• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN KEGIATAN USAHA (DISTRIBUSI) DAN KEUNTUNGAN (MARGIN) PEMASARAN HASIL TANGKAPAN CUMI CUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN KEGIATAN USAHA (DISTRIBUSI) DAN KEUNTUNGAN (MARGIN) PEMASARAN HASIL TANGKAPAN CUMI CUMI"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

CUMI CUMI (Loligo sp) DI PANTAI PERCUT SEI TUAN DAN PANTAI LABU DELI SERDANG

SKRIPSI

CHRISTINE SAMANTHA GRACIA SINAGA 160302008

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

CUMI CUMI (Loligo sp) DI PANTAI PERCUT SEI TUAN DAN PANTAI LABU DELI SERDANG

SKRIPSI

CHRISTINE SAMANTHA GRACIA SINAGA 160302008

Skripsi Sebagai Salah Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(3)
(4)
(5)

CHRISTINE SAMANTHA GRACIA SINAGA. Analisis Kelayakan Kegiatan Usaha (Distribusi) dan Keuntungan (Margin) Pemasaran Hasil Tangkapan Cumi- Cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang.

Dibawah bimbingan AMANATUL FADHILAH.

Salah satu sumberdaya perikanan yang banyak peminatnya adalah Cumi-Cumi (Loligo sp). Di daerah Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang hasil tangkapan Cumi-Cumi (Loligo sp) disebarkan ke konsumen melalui proses distribusi. Pihak yang terlibat dalam proses distribusi ini adalah nelayan (produsen), tengkulak, pedagang pengecer, konsumen. Kegiatan pemasaran Cumi- Cumi di Pantai Percut Sei Tuan melalui perantara yaitu dijual ke tengkulak.

Nelayan yang memiliki ikatan hutang dengan tengkulak harus menjual hasil tangkapan ke tengkulak.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan kegiatan usaha (distribusi), keuntungan (margin) pemasaran, dan kelayakan kegiatan usaha perikanan tangkap jenis Cumi-Cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang. Kegiatan distribusi pemasaran yang paling efisien terdapat di Pantai Labu pada saluran 2 ditingkat pedagang pengecer dengan nilai 0,12,margin Rp 6.750 dan fisherman’s share 82,40%. Dan untuk tingkat kelayakan kegiatan Usaha hasil penangkapan Cumi-Cumi (Loligo sp) paling layak berada di Percut Sei Tuan dengan NPV = Rp 209.927.347, Net B/C=

4,68% ,IRR =94%, PP = 1 tahun 6 bulan. Keuntungan (margin) dari hasil tangkapan Cumi-Cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dengan nilai terendah yaitu Rp 3.903/kg,nilai tertinggi yaitu Rp 15.597/kg dan Pantai Labu dengan nilai terendah yaitu Rp 2.446/kg, nilai margin pemasaran tertinggi yaitu bernilai Rp 16.597 dilakukan oleh tengkulak pada tingkat distribusi 3 karena tengkulak mengeluarkan modal untuk nelayan dan menjalin kerjasama yang saling mengikat satu sama lain.

Kata Kunci : Cumi-Cumi (Loligo sp), Kelayakan Kegiatan Usaha (Distribusi), Keuntungan (Margin) Pemasaran dan Kelayakan Kegiatan Usaha Perikanan Tangkap Cumi- Cumi (Loligo sp).

(6)

CHRISTINE SAMANTHA GRACIA SINAGA. Analysis of Business Activity

Feasibility (Distribution) and Profit (Margins) Marketing of Catched Squid (Loligo sp) at Percut Sei Tuan Beach and Labu Beach Deli Serdang. Under the

guidance of AMANATUL FADHILAH.

One source of fisheries' great demand is squid (Loligo sp). At the seaside of

Percut Sei Tuan sea and the Labu beach Deli Serdang the catch of squid (Loligo sp) is spread to the consumer through distribution processes. The

distribution involved will be fishermen (manufacturers), middlemen, retail traders.

The squid marketing activities on Percut Sei Tuan through middleman which is sold to middlemen by fishermen who are bound by debt to middlemen must sell the catch to the middleman. The study aims to analyze the feasibility of business activities (distribution), the profit (margins) of marketing, and the feasibility of catch-grabbing fisheries on the beached of the host fish (Loligo sp) on the seaside of the Percut Sei Tuan beach and the Labu beach Deli Serdang. For worthiness of business activities produced by fishing squid (Loligo sp) most worthy of being at the Pecut Sei Tuan with NPV = Rp 209,927,347, Net= B/C4.68%, IRR= 94%, PP=1 year 6 months. The most efficient marketing distribution activities are on Labu beach on the channel 1 to the retail seller with a value of 0.09, Rp 13.750 and fisherman's share 70.83%.The profit (margin) from the catch of Squid (Loligo sp) at Percut Sei Tuan Beach with the lowest value is IDR 3.903 / kg, the

highest value is IDR 15,597 / kg and Labu Beach with the lowest value is IDR 2.446 / kg, the highest marketing margin value of IDR 16.597 is carried out

by middlemen at distribution level 3 because middlemen spend capital for fishermen and establish mutually binding cooperation.

Key words: Squid (Loligo sp), venture worthiness (distribution), profit (margins) marketing and the feasibility of fisheries capture activities Squid (Loligo sp).

(7)

Penulis lahir di Pematang Siantar pada tanggal 29 Desember 1998. Anak dari pasangan Alm.Bapak Drs.Evendi Sinaga dan Ibu Dra. Henra Rodearni Saragih dan merupakan anak tunggal dalam keluarga.

Penulis mengawali Pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) YPK Santo Yoseph Medan pada tahun 2003 – 2004. Pendidikan dasar di SD YPK Santo Yoseph I Medan pada

tahun 2004 – 2010. Pendidikan menengah pertama ditempuh dari tahun 2010 – 2013 di SMP YPK Santa Maria Medan. Penulis menjalani pendidikan

menengah atas di SMA Negeri 17 Medan pada tahun 2013 – 2016.

Dengan berakhirnya pendidikan menengah atas, penulis melanjutkan pendidikan S-1 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2016.

Selain mengikuti perkuliahan, penulis juga juga menjadi asisten Laboratorium Fisiologi Hewan Air pada tahun 2018/2019, dan 2019/2020. Pada tahun 2019/2020 asisten Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ikan. Kemudian, pada tahun 2019 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata di Kelurahan Beting Kuala Kapias, Kecamatan Teluk Nibung, Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara. Penulis juga melaksanakan Praktik Kerja Lapangan di Dinas Kelautan dan Perikanan, Balai Benih Ikan Sibabangun, Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2020.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian yang berjudul “Analisis Kelayakan Kegiatan Usaha (Distribusi) dan Keuntungan (Margin) Pemasaran Hasil Tangkapan Cumi-Cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang”, yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:

1. Orang tua penulis tercinta, ibu Henra Rodearni Saragih yang selalu memberi kasih sayang, materil, dukungan dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi.

2. Lungguk Siregar yang selalu setia memberikan dukungan penuh,membantu dalam kegiatan penelitan sampai pengerjaan skripsi dan selalu mendengarkan cerita suka duka penulis selama menyelesaikan skripsi.

3. Ibu Amanatul Fadhilah, S.Pi., M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing,meluangkan waktu untuk penulis,serta memberi ilmu, saran masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

4. Bapak Dr. Ir. Yoes Soemaryono, MH., M.Sc selaku dosen penguji I dan Ibu Ipanna Enggar Susetya, S.Kel., M.Si selaku dosen penguji II penulis yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

(9)

5. Ibu Dr.Eri Yusni, M.Sc selaku dosen Pembimbing Akademik dan ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak/Ibu dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan Pegawai tata usaha Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan yang banyak membantu penulis.

8. Bapak Abu Bakar Salim, Amd selaku pegawai Pusat Pendaratan Ikan di Pantai Labu Deli Serdang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian dan membantu penulis selama kegiatan penelitian berlangsung.

9. Kristin Butar-Butar, Norry Parhusip, Fathurrahman Ash Shadiq,Romasta Elisabeth Christine Manurung, dan Dhea Octavira sebagai kerabat dekat penulis yang telah banyak membantu, memberikan motivasi dan semangat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi.

