• Tidak ada hasil yang ditemukan

YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL AMPAS KURMA BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal

Klasifikasi ternak domba menurut Ensminger (2002), yaitu: Kingdom : Animalia

Fillum : Chordata (hewan bertulang belakang) Kelas : Mamalia (hewan menyusui)

Ordo : Artiodactyla (hewan berkuku genap) Famili : Bovidae (hewan memamah biak) Genus : Ovis

Spesies : Ovis aries

Ternak domba yang dipelihara oleh masyarakat Indonesia umumnya merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang memiliki tingkat daya adaptasi yang baik pada iklim tropis dan beranak sepanjang tahun. Sumoprastowo (1987), mengatakan bahwa domba lokal mempunyai perdagingan yang sedikit dan disebut juga domba kampung atau domba negeri. Domba lokal memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, lambat dewasa, hasil karkas relatif sedikit, warna bulu tidak seragam dari bercak putih, coklat, hitam atau warna polos putih dan hitam (Sudarmono dan Sugeng, 2008; Tiesnamurti, 1992). Bobot badan dewasa dapat mencapai 30-40 kg pada jantan dan betina 20-25 kg dengan persentase karkas 44-49%. (Tiesnamurti, 1992). Ekor domba lokal umumnya pendek, bentuk tipis dan tidak menimbulkan timbunan lemak.

Indonesia memiliki dua tipe domba yang paling menonjol yaitu domba ekor tipis (DET) dan domba ekor gemuk (DEG). Asal-usul domba ini tidak diketahui secara pasti, namun diduga DET berasal dari India dan DEG berasal dari Asia Barat (Williamson dan Payne, 1993). Domba ekor tipis merupakan domba asli Indonesia yang dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung (Sumoprastowo, 1987). Penyebaran domba ekor tipis banyak terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Penggemukan Domba

Penggemukan saat ini telah banyak dilakukan oleh peternak maupun pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar dalam bentuk pertambahan bobot badan.

4 Istilah penggemukan berasal dari kata fattening yang berarti pembentukan lemak, dan istilah tersebut dewasa ini tidak sesuai lagi karena sistem produksi dan selera konsumen yang berubah. Hewan yang dipotong semakin muda, sehingga dagingnya semakin empuk. Tujuan program penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya saja. Bila ternak yang digunakan belum dewasa, maka program tersebut sifatnya adalah membesarkan sambil menggemukan atau memperbaiki kualitas karkas (Parakkasi, 1999).

Sistem pemeliharaan yang dilakukan dalam penggemukan dewasa ini yaitu secara intensif. Sistem pemeliharaan secara intensif merupakan pemeliharaan ternak dalam tempat yang terkurung dan makanan dibawa ke ternak (Parakkasi, 1999). Sistem pemeliharaan secara intensif dapat memperbaiki pertambahan bobot badan harian karena pemberian pakan yang cukup sesuai dengan kebutuhan domba. Menurut Mathius (1998), pemeliharaan secara intensif dengan cara ternak domba dikandangkan penuh, sehingga dapat menghemat energi dan dapat dimanfaatkan penuh untuk produksi daging.

Pertumbuhan Domba

Pertumbuhan murni mencakup perubahan-perubahan dalam bentuk dan berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging, tulang, jantung, otak, dan semua jaringan tubuh lainnya (kecuali jaringan lemak) dan alat-alat tubuh. Pertumbuhan murni dilihat dari sudut kimiawinya merupakan pertambahan protein dan zat-zat mineral yang ditimbun dalam tubuh. Pertambahan berat akibat penimbunan lemak atau penimbunan air bukan merupakan pertumbuhan murni (Anggorodi, 1990).

Domba mengalami proses pertumbuhan yang pada awalnya berlangsung lambat kemudian semakin lama meningkat lebih cepat sampai domba berumur 4-3 bulan. Namun, pertumbuhan tersebut akhirnya kembali lambat pada saat domba mendekati kedewasaan tubuh (Sudarmono dan Sugeng, 2008). Pertumbuhan umumnya diukur dengan berat dan tinggi. Domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur satu tahun dan 25% lagi setelah enam bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan dengan pakan yang sesuai dengan kebutuhannya.

