• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. Aturan-aturan dari Pemerintah

1.2. Tinjauan Pustaka

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 04 Tahun 2012, Pasar adalah tempat pertemuan antara pedagang dan pembeli barang maupun jasa yang diberi batas tertentu dan terdiri atas halaman/pelataran, bangunan berbentuk losd, bale-bale, dan atau kios dan bentuk lainnya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pedagang2. Sedangkan Pasar Daerah adalah Pasar Umum, Pasar Hewan, dan Pasar Ikan yang dikuasai oleh Pemerintah Daerah. Pasar dapat pula diartikan sebagai pusat pertemuan dari masyarakat pedesaan yang berada disekitarnya.

Interaksi sesama warga pedesaan di pasar tersebut diikuti pula dengan tukar-menukar benda-benda hasil produksi bahkan pertukaran informasi tentang berbagai pengalaman diantara sesama mereka.Losd adalah sebuah bangunan tetap di dalam pasar yang sifatnya terbuka dan tanpa dinding keliling yang digunakan untuk berjualan. Bale-bale adalah bangunan tetap dalam bentuk petak yang tidak berdinding keliling, tidak berpintu, dan mempunyai atap yang dipergunakan untuk berjualan. Kios adalah sebuah bangunan tetap dalam bentuk petak yang berdinding keliling dan berpintu, yang dipergunakan untuk berjualan.

Pasar tradisional adalah pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat tradisional dan ditandai dengan adanya pembeli serta penjual yang bertemu secara langsung. Proses jual-beli biasanya melalui proses tawar-menawar harga, dan

2

Salah satu bagian dalam Perda diatas yang mengatur tentang Retribusi Pelayanan Pasar, terdapat pada pasal 36 yang menyatakan bahwa Objek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar tradisional/sederhana, berupa halaman/pelataran, losd, bale-bale, kios, dan bentuk lainnya yang merupakan sarana/prasarana pasar yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang, dan pasal 37 ayat (1) yang menyatakan Subjek Retribusi Pelayanan Pasar adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa pelayanan fasilitas pasar dalam wilayah pasar, dan ayat (2) yang menyatakan Wajib Retribusi Pelayanan

harga yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap, dalam arti lain masih dapat ditawar, hal ini sangat berbeda dengan pasar modern. Umumnya pasar tradisional menyediakan bahan-bahan pokok serta keperluan rumah tangga.

Lokasi pasar tradisional dapat berada di tempat yang terbuka atau bahkan di pinggir jalan. Salah satu ciri khas pasar tradisional beberapa diantaranya menggunakan tenda-tenda tempat penjual memasarkan dagangannya, serta pembeli yang berjalan hilir-mudik untuk memilih dan menawar harga barang yang akan dibelinya.

Sedangkan yang dimaksud pedagang adalah individu atau sekelompok individu yang menjual produk atau barang kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengkategorian pedagang dapat dibedakan atas :

 Pedagang Profesional; yaitu pedagang yang menganggap aktivitas perdagangan dan pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga, dapat berupa pedagang distributor, pedagang petani, atau pedagang eceran.

 Pedagang Semi Profesional; yaitu pedagang yang mengakui aktivitasnya untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.  Pedagang Subsistensi; yaitu merupakan pedagang yang menjual

produk atau barang yang dari hasil aktivitas subsistensi untuk memenuhi ekonomi rumah tangga.

 Pedagang Semu; yaitu orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau mendapatkan suasana baru atau mengisi waktu

sebagai sarana untuk memperoleh uang, malahan mungkin saja sebaliknya (akan memperoleh kerugian dalam berdagang).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, regulasi diartikan sebagai sebuah peraturan3. Secara lebih lengkap, regulasi merupakan cara untuk mengendalikan manusia atau masyarakat dengan suatu aturan atau pembatasan tertentu. Penerapan regulasi bisa dilakukan dengan berbagai macam bentuk, yakni pembatasan hukum yang diberikan oleh pemerintah, regulasi oleh suatu perusahaan, dan sebagainya.

