• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. PETA SOSIAL MASYARAKAT KELURAHAN CICADAS

5.7. Tinjauan Program dalam Kaitannya dengan Modal Sosial

Dengan merujuk konsep modal sosial menurut Colletta & Cullen (Nasdian dan Dharmawan, 2007) maka dalam proses kegiatan Program Bawaku Makmur sudah terdapat potensi modal sosial diantara anggota masyarakat di Kelurahan Cicadas, dimana mereka saling berinteraksi dan memberikan informasi tentang adanya Program Bawaku Makmur dan dengan antusias secara bersama-

69

sama mengajukan permohonan proposal ke tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan sampai pada tingkat Pemerintah Kota Bandung. Adanya interaksi dan ikatan yang kuat antar anggota komunitas Kelurahan Cicadas merupakan modal sosial yang sangat penting untuk mengembangkan program selanjutnya. Hal ini diungkapkan oleh warga RW 12 ketika ditanyakan tentang informasi Program Bawaku Makmur :

“Saya tau ada bantuan dana Bawaku Makmur dari mulut ke mulut, dari tetangga, teman yang membuat dan mengajukan proposal untuk minta bantuan dana. Saya juga langsung buat. Saya juga beritahukan kepada teman atau tetangga yang belum tahu”.

Akan tetapi modal sosial tersebut tidak berkelanjutan sampai pada suatu gerakan sosial untuk memanfaatkan bantuan dana hibah Bawaku Makmur. Setelah bantuan dana tersebut diterima oleh masing-masing masyarakat, mereka memanfaatkan bantuan dana tersebut secara sendiri-sendiri (perorangan) yang pada akhirnya ada masyarakat yang memanfaatkan dana untuk usaha tapi sebagian masyarakat tidak menggunakan dana tersebut untuk usaha tetapi untuk keperluan konsumtif.

Jika dilihat dari aspek Psikologi Sosial, tujuan Pemerintah Kota Bandung memberikan bantuan dana Bawaku Makmur adalah sebagai upaya daya dorong (motivasi) bagi individu masyarakat untuk melakukan suatu usaha. Menurut Panjaitan et al (2007), dalam memandang perilaku manusia perlu dilihat dari berbagai perspektif. Jika di lihat dari perspektif kognitif, tingkah laku manusia tergantung pada bagaimana mereka mempersepsikan dan berfikir tentang lingkungannya atau dengan kata lain sebagai proses mental individu yang menentukan baik respon aktual maupun potensial dari setiap orang dalam dunia sosialnya. Sedangkan menurut perspektif interaksionis, manusia adalah agen aktif dalam menentukan tingkah lakunya sendiri dan menetapkan harapan-harapan sosialnya. Jelaslah, mengapa stimulus yang diberikan Pemerintah Kota Bandung sama yaitu berupa bantuan dana usaha, tetapi respon yang diberikan oleh masyarakat ternyata berbeda-beda seperti yang dijelaskan di atas, ada sebagian masyarakat yang menggunakan bantuan tersebut secara sungguh-sungguh tapi ada sebagian masyarakat yang tidak menggunakan secara sungguh-sungguh.

Hal ini berkaitan dengan bagaimana proses mental individu dalam memberikan respon untuk mengelola bantuan dana hibah Bawaku Makmur.

Program rehab rumah kumuh dan perbaikan infrastruktur kawasan kumuh bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan partisipasi dan swadaya masyarakat lokal. Dalam upaya meningkatkan partisipasi dan swadaya masyarakat tersebut diperlukan empat dimensi modal sosial seperti yang dikemukakan oleh Colletta dan Cullen (Nasdian dan Dharmawan, 2007) yaitu adanya integrasi yang kuat antar anggota keluarga dan tetangga, ikatan dengan komunitas luar, keefektifan dan kemampuan institusi dalam menjalankan fungsinya serta hubungan yang sinergis antara pimpinan dan komunitas.

