• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cumi-Cumi (Loligo sp)

Sumber daya ikan pelagis (termasuk cumi-cumi) adalah jenis-jenis ikan yang sebagian besar dari siklus hidupnya berada di permukaan atau dekat permukaan perairan, dengan karakteristik: membentuk gerombolan yang cukup besar, beruaya (migrasi) yang cukup jauh dengan gerak/aktifitas yang cepat. Sumber daya ikan pelagis kecil yang paling umum antara lain adalah: layang, kembung, selar, tembang, lemuru dan ikan teri. Ikan pelagis besar antara lain adalah;

tongkol, tenggiri, cucut, marlin dan layaran. Kelompok ikan pelagis besar lebih

bersifat oseanik sedangkan ikan pelagis kecil lebih bersifat neritik (Ruchimat, 2017).

Cumi-cumi (Loligo sp) termasuk biota air pelagik, tetapi terkadang digolongkan sebagai organisme demersal, karena sering berada di dasar. Cumi-cumi melakukan distribusi vertikal pada malam hari, dimana Cumi-cumi-Cumi-cumi bergerak ke arah permukaan untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari berada di dasar perairan. Adapun ukuran ekonomis yang sesuai dengan kriteria ramah lingkungan disesuaikan dengan berat bobot dan panjang tubuh. Cumi-cumi ini salah satu jenis Cephalopoda memiliki nilai komersial dan merupakan salah satu sumberdaya hayati yang penting dalam sektor perikanan laut. Musim penangkapan cumi-cumi yang paling intensif adalah pada musim memijah dimana pada musim ini cumi-cumi yang tertangkap sebagian besar dalam keadaan matang gonad (Perangin-angin et al., 2015).

Menurut Nugroho (2007) walaupun termasuk Phylum Moluska, cumi-cumi (Loligo sp) tidak seperti jenis-jenis moluska lainnya. Cumi-cumi, sotong, dan

gurita tidak memiliki cangkang luar. Cumi-cumi memiliki kerangka tipis dan bening yang terdapat di dalam tubuhnya. Cumi-cumi (Loligo sp) termasuk dalam kelas Cephalopoda. Klasifikasi cumi-cumi selengkapnya adalah sebagai berikut

Phylum : Mollusca Kelas : Cephalopoda Ordo : Teuthoidea Subordo : Myopsida Famili : Loliginidae Genus : Loligo Spesies : Loligo sp

Gambar 2. Cumi-Cumi (Loligo sp) Sumber: Dokumentasi Pribadi

Cumi-cumi (Loligo sp) merupakan salah satu jenis Cephalopoda yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan biasanya dijadikan target penangkapan utama.

Berdasrakan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 47 Tahun 2016 Perikanan mengalami perkembangan pesat pada setiap titik sentral pendaratan ikan. Cumi-cumi juga merupakan penghasil tangkapan perikanan tertinggi kedua setelah jenis ikan, dengan potensi produksi sebesar 7.125 ton pada tahun 2016 di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 571.

Alat penangkapan utama dan umum digunakan untuk menangkap cumi yaitu, alat tangkap pukat tarik serta pancing acar dengan bantuan lampu sebagai penarik cumi-cumi untuk berkumpul agar mudah untuk ditangkap. Penurunan atau pengoperasian alat tangkap dilakukan oleh nelayan saat menjelang malam hari dan sore hari dikarenakan cumi-cumi sangat peka terhadap cahaya, hal ini diketahui berdasarkan hasil observasi dari peninjauan lokasi.

Cumi-cumi (Loligo sp) ini memiliki potensi yang cukup besar pengaruhnya terhadap pangan dunia yang berkembang ke arah pola makan yang sehat. Hal ini disebabkan oleh Cumi-cumi mengandung asam amino penting dan mineral seperti Natrium, Kalium, Fosfor, Kalsium, Magnesium, dan Selenium.