10. Seluruh teman-teman seperjuangan MSP angkatan 2016 yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas setiap pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat kepada pembaca dan menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2021

Christine Samantha Gracia Sinaga

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Kerangka Penelitian ... 4

Tujuan Penelitian ... 6

Manfaat Pemikiran ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Cumi-Cumi (Loligo sp) ... 7

Kelayakan Kegiatan Usaha Cumi-Cumi (Loligo sp) ... 9

Lembaga Pemasaran ... 12

Produsen (Nelayan) ... 12

Tengkulak ... 14

Pedagang Pengumpul ... 15

Pedagang Pengecer ... 15

Konsumen ... 15

Keuntungan (Margin) Pemasaran Cumi-Cumi (Loligo sp)... 16

Fisherman’s Share ... 19

Saluran Pemasaran ... 20

(11)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat ... 22

Alat dan Bahan ... 22

Prosedur Penelitian ... 23

Pengambilan Sampel ... 23

Pengumpulan Data ... 24

Analisis Data ... 26

Aspek Teknis Nelayan ... 26

Aspek Ekonomi Nelayan. ... 26

Lembaga Pemasaran ... 27

Analisis Kelayakan Kegiatan Usaha ... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 32

Produksi Cumi-Cumi (Loligo sp)... 32

Lembaga Pemasaran ... 36

Produsen (Nelayan) ... 37

Aspek Teknis Nelayan ... 37

Aspek Ekonomi Nelayan ... 38

Tengkulak ... 40

Pedagang Pengumpul ... 40

Pedagang Pengecer ... 41

Konsumen ... 42

Analisis Pemasaran ... 42

Rantai Pemasaran ... 42

Margin dan Keuntungan Pemasaran ... 43

Fisherman’s Share ... 45

Kelayakan Kegiatan Usaha Cumi-Cumi (Loligo sp) ... 46

Pembahasan ... 47

Produksi Cumi-Cumi (Loligo sp)... 47

Lembaga Pemasaran ... 50

Produsen (Nelayan) ... 50

(12)

Aspek Ekonomi Nelayan ... 51

Tengkulak ... 53

Pedagang Pengumpul ... 54

Pedagang Pengecer ... 57

Margin dan Keuntungan Pemasaran ... 59

Fisherman’s share ... 60

Kelayakan Kegiatan Usaha Cumi-Cumi (Loligo sp) ... 62

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 66

Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Jumlah Sampel Responden ... 24

2. Jumlah Kapal Perikanan Tangkap di Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang ... 33

3. Produksi Hasil Perikanan Tangkap di Kabupaten Deli Serdang ... 34

4. Perkembangan Produksi,Nilai Produksi dan Harga Cumi-Cumi per Bulan pada Tahun 2019 di Percut Sei Tuan ... 35

5. Perkembangan Produksi, Nilai Produksi dan Harga Cumi-Cumi per Bulan pada Tahun 2019 di Pantai Labu ... 36

6. Jumlah Perahu Menurut Jenis Ukuran ... 37

7. Produksi Cumi-Cumi (Loligo sp) Berdasarkan Alat Tangkap ... 37

8. Pendapatan,Biaya dan Keuntungan Nelayan Percut Sei Tuan ... 39

9. Pendapatan, Biaya dan Keuntungan Nelayan Pantai Labu ... 39

10. Pendapatan, Biaya, dan Keuntungan Tengkulak Percut Sei Tuan ... 40

11. Pendapatan, Biaya dan Keuntungan Tengkulak Pantai Labu ... 40

12. Pendapatan, Biaya, dan Keuntungan Pedagang Pengumpul Percut Sei Tuan ... 41

13. Pendapatan, Biaya, dan Keuntungan Pedagang Pengumpul Pantai Labu... 41

14. Pendapatan, Biaya, dan Keuntungan Pedagang Pengecer Percut Sei Tuan ... 42

15. Pendapatan, Biaya, dan Keuntungan Pedagang Pengecer Pantai Labu... 42

16. Margin dan Keuntungan Pemasaran (Rp/kg) Cumi-Cumi (Loligo sp) di Percut Sei Tuan ... 44

17. Margin dan Keuntungan Pemasaran (Rp/kg) Cumi-Cumi (Loligo sp) di Pantai Labu………. 44

18. Fisherman’s Share Cumi-Cumi (Loligo sp) di Percut Sei Tuan ... 45

19. Fisherman’s Sare Cumi-Cumi (Loligo sp) di Pantai Labu ... 46

20. Pendapatan Alat Tangkap Pukat Tarik di Percut Sei Tuan ... 46

21. Pendapatan Alat Tangkap di Pantai Labu ... 46

(14)

22. Nilai Kelayakan Kegiatan Usaha Perikanan Tangkap

di Percut Sei Tuan ... 47 23. Nilai Kelayakan Kegiatan Usaha Perikanan Tangkap

di Pantai Labu ... 47

(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 5 2. Cumi-Cumi (Loligo sp) ... 8 3. Peta Lokasi Penelitian ... 22 4. Grafik Produksi Hasil Perikanan Tangkap di

Kabupaten Deli Serdang ... 34 5. Rantai Pemasaran Cumi-Cumi (Loligo sp) Percut Sei Tuan ... 43 6. Rantai Pemasaran Cumi-Cumi (Loligo sp) Pantai Labu ... 43

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman

1. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 72 2. Penentuan Jumlah Sampel... 73 3. Persentase Hasil Tangkapan Cumi-Cumi (Loligo sp) ... 75 4. Perhitungan Margin Pemasaran, Keuntungan Harga Beli,

Efisiensi Pemasaran, dan Kelayakan Kegiatan Usaha ... 76 5. Daftar Pertanyaan Responden ... 78

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumberdaya perikanan dan kelautan merupakan sumber daya yang relatif

kompleks. Dalam hal ini lingkungan pengelolaannya juga berbeda dari sumberdaya lainnya. Dari sisi sumber dayanya, bermigrasi dan bergerak dalam

ruang tiga demensi yaitu ada yang di laut, perairan payau maupun ke perairan darat. Kondisi ini menambah kompleksitas dalam pengelolaan, misalnya saja menyangkut pengaturan hak kepemilikan atas sumber daya tersebut yang

merupakan sumberdaya perikanan yang termasuk relatif kompleks (Nugraha et al., 2012).

Hasil perikanan yang diperoleh baik perikanan tangkap ataupun perikanan budidaya, merupakan salah satu sumber protein non esensial yang banyak terkandung diberbagai jenis ikan maupun perikanan lainnya, untuk pemenuhan kebutuhan jasmani bagi konsumen yang berada jauh dari masyarakat pantai, maka sudah barang tentu diperlukan beberapa fungsi tataniaga antara lain: Fungsi pertukaran (exchanged function), meliputi aspek: pembelian dan penjualan, fungsi fisik (fhysical function), meliputi aspek: pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan fungsi penunjang (facilitating function), meliputi aspek: standardisasi dan gradasi, pembiayaaan/ pembelanjaan, penanggungan risiko, pengumpulan, penafsiran, dan penyebaran informasi (Siregar et al., 2015).

Salah satu jenis hasil dari perikanan tangkap adalah cumi-cumi (Loligo sp). Cumi-cumi (Loligo sp) memiliki peranan penting dalam

perekonomian perikanan karena dapat mempengaruhi tinggi rendahnya

(18)

pendapatan dari lembaga pemasaran. Penentuan harga cumi-cumi menggunakan beberapa pertimbangan, seperti tambahan biaya yang dikeluarkan dalam proses distribusinya. Panjang pendeknya saluran pemasaran juga mempengaruhi harga beli konsumen.

Proses kegiatan pemasaran cumi-cumi di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang yang diawali dari produsen atau

nelayan, setelah pulang melaut nelayan membawa ikan ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan) agar dijual melalui tengkulak. Nelayan menjual hasil

tangkapan cumi-cumi (Loligo sp) ke tengkulak dengan harga beli lebih rendah dibandingkan dengan menjualnya secara langsung karena tidak ada kegiatan lelang di TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Penentuan harga cumi-cumi ditentukan oleh lembaga pemasaran mempertimbangkan tentang biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang akan didapatkan. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu yaitu nelayan, tengkulak, pedagang, pengumpul, pedagang pengecer, dan konsumen.