Dalam pelaksanaan program rehabilitasi rumah kumuh dan perbaikan infrastruktur kawasan kumuh, modal sosial sangat diperlukan untuk memperkuat kerjasama (sinergis) antar institusi dalam pelaksanaan program tersebut. Modal sosial yang kuat antar insititusi seperti Kecamatan, Kelurahan, RW, RT dan masyarakat dapat menjadikan dasar gerakan sosial dalam pelaksanaan program tersebut. Kenyataan yang terjadi di Kelurahan Cicadas, modal sosial dan gerakan sosial relatif masih rendah. Jika dilihat dari prosedur pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota, Kecamatan maupun Kelurahan, masih bersifat top-down. Program rehab kumuh sepertinya belum memperlihatkan program yang berasal dari usulan masyarakat tapi masih berupa anggaran yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota, hal ini terlihat dimana Pemerintah Kota memberikan bantuan anggaran yang sama rata kepada setiap Kecamatan yang ada di Kota Bandung.

Jangka waktu yang relatif sempit antara pelaksanaan program dengan turunnya dana membuat pelaksana program sulit untuk mengembangkan swadaya masyarakat disebabkan program rehab rumah kumuh yang harus segera diselesaikan. Kondisi ini dapat saja menjadikan penyebab Ketua RT dan Ketua RW enggan untuk mengajak masyarakat terlibat, sehingga tidak ada swadaya dan partisipasi masyarakat dalam program rehab rumah kumuh. Peran ketua RT dan ketua RW sebagai pemimpin di tengah-tengah masyarakat sangat berpengaruh dalam melaksanakan setiap program. Diperlukan kemampuan inisiatif dan peningkatan kapasitas kepemimpinan para ketua RT, ketua RW serta tokoh

71

masyarakat lainnya, sehingga dapat mengajak, mempengaruhi dan melibatkan masyarakat dalam setiap program, seperti yang diperlihatkan oleh tokoh-tokoh masyarakat di RW 11 Kelurahan Cicadas.

VII. RANCANGAN PROGRAM PENINGKATAN

PARTISIPASI MASYARAKAT

7.1. Latar Belakang Rancangan Program

Memperhatikan kondisi dan tingkat partisipasi masyarakat permukiman kumuh di Kelurahan Cicadas, sangatlah diperlukan adanya suatu strategi pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan permukiman kumuh. Bentuk rancangan program peningkatan partisipasi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas kondisi permukiman kumuh kearah yang lebih baik. Kegiatan perancangan program pengembangan masyarakat dilakukan secara partisipatif bersama-sama dengan masyarakat setempat dengan harapan agar apa yang direncanakan dapat terlaksana, mendapat dukungan dari semua pihak dan berkelanjutan. Keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan perencanaan ini akan meningkatkan kemauan, kemampuan dan kesempatan masyarakat untuk senantiasa berusaha dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi.

Guna mendukung proses perancangan program perlu dilakukan analisis

stakeholder yang berkaitan dengan upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penataan permukiman kumuh. Stakeholder yang dimaksud adalah ketua RT, ketua RW, Lurah Cicadas, Camat Cibeunying Kidul, Unsur Dinas Kesehatan/Puskesmas, Unsur Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Tokoh Masyarakat, unsur Swasta (Pengusaha) dan Masyarakat yang tergolong mampu yang berada disekitar permukiman kumuh. Berdasarkan hasil wawancara, pada prinsipnya stakeholder yang ada sangat mendukung upaya meningkatkan partisipasi masyarakat pada penataan permukiman kumuh dengan harapan jika program-program tersebut dilaksanakan dengan baik dan berkelanjutan dapat mengurangi tingkat kekumuhan baik secara kualitas maupun kuantitas di Kelurahan Cicadas serta dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan warga masyarakat pada umumnya. Identifikasi permasalahan yang telah dilakukan melalui FGD kemudian dilanjutkan dengan penggalian inti permasalahan dengan menggunakan alat analisis pohon masalah. Alasan digunakan alat analisis ini adalah secara sederhana dapat menggali permasalahan inti, faktor penyebab dan

