• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan mengenai Penanggunalangan Bencana a. Kesiagaan Menghadapi Bencana

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Undang-undang No. 24 Tahun 2007, Pasal 1 Ayat 1).

Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia telah dilanda berbagai bencana alam yang memakan korban ratusan ribu jiwa, serta membawa kerugian ratusan triliun rupiah. Beraneka bentuk bencana alam telah terjadi di Indonesia, mulai dari banjir, tanah longsor, angin puting beliung, gunung meletus, gempa bumi, hingga tsunami.

Bencana ini terjadi hampir di setiap provinsi yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mewaspadai potensi bencana alam yang bisa terjadi sewaktu-waktu di sekitar kita. Ancaman bencana bukan hanya tanggung jawab perorangan atau lembaga tertentu saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab berbagai pihak baik lembaga pemerintahan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan masyarakat umum guna menumbuhkan kesiagaan masyarakat terhadap ancaman bencana.

Pembangunan ketahanan masyarakat dalam mengurangi resiko bencana menjadi prioritas pembangunan nasional sejak disepakatinya Kerangka Aksi Hyogo atauhyogo Framework for Action 2005-2015dan selanjutnya disebut HFA oleh sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia. Dalam HFA tersebut dicantumkan 5 prioritas aksi untuk membangun ketahanan komunitas dalam pengurangan resiko bencana, yaitu :

1) Komponen pemerintahan 2) Pengukuran resiko

4) Penurunan kerentanan dan manajemen resiko 5) Kesiapsiagaan dan penanganan darurat

Dalam menghadapi bencana yang bisa sewaktu-waktu terjadi, diperlukan kesiagaan menghadapi bencana. Dalam leafleat Mengelola Bencana yang diterbitkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dijelaskan tentang kegiatan kesiagaan menghadapi bencana meliputi :

1) Mengetahui potensi ancaman bencana alam

Untuk menghadapi bencana alam, kita perlu mengetahui potensi ancaman bencana alam yang paling mungkin terjadi di wilayah tempat tinggal kita. Informasi mengenai ini bisa di dapat dari instansi pemerintah, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Geologi, BMKG, dan instansi terkait yang menangani kebencanaan. Dengan mengetahui informasi ini, maka kita bisa mengetahui daerah-daerah mana yang rawan bencana sekaligus daerah-daerah yang aman.

2) Menyusun Rencana Penanggulangan Bencana

Setelah kita menyadari dan mengenali potensi ancaman bencana yang mungkin terjadi di wilayah kita, maka kita perlu menyusun Rencana Penanggulangan Bencana guna menghadapi ancaman tersebut. Rencana ini bertujuan untuk meminimalisir korban jiwa dan kerugian berupa harta benda. Mitigasi bencana merupakan tindakan Penanggulangan Bencana yang meliputi

Kesiapsiagaan, Tanggap Darurat, Pemulihan awal, dan Rehabilitasi Rekonstruksi.

3) Menyusun Rencana Kontinjensi

Rencana kontinjensi adalah suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan atau situasi yang akan segera terjadi, pada keadaan yang tidak menentu. Penekanan rencana kontinjensi adalah kesiapsiagaan menghadapi bencana, yaitu suatu proses yang mengarah pada kesiapan dan kemampuan untuk memperkirakan terjadinya bencana, mencegah dan mengurangi resiko serta menanggulangi bencana.

Rencana Kontinjensi harus dibuat secara bersama-sama antara pemerintah daerah dan stake holder yang ada setelah dilakukan analisis terhadap bencana dan analisis resiko. Rencana Kontinjensi disusun berdasar prinsip kebersamaan, terbuka, kejelasan dalam pembagian peran dan tugas setiap pelaku, mengikat sebagai konsensus bersama serta dibuat untuk menghadapi keadaan darurat.