Hasil dari tangkapan ikan diproduksi dan diturunkan di Pantai. Ada 2 (dua) lokasi penelitian sebagai sumber hasil perikanan yang berbasis ekonomi yang terdapat di daerah sekitar Deli Serdang yaitu Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu terletak pada posisi yang cukup strategis, yakni di perairan pantai timur Sumatera (Selat Malaka) serta merupakan pintu masuk bagi kegiatan ekonomi beberapa di Asia Tenggara .

Pemasaran hasil tangkapan ikan ini biasanya dilakukan ke daerah-daerah yang ada di Deli Serdang maupun di luar Provinsi Sumatera Utara. Untuk hasil tangkapan yang memiliki harga ekonomis yang tinggi, biasanya pihak tangkahan

(19)

akan mengekspor hasil tangkapan tersebut. Dari hal-hal ini sangat dibutuhkan sebuah analisis pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang guna untuk mengetahui mekanisme pembentukan harga cumi-cumi (Loligo sp) hingga sampai ke konsumen, oleh karena itu perlu dilakukan analisis mengenai kelayakan kegiatan usaha (distribusi) pemasaran, dan keuntungan (margin) pemasaran dari setiap hasil produksi cumi- cumi (Loligo sp).

Rumusan Masalah

Cumi-cumi merupakan salah satu komoditas yang banyak diminati oleh masyarakat sebagai makanan sumber protein. Di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang cumi-cumi (Loligo sp) banyak ditangkap oleh nelayan, maka dari itu diperlukan analisis kelayakan kegiatan usaha (distribusi) dan keuntungan (margin) dari harga pemasarannya.

Kelayakan kegiatan usaha (distribusi) dan keuntungan (margin) pemasaran sangat penting untuk diketahui agar tidak terjadi permasalahan dalam aspek ekonomi serta untuk menganalisis margin dan distribusi atau penyebaran dengan harga,alat tangkap,transportasi, dan harga pasar agar tetap seimbang sehingga tidak menimbulkan terjadinya kerugian bagi nelayan,produsen,tengkulak,dan pedagang pengecer.

Dari uraian di atas, maka dapat diperoleh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

(20)

1.Bagaimana kelayakan kegiatan usaha (distribusi) pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Kabupaten Deli

Serdang?

2.Bagaimana nilai keuntungan (margin) dari pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang?

Kerangka Pemikiran

Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu merupakan tempat penghasilan perikanan tangkap yang besar di daerah sekitar Kabupaten Deli Serdang. Salah satu organisme air tangkapannya adalah golongan Cephalopoda yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas yaitu cumi-cumi (Loligo sp). Sebelum sampai ke tangan konsumen ada beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu proses penangkapan (produksi) oleh nelayan, dipasarkan oleh pedagang, dan kosumsen.

Untuk memenuhi kebutuhan konsumen maka sangat diperlukan saluran pemasaran guna untuk menyeimbangkan jumlah hasil tangkapan dari nelayan dengan permintaan pasar. Oleh sebab itu, perlu dilakukan sebuah Analisis kelayakan kegiatan usaha pemasaran (distribusi) dan keuntungan (margin)

pemasaran untuk mengetahui tingkat efisiensi dari hasil pemasaran cumi-cumi (Loligo sp). Untuk kegiatan ini sangat diperlukan saluran tataniaga

yang dimulai dari nelayan → tengkulak → pedagang pengecer → konsumen.

Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.

(21)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Perikanan Tangkap

Cumi- Cumi (Loligo sp)

Pantai Percut Sei Tuan Pantai Labu

Lembaga Pemasaran

Lembaga Pemasaran Percut Sei Tuan

1. Produsen (Nelayan) 2. Tengkulak

3. Pedagang (pedagang pengumpul, pedagang pengecer, rumah makan) 4. Pasar Tradisional

5. Konsumen

Lembaga Pemasaran Pantai Labu 1. Produsen (Nelayan) 2. Tengkulak

3. Pedagang (pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pedagang asongan)

4. Konsumen

Distribusi Pemasaran Margin Pemasaran Efisiensi Pemasaran Kelayakan Pemasaran

(22)

Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kelayakan kegiatan usaha (distribusi) pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang.

2. Mengetahui nilai keuntungan (margin) terendah dan tertinggi dari hasil tangkapan cumi-cumi (Loligo sp) melalui distribusi pemasaran di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi bagi penyalur usaha hasil tangkapan untuk mengetahui kelayakan kegiatan usaha (distribusi) dan keuntungan (margin). Dan untuk mengetahui besaran margin yang diterima di setiap lembaga pemasaran, dan kelayakan pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang.

(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Cumi-Cumi (Loligo sp)

Sumber daya ikan pelagis (termasuk cumi-cumi) adalah jenis-jenis ikan yang sebagian besar dari siklus hidupnya berada di permukaan atau dekat permukaan perairan, dengan karakteristik: membentuk gerombolan yang cukup besar, beruaya (migrasi) yang cukup jauh dengan gerak/aktifitas yang cepat. Sumber daya ikan pelagis kecil yang paling umum antara lain adalah: layang, kembung, selar, tembang, lemuru dan ikan teri. Ikan pelagis besar antara lain adalah;

tongkol, tenggiri, cucut, marlin dan layaran. Kelompok ikan pelagis besar lebih

bersifat oseanik sedangkan ikan pelagis kecil lebih bersifat neritik (Ruchimat, 2017).

Cumi-cumi (Loligo sp) termasuk biota air pelagik, tetapi terkadang digolongkan sebagai organisme demersal, karena sering berada di dasar. Cumi- cumi melakukan distribusi vertikal pada malam hari, dimana cumi-cumi bergerak ke arah permukaan untuk mencari makan, sedangkan pada siang hari berada di dasar perairan. Adapun ukuran ekonomis yang sesuai dengan kriteria ramah lingkungan disesuaikan dengan berat bobot dan panjang tubuh. Cumi-cumi ini salah satu jenis Cephalopoda memiliki nilai komersial dan merupakan salah satu sumberdaya hayati yang penting dalam sektor perikanan laut. Musim penangkapan cumi-cumi yang paling intensif adalah pada musim memijah dimana pada musim ini cumi-cumi yang tertangkap sebagian besar dalam keadaan matang gonad (Perangin-angin et al., 2015).

Menurut Nugroho (2007) walaupun termasuk Phylum Moluska, cumi-cumi (Loligo sp) tidak seperti jenis-jenis moluska lainnya. Cumi-cumi, sotong, dan

(24)

gurita tidak memiliki cangkang luar. Cumi-cumi memiliki kerangka tipis dan bening yang terdapat di dalam tubuhnya. Cumi-cumi (Loligo sp) termasuk dalam kelas Cephalopoda. Klasifikasi cumi-cumi selengkapnya adalah sebagai berikut

Phylum : Mollusca Kelas : Cephalopoda Ordo : Teuthoidea Subordo : Myopsida Famili : Loliginidae Genus : Loligo Spesies : Loligo sp

Gambar 2. Cumi-Cumi (Loligo sp) Sumber: Dokumentasi Pribadi

Cumi-cumi (Loligo sp) merupakan salah satu jenis Cephalopoda yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan biasanya dijadikan target penangkapan utama.

Berdasrakan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 47 Tahun 2016 Perikanan mengalami perkembangan pesat pada setiap titik sentral pendaratan ikan. Cumi-cumi juga merupakan penghasil tangkapan perikanan tertinggi kedua setelah jenis ikan, dengan potensi produksi sebesar 7.125 ton pada tahun 2016 di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 571.

(25)

Alat penangkapan utama dan umum digunakan untuk menangkap cumi yaitu, alat tangkap pukat tarik serta pancing acar dengan bantuan lampu sebagai penarik cumi-cumi untuk berkumpul agar mudah untuk ditangkap. Penurunan atau pengoperasian alat tangkap dilakukan oleh nelayan saat menjelang malam hari dan sore hari dikarenakan cumi-cumi sangat peka terhadap cahaya, hal ini diketahui berdasarkan hasil observasi dari peninjauan lokasi.

