• Tidak ada hasil yang ditemukan

. Pengertian Bisnis Ritel

Penjualan eceran dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah retailing. Retailing berarti memotong kembali menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Perdagangan eceran bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Bisnis retail merupakan suatu bisnis menjual barang dan jasa pelayanan yang telah diberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, atau pengguna akhir lainnya. Aktivitas nilai tambah yang ada dalam bisnis retail diantaranya meliputi assortment, breaking bulk, holding inventory, dan providing service (Sopiah dan Syihabudhin, ).

Tipe-tipe pedagang eceran adalah sebagai berikut (Kotler, ): . Store retailer (pedagang eceran bertoko)

a. Toko khusus b. Toko serba ada c. Toko swalayan

d. Toko super, toko gabungan dan hypermarket

e. Toko pemberi potongan harga f. Toko gudang

g. Toko pamer katalog

. Non store retailer (pedagang eceran bukan toko) a. Penjualan langsung

c. Mesin penjaja otomatis d. Pelayanan pembeli

. Retailer organization (organisasi pedagang eceran) a. Mata rantai perusahaan

b. Rantai suka rela dan koperasi pedagang eceran c. Koperasi konsumen

d. Organisasi franchise e. Konglomerat dagang.

. Sekilas Tentang Buah Segar

Novary dalam Rasyid ( : ), menyatakan bahwa istilah hortikultura sendiri berasal dari kata hortus yang berarti kebun dan colare yang berarti membudidayakan. Hortikultura secara harfiah berarti ilmu yang mempelajari pembudidayaan tanaman kebun dan istilah hortikultura telah di kenal di Eropa sejak abad . Buah dan termasuk salah satu tanaman hortikultura di samping sayuran, tanaman hias dan tanaman obat-obatan. Buah segar merupakan salah satu bahan makanan penting serta relatif murah dan cukup tersedia di Indonesia yang memiliki kondisi agroklimat sesuai untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik.

Astawan ( : ) menambahkan bahwa buah segar terdapat kandungan mineral, kalsium, vitamin dan antioksidan. Buah segar pada umumnya kaya akan berbagai jenis mineral, diantaranya kalium (K), kalsium (Ca), Natrium (Na), dan zat besi (Fe). Buah segar yang kaya kalsium adalah buah salak, sawo, jeruk nipis, arbei, nangka, pala dan srikaya.

. Karakteristik Buah Segar

Ahmad ( : - ) menyatakan bahwa karakteristik buah segar dapat terlihat dari penampilan, tekstur, flavour, kandungan gizi, dan keamanan. Karakteristik buah segar tersebut adalah sebagai berikut:

. Penampilan adalah sesuatu yang bisa dilihat langsung dengan mata atau dengan bantuan alat ukur seperti indeks warna, tabel warna dan colorometer.

. Tekstur dapat dirasakan oleh jari tangan atau bantuan alat ukur, dapat dirasakan oleh mulut ketika dimakan (crispiness, juiceness dan mealiness) dan dapat juga ditentukan melalui uji rasa atau pemeriksaan secara kimia. . Flavour merupakan perpaduan unik dari rasa dan aroma yang

mempengaruhi tingkat kesukaan konsumen, dapat diukur melalui analisis kimia (gula, asam, tanin, oksalat dan zat volatil) atau melalui uji organoleptik.

. Kandungan gizi dapat diketahui melalui analisis kimia terhadap kandungan vitamin, karbohidrat, protein, mineral dan lemak.

. Keamanan berkaitan dengan kandungan zat anti gizi seperti asam sianida dan oksalat, kandungan racun yang mungkin terbentuk seperti alfatoxin, mikroba yang bersifat patogen seperti E. Coli yang banyak menyebabkan keracunan makanan dan sisa-sisa pestisida yang masih menempel.

Ahmad ( : ) menyatakan bahwa karakteristik buah segar biasanya dibedakan berdasarkan struktur dinding buah. Klasifikasi berdasarkan dinding buah ini penting bila dikaitkan dengan penanganan pascapanen secara umum,

karena buah dengan karakteristik dinding buah yang mirip akan mempunyai respon yang mirip terhadap perubahan lingkungan. Pada dasarnya, dinding buah terdiri dari tiga komponen yaitu lapisan luar (exocarp atau epicarp), lapisan tengah (mesocarp), dan lapisan dalam (endocarp).