107 91

akibat yang ditimbulkannya dimana masyarakat dapat mengemukakan pendapat mereka sesuai dengan kemampuan mereka dan dilakukan secara partisipatif. Berikut adalah hasil alat analisis pohon masalah :

Gambar 4

Hasil Analisis Pohon Masalah

Faktor lingkungan : Ketua RT dan RW hanya melibatkan orang-orang tertentu saja dalam pelaksanaan program

Faktor lingkungan : Tidak ada keterbukaan dan kepercayaan dari ketua RT dan RW kepada masyarakat tentang anggaran dan rencana

program Faktor Internal :

Bagi sebagian

masyarakat ada yg tdk mau berpartisipasi karena sibuk bekerja dan tdk mau memberi sumbangan materi dgn alasan faktor ekonomi Faktor lingkungan :

Ketua RT dan RW jarang mensosialisasikan ttg penataan permukiman kumuh

Faktor internal : Tidak ada kepercayaan antara masyarakat dan

i i

Partisipasi masyarakat tidak aktif dalam program penataan permukiman kumuh

Faktor internal : Tidak ada usulan, ide, sumbangan materi dan tenaga sukarela dari warga jika ada program pembangunan Faktor Internal: Masyarakat enggan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan Faktor lingkungan : Lingkungan sekitar permukiman kotor, kumuh, sering banjir, PENYEBAB MASALAH INTI AKIBAT Faktor lingkungan : Tidak pernah ada kerja bakti

7.2. Rancangan Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Dari permasalahan yang telah digambarkan dalam alat analisis pohon masalah, didapatkan upaya-upaya pemecahan masalah yang dapat dituangkan dalam bentuk rancangan program menurut skala prioritas dan akan direkomendasikan di dalam kebijakan lokal melalui pemerintahan Kelurahan, pemerintahan Kecamatan, pemerintahan Kota serta pihak-pihak yang terkait dalam bidang permukiman kumuh. Diperlukan rancangan program yang bersifat menyeluruh (holistik) dan partisipatif yang mencakup pada asas tribina (bina lingkungan, bina manusia dan bina ekonomi) sehingga tercipta lingkungan permukiman yang bersih, sehat, indah dan teratur. Terdapat empat rancangan program dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam penataan permukiman kumuh di Kelurahan Cicadas, dimana rancangan program tersebut bertujuan untuk meningkatkan faktor internal (dorongan, motif dan kebutuhan dari masyarakat) dan faktor lingkungan (kelembagaan dan kepemiminan) yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat di Kelurahan Cicadas. Rancangan program peningkatan partisipasi masyarakat yaitu : (1) Peningkatan kualitas pengurus RW dan RT, (2) Peningkatan taraf ekonomi masyarakat (3) Perbaikan sarana dan prasarana permukiman yang partisipatif dan (4) Peningkatan kualitas hidup sehat masyarakat.

Rancangan program terbagi ke dalam sub program yang dapat dilihat dalam tabel berikut :

93 Tabel 12 Rancangan Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat

Dalam Penataan Permukiman Kumuh

PROGRAM SUB PROGRAM KEGIATAN TUJUAN SASARAN

PENANGGUNG

JAWAB SUMBER BIAYA

PENINGKATAN KUALITAS PENGURUS RW DAN RT Pelatihan dan sosialisasi peningkatan peran Ketua RW dan RT yang tergolong tidak aktif dalam

pelaksanaan program

Pelatihan manejemen kepemimpinan

Meningkatkan peran dan kemampuan ketua RT dan RW (faktor lingkungan) dalam bidang kepemimpinan (Leadership) yg berorientasi kpd pengembangan program penataan permukiman kumuh yang partisipastif.