Tingkat pertumbuhan domba berkisar antara 20-200 gram/ekor/hari. Faktor- faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan domba antara lain tingkat pakan, genetik, jenis kelamin, kesehatan, dan manajemen (Gatenby, 1991). Pertumbuhan

5 kambing dan domba adalah suatu hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain keturunan dan lingkungan. Faktor keturunan lebih membatasi kemungkinan pertumbuhan dan besarnya tubuh yang dicapai. Faktor lingkungan seperti iklim, pakan, pencegahan atau pemberantasan penyakit serta tata laksana akan menentukan tingkat pertumbuhan dalam pencapaian dewasa. Maynard dan Loosli (1979), menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan tergantung dari spesies, jenis kelamin, umur dan keseimbangan zat-zat nutrisi dalam pakan.

Kebutuhan Nutrien Domba

Produktivitas ternak dapat ditentukan melalui faktor bahan makanan yang meliputi jumlah dan kualitas pakan. Kebutuhan nutrien setiap ternak bervariasi antar jenis dan umur fisiologis ternak. Kebutuhan nutrisi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, tingkat produksi, keadaan lingkungan, dan aktivitas fisik ternak (Haryanto, 1992). Kebutuhan nutrien ternak dapat dikelompokkan menjadi komponen utama yaitu energi, protein, mineral dan vitamin. Zat-zat makanan tersebut berasal dari pakan yang dikonsumsi oleh ternak.

Energi

Energi adalah kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan dan berbagai bentuk kegiatan. Anggorodi (1990) menyatakan bahwa energi adalah salah satu komponen yang penting dalam pakan untuk pertumbuhan. Energi ini akan digunakan untuk hidup pokok, pertumbuhan, gerak otot dan sintesa jaringan baru. Domba membutuhkan energi untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi. Kebutuhan hidup pokok menurut Siregar (1996) adalah kebutuhan zat-zat nutrisi untuk memenuhi proses hidup saja seperti menjaga fungsi tubuh tanpa adanya suatu kegiatan dan produksi. Sedangkan kebutuhan produksi adalah kebutuhan zat nutrisi untuk pertumbuhan, kebuntingan, produksi susu dan kerja.

Jumlah energi yang tersedia tersebut tergantung pada konsumsi pakan dan banyaknya jumlah yang hilang selama pencernaan dan metabolisme. Jika konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan untuk hidup pokok, domba akan mengalami penurunan bobot tubuh karena penggunaan jaringan tubuh untuk mempertahankan hidup. Sedangkan konsumsi yang berlebihan akan mengarah pada produksi lemak tubuh yang lebih tinggi (Haryanto, 1992). Penentuan kriteria yang umum adalah

6 dalam bentuk energi bruto (GE), energi dapat dicerna (DE), energi metabolis (ME), energi netto (NE) dan jumlah zat-zat yang dapat dicerna (TDN) (Anggorodi, 1990). Tidak semua energi dikeluarkan melalui feses, urin dan gas metan. Menurut NRC (1985), kebutuhan energi pada ternak domba dipengaruhi oleh umur, ukuran tubuh, jenis kelamin, pertumbuhan, kelembaban dan cuaca juga berpengaruh terhadap kebutuhan energi.

Total Digestible Nutrient (TDN) merupakan nilai yang menunjukkan jumlah dari zat-zat makanan yang dapat dicerna oleh hewan. Zat-zat makanan organik yang dapat dicerna adalah protein, lemak, serat kasar dan BeTN. TDN dinyatakan dengan bagian dari bahan makanan yang dimakan yang tidak dieksresikan dalam feses. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna perlu diketahui guna mempertinggi efisiensi pakan. Faktor-faktor tersebut adalah suhu lingkungan, laju perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik bahan makanan, komposisi ransum dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat makanan lain (Anggorodi, 1990).

TDN dapat diperkirakan dengan rumus persamaan-persamaan regresi (Hartadi et al., 1993). Bahan makanan dikelompokkan berdasarkan kelas-kelas yaitu untuk domba terdapat lima kelas. Kelas tersebut adalah (1) Hijauan kering dan jerami; (2) Pasture, tanaman padangan, hijauan diberikan segar; (3) Silase; (4) Sumber energi; dan (5) Sumber Protein.

Protein

Protein adalah senyawa kimia yang tersusun atas asam-asam amino dan berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, zat pembangun dan pengatur. Protein berfungsi sebagai zat pembangun karena protein merupakan bahan pembentuk jaringan-jaringan baru yang terjadi dalam tubuh. Protein digunakan sebagai bahan bakar jika kebutuhan energi tubuh terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Haryanto, 1992). Protein merupakan unsur penting dalam tubuh hewan dan diperlukan terus- menerus untuk memperbaiki sel dalam proses sintesis (NRC, 1985).