Cumi-cumi juga merupakan sumber vitamin seperti vitamin B1 (Tiamin), B2 (Ribofavin), B12, Niasin, Asam Folat, serta vitamin larut lemak (A, D, E, K) seperti EPA (Eicosapentaenoic acid) dan DHA (Docosahexaenoic acid) yang mampu mengurangi resiko penyumbatan pembuluh darah, stroke, dan penyakit jantung. Nilai ekspor binatang laut yang dikelompokkan ke dalam hewan yang memiliki kaki di kepala ini (keluarga chephalopoda) selama lima tahun terakhir terus meningkat dan banyak diminati oleh masyarakat (Wulandari,2018).

Kelayakan Kegiatan Usaha Cumi-Cumi (Loligo sp)

Studi kelayakan merupakan suatu pertimbangan menerima atau menolak pelaksanaan suatu usaha. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah manfaat (benefit) yang diperoleh dari pelaksanaan usaha. Analisis kelayakan usaha perikanan tangkap ikan bertujuan untuk menilai sejauh mana manfaat secara finansial yang diterima melalui usaha tersebut sehingga dapat menjadi Informasi dalam rangka pengembangan alat tangkap dalam upaya meningkatkan

produktivitas daerah dan peningkatan kesejahteraan nelayan (Wasahua dan Lukman, 2016)

Di sektor perikanan, pemasaran memiliki peranan yang penting untuk menyampaikan hasil produksi dari produsen ke konsumen akhir. Perbaikan sistem pemasaran akan mendorong peningkatan produksi baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung terjadi karena pemasaran akan menambahkan harga di tingkat produsen (nelayan) melalui turunnya biaya pemasaran, sedangkan secara tidak langsung menyebabkan adanya perluasan jangkauan pemasaran karena konsumen dapat menerima harga yang ditetapkan yang pada akhirnya akan menaikkan jumlah permintaan konsumen dan harga ditingkat produsen (Lilimantik, 2019).

Proses pemasaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan, menjaga/meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang dan jasa.

Kegunaan yang mampu diciptakan oleh kegiatan tata niaga meliputi penciptaan dan peningkatan nilai kegunaan tempat, waktu, dan pemilikan. Semua lembaga pemasaran akan berusaha untuk meningkatkan manfaat dari komoditi yang dipasarkannya. Kegiatan tata niaga berusaha untuk menempatkan barang yang diusahakannya ke tangan konsumen dengan nilai dan kegunaan yang meningkat.

Dalam perekonomian saat ini, konsumen dan produsen jarang berinteraksi/bertemu secara langsung dalam melakukan proses tata niaga, melainkan dilaksanakan bersama atau dengan mengikutsertakan beberapa lembaga tata niaga lain yang membantu terjalinnya pertemuan antara penjual dan pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembelian, penjualan,

pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan lain sebagainya (Rifianto, 2010).

Cumi-cumi (Loligo sp) hasil tangkapan selanjutnya didistribusikan sampai kepada konsumen akhir melalui beberapa cara. Rantai pasok adalah konsep baru dalam menerapkan sistem logistik yang terintegrasi dan terstruktur yang merupakan proses penyediaan bahan baku yang mengalirkan pembeli akhir. Pada proses rantai pasok, ikan butuh untuk didistribusikan dengan cepat dan menggunakan rantai dingin. Ikan memiliki sifat yang cepat membusuk sehingga penanganan dan proses rantai pasokan yang buruk akan menurunkan kualitas ikan.

Selain sebagai pendistribusi ikan, sistem rantai pasok juga berperan sebagai pembeda harga di masing-masing rantai perikanan. Sistem rantai pasok juga berfungsi untuk mengetahui traceability (ketelusuran produk). Aktivitas rantai pasokan cumi-cumi dari daerah untuk memenuhi permintaan pelanggan, sehingga perlu dilakukan manajemen rantai pasok untuk mengetahui jumlah pasokan dan harga cumi-cumi dari setiap nelayan (Rizky,2018).

Menurut Supena (2015) lembaga Tata Niaga yaitu sebagai berikut:

- Produsen, adalah mereka yang tugas utamanya menghasilkan barang-barang.