Ketua RW dan Ketua RT yang tidak aktif (RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 09, RW 10, RW 14, RW 15) -Pemerintah Kota -Camat -Lurah -RAK Kecamatan dan Kelurahan PENINGKATAN TARAF EKONOMI MASYARAKAT 1.Pelatihan Ketrampilan (skill) bagi masyarakat yang tingkat partisipasinya tidak aktif -Ketrampilan kewirausahaan -Ketrampilan menjahit -Ketrampilan Sablon -Ketrampilan teknisi pompa air -Ketrampilan pembuatan kompos dari sampah rumah tangga.

-Menambah dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (faktor internal) sehingga dapat meningkatkan taraf ekonomi. Diharapkan dengan peningkatan taraf ekonomi juga dapat meningkatkan partisipasi masyarakat terhadap program -Masyarakat permukiman kumuh yang tingkat partisipasinya tidak aktif (RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 09, RW 10, RW 14 dan RW 15) -Camat -Lurah -Ketua RW dan RT -RAK Kecamatan dan Kelurahan

94

PROGRAM SUB PROGRAM KEGIATAN TUJUAN SASARAN PENANGGUNG

JAWAB SUMBER BIAYA 2.Pelatihan Menejemen Koperasi Bagi masyarakat yang tingkat partisipasi aktif dan tidak aktif -Pembentukan Koperasi simpan pinjam di RW 12, RW 14 dan RW 15. .-Membantu masyarakat (faktor internal) yang tingkat partisipasinya aktif dan tidak aktif dalam memperoleh akses permodalan bagi usaha kecil. Bagi RW yang tingkat partisipasinya aktif dapat memberikan contoh dan dorongan kepada masyarakat yang tingkat partisipasinya tidak aktif. - Anggota koperasi RW 12, RW 14 dan RW 15 -Camat -Lurah -Ketua RW dan RT -Dinas Koperasi -Bantuan Pemkot (Bawaku Makmur) -Simpan pinjam anggota PERBAIKAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN YANG PARTISIPATIF

1. Kerja bakti bagi

masyarakat yang

tingkat partisipasinya tidak aktif

2. Penyediaan sarana

air bersih bagi

masyarakat yang tingkat partisipasinya tidak aktif -Membersihkan lingkungan sekitar permukiman. -Membersihkan saluran air kotor / selokan. -Gerakan penghijauan dengan menanam bunga dan pohon dihalaman

- Membuat sumur bor

Program perbaikan sarana dan prasarana

permukiman yang partisipatif (faktor lingkungan dan internal) yaitu dapat merangsang dan melibatkan partisipasi masyarakat, Pemerintah dan pihak swasta atau stakeholder lainnya dalam perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi pelaksanaan program. -Masyarakat dan Tokoh masyarakat (RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 09, RW 10, RW 14, RW 15) - Warga permukiman kumuh RW 01 - Ketua RW dan RT -Camat -Lurah -Ketua RW dan RT -Swadaya masyarakat -RAK Kecamatan dan Kelurahan - Swadaya masyarakat - Pihak swasta

95

3. Penyediaan sarana

MCK bagi

masyarakat yang

tingkat partisipasinya tidak aktif maupun tidak aktif - Merenovasi MCK di RW 01 - Membangun MCK baru di RW 12 -Warga permukiman RW 01 dan RW 12 -Camat -Lurah -Ketua RW dan RT -RAK Kecamatan dan Kelurahan - Swadaya masyarakat - Pihak swasta 4. Renovasi rumah kumuh

- Merehab rumah semi permanen menjadi permanen

- Pengecatan rumah - Membuat ventilasi

Melibatkan partisipasi antara masyarakat yang tergolong mampu, Pemerintah dan pihak swasta untuk membantu merenovasi rumah warga yang tidak layak huni. Partisipasi yang

diharapkan adalah berupa uang, bahan bangunan dan tenaga kerja sukarela.