Gunawan ( : ) menyatakan bahwa buah (fructus) merupakan suatu organ yang berasal dari bunga yang menyelubungi biji. Berdasarkan susunan dan asal bagian-bagian yang membentuk buah, maka buah dibedakan menjadi:

. Buah sungguh (buah sejati), buah ini terbentuk dari bakal buah saja. Buah biasanya tidak diselubungi oleh bagian lain yang disebut buah tenjang (fructus nudus).

. Buah semu (fructus spurius), selain bakal buah ikut pula bagian-bagian lain dari bunga mengambil bagian dalam pembentukan buah, bahkan akhirnya dapat merupakan bagian yang utama dari buah tadi. Buah ini diselubungi oleh sesuatu organ, maka disebut dengan buah tertutup (fructus clausus).

. Penggolongan Buah Segar

Ahmad ( : - ) menyatakan bahwa berdasarkan iklim buah digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu: buah klimaterik dan buah non-klimaterik. Penggolongan buah tersebut antara lain:

. Buah klimakterik merupakan buah yang mengalami pematangan terjadi setelah laju respirasi mencapai puncaknya, contoh; markisa, alpukat, pepaya, pisang, nangka, melon, jambu biji, dan apel. Buah klimakterik

biasanya dipanen tua, lalu proses pematangan akan terjadi dengan sendirinya.

. Buah non-klimakterik merupakan buah yang mengalami laju respirasi terus menurun dan tidak mempunyai puncak, contoh; jeruk, nanas, anggur, stroberi, salak dan ketimun. Buah non-klimakterik biasanya dipanen setelah terjadi proses pematangan pada pohon.

Buah digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan sifat alami dari dindingnya. Penggolongannya buah segar berdasarkan sifat alami dari dindingnya antara lain sebagai berikut:

. Berry

Lapisan luar tipis sedangkan lapisan tengah dan lapisan dalamnya menyatu. Kebanyakan buah masuk ke dalam golongan ini.

. Hespiridium

Lapisan luar tebal dan mengandung zat warna, lapisan tengahnya banyak mengandung ruang antar sel, dan lapisan dalamnya terdiri dari jaringan dengan kantong-kantong jus. Buah yang termasuk ke dalam golongan ini adalah buah jeruk, yang mempunyai sel-sel mengandung minyak di bawah kulit. Minyak akan keluar bila kulit mendapat tekanan dan menimbulkan warna coklat pada kulit setelah kering. Hespiribium

. Drupe

Lapisan luar akan terlihat jelas setelah buah matang, lapisan tengah merupakan daging buah, dan lapisan dalam merupakan pelindung yang keras bagi biji. Buah mangga masuk ke dalam golongan ini.

. Pome

Lapisan luar tipis, lapisan tengah merupakan daging buah, dan lapisan dalam seperti kertas yang berfungsi untuk melindungi biji. Buah yang termasuk ke dalam jenis ini adalah apel.

. Pepo

Lapisan luar tebal dan keras, lapisan tengah dan lapisan dalam menyatu membentuk daging buah. Pepo juga merupakan berry termodifikasi, contohnya adalah buah melon. Golongan polong, capsule (durian), achene

(stroberi), dan nut (biji mete), komponen dinding buahnya sukar untuk dibedakan.

. Penanganan Buah Segar Lepas Panen

Zulkarnain ( - ) menyatakan bahwa guna menunggu pemasarannya dan agar kualitasnya dapat dipertahankan tetap tinggi sebelum dipasarkan dan dikonsumsi, maka buah segar disimpan untuk sementara waktu dengan berbagai tindakan perlakuan pascapanen. Penyimpanan hendaknya dilakukan sesingkat mungkin untuk mengurangi resiko yang mungkin timbul pada periode pascapanen, seperti pembusukan dan kontaminasi jasad renik. Sebaiknya dibuat perencanaan waktu pemanenan yang matang guna memperpendek masa

simpan sebelum buah segar tersebut dipasarkan atau dikonsumsi. Perencanaan dan langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

. Penentuan Kelas Produk (Grading)

Produk buah segar adalah komoditas yang sensitif dan mudah rusak dengan resiko kerusakan yang tinggi, terutama sebagai akibat serangan jamur dan bakteri. Penanganan khusus dan cepat sangat diperlukan terhadap produk buah segar yang sudah dipanen agar kualitasnya tetap tinggi. Pengawasan mutu dalam setiap tahapan penanganan pascapanen (seperti pengkelasan, pengemasan, pengankutan dan penyimpanan) juga perlu dilakukan dengan ketat.