Kebutuhan ternak akan protein biasanya disebut protein kasar. Sebagian besar protein kasar yang diperlukan domba dapat dipenuhi dalam bentuk protein yang sebenarnya. Protein yang diberikan domba dihitung berdasarkan kandungan protein kasar dalam pakan dan kebutuhan domba tersebut. Sebagai pedoman kasar, jumlah protein kasar minimum yang diperlukan domba untuk hidup pokok sebesar 8% dari

7 bahan kering. Domba yang sedang tumbuh atau laktasi memerlukan protein kasar sejumlah 11% dari bahan kering (Gatenby, 1991).

Kebutuhan protein domba dipengaruhi oleh masa pertumbuhan, umur fisiologis, ukuran dewasa, kebuntingan, laktasi, kondisi tubuh dan rasio energi protein. Berdasarkan NRC (1985) pada saat pertumbuhan, seekor ternak membutuhkan kadar protein yang tinggi pada ransumnya yang akan digunakan untuk proses pembentukan jaringan tubuh. Ternak muda memerlukan protein yang lebih tinggi dibandingkan ternak dewasa untuk pertumbuhannya.

Ampas Kurma

Kurma memiliki nama latin Phoenix dactylifera L., yang berasal dari kata “phoenix”, yang berarti kurma, dan “dactylifera” dari bahasa Yunani “daktulos” berarti jari (Linne, 2002). Dransfield dan Uhl (2002) mengklasifikasikan kurma, yaitu: Group : Spadiciflora Order : Palmea Family : Palmaceae Sub-family : Coryphyoidae Tribe : Phoeniceae Genus : Phoenix Species : Dactylifera L.

Kurma merupakan suatu sumber makanan yang baik dengan nilai gizi tinggi. Dibandingkan dengan makanan dan buah-buahan lain seperti buah aprikot: 520 kalori/kg; pisang: 970 kalori/kg; jeruk: 480 kalori/kg; nasi: 1.800 kalori/kg; roti gandum: 2.295 kalori/kg; daging (tanpa lemak): 2.245 kalori/kg, kurma mengandung lebih dari 3.000 kalori/kg. Karbohidrat yang terkandung dalam kurma sebesar 70%, karbohidrat tersebut terutama gula yaitu glukosa dan fruktosa. Daging buah kurma mengandung 60-65% gula, sekitar 2,5% serat, 2% protein dan kurang dari 2% terdiri dari lemak, mineral, dan unsur pectin (Zaid dan de Wet, 2002).

Buah kurma juga merupakan sumber zat besi, potassium dan kalsium, dengan sodium dan lemak yang sangat rendah. Sebagai tambahan, mengandung sejumlah khlor, fosfor, tembaga, magnesium, belerang dan silicon juga ditemukan di dalam buah kurma. Selain itu, kurma juga mengandung vitamin A: 484 IU; vitamin B1:

8 0,77 IU; vitamin B2: 0,84 IU; dan vitamin B7: 18,9 IU. Sedangkan kandungan protein sekitar 1,7% berat basah daging buah (Zaid dan de Wet, 2002).

Varietas kurma diklasifkasikan menjadi tiga macam yaitu dry (kering), semi- dry (semi kering) dan soft (lunak). Kurma varietas dry mengandung gula dengan proporsi yang tinggi dan oleh karena itu mudah diawetkan secara alami, macamnya yaitu Sakkoti, Gondaila, Gargooda, Bartamooda,dan Dagana. Kurma varietas semi- dry mirip dengan kurma kering, namun lebih lembut dibandingkan kurma kering dan dapat dimakan dengan mudah, macamnya yaitu ‟Amri, „Aglani, Gassasi, Saifani, dan Sakha. Kurma varietas soft secara komparatif mengandung proporsi gula yang sedikit dan tidak mudah kering secara natural, macamnya yaitu Bint „Aisha, Hayâni, Samâni, Zaghlool, Amhât, Sîwi, „Arâbi dan lain-lain (Brown, 1924).

Kurma dapat dijadikan berbagai produk seperti sirup kurma, sari kurma, cereal, cookies, cake, roti dan sebagainya. Kurma yang diproduksi sebagai sirup kurma dan sari kurma menghasilkan limbah (by-product) berupa ampas kurma. Jenis kurma yang digunakan yaitu kurma red siyer atau sair berasal dari Iran yang merupakan varietas semi-dry dengan kandungan air dibawah 16% dan gula 70%. Umumnya dipanen pada bulan Oktober dan memiliki warna dark brown (Sahravi, 2011).