-Keluarga pemilik rumah tidak layak huni dengan prioritas status kepemilikan lahan milik sendiri (RW 01, RW 02, RW 09, RW 10, RW 14) - Camat - Lurah -Ketua RW dan RT

RAK Kecamatan dan Kelurahan -Swadaya masyarakat -Pihak swasta PENINGKATAN KUALITAS HIDUP SEHAT MASYARAKAT Sosialisasi hidup sehat bagi RW yang tidak aktif

-Penyuluhan dan percontohan tentang rumah sehat, air bersih, MCK sehat dan kebersihan lingkungan sekitarnya. -Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat (faktor internal) akan

kebersihan, kesehatan dan keindahan serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program penataan permukiman kumuh -Masyarakat permukiman kumuh yang tingkat partisipasinya tidak aktif (RW 01, RW 02, RW 03, RW 04, RW 09, RW 10, RW 14 dan RW 15) -Camat -Lurah -Puskesmas -Ketua RW dan RT -Kader Kesehatan/PKK -RAK Kecamatan dan Kelurahan -Swadaya masyarakat -Pihak swasta

7.3. Program Peningkatan Kualitas Pengurus RW dan RT

Kelembagaan yang dimulai dari Kecamatan, Kelurahan, RW dan RT memegang peranan penting dalam membangun dan menggerakkan masyarakat, terutama pada masyarakat perkotaaan. Diperlukan suatu Kelembagaan yang didalamnya terdapat kepemimpinan seperti Ketua RW dan Ketua RT yang mampu membentuk hubungan yang sinergis dan selaras dengan masyarakat.

Belajar dari pengalaman pelaksanaan program pembangunan selama ini, bahwa peranan Kelembagaan dan Kepemimpinan yang ada belum terlihat sinergis dengan masyarakat sehingga program pembangunan yang telah dilaksanakan belum dapat melibatkan masyarakat sesuai dengan prinsip desentralisasi. Pendekatan yang digunakan masih bersifat top down, dan mencari keuntungan pribadi dibalik setiap program. Diperlukan perubahan paradigma dari Kelembagaan yang dimulai dari Ketua RW dan Ketua RT yang meliputi partisipasi langsung dari warga dalam pengawasan terhadap Pemerintahan serta menjamin agar kepedulian Kelembagaan sesuai dengan kepedulian masyarakat lokal serta dapat meningkatkan kepekaan aparat pemerintahan, RW dan RT untuk lebih melibatkan masyarakat. Melihat permasalahan tersebut di atas, rancangan program yang muncul dari masyarakat adalah pentingnya peningkatan peran kepemimpinan dari Ketua RW dan RT (faktor lingkungan) dalam menjalankan tugasnya yang berhubungan dengan masyarakat sehingga mempunyai kemampuan untuk menggerakkan masyarakat yang partisipatif. Peran Ketua RW dan Ketua RT yang secara langsung berhubungan dengan masyarakat maupun sebagai fasilitator perlu ditingkatkan dalam hal ketrampilan khusus sebagai Pengembang Masyarakat (PM). Mereka diharapkan dapat berperan sebagai pekerja / pengembang masyarakat yang dapat mendampingi warganya dalam kegiatan pembangunan.

Kegiatan ini dapat menggunakan momen pertemuan atau pada saat sosialisasi Ketua RW/RT tingkat Kecamatan dan Kelurahan dengan menggunakan sumber biaya dari Rencana Anggaran Kegiatan Kecamatan dan Kelurahan. Penanggung jawab kegiatan ini adalah Camat dan Lurah.

107 97

7.4. Program Peningkatan Taraf Ekonomi

Program peningkatan taraf ekonomi bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat permukiman kumuh yang rata-rata mempunyai pendapatan yang rendah. Untuk menggerakkan masyarakat dalam berpartisipasi diperlukan upaya perbaikan aspek ekonomi masyarakat terlebih dahulu. Masyarakat tidak akan berpartisipasi jika kondisi ekonomi mereka masih kurang, mereka akan mendahulukan kebutuhan ekonomi mereka daripada kebutuhan sosial (partisipasi). Program peningkatan taraf ekonomi (faktor internal) terdiri dari dua sub program yaitu pelatihan ketrampilan (skill) dan Pelatihan Manajemen Koperasi.