Golongan ini seringkali aktif melaksanakan beberapa fungsi tataniaga tertentu untuk menyalurkan hasil produksinya kepada konsumen.

- Pedagang Pengumpul atau penampung, merupakan pedagang yang menerima secara langsung atau tidak langsung ikan dari petani atau pencari ikan di alam.

- Pedagang Besar (wholesaler), memperdagangkan barang dalam jumlah lebih besar. Pedagang ini aktif di pasarpasar pusat dan memperoleh barang terutama dari pengumpul lokal.

- Pedagang Eceran, adalah perantara yang menjual barang-barang dalam jumlah kecil secara langsung kepada konsumen akhir (house hold consumer)

- Lembaga Pemberi Jasa, adalah mereka yang memberi jasa atau fasilitas untuk memperlancar fungsi tataniaga yang dilakukan oleh produsen atau pedagang perantara.

Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) yaitu nelayan yang bertindak sebagai produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Secara rinci menurut Septiyani et al (2016) ada beberapa pihak dan aspek yang terkait dalam menjalankan lembaga pemasaran sebagai berikut:

Produsen (Nelayan)

Produsen dapat diartikan sebagai salah satu ruang lingkup ekonomi yang patut kita pelajari agar tujuan dari organisasi/lembaga perusahaan dapat terpenuhi.

Salah satu bagian dari ruang ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumberdaya (input) yang ada untuk menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya. Pada penelitian kali ini yang berperan sebagai produsen adalah nelayan karena nelayan akan menjual hasil tangkapannya agar sampai ke tangan konsumen (Zulkarnain dan Nugroho, 2018).

Dalam hal memproduksi ada dua aspek yang berpengaruh bagi nelayan, menurut Septiyani et al (2016) aspek-aspek yang sangat berpengaruh pada produsen ialah sebagai berikut:

Aspek Teknis Nelayan

Aspepk teknis menyangkut tentang Alat Penangkapan Ikan (API),transportasi yang digunakan (kapal ikan), perlengkapan kapal ikan seperti lampu, genset, dan segala kebutuhan fisik lainnya yang sangat dibutuhkan nelayan untuk menangkap ikan. Produksi perikanan tangkap bergantung pada alat tangkap yang digunakan karena alat tangkap memiliki cara pengoperasian yang tepat dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan hasil produksi perikanan (Pasaribu,2008)

Nelayan cumi melakukan penangkapan dengan lama satu hingga tiga bulan tergantung dari hasil tangkapan. Apabila hasil tangkapan cumi cukup banyak dan cuaca mendukung nelayan untuk pergi untuk waktu yang cukup lama, tetapi apabila cuaca tidak mendukung dan hasil tangkapan tidak banyak maka nelayan cumi kembali dengan cepat. Penangkapan cumi dilakukan pada malam hari karena cumi-cumi mencari mangsa atau makanan pada malam hari sedangkan pada siang hari cumi-cumi berada di dasar perairan. Cara penangkapan cumi yang digunakan yaitu dengan memasang mata pancing pada bagian atas pancing terhadap lubang kecil yang digunakan untuk mengikat tali pancing kemudian diikat secara berantai dalam satu gulungan tali melalui lubang-lubang pada bagian atas dan pada bagian bawah yang terdapat pada pancing sehingga tidak membuat cabang-cabang pada pancing. Kemudian nelayan akan menggunakan lampu sorot untuk membuat cumi mendekati kapal (Simanjuntak et al.,2019)

Selain itu ada faktor waktu yang sesuai dalam hal penangkapan karena bergantung pada tingkah laku ataupun kebiasaan hidup cumi-cumi (Loligo sp) serta fishing ground juga menentukan keberhasilan penangkapan. Nelayan kecil

atau tradisional biasanya berangkat melaut untuk memperoleh cumi-cumi dimulai pada pukul 05.00 sampai dengan pukul 14.00 WIB.

