.

Intensitas aroma pandan dan kepulenan nasi dari beras BTN

berturut-turut adalah 20,2 dan 33,8. Persamaan antara beras Pandan Wangi, beras

Morneng, dan beras BTN dapat diketahui dari bentuk granula pati, kandungan

abu, protein, lemak, dan karbohidrat. Beras Pandan Wangi dengan beras BTN

Gambar

Tabel 1.   Data Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia
Tabel 2. Perbandingan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, Dan Jumlah
Tabel 3.   Luasan Sebaran Padi Pandan Wangi di Kabupaten Cianjur Tahun
Tabel 4. Kandungan Zat Gizi Beras Pandan Wangi Per 100 Gram
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan YME atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Project Based Learning Berbantuan

Oleh karena F hitung lebih besar dari F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, atau dapat diartikan bahwa secara serentak (bersama-sama) antara variabel independen (ekspor

Pada tahap awal, kita berlatih meditasi untuk membentuk pikiran harmonis; yang telah kita lakukan dalam empat pertemuan sebelumnya –melatih konsentrasi (merasakan napas

Pertama, psikologi kognitif adalah satu-satunya disiplin psikologi yang dianggap telah sukses dala memahami mekanisme dasar mengatur perilaku berpikir manusia yang sangat berguna

Kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi anggota famili Rhizophoraceae yang menyusun hutan mangrove KKPD Rupat Utara dan juga bertujuan sebagai data dasar dalam

Banyaknya ikon-ikon yang dimiliki oleh Bandung menjadikan Bandung sangat kaya dengan artefak bersejarah yang mempunyai nilai dan seni yang tinggi Salah satu ikon yang

memahami dan menjunjung tinggi Kode Etik Standard Setter Penentuan Batas Lulus Uji Kompetensi Dokter Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal ... Apabila dalam