7.4.1. Sub Program Pelatihan Ketrampilan (skill)

Program pelatihan ketrampilan bagi masyarakat permukiman kumuh yang rata-rata hanya berpendidikan SD dan SMP dengan tujuan meningkatkan sumberdaya manusia. Dengan berbekal pelatihan yang telah diberikan diharapkan mereka dapat menambah ketrampilan dan menambah penghasilan/pendapatan yang dapat meningkatkan taraf ekonomi mereka. Kegiatan ini dapat dilaksanakan ditingkat Kecamatan maupun Kelurahan dengan menjalin kerjasama dengan bagian Perekonomian Pemerintah, Dinas instansi terkait serta pihak swasta yang dapat menunjang dalam bidangnya untuk mengadakan pelatihan ketrampilan. Jenis-jenis ketrampilan yang dapat diberikan dengan melihat potensi lokal yang ada di Kelurahan Cicadas seperti ketrampilan kewirausahaan, ketrampilan menjahit, ketrampilan sablon, ketrampilan teknisi dalam bidang mesin pompa air dan ketrampilan membuat kompos dari sampah rumah tangga.

7.4.2 Sub Program Pelatihan Manajemen Koperasi di RW 12, RW 14 dan RW 15.

Kondisi ekonomi dan pendapatan yang tidak menentu merupakan masalah yang sering dihadapi pada masyarakat permukiman kumuh. Kondisi ini dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk memberikan jasa pinjaman uang dengan bunga yang cukup tinggi. Masih banyak warga masyarakat yang dengan terpaksa

memanfaatkan jasa tersebut baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak maupun untuk permodalan usaha. Sub program pelatihan manajemen Koperasi diharapkan dapat mendorong warga RW 12, RW 14 dan RW 15 dapat membentuk Koperasi Simpan Pinjam dikarenakan lokasi ketiga RW tersebut cukup berdekatan. Tujuan dibentuknya Koperasi simpan pinjam ini adalah untuk mempermudah akses warga masyarakat dalam mendapatkan pinjaman uang dengan bunga yang rendah dan terjangkau. Modal awal Koperasi ini adalah pengajuan kepada Dinas Koperasi dan Pemerintah Kota melalui program Bawaku Makmur dan simpanan anggota Koperasi . Dengan adanya Koperasi ini diharapkan ikatan antara warga masyarakat terutama di RW 12, RW 14 dan RW 15 dapat terjalin erat, saling membantu serta dapat meningkatkan taraf ekonomi dari warga masyarakat. Penanggung Jawab Koperasi ini adalah Dinas Koperasi, Lurah, Ketua RW dan RT serta Pengurus Koperasi.

7.5. Perbaikan Sarana dan Prasarana Permukiman yang Partisipatif.

Diperlukan program yang berkaitan langsung dengan penanganan permukiman kumuh yaitu program perbaikan sarana dan prasarana yang ada di permukiman kumuh. Dalam pelaksanaan program tersebut diharapkan dapat melibatkan seluruh stakeholder agar program bersifat partisipatif (faktor lingkungan dan faktor internal). Program tersebut terdiri dari empat sub program :

7.5.1. Kerja Bakti

Upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat terutama pada masyarakat permukiman kumuh adalah melalui kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan disekitar permukiman. Latar belakang munculnya program ini karena masyarakat merasa bahwa kegiatan kerja bakti tidak pernah lagi dilakukan selama beberapa tahun ini. Program Jumsih (Jumat Bersih) yang selama ini digalakkan oleh Pemerintah Kota Bandung tidak pernah lagi dilaksanakan. Masyarakat mengharapkan Ketua RT dan Ketua RW yang menggerakkan warga masyarakatnya untuk kegiatan kerja bakti seperti membersihkan gorong-gorong (saluran air kotor), membersihkan lingkungan disekitar permukiman, gerakan penghijauan dengan menanam bunga atau pohon