Aspek Ekonomi Nelayan

Aspek ekonomi nelayan di Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang menjual hasil tangkapannya melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) maupun langsung ke tengkulak. Kemudian dipengaruhi oleh biaya transportasi,konsumsi,perbekalan untuk pengwetan ikan seperti es,fiber, dan lain sebagainya. Sehingga biaya pengeluaran nelayan akan dibayarkan oleh tengkulak atau toke dengan harga yang sesuai.

Tempat pelelangan ikan adalah tempat pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan).

Tempat pelelangan ikan merupakan tempat yang membantu nelayan dalam memasarkan ikan hasil tangkapan melalui pelelangan. Letak dan pembagian ruang di gedung pelelangan harus direncanakan supaya aliran produk (flow of product) berjalan dengan cepat. Hal ini dengan pertimbangan bahwa produk perikanan merupakan produk yang cepat mengalami penurunan mutu, sehingga apabila aliran produk ini terganggu, maka akan menyebabkan terjadinya penurunan mutu ikan (Lavictory et al.,2016).

Tengkulak

Tengkulak adalah orang yang membeli cumi-cumi (Loligo sp) langsung dari nelayan, dari hasil observasi (peninjauan lokasi) diketahui bahwa setiap tengkulak dalam membeli cumi-cumi (Loligo sp) lebih dari lima orang nelayan.

Selama nelayan masih memiliki ikatan hutang dengan tengkulak sehingga nelayan

yang meminjam uang kepada tengkulak harus menjual hasil tangkapannya ke tengkulak dengan harga yang ditentukan oleh tengkulak.

Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan

Pantai Labu Deli Serdang adalah orang yang membeli cumi-cumi (Loligo sp) di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) maupun yang tidak melalui Tempat

Pelelangan Ikan (TPI). Selain melakukan pembelian cumi-cumi (Loligo sp) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) pedagang pengumpul juga membeli cumi-cumi (Loligo sp) dari pelaku pemasaran lain (tengkulak dan pedagang pengecer di luar TPI). Pedagang pengumpul menjual cumi-cumi (Loligo sp) sampai ke pedagang dalam kota maupun luar kota.

Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer dalam kegiatan pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang adalah membeli hasil tangkapan cumi-cumi (Loligo sp) dari tengkulak maupun pedagang pengumpul dan menjualnya langsung ke konsumen.

Konsumen

Saluran pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) berakhir pada konsumen tingkat akhir dari kegiatan pemasaran. Konsumen untuk komoditas cumi-cumi (Loligo sp) tidak hanya dari Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang saja, tetapi juga berada di kota-kota lain juga. Konsumen akhir yang berada di daerah Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang membeli cumi-cumi (Loligo sp) melalui beberapa cara, ada yang langsung ke TPI atau melalui pasar tradisional yang berada di sekitar pantai tempat penangkapan.

Harga beli cumi-cumi (Loligo sp) berbeda-beda sesuai dengan tempat konsumen membeli cumi-cumi (Loligo sp). Banyak cara agar cumi-cumi sampai ke konsumen misalnya dengan langsung datang ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan), pasar-pasar tradisional, serta ada juga yang membeli dari pedagang pengecer yang keliling ke rumah-rumah konsumen (Saputri, 2019).

Keuntungan (Margin) Pemasaran Cumi-Cumi (Loligo sp)

Secara teoritis, keuntungan (margin) tataniaga (pemasaran) didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Margin tataniaga dapat juga dinyatakan sebagai nilai-nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari produsen hingga tingkat konsumen akhir. Margin tataniaga (pemasaran) sebagai perbedaan harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh produsen untuk produk yang sama (Zepanya, 2015).

Karakteristik nelayan sekaligus sebagai penangkap atau produsen cumi-cumi dalam penelitian ini adalah gambaran keadaan atau ciri-ciri lembaga pemasaran yang menjalankan usaha dalam memproduksi hasil tangkapan cumi-cumi (Loligo sp). Karakteristik ini memiliki keterkaitan dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan hidup nelayan - nelayan sekaligus sebagai produsen cumi-cumi, karena karakteristik ini mencerminkan kemampuan bekerja, produktivitas, pola pikir, perencanaan dan berbagai kemampuan lainnya terutama dalam meningkatkan usaha pemasaran yang telah dijalankan oleh pihak yang bersangkutan.