Regulasi merupakan sebuah istilah yang bisa dipakai dalam segala bidang. Pengertiannya yang cukup luas membuat istilah ini mampu mewakili semua segi ilmu. Dalam hal ini, penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah daerah dalam membuat suatu kebijakan yang menyangkut regulasi di Pajak Buah Berastagi. Selain itu dalam pelaksanaannya, apakah terdapat aturan-aturan diluar kebijakan dari pemerintah, yang juga menyangkut terhadap aktivitas sehari-hari di Pajak Buah Berastagi.

Pengertian transaksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah persetujuan jual-beli dalam perdagangan antara pihak pembeli dan pedagang. Sedangkan pengertian transaksi menurut Sunarto Zulkifli dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Akuntansi Perbankan Syariah menyatakan bahwa secara umum transaksi dapat diartikan sebagai kejadian ekonomi atau keuangan yang melibatkan paling tidak dua pihak (seseorang dengan seseorang atau beberapa orang lainnya) yang saling melakukan pertukaran, melibatkan diri dalam

3Pengertian regulasi menurut para ahli pun ikut beragam, menyesuaikan bidang dan segi ilmu yang hendak dikaji. Regulasi seringkali dikaitkan dengan suatu peraturan dalam kehidupan. Peraturan

perserikatan usaha, pinjam-meminjam atas dasar sama-sama suka ataupun atas dasar suatu ketetapan hukum atau syariah yang berlaku.

Dalam hal ini, bentuk transaksi yang akan dilihat adalah berbagai aturan atau kesepakatan yang dicapai oleh aktor-aktor yang terlibat, sehingga nantinya akan melahirkan transaksi jual-beli diantara pedagang dan pembeli di Pajak Buah Berastagi.

Hukum yang hidup diartikan dari perilaku yang nyata dari warga masyarakatnya. Hukum yang hidup digunakan sebagai aturan. Artinya adalah aturan-aturan yang menguasai kelakuan para anggota masyarakatnya seperti yang tercermin dalam kelakuan yang nyata dan yang dirasakan keharusannya, berhubung itulah cara berlaku yang paling efisien.

Hukum mendorong warga masyarakat agar berperilaku tidak menyimpang, karena adanya ancaman yang digunakan berupa paksaan. Sebenarnya warga masyarakat tidak menyadari adanya ancaman, secara otomatis berlaku menurut apa yang dituntut oleh norma sosial dan hukum. Ketaatan yang agak otomatis itu berlangsung akibat proses internalisasi dari norma yaitu proses pengasuhan sehingga seseorang menerima norma-norma sosial dan nilai budaya yang mendasarinya.

Suatu proses dapat diidentifikasikan melalui proses yang dimulai dengan mengajarkan nilai-nilai atau lebih konkritnya mengajarkan norma-norma sosial dengan menghimbau pada motivasi-motivasi supaya berbagai nilai dan norma itu dapat diterima, diinternalisasikan sehingga menjadi bahagian dari kepribadian dan dari perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan oleh masyarakat atau kelompok

Naomi Quinn dalam Hukum dan Kemajemukan Budaya menyebutkan Antropologi Hukum menganalisis bagaimana aturan hukum beroperasi di dalam kehidupan sosial atau bagaimana hukum lokal berinteraksi dengan hukum negara. Dengan demikian, diharapkan dengan menggunakan analisis Antropologi Hukum, penelitian ini dapat mengungkapkan bagaimana aturan hukum yang berlaku dalam transaksi di Pajak Buah Berastagi dan bagaimana para pedagang buah yang ada disana dapat mematuhinya, serta kegiatan penjualan buah yang rutin berlangusng disana.

Berdasarkan hal ini dapat terlihat bahwa kegiatan transaksi jual-beli sebagai bidang sosial semi otonom yang diperankan oleh aktor-aktor yang terlibat di Pajak Buah Berastagi menggunakan dua hukum dalam kegiatan transaksinya. Hukum yang mereka gunakan yakni berupa aturan-aturan, norma-norma yang hanya dapat dipahami dan disepakati bersama diantara mereka yang terlibat. Sedangkan hukum yang lainnya adalah hukum yang berasal dari pemerintah, yakni berupa Peraturan Daerah Nomor 04 Tahun 2012Kabupaten Karo tentang Retribusi Jasa Umum.

Dokumen terkait