. Pengemasan

Pengemasan bermanfaat untuk memberikan perlindungan terhadap produk yang akan dipasarkan, mempermudah penanganan (tidak repot), menambah nilai ekonomi, dan meningkatkan daya tarik. Wadah kemasan hendaknya tidak terlalu berat, tidak banyak ruang terbuang, namun kekar/ kuat (tidak menimbulkan lecetan-lecetan pada produk buah segar didalamnya bila kemasan tersebut ditumpuk). Bahan yang digunakan sebagai kemasan memiliki sifat keporian (poreus) yang baik untuk mendukung pertukaran udara yang lancar. Peningkatan suhu dan kelembaban akibat respirasi produk didalam kemasan dapat ditekan, agar memperkecil timbulnya penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan.

. Pengangkutan

Pemasaran produk buah segar sangat tergantung pada kelancaran angkutan, karena tempat di mana produk dihasilkan dan tempat di mana produk dipasarkan biasanya tidak berdekatan, sedangkan produk tersebut harus sampai ke tangan konsumen dalam keadaan segar.

. Penyimpanan

Metode penyimpanan yang digunakan sangat bergantung pada jenis produk, kegunaan dan waktu. Patokannya adalah produk tersebut harus masih dapat diterima oleh konsumen (dalam pengertian mutu, kondisi, dan penampakan yang memenuhi selera) sesudah penyimpanan selama periode waktu tertentu.

. Perlakuan-Perlakuan Pascapanen untuk Mempertahankan Mutu

Kerusakan produk buah segar sebagai akibat proses pematangan yang cepat merupakan salah satu permasalahan lepas panen yang perlu mendapat perhatian serius. Dua metode di bawah ini adalah perlakuan pascapanen produk buah segar yang diberikan untuk mempertahankan mutu.

a. Penyimpanan suhu rendah

Produk buah segar disimpan di dalam kotak yang terbuat dari kayu, kardus atau steoroform (tergantung pada jenis produknya). Penyimpanan suhu rendah pada produk-produk seperti jeruk dan apel dapat bertahan - bulan dari saat pemetikan. Hal tersebut mengakibatkan buah segar seperti apel dan jeruk dapat tersedia di

pasaran sepanjang tahun, seakan-akan buah segar ini tidak mengenal musim.

b. Pelapisan lilin

Kehilangan air dan substrat akibat transpirasi tidak dapat diganti dengan cara apapun juga. Laju transpirasi dapat ditekan bila pori-pori pada permukaan produk ditutup menggunakan lilin, sehingga produk tersebut tidak cepat keriput akibat terlalu banyak kehilangan air. Pelapisan dengan emulsi lilin dapat dibarengi dengan perlakuan bakterisida ataupun fungisida untuk mencegah serangan bakteri dan cendawan. Beberapa jenis lilin yang dapat digunakan, diantaranya adalah lilin lebah dan lilin carnauba. Pengaruh lilin tersebut harus mampu menahen laju transpirasi dan mempertahankan keadaan produk agar tetap dalam kondisi puncak sehingga dapat diterima oleh konsumen.

. Manajemen Operasi

Manajemen operasi berkaitan dengan produksi barang dan jasa. Manajemen juga dapat diartikan sebagai pengawasan barang dan jasa atau pengelolaan sistem transformasi yang mengubah masukan menjadi barang dan jasa (Ishak, : ).

Tampubolon ( ) menyatakan bahwa manajemen operasi adalah perencanaan persediaan. Fungsi manajemen operasi tersebut adalah dengan kreativitas yang tinggi dapat menciptakan pertambahan nilai (value added) pada

input, serta melakukan inspeksi yang akurat pada proses konversi (quality assurance).

. Manajemen Persediaan

Achun ( ) menyatakan bahwa persediaan adalah barang yang dimiliki untuk dijual atau untuk diproses selanjutnya dijual. Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi (siap untuk dijual).