107 99

di tiap-tiap rumah. Seluruh masyarakat diharapkan terlibat dalam kegiatan ini, bentuk partisipasi warga bisa dalam bentuk tenaga, materi dan usulan-usulan kegiatan. Hasil dari FGD telah dilaksanakan kegiatan kerja bakti di RW 01 pada tanggal 7 Desember 2008 dengan kegiatan membersihkan gorong-gorong yang melewati rumah penduduk di RT 02 dan RT 03. Kegiatan kerja bakti ini direncanakan akan dilaksanakan secara rutin setiap satu bulan sekali pada minggu pertama. Hampir semua masyarakat terlibat dalam kegiatan ini, bagi mereka yang tidak ikut serta turut menyumbang dalam bentuk uang maupun bahan bangunan seperti semen. Kegiatan kerja bakti ini selain dapat menggerakkan partisipasi masyarakat juga dapat menciptakan lingkungan yang bersih, sehat dan bebas banjir. Penanggung jawab kegiatan kerja bakti adalah Ketua RW dan RT di masing-masing wilayah.

7.5.2. Penyediaan Sarana Air Bersih

Sarana air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok pada masyarakat. Sarana air bersih ini belum dapat terpenuhi oleh warga permukiman kumuh di RW 01 Kelurahan Cicadas karena keterbatasan ekonomi warga masyarakat yang tidak bisa memasang saluran air PDAM. Rencana program untuk memenuhi kebutuhan akan sarana air bersih adalah dengan membuat sumur bor di sekitar permukiman warga yang kemudian ditampung dalam penampungan dan dialirkan melalui pipa-pipa ke rumah warga masyarakat yang membutuhkan. Sumber biaya pembuatan sumur bor ini dianggarkan dari bantuan Pemerintah (RAK Kelurahan Tahun 2009) sebesar Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah), sisanya adalah swadaya dari masyarakat, pihak swasta dan stakeholder lain. Pembangunan sarana air bersih ini selain dapat memenuhi kebutuhan akan kesehatan dan kebersihan juga diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bentuk pembayaran iuran listrik setiap bulannya yang dipakai untuk menarik air dari sumur ke penampungan yang kemudian dialirkan ke rumah-rumah penduduk. Penanggung jawab kegiatan ini adalah Aparat Kelurahan, RW dan RT setempat.

7.5.3. Penyediaan sarana MCK

Pada umumnya, masyarakat permukiman kumuh tidak memiliki sarana MCK sendiri di tiap-tiap rumah karena keterbatasan lahan dan ekonomi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mereka menggunakan sarana MCK (Mandi Cuci Kakus) umum yang digunakan secara bersama-sama dengan penduduk lain. Sebagian besar kondisi MCK di permukiman kumuh tidak memadai, walaupun tersedia sarana MCK, jumlah MCK yang terbatas tidak sesuai dengan jumlah masyarakat yang menggunakannya. Akibatnya mereka harus antri jika menggunakan MCK.

Sarana Mandi Cuci Kakus (MCK) yang ada di RW 01 Kelurahan Cicadas kondisinya tidak memadai, tidak ada sarana air bersih, tidak terdapat sarana kloset sehingga pembungan tinja langsung ke saluran drainase. Kondisi bangunan MCK dalam keadaan terbuka tanpa atap penutup dan pintu. Rencana Program yang muncul pada masyarakat permukiman kumuh di RW 01 adalah merenovasi sarana MCK yaitu dengan membuat kloset, menyediakan sarana air bersih, membuat atap dan pintu.

Sarana MCK yang ada di RW 14, kondisinya sudah cukup memadai hanya jumlah MCK yang ada selama ini belum dapat memenuhi kebutuhan penduduk yang cukup banyak. Rencana program yang muncul pada masyarakat permukiman kumuh di RW 14 adalah membuat sarana MCK baru. Kendala yang masih

Dokumen terkait