4) Sistem Peringatan Dini

Sistem peringatan dini yang tepat, cepat, dan akurat menjadi dasar dilakukannya evakuasi. Peringatan dini ini dimaksudkan untuk mengingatkan dan menyiagakan masyarakat dan petugas operasi tanggap darurat setempat atas kemungkinan terjadinya

menyiapkan diri sebelum dilakukan evakuasi, misalnya dengan mengemasi barang-barang yang sekiranya penting untuk dibawa saat mengungsi dan tidak membebani.

Peringatan dini disebarluaskan kepada masyarakat melalui berbagai cara, seperti menggunakan sirine, megaphone, pengeras suara, kentongan, HT, telepon seluler dan lain sebagainya. Bagi petugas operasi tanggap darurat, peringatan dini aadalah perintah untuk segera mempersiapkan peralatan khusus guna mengevakuasi masyarakat yang masuk dalam kelompok rentan. Selain itu juga perintah untuk segera mempersiapkan kendaraam untuk evakuasi, mengkoordinir masyarakat menuju titik kumpul evakuasi, memimpin evakuasi hingga tempat pengungsian, menyiapkan sarana dan prasarana di tempat pengungsian, mempersiapkan dapur umum, dan pendataan jumlah pengungsi untuk mempersiapkan kebutuhan logistik yang diperlukan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan kesiagaan menghadapi bencana meliputi mengetahui potensi ancaman bencana alam, menyusun rencana penanggulangan bencana, menyusun rencana ontinjensi, dan sistem peringatan dini.

b. Sistem Nasional Penanggulangan Bencana

Sistem Nasional Penanggulangan Bencana adalah sistem pengaturan yang menyeluruh tentang kelembagaan, penyelenggaraan, tata kerja, dan mekanisme serta pendanaan dalam penanggulangan

bencana, yang ditetapkan dalam pedoman atau peraturan dan perundangan (Undang-undang No. 24 Tahun 2007). Secara kelembagaan, penanggungjawab upaya penanggulangan bencana di Indonesia berada pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam menjalankan tugasnya, Kepala BNPB didukung oleh unsur pengarah dan pelaksana.

Dalam kegiatan penanggulangan bencana, diperlukan keterlibatan antar pihak yang sesuai dengan kewenangan masing-masing sehingga dibutuhkan koordinasi yang kuat. Koordinasi ini bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan operasional bersama guna mewujudkan pengelolaan bencana secara menyeluruh pada aspek ancaman, daya dukung lingkungan dan sosial budaya masyarakat.

Pihak-pihak yang terkait dapat penanggulangan bencana (unsur pengarah) meliputi :

1) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yaitu badan pemerintah daerah yang memiliki wewenang dan tangung jawab untuk melakukan dan penanggulangan terhadap bencana yang terjadi pada daerah yang bersangkutan.

2) Badan Geologi, yaitu instansi pemerintah yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan mitigasi bencana geologi meliputi gunungapi, gempa bumi, dan tanah longsor.

3) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), yaitu instansi pemerintah yang mengelola sumberdaya air meliputi perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan dalam rangka konservasi sumberdaya air, pengembangan sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air pada wilayah sungai.

berkenaan dengan bencana karena faktor meteorologi, klimatologi, dan geofisika.

5) Dinas Sosial, yaitu instansi pemerintah yang ada di Kabupaten/Kota, bertugas untuk menangani bidang kesejahteraan, termasuk di dalamnya membantu masyarakat yang dilanda bencana, melalui Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang sudah terlatih dalam upaya-upaya penanganan bencana.

6) Dinas Pekerjaan Umum, yaitu instansi pemerintah yang bertugas untuk melaksanakan pengelolaan, pengembangan wilayah dan teknik konstruksi.

7) Dinas Kesehatan, yaitu instansi pemerintah yang bertugas memberikan layanan kesehatan melalui Puskesmas dan Rumah Sakit pemerintah maupun swasta.