Penelitian terhadap ampas kurma sebagai pakan domba masih belum dilakukan, namun di Kesultanan Oman terdapat penelitian pemberian by-product kurma yaitu biji kurma, daun pohon kurma, dan by-product dari industri seperti date fiber dan sirup sebagai pengganti konsentrat komersial untuk domba Omani (Mahgoub et al., 2005). Al-Masri (2005) dalam penelitiannya menyebutkan kandungan energi, protein kasar, dan serat kasar dalam biji kurma berturut-turut yaitu 9,4 MJ/kg DM; 57 g/kg DM; dan 116 g/kg DM.

9 Proses produksi ampas kurma pada pabrik sari kurma CV. Amalia Mulia Sejahtera (Al-Jazira) Bogor dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Proses Produksi Ampas Kurma

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan adalah kemampuan ternak untuk mengubah zat-zat nutrisi yang terdapat dalam pakan menjadi daging. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas bahan makanan ternak. Pertambahan bobot badan yang diperoleh dari percobaan pada ternak merupakan hasil dari zat-zat makanan yang dikonsumsi. Dari data pertambahan bobot badan akan diketahui nilai suatu zat makanan dari suatu ternak (Church dan Pond, 1988).

Makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (Tillman et al., 1998). Church dan Pond (1988) menambahkan proses penggilingan bahan makanan biasanya memberikan peningkatan performa ternak yang relatif besar untuk hijauan yang berkualitas rendah, karena partikel serat yang

Disortir Kurma

Blending + Air Panas

Ditolak

Dipress

Disarin Biji Kurma

Bubur Kurma

Sari Kurma

Ampas Kurma Ampas Kurma

10 menjadi kecil. Makin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi.

Konsumsi Pakan

Konsumsi adalah faktor esensial yang merupakan dasar untuk hidup pokok dan produksi. Tingkat konsumsi (voluntary feed intake) adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum. Konsumsi diperhitungkan dengan jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi hewan tersebut. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi adalah jenis kelamin, bobot badan, keaktifan tahap pertumbuhan, kondisi fisiologis ternak dan lingkungan (Parakkasi, 1999; Tillman et al., 1998). Konsumsi pakan menurut Nasution (2009) dapat ditentukan oleh komposisi dan bentuk ransum yang mempengaruhi laju pergerakan digesta. Church dan Pond (1988) menambahkan konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh palatabilitas yang tergantung pada penampilan dan bentuk pakan, bau, rasa dan tekstur pakan.

Konversi Pakan

Konversi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi untuk mendapatkan kenaikan satu-satuan bobot hidup (Church, 1991). Konversi pakan dapat digunakan untuk mengetahui efisiensi produksi karena erat kaitan dengan biaya produksi, semakin rendah nilai konversi pakan maka efisiensi penggunaan pakan makin tinggi. Wahju (1997) menyatakan bahwa pertumbuhan yang baik belum tentu mendatangkan keuntungan yang maksimal, tetapi pertumbuhan yang baik disertai biaya ransum yang minimal akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Konversi pakan ditentukan berdasarkan beberapa faktor yaitu suhu lingkungan, potensi genetik, nutrisi pakan, kandungan energi dan penyakit (Parakkasi, 1999). Konversi pakan juga dipengaruhi oleh jumlah pakan yang dikonsumsi, bobot badan, gerak atau aktivitas tubuh, mesin dan suhu dalam kandang. Semakin baik kualitas pakan yang dikonsumsi ternak, maka akan diikuti dengan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dan makin efisien penggunaan pakannya (Pond et al., 1995).

11

Income Over Feed Cost (IOFC)

Tujuan akhir dari pemeliharaan ternak adalah untuk memperoleh keuntungan secara ekonomis. Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Income Over Feed Cost (IOFC) adalah salah satu cara dalam menentukan indikator keuntungan. IOFC ini biasa digunakan untuk mengukur performa pada program pemberian pakan. Analisis pendapatan dengan cara ini didasarkan pada harga beli bakalan, harga jual domba dan biaya pakan selama pemeliharaan. Adkinson et al. (1993) menghitung IOFC dari selisih antara nilai susu yang dihasilkan dengan biaya pakan. Kasim (2002) menambahkan bahwa IOFC dapat dihitung dengan pendekatan penerimaan dari nilai pertambahan bobot badan ternak dengan biaya ransum yang dikeluarkan selama penelitian. Faktor yang berpengaruh penting dalam perhitungan IOFC adalah pertambahan bobot badan selama penggemukan, konsumsi pakan dan harga pakan. Pertumbuhan yang baik belum tentu menjamin keuntungan maksimum, tetapi pertumbuhan yang baik dan diikuti dengan konversi pakan yang baik pula serta biaya pakan yang minimal akan mendapatkan keuntungan yang maksimal pula.

12

METODE

Dokumen terkait