Cumi-cumi (Loligo sp) ini memiliki potensi yang cukup besar pengaruhnya terhadap pangan dunia yang berkembang ke arah pola makan yang sehat. Hal ini disebabkan oleh Cumi-cumi mengandung asam amino penting dan mineral seperti Natrium, Kalium, Fosfor, Kalsium, Magnesium, dan Selenium.

Cumi-cumi juga merupakan sumber vitamin seperti vitamin B1 (Tiamin), B2 (Ribofavin), B12, Niasin, Asam Folat, serta vitamin larut lemak (A, D, E, K) seperti EPA (Eicosapentaenoic acid) dan DHA (Docosahexaenoic acid) yang mampu mengurangi resiko penyumbatan pembuluh darah, stroke, dan penyakit jantung. Nilai ekspor binatang laut yang dikelompokkan ke dalam hewan yang memiliki kaki di kepala ini (keluarga chephalopoda) selama lima tahun terakhir terus meningkat dan banyak diminati oleh masyarakat (Wulandari,2018).

Kelayakan Kegiatan Usaha Cumi-Cumi (Loligo sp)

Studi kelayakan merupakan suatu pertimbangan menerima atau menolak pelaksanaan suatu usaha. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah manfaat (benefit) yang diperoleh dari pelaksanaan usaha. Analisis kelayakan usaha perikanan tangkap ikan bertujuan untuk menilai sejauh mana manfaat secara finansial yang diterima melalui usaha tersebut sehingga dapat menjadi Informasi dalam rangka pengembangan alat tangkap dalam upaya meningkatkan

(26)

produktivitas daerah dan peningkatan kesejahteraan nelayan (Wasahua dan Lukman, 2016)

Di sektor perikanan, pemasaran memiliki peranan yang penting untuk menyampaikan hasil produksi dari produsen ke konsumen akhir. Perbaikan sistem pemasaran akan mendorong peningkatan produksi baik secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung terjadi karena pemasaran akan menambahkan harga di tingkat produsen (nelayan) melalui turunnya biaya pemasaran, sedangkan secara tidak langsung menyebabkan adanya perluasan jangkauan pemasaran karena konsumen dapat menerima harga yang ditetapkan yang pada akhirnya akan menaikkan jumlah permintaan konsumen dan harga ditingkat produsen (Lilimantik, 2019).

Proses pemasaran adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan, menjaga/meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang dan jasa.

Kegunaan yang mampu diciptakan oleh kegiatan tata niaga meliputi penciptaan dan peningkatan nilai kegunaan tempat, waktu, dan pemilikan. Semua lembaga pemasaran akan berusaha untuk meningkatkan manfaat dari komoditi yang dipasarkannya. Kegiatan tata niaga berusaha untuk menempatkan barang yang diusahakannya ke tangan konsumen dengan nilai dan kegunaan yang meningkat.

Dalam perekonomian saat ini, konsumen dan produsen jarang berinteraksi/bertemu secara langsung dalam melakukan proses tata niaga, melainkan dilaksanakan bersama atau dengan mengikutsertakan beberapa lembaga tata niaga lain yang membantu terjalinnya pertemuan antara penjual dan pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembelian, penjualan,

(27)

pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan lain sebagainya (Rifianto, 2010).

Cumi-cumi (Loligo sp) hasil tangkapan selanjutnya didistribusikan sampai kepada konsumen akhir melalui beberapa cara. Rantai pasok adalah konsep baru dalam menerapkan sistem logistik yang terintegrasi dan terstruktur yang merupakan proses penyediaan bahan baku yang mengalirkan pembeli akhir. Pada proses rantai pasok, ikan butuh untuk didistribusikan dengan cepat dan menggunakan rantai dingin. Ikan memiliki sifat yang cepat membusuk sehingga penanganan dan proses rantai pasokan yang buruk akan menurunkan kualitas ikan.

Selain sebagai pendistribusi ikan, sistem rantai pasok juga berperan sebagai pembeda harga di masing-masing rantai perikanan. Sistem rantai pasok juga berfungsi untuk mengetahui traceability (ketelusuran produk). Aktivitas rantai pasokan cumi-cumi dari daerah untuk memenuhi permintaan pelanggan, sehingga perlu dilakukan manajemen rantai pasok untuk mengetahui jumlah pasokan dan harga cumi-cumi dari setiap nelayan (Rizky,2018).

Menurut Supena (2015) lembaga Tata Niaga yaitu sebagai berikut:

- Produsen, adalah mereka yang tugas utamanya menghasilkan barang-barang.

Golongan ini seringkali aktif melaksanakan beberapa fungsi tataniaga tertentu untuk menyalurkan hasil produksinya kepada konsumen.

- Pedagang Pengumpul atau penampung, merupakan pedagang yang menerima secara langsung atau tidak langsung ikan dari petani atau pencari ikan di alam.

- Pedagang Besar (wholesaler), memperdagangkan barang dalam jumlah lebih besar. Pedagang ini aktif di pasarpasar pusat dan memperoleh barang terutama dari pengumpul lokal.

(28)

- Pedagang Eceran, adalah perantara yang menjual barang-barang dalam jumlah kecil secara langsung kepada konsumen akhir (house hold consumer)

- Lembaga Pemberi Jasa, adalah mereka yang memberi jasa atau fasilitas untuk memperlancar fungsi tataniaga yang dilakukan oleh produsen atau pedagang perantara.

Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) yaitu nelayan yang bertindak sebagai produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Secara rinci menurut Septiyani et al (2016) ada beberapa pihak dan aspek yang terkait dalam menjalankan lembaga pemasaran sebagai berikut:

Produsen (Nelayan)

Produsen dapat diartikan sebagai salah satu ruang lingkup ekonomi yang patut kita pelajari agar tujuan dari organisasi/lembaga perusahaan dapat terpenuhi.

Salah satu bagian dari ruang ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumberdaya (input) yang ada untuk menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya. Pada penelitian kali ini yang berperan sebagai produsen adalah nelayan karena nelayan akan menjual hasil tangkapannya agar sampai ke tangan konsumen (Zulkarnain dan Nugroho, 2018).

Dalam hal memproduksi ada dua aspek yang berpengaruh bagi nelayan, menurut Septiyani et al (2016) aspek-aspek yang sangat berpengaruh pada produsen ialah sebagai berikut:

(29)

Aspek Teknis Nelayan

Aspepk teknis menyangkut tentang Alat Penangkapan Ikan (API),transportasi yang digunakan (kapal ikan), perlengkapan kapal ikan seperti lampu, genset, dan segala kebutuhan fisik lainnya yang sangat dibutuhkan nelayan untuk menangkap ikan. Produksi perikanan tangkap bergantung pada alat tangkap yang digunakan karena alat tangkap memiliki cara pengoperasian yang tepat dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan hasil produksi perikanan (Pasaribu,2008)

Nelayan cumi melakukan penangkapan dengan lama satu hingga tiga bulan tergantung dari hasil tangkapan. Apabila hasil tangkapan cumi cukup banyak dan cuaca mendukung nelayan untuk pergi untuk waktu yang cukup lama, tetapi apabila cuaca tidak mendukung dan hasil tangkapan tidak banyak maka nelayan cumi kembali dengan cepat. Penangkapan cumi dilakukan pada malam hari karena cumi-cumi mencari mangsa atau makanan pada malam hari sedangkan pada siang hari cumi-cumi berada di dasar perairan. Cara penangkapan cumi yang digunakan yaitu dengan memasang mata pancing pada bagian atas pancing terhadap lubang kecil yang digunakan untuk mengikat tali pancing kemudian diikat secara berantai dalam satu gulungan tali melalui lubang-lubang pada bagian atas dan pada bagian bawah yang terdapat pada pancing sehingga tidak membuat cabang-cabang pada pancing. Kemudian nelayan akan menggunakan lampu sorot untuk membuat cumi mendekati kapal (Simanjuntak et al.,2019)

Selain itu ada faktor waktu yang sesuai dalam hal penangkapan karena bergantung pada tingkah laku ataupun kebiasaan hidup cumi-cumi (Loligo sp) serta fishing ground juga menentukan keberhasilan penangkapan. Nelayan kecil

(30)

atau tradisional biasanya berangkat melaut untuk memperoleh cumi-cumi dimulai pada pukul 05.00 sampai dengan pukul 14.00 WIB.

