• Tidak ada hasil yang ditemukan

I " = jumlah siswa

KAJIAN PUSTAKA

D. Pendekatan Pembelajaran SKI

1. Pengertian SKI

Dalam Permenag RI nomor 2 tahun 2008 dijelaskan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam dan para tokoh berprestasi dalam sejarah Islam pada masa lampau, mulai dari sejarah masyarakat pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW, sampai dengan masa Khulafaurrasyidin. Secara substansial, mata pelajaran SKI memiliki kontribusi dalam memotivasi siswa untuk mengenal, memahami, dan menghayati nilai-nilai SKI untuk melatih keecerdasan dan membentuk sikap, watak, dan kepribadian siswa.

Prof. Dr.Ahmad.Syalabi (2000:17) dalam bukunya yang berjudul “Sejarah dan Kebudayaan Islam”, menjelaskan bahwa Sejarah Kebudayaan Islam adalah satu bahagian dari Ilmu Pengetahuan Agama Islam. Oleh karena itu sungguh tidak dapat dianggap, bahwa Sejarah Kebudayaan Islam itu sebagai suatu ilmu yang terpisah dari Ilmu Pengetahuan Agama Islam.

-i

Sedangkan menurut Badri Yatim (1999:1), “ Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangakan kebudayaan lebih direfleksikan dalam seni, sastra, agama, dan moral”. Jadi dapat disimpulkan bahwa sejarah kebudayaan Islam adalah salah satu bagian

dari ilmu pengetahuan agama Islam yang mempelajari/ menelaah ilmu sejarah, seni sastra, agama, dam moral Islam. Maka ntuk mempelajari SKI dibutuhkan ilmu-ilmu lain seperti: Geografi, Sejarah, Anthropologi, Seni, Sastra, dan sebagainya.

2. Tujuan Mata pelajaran SKI di MI

Dalam SKL dan Standar Isi PAI dan Bahasa Arab (permenag, 2008:21) tujuan pembelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah antara lain:

a. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya mempelajari ajaran- ajaran dan sendi-sendi Islam yang telah dibangun oleh Nabi Muhammad SAW.

b. Membangun kesadaran siswa tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan. c. Melatih daya kritis siswa tentang fakta sejarah berdasarkan pendekatan

ilmiah.

d. Menumbuhkan apresiasi siswa terhadap peninggalan sejarah Islam.

e. Mengembangkan kemampuan siswa dalam mengambil ibrah dari peristiwa bersejarah (Islam), meneladani, dan mengaitkannya dengan kehidupan sosial dan budaya dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

3. Ruang Lingkup Mata pelajaran SKI di MI

Dalam SKL dan Standar Isi PAI dan Bahasa Arab (permenag, 2008:25) ruang lingkup SKI di Madrasah Ibtidaiyah dijabarkan sebagai berikut:

28

a. Sejarah masvarakat arab pra-Islam, sejarah kelahiran dan kerasulan Nabi Muhammad SAW.

b. Dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, yang meliputi kegigihan dan ketabahan dalam berdakwah, kepribadian, hijrah ke Thaif, dan peristiwa Isra ’ Mi 'raj Nabi Muhammad SAW.

c. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Yastrib, keperwiraan Nabi Muhammad SAW, peristiwa Fathu Makkah, dan peristiwa akhir hayat Nabi Muhammad SAW.

d. Peristiwa-peristiwa pada masa Khulafaurrasyidin.

e. Sejarah perjuangan tokoh agama Islam di daerah masing-masing. Sedangkan materi SKI pada kelas III membahas tentang:

a. Sejarah masyarakat Arab sebelum Islam

b. Sejarah Kelahiran Nabi Muhammad SAW dan peristiwa kerasulan Nabi Muhammad SAW.

E. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi merupakan hasil yang dicapai dari apa yang dikerjakan atau dari apa yang sudah diusahakan. (Badudu, 2001:1088). Jadi prestasi bisa dicapai hanya jika seseorang mau mengusahakannya. Usaha tersebut disesuaikan dengan prestasi/ hasil apa yang akan dicapai. Jika prestasi belajar, maka usahanya tentu dengan proses belajar. Sedangakan Muhibbin Syah mengartikan istilah prestasi belajar dengan hasil belajar.

Hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Tetapi pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit karena tidak dapat diraba (Syah, 2004:150). Oleh karena itu yang dapat dilakukan oleh guru hanylah mengambil cuplikan dari beberapa ranah perubahan tingkah laku. Dengan demikian cuplikan ini dapat menggambarkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator dikaitkan dengan jenis prestasi yang akan diukur.

Dalam pengertian yang lebih khusus, belajar didefinisikan sebagai perolehan pengetahuan dan kecakapan baru. Pengertian inilah yang merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah- sekolah atau di lem baga- lembaga pendidikan yang memiliki program terencana, tujuan instruksional yang kongkrit, dan diikuti oleh para siswa sebagai suatu kegiatan yang sistematis (Artalita, www.bpk-penabur-bdg.com. diakses 28 Mei 2010). Prestasi atau keberhasilan belajar dinyatakan dalam berbagai indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, prediksi keberhasilan dan semacamnya.

Adapun prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dalam pembelajaran SKI di kelas III. Jadi indikatornya jelas, yaitu siswa dapat mencapai SK dan KD yang terdapat dalam kurikulum. Standar kompetensi yang hendak dicapai dalam penelitia ini adalah siswa dapat mengenal sejarah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sedangkan usaha

30

yang dilakukan untuk mencapai indikator tersebut, peneliti menggunakan strategi index card match dalam proses pembelajaran SKI. Hasil dari proses tersebut terekam dalam data hasil tes per siklus.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada 3 macam, yaitu: faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu kondisi jasmani dan rohani siswa; faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa; faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran (Syah, 2004:132). a. Faktor Internal

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis/ yang bersifar rohaniah (Syah, 2004:132)

1) Aspek Pisiologis

Kondisi umum jasmani siswa yang menandai tingkat kebugaran siswa dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lemah, apalagi dengan disertai pusing-pusing, dapat menurunkan kualitas kognisi siswa sehingga materi yang dipelajarinya kurang membekas dalam ingatannya. Kesehatan panca inderapun juga turut mempenaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan yang disajikan di dalam kelas.

2) Aspek Psikologis

Diantara faktor rohaniah yang dipandang esensial dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah: a) tingkat kecerdasan/ inteligensi siswa; b) sikap siswa; c) bakat siswa; d) minat siswa; dan e) motivasi siswa (Syah, 2004:133). Penjabarannya sebagai berikut:

a) Kecerdasan/intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Adakalanya perkembangan ini ditandai dengan kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya.

Tingkat kecerdasan siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa (Syah, 2004:134). Dengan demikian semakin tinggi tingkat intelegensi siswa maka semakin besar peluang untuk meraih sukse dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah intelegensi siswa maka semakin kecil peluangnya untuk meraih kesuksesan dalam belajar.

32

b) Bakat

Bakat adalah kemampuan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan (Syah, 2004:135). Siswa yang berbakat dalam bidang Matematika akan lebih cepat menyerap informasi, pengetahuan,dan keterampilan Matematika dibandingkan dengan siswa lainnya. Tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

c) Minat

Minat, menururt Ensiklopedi Pendidikan adalah kesediaan jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar. Tiap pelajaran harus menarik minat siswa. Minat merupakan suatu kaidah pokok dalam didaktik (Kartawidjaja, 1987:183). Guru harus bisa mengemas pelajaran/ materi yang diajarkannya sedemikian rupa sehingga siswa menjadi lebuh tertarik terhadap pelajaran tersebut.

Minat (intersest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atu keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2004:136). Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.

Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah, diharapkan siswa dengan bimbingan guru dapat mengembangkan minat masing- masing..dengan demikian minat juga dipengaruhi oleh motivasi, d) Motivasi

Motivasi adalah keadaan internal seseorang yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu (Syah, 2004:136). Motivasi dalam belajar merupakan faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.

Motivasi adalah tenaga yang mendorong individu untuk bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu. Motivasi sebagai

34

pendorong minat timbul karena adanya motifasi kebutuhan dan keinginan dari setiap individu (Kartawidjaja, 1987:184). Dengan demikian motivasi da^at menjadi landasan dalam mencapai tujuan, dalam hal ini adalah target pembelajaran.

Motivasi dapat menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik (Syah, 2004:136).

Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk belajar. Perasaan senang terhadap mata pelajaran dan merasa bahwa belajar merupakan kebutuhannya untuk kehidupan masa depan, inilah sebagian contoh motivasi intrinsik.

Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Pujian dan hadiah, keteladanan dari guru dan orang tua dapat mendorong siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar.

b.. Faktor Eksternal Siswa

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa. Faktor eksternal siswa terdiri dari dua macam, yaitu:

1) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial terdiri dari lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan keluarga /orang tua (Syah, 2004:138).

a) Lingkungan sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

Guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar

b) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak yang sebayanya. Apabila anak-anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan

36

terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula (Ridwan202, Ketercapaian Prestasi Belajar, www.wordpress.com, 29 Mei 2010 ).

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya,

c) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga (Ridwan202, Ketercapaian Prestasi Belajar, www.wordpress.com, 29 Mei 2010).

2) Lingkungan non sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan keluarga, alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhsilan belajar siswa.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu (Syah, 2004:139). Seperangakat langakah operasional ini digunakan untuk memecahkan masalah dan mencapai tujuan belajar. Pendekatan belajar dapat mempengaruhi taraf keberhasilan proses pembelajaran. Siswa yang terbiasa menggunakan pendekatan belajar yang mendalam akan lebih memiliki peluang berprestasi daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar yang dangkal (kurang mendalam).

38

F. MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DENGAN STRATEGI

IN D E X CARD M A TC H

Strategi index card match merupakan saluli satu strategi yang efektif untuk meningkatkan prestasi atau hasil belajar siswa. Seperti yang telah diterangkan panjang lebar dalam sub bab Pembelajaran dengan strategi index card match, strategi ini merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk meninjau ulang materi pelajaran. Bagaimana strategi ini dapat meningkatkan prestasi belajar SKI?

Materi SKI sebagian besar berisi cerita dan peristiwa-peristiwa. Dengan demikian siswa diharuskan untuk menghafal nama-nama tokoh dan serangkaian peristiwa beserta waktu dan seluk beluknya. Seringkah siswa menjadi bosan dan mudah lupa tentang materi yang dihafanya.

Lupa dapat teijadi pada siswa karena adanya tekanan terhadap item yang ada, baik sengaja ataupun tidak. Tekanan ini teijadi karena item informasi kurang menyenangkan, dan informasi yang telah ada tertekan oleh informasi baru., serta informasi tersebut tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan (Syah, 2004:159). Dengan kata lain seorang siswa lupa akan materi yang telah dipelajari dikarenakan sifat informasi baru yang kurang menarik atau kurangnya usaha siswa untuk mempertahankan hafalan dalam ingatannya.

Menurut pandangan para ahli psikologi kognitif, materi pelajaran yang terlupakan dapat dipanggil/ diingat kembali dengan cara relearning (belajar kembali) atau dengan remidial teaching/ pengajaran perbaikan (Syah, 2004:160). Dengan demikian sudah sangat jelas bahwa program remidial dapat memperbaiki dan menguatkan informasi datu materi pelajaran yang telah rusak atau lemah

dalam memori otak siswa, sehingga mereka dapat mencapai prestasi yang memuaskan.

Strategi index card match menggabungkan dua cara efektif dalam menguatkan hafalan siswa, yaitu:

1. Mengemas penyampaian informasi menjadi lebih menyenangkan, dalam hal ini dibuat sebuah permainan/ kuis. Sehingga siswa tidak akan merasa tertekan dan tidak merasa bosan dalam mempelajari mata pelajaran SKI yang sebelumnya mereka anggap sulit.

2. Membuat sebuah program remidial dan mempelajari ulang materi yang telah diajarkan sebelumnya. Dengan demikian siswa diajak untik mengingat kembali informasi-informasi yang sudah tertanam dalam otaknya untuk di refresh.

Dengan dua langkah tersebut, penulis berkeyakinan bahwa strategi index card match ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III terutama pada mata pelajaran SKI. Mengingat siswa kelas III merupakan kelas peralihan dari kelas rendah ( kls.I dan II) menuju ke kelas tinggi. Untuk itu dibutuhkan sebuah cara yang menggabungkan cara berpikir abstrak dengan permainan.

40

BAB III

Dokumen terkait