Margin tataniaga untuk produsen ini termasuk semua ongkos untuk menggerakan produk tersebut mulai dari produsen (pembudidaya/nelayan) sampai

ke konsumen akhir. Jadi dalam proses analisis pada margin tataniaga harus didasarkan pada kondisi yang sama dan kondisi struktur pasar bersaing sempurna.

Margin tataniaga merupakan konsep penting digunakan dalam menganalisis efisiensi tataniaga. Margin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan pembagian pemasaran (Septiara et al.,2012).

Umumnya keuntungan (margin) pemasaran bersifat relatif kurang fleksibel/tidak banyak berubah, misalnya harga jual ikan naik akan tetapi biaya/ongkos pemasaran tetap, maka keuntungan yang diterima oleh produsen akan lebih besar. Margin pemasaran yang tinggi menunjukkan belum ada tingkat kesesuaian yang baik dalam kegiatan usaha pemasaran dan hal tersebut disebabkan oleh biaya/ongkos pemasaran (yang tetap) sehingga kepuasan konsumen berkurang. Apabila tingginya margin akibat derajat pengolahan semakin tinggi, yang mengakibatkan kepuasan konsumen bertambah maka dianggap pemasaran lebih efisien (Triyanti dan Nesyana, 2012).

Menurut Sastrawidjaja dan Manadiyanto (2003) margin pemasaran terdiri atas 2 bagian, yaitu:

1. Keuntungan (margin) pemasaran merupakan perbedaan harga antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen.

2. Keuntungan (margin) pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran tersebut. Artinya penentuan harga ditetapkan melalui pelaksanaan fungsi permintaan dan penawaran pada seluruh kondisi pasar. Pelayanan pasar mencakup pengumpulan, pengolahan,

transportasi dan pengeceran, sehingga pada dasarnya margin tataniaga sangat tergantung pada tingkat permintaan dan penawaran dari jasa pasar tersebut.

Komponen margin tataniaga terdiri dari :

1. Biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk

melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional (functional cost) dan

2. Keuntungan (profit) dari lembaga tataniaga. Biaya tataniga (pemasaran) sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pengaliran komoditas dari produsen sampai ke konsumen. Nilai biaya tataniaga tergantung dari keadaan lembaga tataniaga yaitu ditinjau dari aktivitas lembaga-lembaga yang terlibat serta adanya fasilitas-fasilitas, sedangkan keuntungan lembaga tataniaga merupakan penerimaan yang diperoleh lembaga sebagai imbalan dari menyelenggarakan fungsi-fungsi tataniaga.

Adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga akan menyebabkan harga jual antara lembaga satu dengan lembaga yang lain sampai tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat dalam penyaluran suatu komoditas dari titik produsen sampai ke titik konsumen, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditas tersebut di titik produsen dibandingkan harga yang dibayar oleh konsumen. Perbedaan harga inilah yang disebut dengan margin tataniaga. Hal ini dapat dimengerti karena semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat, maka akan semakin banyak pula perlakuan yang diberikan terhadap komoditas tersebut sehingga menimbulkan kenaikan biaya tataniaga. Konsep

margin ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku di tingkat konsumen yang dinikmati oleh nelayan. Besar kecilnya marjin tataniaga sering digunakan sebagai kriteria untuk penilaian apakah pasar tersebut sudah efisien (Paidi, 2016).

Fisherman’s Share

Sistem pemasaran dapat dikatakan efisien apabila tercapainya kepuasan bagi para produsen dan distributor yang ikut berpengaruh didalamnya seperti nelayan, lembaga pemasaran , hingga ke konsumen akhir. Pengukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai efisien dari setiap aliran tataniaga sebagai indikator untuk menilai kinerja rantai tataniaga dalam penyaluran produk ataupun komoditi yang akan dijual. Untuk mendapatkan efisiensi pasar maka dapat menggunakan analisis margin pemasaran dan fisherman’s share (Rizky, 2018).