Aspek Ekonomi Nelayan

Aspek ekonomi nelayan di Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang menjual hasil tangkapannya melalui Tempat Pelelangan Ikan (TPI) maupun langsung ke tengkulak. Kemudian dipengaruhi oleh biaya transportasi,konsumsi,perbekalan untuk pengwetan ikan seperti es,fiber, dan lain sebagainya. Sehingga biaya pengeluaran nelayan akan dibayarkan oleh tengkulak atau toke dengan harga yang sesuai.

Tempat pelelangan ikan adalah tempat pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan).

Tempat pelelangan ikan merupakan tempat yang membantu nelayan dalam memasarkan ikan hasil tangkapan melalui pelelangan. Letak dan pembagian ruang di gedung pelelangan harus direncanakan supaya aliran produk (flow of product) berjalan dengan cepat. Hal ini dengan pertimbangan bahwa produk perikanan merupakan produk yang cepat mengalami penurunan mutu, sehingga apabila aliran produk ini terganggu, maka akan menyebabkan terjadinya penurunan mutu ikan (Lavictory et al.,2016).

Tengkulak

Tengkulak adalah orang yang membeli cumi-cumi (Loligo sp) langsung dari nelayan, dari hasil observasi (peninjauan lokasi) diketahui bahwa setiap tengkulak dalam membeli cumi-cumi (Loligo sp) lebih dari lima orang nelayan.

Selama nelayan masih memiliki ikatan hutang dengan tengkulak sehingga nelayan

(31)

yang meminjam uang kepada tengkulak harus menjual hasil tangkapannya ke tengkulak dengan harga yang ditentukan oleh tengkulak.

Pedagang Pengumpul

Pedagang pengumpul cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan

Pantai Labu Deli Serdang adalah orang yang membeli cumi-cumi (Loligo sp) di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) maupun yang tidak melalui Tempat

Pelelangan Ikan (TPI). Selain melakukan pembelian cumi-cumi (Loligo sp) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) pedagang pengumpul juga membeli cumi-cumi (Loligo sp) dari pelaku pemasaran lain (tengkulak dan pedagang pengecer di luar TPI). Pedagang pengumpul menjual cumi-cumi (Loligo sp) sampai ke pedagang dalam kota maupun luar kota.

Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer dalam kegiatan pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang adalah membeli hasil tangkapan cumi-cumi (Loligo sp) dari tengkulak maupun pedagang pengumpul dan menjualnya langsung ke konsumen.

Konsumen

Saluran pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) berakhir pada konsumen tingkat akhir dari kegiatan pemasaran. Konsumen untuk komoditas cumi-cumi (Loligo sp) tidak hanya dari Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang saja, tetapi juga berada di kota-kota lain juga. Konsumen akhir yang berada di daerah Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang membeli cumi-cumi (Loligo sp) melalui beberapa cara, ada yang langsung ke TPI atau melalui pasar tradisional yang berada di sekitar pantai tempat penangkapan.

(32)

Harga beli cumi-cumi (Loligo sp) berbeda-beda sesuai dengan tempat konsumen membeli cumi-cumi (Loligo sp). Banyak cara agar cumi-cumi sampai ke konsumen misalnya dengan langsung datang ke TPI (Tempat Pelelangan Ikan), pasar-pasar tradisional, serta ada juga yang membeli dari pedagang pengecer yang keliling ke rumah-rumah konsumen (Saputri, 2019).

Keuntungan (Margin) Pemasaran Cumi-Cumi (Loligo sp)

Secara teoritis, keuntungan (margin) tataniaga (pemasaran) didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Margin tataniaga dapat juga dinyatakan sebagai nilai-nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari produsen hingga tingkat konsumen akhir. Margin tataniaga (pemasaran) sebagai perbedaan harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima oleh produsen untuk produk yang sama (Zepanya, 2015).

Karakteristik nelayan sekaligus sebagai penangkap atau produsen cumi- cumi dalam penelitian ini adalah gambaran keadaan atau ciri-ciri lembaga pemasaran yang menjalankan usaha dalam memproduksi hasil tangkapan cumi- cumi (Loligo sp). Karakteristik ini memiliki keterkaitan dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan hidup nelayan - nelayan sekaligus sebagai produsen cumi-cumi, karena karakteristik ini mencerminkan kemampuan bekerja, produktivitas, pola pikir, perencanaan dan berbagai kemampuan lainnya terutama dalam meningkatkan usaha pemasaran yang telah dijalankan oleh pihak yang bersangkutan.

Margin tataniaga untuk produsen ini termasuk semua ongkos untuk menggerakan produk tersebut mulai dari produsen (pembudidaya/nelayan) sampai

(33)

ke konsumen akhir. Jadi dalam proses analisis pada margin tataniaga harus didasarkan pada kondisi yang sama dan kondisi struktur pasar bersaing sempurna.

Margin tataniaga merupakan konsep penting digunakan dalam menganalisis efisiensi tataniaga. Margin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan pembagian pemasaran (Septiara et al.,2012).

Umumnya keuntungan (margin) pemasaran bersifat relatif kurang fleksibel/tidak banyak berubah, misalnya harga jual ikan naik akan tetapi biaya/ongkos pemasaran tetap, maka keuntungan yang diterima oleh produsen akan lebih besar. Margin pemasaran yang tinggi menunjukkan belum ada tingkat kesesuaian yang baik dalam kegiatan usaha pemasaran dan hal tersebut disebabkan oleh biaya/ongkos pemasaran (yang tetap) sehingga kepuasan konsumen berkurang. Apabila tingginya margin akibat derajat pengolahan semakin tinggi, yang mengakibatkan kepuasan konsumen bertambah maka dianggap pemasaran lebih efisien (Triyanti dan Nesyana, 2012).

Menurut Sastrawidjaja dan Manadiyanto (2003) margin pemasaran terdiri atas 2 bagian, yaitu:

1. Keuntungan (margin) pemasaran merupakan perbedaan harga antara harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen.

2. Keuntungan (margin) pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran tersebut. Artinya penentuan harga ditetapkan melalui pelaksanaan fungsi permintaan dan penawaran pada seluruh kondisi pasar. Pelayanan pasar mencakup pengumpulan, pengolahan,

(34)

transportasi dan pengeceran, sehingga pada dasarnya margin tataniaga sangat tergantung pada tingkat permintaan dan penawaran dari jasa pasar tersebut.

Komponen margin tataniaga terdiri dari :

1. Biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk

melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut biaya pemasaran atau biaya fungsional (functional cost) dan

2. Keuntungan (profit) dari lembaga tataniaga. Biaya tataniga (pemasaran) sebagai biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses pengaliran komoditas dari produsen sampai ke konsumen. Nilai biaya tataniaga tergantung dari keadaan lembaga tataniaga yaitu ditinjau dari aktivitas lembaga-lembaga yang terlibat serta adanya fasilitas-fasilitas, sedangkan keuntungan lembaga tataniaga merupakan penerimaan yang diperoleh lembaga sebagai imbalan dari menyelenggarakan fungsi-fungsi tataniaga.

Adanya perbedaan kegiatan dari setiap lembaga akan menyebabkan harga jual antara lembaga satu dengan lembaga yang lain sampai tingkat konsumen akhir. Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat dalam penyaluran suatu komoditas dari titik produsen sampai ke titik konsumen, maka akan semakin besar perbedaan harga komoditas tersebut di titik produsen dibandingkan harga yang dibayar oleh konsumen. Perbedaan harga inilah yang disebut dengan margin tataniaga. Hal ini dapat dimengerti karena semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat, maka akan semakin banyak pula perlakuan yang diberikan terhadap komoditas tersebut sehingga menimbulkan kenaikan biaya tataniaga. Konsep

(35)

margin ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku di tingkat konsumen yang dinikmati oleh nelayan. Besar kecilnya marjin tataniaga sering digunakan sebagai kriteria untuk penilaian apakah pasar tersebut sudah efisien (Paidi, 2016).