8) Kepolisian, yaitu instansi pemerintah yang berfungsi menjaga keamanan dam ketertiban masyarakat, termasuk juga melindungi keselamatan manusia dan harta bendanya. Instansi ini bisa melakukan tindakan-tindakan yang bersifat darurat dalam penanganan bencana.

9) Tentara Nasional Indonesia (TNI), yaitu organisasi yang paling efektif, termasuk untuk memberi pelatihan kepada masyarakat guna meningkatkan kemampuan dalam bidang operasi di lapangan. 10) Palang Merah Indonesia (PMI), yaitu sebagai lembaga penolong

kemanusiaan,PMI mempunyai kemampuan SAR, memberikan pertolongan pertama, dan penyediaan darah guna keperluan transfusi.

11) Search and Rescue (SAR), yaitu organisasi yang menaruh perhatian pada usaha-usaha pencarian, pertolongan dan penyelamatan orang-orang yang menjadi korban dalam suatu musibah atau bencana.

12) Hansip/Linmas, yaitu kelompok masyarakat sipil yang bertugas membantu kepolisian dalam hal perlindungan keamanan kepada masyarakat. Secara organisasi mereka di bawahi oleh Kantor Kesbanglinmas.

13) Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana (KMPB), merupakan kelompok masyarakat yang anggotanya telah terlatih dan memiliki kemampuan untuk melakukan upaya-upaya penanganan bencana.

14) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), di mana LSM lokal bisa membantu masyarakat dalam menanggulangi bencana, mulai dari

pendataan korban dan kebutuhan hingga menghubungkan masyarakat dengan instansi atau lembaga lain

15) Media massa yang dapat membantu menyebarkan berita tentang bencana kepada masyarakat luas untuk membangun simpati dan empati masyarakat agar tergerak memberikan bantuan.

Berikut ini adalah bagan Sistem Nasional Penanggulangan Bencana dan keterkaitan antar pihak.

Unsur Pemerintah

Unsur Profesional

Unsur pemerintah dan unsur profesional

Gambar 2.1

Sistem Nasional Penanggulangan Bencana

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa diperlukan keterlibatan antar pihak yang sesuai dengan kewenangan masing-masing

BNPB

Unsur Pengarah Unsur Pelaksana

BNPB

Unsur Pengarah Unsur Pelaksana

BNPB

bencana. Pihak-pihak terkait dalam penanggulangan bencana (unsur pengarah) meliputi BPBD, Badan Geologi, BBWS, BMKG, Dinas Sosial, DPU, Dinas Kesehatan, Kepolisian, TNI, PMI,SAR, Hansip/Linmas, KMPB, LSM, dan media massa.

c. Prosedur Tetap Dusun tentang Penanggulangan Bencana

Prosedur tetap dusun tentang penanggulangan bencana bertujuan untuk memberikan pedoman masyarakat tentang ancaman bahaya bencana alam yang potensial terjadi di wilayah mereka, tatacara penanggulangannya, dan teknis penyampaian informasi penting yang mendesak kepada pemerintah untuk mendapatkan tindak lanjut. (Leafleat Wajib latih Penanggulangan Bencana, BNPB).

Dalam Leafleat Wajib latih Penanggulangan Bencana yang diterbitkan oleh BNPB, dijelaskan tentang hal-hal yang harus ada dalam prosedur tetap dusun tentang penanggulangan bencana. Hal-hal tersebut meliputi :

1) Karakteristik dusun yang meilputi peta wilayah, data penduduk dan kelompk yang rentan terkena bencana, sarana dan prasarana yang ada, data kapasitas relawan, serta data harta benda baik milik masyarakat maupun pemerintah

2) Mekanisme penanggulangan bencana dusun yang meliputi struktur organisasi tata laksana penanggulangan bencana, perlatan komuniakasi, pemantuan wilayah yang dianggap rawan, dan aspek peringatan dini.

3) Evakuasi dan tempat pengungsian meliputi jalur evakuasi dan identifikasi alat transportasi.

Dokumen terkait