Indrajit dan Djokopranoto ( : - ) mendefinisikan manajemen persediaan (inventory management) atau pengendalian tingkat persediaan adalah kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penentuan kebutuhan produk, sehingga kebutuhan produk dapat dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak investasi persediaan produk dapat ditekan secara optimal. Pengendalian tingkat persediaan bertujuan mencapai efisiensi dan efektivitas optimal dalam penyediaan produk. Usaha yang perlu dilakukan dalam manajemen persediaan secara garis besar dapat diperinci adalah sebagai berikut:

. Menjamin terpenuhinya kebutuhan produk; . Membatasi nilai seluruh investasi;

. Membatasi jenis dan jumlah produk;

. Memanfaatkan seoptimal mungkin produk yang ada.

Penanganan persediaan barang haruslah dianut prinsip pengelolaan persediaan, yakni penentuan jumlah dan jenis barang yang disimpan dalam

persediaan haruslah sedemikian rupa sehingga operasi perusahaan tidak terganggu. Biaya investasi yang timbul harus dijaga agar penyediaan barang yang keluarkan menjadi seminimal mungkin. Prinsip tersebut memang selaras dengan prinsip ekonomi, yakni menghasilkan keluaran tertentu dengan biaya seminimal mungkin, atau dengan biaya tertentu menghasilkan keluaran semaksimal mungkin.

Zulfikarijah ( : ) mendefinisikan persediaan sebagai stock bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi operasi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Jenis persediaan meliputi; bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. Definisi tersebut mengacu pada proses transformasi operasi, sehingga dapat dijelaskan proses aliran bahan dengan persediaan bahan menunggu memasuki proses produksi. Persediaan dalam proses merupakan tahap menengah pada transformasi dan persediaan barang jadi siap melengkapi tranformasi dalam sistem produksi.

Persediaan juga dapat diartikan sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual suatu periode usaha yang normal, atau persediaan barang yang masih dalam pengerjaan, proses produksi dan persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Assauri, : - ). Istilah (terminologi) persediaan dapat digunakan dalam beberapa perbedaan seperti:

. Persediaan bahan baku di tangan (stock on hand) . Daftar persediaan secara fisik

. Nilai persediaan barang.

Zulfikarijah ( ), Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus diisi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat.

Sistem dan model persediaan bertujuan meminimalkan biaya total melalui penentuan apa, berapa dan kapan pesanan dilakukan secara optimal. Handoko ( - ), menguraikan jenis-jenis persediaan dibedakan atas :

. Persediaan bahan mentah (raw materials) yaitu persediaan barang-barang yang berwujud seperti baja, kayu dan komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya. Contoh persediaan bahan mentah antara lain benang diolah menjadi kain atau kaos, kertas untuk percetakan atau kertas dijual sendiri berupa kertas dan lain-lain. . Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/component)

yaitu persediaan barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain di mana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk. Contoh persediaan komponen rakitan pabrik mobil, dalam hal ini bagian-bagian (parts) dari mobil tersebut tidak diproduksi

pabrik mobil tetapi diproduksi oleh perusahaan lain kemudian oleh pabrik mobil dirakit menjadi mobil.

. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies) yaitu persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi tetapi bukan merupakan komponen jadi. Contoh persediaan bahan pembantu; minyak solar dan minyak pelumas hanya merupakan bahan pembantu.

. Persediaan barang dalam proses (work in process) yaitu persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

. Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual. Zulfikarijah ( ) menyatakan bahwa usaha yang perlu dilakukan untuk pengendalian persediaan dalam perusahaan jasa adalah:

. Kebijakan persediaan swalayan. Swalayan harus memiliki bagian yang bertugas mengidentifikasi item persediaan, perusahaan pemasok dan biaya setiap item.

. Perusahaan jasa berhubungan dengan beberapa distributor atau merupakan perusahaan waralaba. Perusahaan akan menyediakan berbagai jenis barang yang dibutuhkan oleh konsumen agar semua pelanggan dapat dilayani. Perusahaan menggunakan komputer yang akan memberikan identifikasi jenis, ukuran, dan dan kemanfaatan untuk memudahkan menghitung jumlah persediaan yang tersedia.

. . Fungsi-Fungsi Persediaan

Handoko ( : ) menyatakan bahwa efensiensi operasional suatu organisasi dapat ditingkatkan karena berbagai fungsi penting persediaan. Pertama, harus diingat bahwa persediaan adalah sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Persediaan ini mungkin tetap tinggal di ruang penyimpanan, gudang, pabrik, atau toko-toko pengecer. Fungsi-fungsi persediaan tersebut adalah sebagai berikut:

. Fungsi “Decoupling”

Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai “kebebasan” (independence). Persediaan “decouples” ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier.

Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan terjaga “kebebasan”nya. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para langganan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut

. Fungsi “Economic Lot Sizing”

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit. Persediaan “lot size” ini perlu mempertimbangkan “penghematan-penghematan” (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, resiko, dan sebagainya).

. Fungsi Antisipasi

Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Hal ini perusahaan dapat mengadakan persediaan musiman

(seasonal inventories).

Perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode persamaan kembali, sehingga memerlukan kuantitas persediaan ekstra yang sering disebut persediaan pengaman (safety inventories). Persediaan pengaman merupakan pelengkap fungsi “decoupling” yang telah diuraikan diatas. Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.

. . Tujuan Persediaan

Tujuan manajemen persediaan adalah untuk menyediakan jumlah persediaan yang tepat, lead time yang tepat dan biaya rendah. Biaya persediaan merupakan keseluruhan biaya operasi dan sistem persediaan. Perusahaan perlu

mengadakan analisis untuk menentukan tingkat persediaan yang dapat meminimumkan biaya atau paling ekonomis (Yamit, ).

Tujuan dari manajemen persediaan adalah memiliki persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat dan dengan biaya yang rendah. Divisi yang berbeda akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda (Ishak,

). Tujuannya dari pengendalian tersebut adalah sebagai berikut:

. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.

. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order

produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk mengurangi set up mesin). Produk juga menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak tertanggu karena kekurangan bahan.

. Pembelian (purchasing), dalam rangka efisiensi, juga menginginkan persamaan produksi yang besar dalam jumlah sedikit dari pesanan yang kecil dalam jumlah yang banyak. Pembelian juga ingin ada persediaan sebagai pembatas kenaikan harga dan kekurangan produk.

. Keuangan (finance) menginginkan minimisasi semua bentuk investasi persediaan karena biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada perhitungan pengembalian aset (return of asset) perusahaan.

. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan PHK tidak perlu dilakukan.

. Rekayasa (engineering) menginginkan persediaan minimal untuk mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa/engineering.

. . Biaya-Biaya Persediaan

Kebanyakan model-model persediaan menjadikan biaya sebagai parameter dalam mengambil keputusan. Biaya-biaya persediaan secara umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Ishak, - ):

. Biaya pembelian (Purchasing cost = c)

Biaya pembelian (purchasing cost) dari suatu item adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal dari sumber-sumber eksternal, atau biaya produksi per unit bila item tersebut berasal dari internal atau diproduksi sendiri oleh perusahaan.

. Biaya pengadaan (Procurement cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal-usul barang, yaitu biaya pemesanan (ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya pembuatan (set up cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.

a. Biaya pemesanan (ordering cost = k)

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini pada umumnya meliputi, antara lain:

) Pemrosesan pesanan ) Biaya ekspedisi

) Pengeluaran surat menyurat, foto kopi dan perlengkapan administrasi lainnya

) Biaya pengepakan dan penimbangan ) Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan ) Biaya pengiriman ke gudang, dan seterusnya.

Biaya per pesanan tidak naik bila kuantitas pesanan berubah, tetapi bila semakin banyak item yang dipesan setiap kali pemesanan, maka jumlah pemesanan per periode akan turun. Hal tersebut mengakibatkan biaya pemesanan total akan turun.

b. Biaya pembuatan (Set up cost = k)

Ongkos pembuatan adalah semua pengeluaran yang ditimbulkan untuk persiapan memproduksi barang. Ongkos ini biasanya timbul di dalam pabrik, yang meliputi ongkos menyetel mesin, ongkos mempersiapkan gambar benda kerja, dan sebagainya.

. Biaya penyimpanan (holding cost = h)

Biaya penyimpanan (holding cost) merupakan biaya yang timbul akibat disimpannya suatu item. Biaya penyimpanan terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang temasuk sebagai bagian Biaya-biaya penyimpanan adalah:

a. Biaya memiliki persediaan (biaya modal)

Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, di mana modal perusahaan mempunyai ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai presentasi nilai persediaan untuk periode tertentu.

b. Biaya gudang

Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresi.

c. Biaya kerusakan dan penyusutan

Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya di ukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.

d. Biaya kadaluarsa (Absolence)

Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.

Dokumen terkait