Fisherman’s Share

Sistem pemasaran dapat dikatakan efisien apabila tercapainya kepuasan bagi para produsen dan distributor yang ikut berpengaruh didalamnya seperti nelayan, lembaga pemasaran , hingga ke konsumen akhir. Pengukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar nilai efisien dari setiap aliran tataniaga sebagai indikator untuk menilai kinerja rantai tataniaga dalam penyaluran produk ataupun komoditi yang akan dijual. Untuk mendapatkan efisiensi pasar maka dapat menggunakan analisis margin pemasaran dan fisherman’s share (Rizky, 2018).

Pengukuran kesesuaian (efisiensi) pemasaran maka dilakukan rantai pemasokan aliran 2 atau lebih dan berpihak kepada nelayan. Sementara dalam sudut pandang perusahaan rantai pemasokan aliran 1 merupakan aliran yang memiliki kinerja rantai pasok yang sudah terintegrasi dan terstruktur dengan baik.

Pemasaran dikatakan efisien apabila nilai distribusi margin, keuntungan dan nilai fisherman’s share merata disetiap lembagai rantai pemasaran. Semakin tingginya

nilai fisherman’s share maka semakin besar bagian yang diterima nelayan.

Pemasaran dikatakan efisien apabila nilai fisherman’s share yang diperoleh menunjukkan keberpihakan kepada nelayan lebih tinggi. Fisherman’s share memiliki hubungan negatif dengan margin pemasaran dimana semakin rendah

(36)

margin pemasaran, maka bagian yang diperoleh nelayan semakin tinggi (Elpawati et al., 2014).

Fisherman’s share merupakan bagian yang diterima oleh nelayan dalam

persen. Analisis fisherman’s share dilakukan dengan perbandingan harga ditingkat nelayan dengan harga ditingkat konsumen dalam persen. Suatu komoditi dianggap efisien apabila memiliki nilai presentase bagian yang diterima produsen (fisherman’s share) tinggi. Apabila bagian dari komoditi tersebut yang diterima produsen > 50% maka pemasaran dikatakan efisien, dan bila bagian yang

diterima produsen < 50% berarti pemasaran belum efisien (Triyanti dan Nesyana,2012).

Saluran Pemasaran

Saluran pemasaran adalah suatu proses sosial dan melalui proses itu individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lain. Dengan mengkaji rantai pemasaran kita dapat mengetahui efektivitas pemasaran yang tercapai pada setiap lembaga pemasaran, karena efektivitas tersebut sangat berkaitan erat dengan pendapatan yang diperoleh setiap pelaku pemasaran. Usaha- usaha memperpendek mata rantai pemasaran/tataniaga adalah salah satu jalan membantu petani untuk meningkatkan pendapatannya (Basri, 2014).

Umumnya saluran pemasaran yang terpendek memberikan penerimaan yang besar dan resiko pemasaran kecil bagi produsen. Menurut Kotler (2001) dalam Basri (2014) menyampaikan barang dari produsen ke konsumen, terdapat lima macam saluran pemasaran yaitu:

(37)

1. Arus fisik (physical flow). Saluran pemasaran ini mengisahkan gerakan nyata dari produk fisik, mulai dari bahan mentahnya sampai kepada konsumen terakhir.

2. Arus hak milik (title flow). Saluran pemasaran ini merincikan peralihan hak milik dari badan pemasaran yang satu ke yang lain.

3. Arus pembayaran (payment flow) Saluran pemasaran ini mengisahkan kaum pelanggan membayar melalui lembaga keuangan lainnya ke pihak penyalur, penyalur membayar pihak produsen.

4. Arus informasi (information flow) Saluran pemasaran ini merincikan cara pertukaran informasi di antara berbagai badan dalam rangka saluran pemasaran.

5. Arus tempat (place flow) Saluran pemasaran ini bertujuan dari aliran arus fisik dan hak milik yaitu perpindahan produk dari lokasi produsen sampai ke lokasi konsumen.

Serangkaian kegiatan yang tertuju untuk memindahkan barang atau jasa dari sektor produksi ke sektor konsumsi. Jalur tataniaga tersebut dimulai dari nelayan yang menjual ikan hasil tangkapannya ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

Di TPI, ikan tersebut dibeli oleh pedagang besar atau pengolah atau pengusaha coldstorage. Di daerah nelayan yang jauh dari TPI, umumnya nelayan menjual

ikan kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul ini yang menjualnya ke TPI atau ada yang langsung menjualnya ke pedagang besar atau kepada pengusaha coldstorage atau kepada pengolah cumi-cumi (Purnomo, 2018).

(38)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2020. Pengambilan data dan wawancara berlokasi di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini antara lain adalah penggaris untuk mengukur alat tangkap, laptop untuk mengolah data, kamera digital,alat tulis. Bahan (objek) yang digunakan adalah pelaku pemasaran yang terdiri dari nelayan atau produsen, pedagang pengumpul, tengkulak, pedagang pengecer cumi-cumi (Loligo sp) dan konsumen yang ada di Pantai menganalisis, menggambarkan dan meringkas kegiatan pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) di

(39)

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengambilan sampel yaitu pengambilan sampel pedagang menggunakan teknik stratified random sampling, sedangkan pengambilan sampel nelayan dilakukan dengan snowball samplling.

Penggunaan teknik snowball sampling dilakukan dengan mencari informasi responden nelayan pancing yang diwawancara dari petugas Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kemudian dari responden tersebut diminta untuk memberikan referensi responden lain yang dapat dijadikan responden selanjutnya sesuai jumlah responden yang dibutuhkan. Menurut Septiyani et al (2016), metode pengambilan sampel acak terstratifikasi adalah metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata yang bersangkutan.

Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini dihitung mengunakan rumus.

Menurut Suparmoko (2003) dalam Theresia et al (2013), banyak sampel yang digunakan dalam penelitian dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Dimana:

n = jumlah sampel yang akan diambil N = jumlah populasi sampel

d = kesalahan maksimum yang dapat diterima (0,1) Z = variabel normal standar (1,64)

(40)

P = presentase variance ditetapkan (0,05)

Berdasarkan rumus jumlah sampel yang diambil dapat dilihat pada Tabel1.

Tabel 1. Jumlah sampel yang diambil pada masing-masing Pantai di Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang

No. Responden di

masing-masing Pantai

Populasi (orang) Sampel (orang) 1. Percut Sei Tuan

Nelayan (Pukat Tarik) Tengkulak

Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer

154 10 10 25

12 6 6 8 2. Pantai Labu

Nelayan (Pukat Tarik) Nelayan (Pancing Acar) Tengkulak

Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer

150 148 16 18 13

11 10 7 9 6 Sumber: Hasil Penelitian, 2020

Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah populasi total dan sampel dalam penelitian ini untuk mendapatkan informasi dari setiap saluran tataniaga yang

terkait dalam kegiatan pemasaraan dan distribusi dari hasil tangkapan cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang.

Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data dan Sampling pengambilan data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Pengambilan sampel dengan kualitatif adalah jenis penemuan yang tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Metode ini berlandaskan pada kondisi objek yang alamiah yang dilakukan melalui observasi. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara

Purposive sampling (dilakukan secara nyata) melalui

wawancara/observasi/eksperimen. Penelitian secara kualitatif biasanya dilakukan

(41)

dengan menafsirkan suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti sendiri.

Agar dapat memperoleh hasil dari analisis ini maka ada teknik atau cara yang harus digunakan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling dan mengunakan metode snowball sampling. Selain

itu ada analisis data yang dilakukan yaitu aspek teknis, aspek ekonomi dan aspek pemasaran. Dari beberapa data dan hasil pengambilan sample yang dilakukan maka dapat menjadi penentu keuntungan (margin) dari kegiatan pemasaran.

Subjek dari penelitian ini yaitu para pedagang ikan (produsen/pengecer) sampai kepada konsumen yang ada dalam Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Pada tahap selanjutnya, untuk memperoleh data yang benar-benar valid, peneliti turut melakukan wawancara dengan pedagang dan konsumen tersebut. Sumber data untuk mencari dan mengumpulkan data dalam penelitian ini dan hasil data yang akan diolah yaitu :

1. Sumber data primer, dimana data diambil secara langsung oleh peneliti kepada sumbernya melalui kuisioner dan wawancara secara langsung tanpa ada perantara. Peneliti melakukannya dengan cara wawancara maupun pengamatan langsung di lapangan.

