• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam dokumen April 2019, Pukul WIB) (Halaman 38-42)

Seiring dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dunia serta makin terbatasnya sumber daya alam (SDA) yang menopang kebutuhan manusia, perekonomian global menghadapi tantangan yang semakin berat pula. Ancaman terhadap kapasitas dan kualitas SDA terus meningkat di seluruh dunia. Pola dan perilaku produksi dalam industri turut berperan dalam mendorong hal tersebut. Indonesia pun tidak dapat menghindar dari kondisi tersebut.

Pada saat yang sama, teknologi informasi dan komunikasi telah berkembang pesat dalam beberapa dasarwarsa terakhir.

Kegiatan ekonomi kreatif ini merupakan upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Di dalam negeri, ekonomi kreatif telah menyumbang sekitar 7-8 persen dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Tiga tahun ke depan, kontribusi ekonomi kreatif bagi perekonomian nasional ini diharapkan dapat ditingkatkan menjadi 12 persen. Tentunya, perlu kerja keras dan sinergi yang baik dari seluruh pelaku ekonomi kreatif di pusat dan daerah untuk mewujudkan target tersebut.

Untuk tahun-tahun mendatang, ekonomi kreatif akan menjadi pilar perekonomian Indonesia di masa yang akan datang.

Pemerintah Indonesia juga menggarisbawahi bahwa perlu lompatan dari perekonomian yang sebelumnya mengandalkan sumber daya alam, mengandalkan pertanian, mengandalkan industri, mengandalkan teknologi informasi, menjadi perekonomian yang digerakkan oleh industri kreatif. Untuk itu saat ini kita perlu mengambil risiko inovasi dan adopsi cepat. Kita perlu meloncat ke dalam petualangan untuk menciptakan kesuksesan masa depan kita, dengan berbasis ekonomi kreatif.

Potensi kreatif itu harus didorong agar dapat menjadi daya ungkit

utama bagi perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peluang yang dimiliki oleh sektor ekonomi kreatif masih sangat terbuka. Bangsa ini memiliki potensi besar untuk melakukan transformasi di sektor tersebut. Inovasi dan kreativitas bisa menawarkan pekerjaan baru, yang berarti mengurangi pengangguran, meningkatkan peluang ekspor, yang kemudian berujung pada meningkatnya kontribusi bagi perekonomian nasional.

Era ekonomi baru telah dimulai tahun 1990an, di mana terjadi intensifikasi informasi dan kreatifitas yang populer dengan sebutan ekonomi kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut dengan industri kreatif. Ekonomi Kreatif merupakan upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2008).

Dari berbagai keanekaragaman potensi ekonomi kreatif di Indonesia, pemerintah membagi ekonomi kreatif dalam 16 subsektor, yaitu kuliner; arsitektur; desain produk; desain interior;

desain komunikasi visual; film, animasi dan video; musik; fesyen;

seni pertunjukan; games dan aplikasi; kriya; radio dan televisi;

seni rupa; periklanan; fotografi; serta penerbitan. Ekonomi kreatif di Indonesia memiliki peran yang patut diperhitungkan dalam perekonomian nasional. Selama periode 2010-2014 rata-rata sumbangannya mencapai 7,1% terhadap PDB Indonesia. Meski kontribusinya masih lebih rendah dibandingkan dengan sektor pertanian, industri pengelolahan, perdagangan dan restoran, ataupun sektor jasa, sumbangan dari ekonomi kreatif telah melebihi sektor pertambangan dan penggalian, keuangan, serta pengangkutan. Nilai tambah dari sektor ekonomi kreatif meningkat setiap tahunnya.

Menurut Badan Pusat Statistik, nilai tambah yang dihasilkan dari sektor ini tak kurang dari Rp 716,7 triliun pada

tahun 2014. Angka pertumbuhannya pun mencapai 5,81% dan mengungguli pertumbuhan sektor listrik, gas, dan air bersih;

pertambangan dan penggalian; pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan; jasa-jasa; dan industri pengolohan. Pada tahun 2014, tak kurang dari 12 juta orang tenaga kerja terserap dalam usaha industri kreatif. Peran ekonomi kreatif patut semakin diperhitungkan karena sektor ini mampu menyerap angkatan kerja lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan penyerapan tenaga kerja nasional. Sementara itu, pada tahun 2013, penyerapan tenaga kerja di sektor ini mencapai 0,63%. Di saat yang sama, penyerapan tenaga kerja secara nasional justru mengalami perlambatan sebesar 0,01%.

Meski tergolong baru, ekonomi kreatif mengalami perkembangan yang cukup pesat. Di sisi lain kendala yang dihadapinya pun tidak sedikit karena aktor yang terlibat di dalamnya seringkali kurang terkoneksi satu sama lain. Kolaborasi yang terjalin di antara mereka juga kurang kuat dan produktif.

Oleh karena itu perlu pemetaan ekonomi kreatif dengan melibatkan seluruh aktor yang berperan di dalamnya. Termasuk pula memetakan potensi dan kendala yang dihadapi selama ini.

Hal itu menjadi titik tolak untuk pengambilan kebijakan strategis dan menyeluruh.

METODOLOGI

Peneitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian kuaitatif dilakukan untuk menggali informasi mendalam mengenai berbagai aspek terkait dengan strategi komunikasi pemasaran produk industri kreatif pada masyarakat situs Banten lama menuju pengembangan eko wisata.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penyelenggaraan FGD dan melaksanakan interview dengan

beberapa narasumber yang merepresentasikan stakeholder industri kreatif dan pengelolaan situs Banten lama.

Penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif deskriptif dengan metode studi kasus (case study). Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber. Penelitian studi kasus akan kurang kedalamannya bilamana hanya dipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh gambaran umum tentang kasus tersebut.

Sebaliknya studi kasus akan kehilangan artinya kalau hanya ditujukan sekedar untuk memperoleh gambaran umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam.

Dalam prosesnya, penggalian informasi ini akan bersifat explorative dan descriptive. Data diperoleh dengan cara FDG dan interview. Narasumber yang dimintai keterangan pada saat melakukan Focus Group Discussion (FGD), diantaranya:

1. H.E. Mulya Syarief, selaku Pengusaha Banten;

2. Toto Suharto ST. Radik, selaku seniman di wilayah Propinsi Banten;

3. Ardianto, mewakili Dinas Pariwisata Propinsi Banten 4. H. Mustofa, selaku pelaku usaha indutri kayu di Karangantu 5. 3 orang masyarakat setempat.

Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Sumber data selain FGD dan wawancara, peneliti juga melakukan Observasi. Teknik Keabsahahan Data Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

Dalam dokumen April 2019, Pukul WIB) (Halaman 38-42)

Dokumen terkait