Pengukuran kesesuaian (efisiensi) pemasaran maka dilakukan rantai pemasokan aliran 2 atau lebih dan berpihak kepada nelayan. Sementara dalam sudut pandang perusahaan rantai pemasokan aliran 1 merupakan aliran yang memiliki kinerja rantai pasok yang sudah terintegrasi dan terstruktur dengan baik.

Pemasaran dikatakan efisien apabila nilai distribusi margin, keuntungan dan nilai fisherman’s share merata disetiap lembagai rantai pemasaran. Semakin tingginya

nilai fisherman’s share maka semakin besar bagian yang diterima nelayan.

Pemasaran dikatakan efisien apabila nilai fisherman’s share yang diperoleh menunjukkan keberpihakan kepada nelayan lebih tinggi. Fisherman’s share memiliki hubungan negatif dengan margin pemasaran dimana semakin rendah

margin pemasaran, maka bagian yang diperoleh nelayan semakin tinggi (Elpawati et al., 2014).

Fisherman’s share merupakan bagian yang diterima oleh nelayan dalam

persen. Analisis fisherman’s share dilakukan dengan perbandingan harga ditingkat nelayan dengan harga ditingkat konsumen dalam persen. Suatu komoditi dianggap efisien apabila memiliki nilai presentase bagian yang diterima produsen (fisherman’s share) tinggi. Apabila bagian dari komoditi tersebut yang diterima produsen > 50% maka pemasaran dikatakan efisien, dan bila bagian yang

diterima produsen < 50% berarti pemasaran belum efisien (Triyanti dan Nesyana,2012).

Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah suatu proses sosial dan melalui proses itu individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain. Dengan mengkaji rantai pemasaran kita dapat mengetahui efektivitas pemasaran yang tercapai pada setiap lembaga pemasaran, karena efektivitas tersebut sangat berkaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh setiap pelaku pemasaran. Usaha-usaha memperpendek mata rantai pemasaran/tataniaga adalah salah satu jalan membantu petani untuk meningkatkan pendapatannya (Basri, 2014).

Umumnya saluran pemasaran yang terpendek memberikan penerimaan yang besar dan resiko pemasaran kecil bagi produsen. Menurut Kotler (2001) dalam Basri (2014) menyampaikan barang dari produsen ke konsumen, terdapat lima macam saluran pemasaran yaitu:

1. Arus fisik (physical flow). Saluran pemasaran ini mengisahkan gerakan nyata dari produk fisik, mulai dari bahan mentahnya sampai kepada konsumen terakhir.

2. Arus hak milik (title flow). Saluran pemasaran ini merincikan peralihan hak milik dari badan pemasaran yang satu ke yang lain.

3. Arus pembayaran (payment flow) Saluran pemasaran ini mengisahkan kaum pelanggan membayar melalui lembaga keuangan lainnya ke pihak penyalur, penyalur membayar pihak produsen.

4. Arus informasi (information flow) Saluran pemasaran ini merincikan cara pertukaran informasi di antara berbagai badan dalam rangka saluran pemasaran.

5. Arus tempat (place flow) Saluran pemasaran ini bertujuan dari aliran arus fisik dan hak milik yaitu perpindahan produk dari lokasi produsen sampai ke lokasi konsumen.

Serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan barang atau jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi. Jalur tataniaga tersebut dimulai dari nelayan yang menjual ikan hasil tangkapannya ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Di TPI, ikan tersebut dibeli oleh pedagang besar atau pengolah atau pengusaha coldstorage. Di daerah nelayan yang jauh dari TPI, umumnya nelayan menjual

ikan kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul ini yang menjualnya ke TPI atau ada yang langsung menjualnya ke pedagang besar atau kepada pengusaha coldstorage atau kepada pengolah cumi-cumi (Purnomo, 2018).

Dokumen terkait