2. Sumber data sekunder, dimana sumber data tidak langsung yang mampu memberikan tambahan serta penguatan terhadap data penelitian. Sumber data ini berupa studi kepustakaan dengan media buku atau media internet untuk mendukung analisis dan pembahan. Selain itu juga pengambilan data dari arsip dan foto dokumentasi pada saat penelitian berlangsung.

(42)

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan melalui 2 aspek yaitu :

Aspek Teknis Nelayan

Metode analisis data berdasarkan aspek teknis ini dilakukan

dengan mengukur alat tangkap dan kapal. Selain itu juga melakukan wawancara kepada nelayan tentang daerah pengoperasian, cara

pengoperasian dan hasil tangkapan dari alat tangkap yang digunakan dalam menangkap cumi-cumi (Loligo sp).

Aspek Ekonomi Nelayan

Aspek ekonomi menganalisis tentang pendapat usaha penangkapan dengan menggunakan alat tangkap jaring. Menurut Lipsey

RG, PN Courant, DD Purpis, PO Steiner (1995) dalam Septiara, et al.(2012), konsep analisis pendapatan usaha adalah sebagai

berikut:

Dimana: keuntungan masing-masing lembaga pemasaran TR = total penerimaan masing-masing lembaga pemasaran TC = total pengeluaran pada lembaga pemasaran

Dengan kriteria usaha sebagai berikut:

1.Penerimaan total > biaya total : usaha menguntungkan 2.Penerimaan total = biaya total : usaha impas

3.Penerimaan total < biaya total : usaha merugikan

(43)

Menurut Sugiarto et al (2002) dalam Riyanti (2010) analisis pendapatan

usaha adalah selisih pendapatan yang diperoleh dari total penerimaan (total revenue) dengan total biaya (total cost) yang dikeluarkan. Analisis ini

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Jika total penerimaan > total biaya

maka usaha dikatakan untung dan layak untuk dilanjutkan. Jika total penerimaan = total biaya maka usaha dikatakan tidak untung dan tidak rugi

(impas). Jika total penerimaan < total biaya maka usaha dikatakan rugi dan tidak layak untuk dilanjutkan.

Lembaga Pemasaran

a) Margin pemasaran Menurut Septiyani et al (2016) untuk menganalisis margin pemasaran dalam penelitian ini, data harga yang digunakan adalah harga di tingkat nelayan dan harga ditingkat lembaga pemasaran, sehingga dalam perhitungan keuntungan (margin) pemasaran digunakan rumus:

Mm = Pe – Pf Dimana:

Mm = margin pemasaran di tingkat nelayan atau petani

Pe = harga di tingkat kelembagaan pemasaran tujuan pemasaran dari nelayan atau petani

Pf = harga di tingkat nelayan atau petani

Keuntungan (margin) pada setiap tingkat lembaga pemasaran dapat dihitung dengan jalan menghitung selisih antara harga jual dengan harga beli pada

(44)

setiap tingkat lembaga pemasaran. Dalam bentuk matematika sederhana dirumuskan:

Mmi = Ps – Pb Dimana:

Mmi = margin pemasaran pada setiap tingkat lembaga pemasaran Ps = harga jual pada setiap tingkat lembaga pemasaran

Pb = harga beli pada setiap tingkat lembaga pemasaran

b) Kesesuaian (efisiensi) pemasaran menurut Septiyani, et al (2016), untuk mengetahui efisiensi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran yang terlibat digunakan rumus:

EP (Efisiensi Pemasaran) =

Di

mana,

Jika EP > 1 berarti tidak efisien Jika EP < 1 berarti efisien

c) Fisherman’s share (Persentase yang diterima oleh nelayan) menurut Setiorini (2008) dalam Septiyani et al (2016), analisis ini digunakan untuk membandingkan harga yang diterima produsen atau nelayan dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir yang biasa disebut dengan fisherman’s share.

Secara matematis, fisherman’s share dapat dirumuskan sebagai berikut:

Fs (Fisherman’s share) = x 100%

Keterangan:

Fs : Persentase yang diterima oleh nelayan Pr : Harga di tingkat konsumen

(45)

Pf : Harga di tingkat nelayan

Analisis Kelayakan Kegiatan Usaha

Metode deskriptif analitis merupakan salah satu metode yang menggunakan jenis data primer yang diperoleh melalui survei dan wawancara dengan nelayan responden. Analisis data mencakup analisis kelayakan finansial.

Metode ini untuk mengevaluasi kelayakan finansial yang dapat digunakan untuk mengetahui kriteria investasi yang penting, yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost ratio, Internal Rate of Return, dan Payback Periods.

Net Present Value (NPV)

NPV dari suatu usaha merupakan nilai sekarang (Net Present Value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. NPV yaitu menunjukan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan cost (biaya). (Pasaribu, 2005). Rumus untuk menghitung NPV adalah :

NPV = Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun ke –t (Rp) Ct = Biaya pada tahun ke – t (Rp) i = Tingkat bunga (%)

n = Umur ekonomis t = 1,2,3,…n

Apabila evaluasi suatu usaha dinyatakan:

1. NPV ≥ 0 dinyatakan layak.

2. Bila NPV = 0, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar social opportunity cost of capital,

(46)

3. dan bila NPV < 0, maka proyek tersebut tidak layak Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio adalah perbandingan antara jumlah NPV positif dengan jumlah NPV negatif. Hal ini menunjukan bahwa besarnya benefit berapa kali besarnya biaya dan investasi untuk memperoleh suatu manfaat.

Rumus untuk menghitung Net B/C adalah:

Net =

Kriteria :

B/C > 1 = usaha layak untuk dilaksanakan, NPV >0 B/C = 1 = usaha layak dalam kondisi break event point B/C < 1 = usaha tidak layak untuk dilaksanakan

Internal Rate of Return(IRR)

IRR merupakan suku bunga maksimal untuk sampai kepada NPV bernilai sama dengan nol, jadi dalam keadaan untung rugi. IRR juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek.

2 1 2)

Keterangan :

i1 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i2 =Tingkat bunga yang menghasilkan NPVnegatif NPV1 = NPV pada tingkat bunga i1

NPV2 = NPV pada tingkat bunga i2

Proyek dikatakan layak jika:

IRR > dari tingkat suku bunga yang berlaku,

(47)

IRR = tingkat bunga yang berlaku maka NPV dari proyek tersebut sama dengan nol.

IRR < dari tingkat bunga yang berlaku maka berarti NPV < 0 berarti proyek tidak layak.

Payback Periods (PP)

Payback Periods merupakan jangka waktu pengembalian modal investasi yang akan dibayarkan melalui keuntungan yang diperoleh suatu usaha.

Semakin cepat waktu pengembalian, semakin baik untuk diusahakan. Adapun rumus untuk menghitung PP adalah sebagai berikut :

PP = Keterangan:

I = Jumlah investasi

Bt = Net benefit rata-rata tiap tahun

(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Produksi Cumi-Cumi (Loligo sp)

Penangkapan secara tradisional tersebar luas di seluruh wilayah nusantara dan di lakukan oleh penduduk terutama yang tinggal di pesisir pantai dengan menggunakan perahu layar. Tetapi, ada pula yang menggunakan perahu motor dengan peralatan yang masih sederhana, misalnya pancing, jala, sero, rawai, dan pukat. Penangkapan secara modern di lakukan oleh pemerintah maupun swasta.

Perlengkapan sudah lebih maju di bandingkan dengan teknik tradisional dengan menggunakan kapal besar dilengkapi dengan mesin pendingin (pengawet) serta pengolahan ikan. Jenis-jenis ikan yang di tangkap adalah Ikan Cakalang, Ikan Tuna, Cumi-Cumi, Ikan Kembung, Ikan Kerapu, Ikan Kakap, Ikan Lemuru (Manullang, 2007).

Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu umumnya ada 5 jenis yaitu jaring insang, pukat ikan, pancing, penggaruk dan perangkap. Namun, alat tangkap yang dipergunakan untuk menangkap cumi-cumi (Loligo sp) dalam jumlah produksi yang besar adalah pancing acar dan pukat tarik (Data Sekunder, 2020).

Total jumlah kapal perikanan yang ada di Pantai Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2019 mencapai 617 unit yang terdiri dari perahu tanpa motor, motor tempel dan kapal motor. Sedangkan untuk daerah Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2019 mencapai 1.203 unit yang terdiri dari perahu tanpa motor dan motor tempel. Dapat dilihat secara rinci pada Tabel 2

(49)

jumlah kapal di Tempat Pelalangan Ikan (TPI) Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 2. Jumlah Kapal Perikanan Tangkap di Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang

No. Pantai Jenis Kapal (Unit) Jumlah (Unit) Perahu

Tanpa Motor

Motor Tempel

Kapal Motor

1. Percut Sei Tuan 96 520 1 617

2. Pantai Labu 55 1.158 - 1.213

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan,2019

Dari Tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah unit kapal terbanyak berada di Pantai Labu yaitu sebanyak 1.213 unit yang terdiri dari perahu tanpa motor dan kapal motor tempel. Hal ini dikarenakan TPI Pantai Labu merupakan TPI yang besar di Kabupaten Deli Serdang. Jumlah unit kapal di Pantai Percut Sei Tuan lebih sedikit yakni 617 unit yang terdiri dari 96 unit perahu tanpa motor, 520 unit motor tempel, dan 1 unit kapal motor.

Produksi hasil produksi perikanan tangkap di Kabupaten Deli Serdang mengalami fluktuasi dan hasil produksi selalu meningkat dalam jangka 5 tahun terakhir dimulai sejak tahun 2015 sampai tahun 2019. Dapat dilihat pada tabel 3.

dan pada tabel 4 dapat dilihat hasil produksi dan nilai produksi dari cumi-cumi (Loligo sp) memiliki hubungan yang erat sehingga jika produksi meningkat maka nilai produksi juga meningkat seiring dengan jumlah produksi dan harga di tingkat pemasaran secara merata.

(50)

Tabel 3. Produksi Hasil Perikanan Tangkap di Kabupaten Deli Serdang No. Tahun Produksi (Kg) 1. 2015 21.987.400 2. 2016 23.866.050 3. 2017 26.187.410 4. 2018 27.610.590 5. 2019 28.096.870 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Deli Serdang,2020

Grafik produksi hasil perikanan tangkap di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4. Grafik Produksi Hasil Perikanan Tangkap di Kabupaten Deli Serdang Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Deli Serdang

Berdasarkan grafik batang diatas dapat dilihat perkembangan produksi hasil tangkapan ikan di Kabupaten Deli Serdang yang dimulai pada tahun 2015 dengan total hasil tangkapan 21.987.400 kg, selanjutnya setiap tahun mengalami peningkatan hingga tahun 2019 total hasil tangkapan mencapai angka 28.096.870 kg. Tetapi pada hasil produksi cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang mengalami penurunan dalam setahun. Setelah dilakukan analisa data hasil produksi pada tahun 2019 dan dapat dilihat pada tabel 4. dan tabel 5. tentang fluktuasi perkembangan produksi dan nilai produksi cumi- cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang.

(51)

Untuk mengetahui perkembangan hasil tangkapan total cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dapat dilihat pada tabel 4. dan tabel 5. untuk

data hasil produksi dan nilai produksi di Pantai Labu Deli Serdang.

Tabel 4. Perkembangan Produksi, Nilai Produksi dan Harga Cumi-Cumi per Bulan pada Tahun 2019 di Percut Sei Tuan

No. Bulan Produksi (kg)

Harga Rata-Rata Produsen (Rp/kg)

Nilai Produksi (Rp)

Harga Rata- Rata Pedagang (Rp/kg)

1. Januari 304 38.000 20.140.000 45.000

2. Februari 330 37.000 21.000.000 47.850

3. Maret 400 35.550 23.750.000 40.000

4. April 432 33.250 23.445.000 39.250

5. Mei 651 30.000 25.350.000 37.655

6. Juni 510 39.000 21.467.142 43.000

7. Juli 720 29.950 21.564.000 32.750

8. Agustus 1250 24.550 30.687.500 31.500

9. September 110 67.560 11.393.250 72.120

10. Oktober 421 38.600 21.572.320 42.950

11. November 375 38.000 20.140.000 42.950

12. Desember 246 45.000 19.547.500 53.650

Sumber : Hasil Penelitian, 2020

Produksi tertinggi tercatat pada bulan Agustus yaitu sebesar 1.250 kg dengan nilai produksi Rp. 30.687.500. Sedangkan produksi terendah pada bulan September dengan jumlah 110 kg dengan nilai produksi Rp. 11.393.250. Harga

cumi-cumi di tingkat produsen tertinggi pada bulan September sebesar Rp 67.560/kg, sedangkan harga terendah pada bulan Agustus Rp 24.550/kg.

Data Perkembangan Produksi, Nilai Produksi dan Harga cumi-cumi (Loligo sp) per Bulan pada Tahun 2019 di Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel 5. produksi cumi-cumi (Loligo sp) mengalami perubahan nilai produksi dan tingkat produksi yang dipengaruhi oleh aspek teknis dan aspek ekonomi.

(52)

Tabel 5. Perkembangan Produksi, Nilai Produksi dan Harga Cumi-Cumi per Bulan pada tahun 2019 di Pantai Labu

Sumber: Pusat Pendaratan Ikan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang, 2019

Produksi terendah terjadi pada bulan September karena pada bulan ini banyak nelayan yang tidak melaut disebabkan oleh fenomena alam seperti ombak,hujan,angin kencang serta tingkat produktivitas atau stok cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang mengalami penurunan stok yang drastis sehingga jumlahnya tidak cukup untuk diperjual belikan. Hal ini dikarenakan apabila melaut maka hasil yang didapat tidak dapat menutupi biaya operasionalnya yang akan menyebabkan kerugian.

Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran cumi-cumi (Loligo sp) di Pantai Percut Sei Tuan dan Pantai Labu Deli Serdang yaitu produsen (nelayan),tengkulak,pedagang pengumpul,pedagang pengecer.

No. Bulan Produksi (kg)

Harga Rata-Rata Produsen (Rp/kg)

Nilai Produksi (Rp)

Harga Rata-Rata Pedagang (Rp/kg)

1. Januari 313 41.650 15.650.000 50.000

2. Februari 321,3 43.550 16.852.500 50.000

3. Maret 375 44.750 19.500.000 52.000

4. April 481 45.250 23.809.500 49.500

5. Mei 739 40.000 34.36.500 46.500

6. Juni 423 42.000 21.150.000 50.000

7. Juli 1.080,5 39.950 49.140.000 45.500

8. Agustus 245 45.000 12.250.000 50.000

9. September 0 0 0 0

10. Oktober 115 43.550 16.050.000 50.000

11. November 337,5 42.700 17.372.350 51.550

12. Desember 118 60.000 8.260.000 70.000

Referensi

Dokumen terkait

Tahap pelaksanaan pembinaan tahfizh sebelum memulai hafalan Al- Qur’an di Yayasan Muslim Hands Indonesia Pondok Pendidikan Anak Yatim terlebih dahulu memenuhi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui variasi genotip dari kerbau lokal Toraja Utara, media ajar sebagai hasil

Pengelolaan usahatani sistem ratun dengan pemupukan ratun setengah dari dosis pada tanaman utama meningkatkan jumlah gabah per malai, jumlah gabah isi dan hasil yang

Tabel Table 6.1.4 Lanjutan [Continued] Golongan Industri Group of Industry Tahun Year Barang yang dihasilkan Value of Goods Produced Tenaga Listrik yang dijual ke-

Sesuai dengan pernyataan tersebut, kultivar MG3 hasil penanaman pada musim kemarau 2012 memiliki brix yang lebih tinggi daripada hasil penanaman musim penghujan 2013... 5

Standar kompetensi yang dikembangkan dalam teaching factory adalah pengetahuan dan keterampilan yang berorientasi pada produk agar sesuai kebutuhan industri sehingga lulusan

Selain itu, karyawan dalam bekerja sering tidak menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan target yang telah diberikan kepada mereka. Hal ini juga menunjukkan kurangnya

pari ini sering tertangkap dengan alat tangkap jaring dasar, karena mereka hidup di dasar perairan yang berpasir. Penentuan kematangan jenis kelamin jantan dapat