• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antar manusia (Human Relations) adalah hubungan kemanusiaan yang harmonis, tercipta atas kesadaran dan kesediaan melebur keinginan individu demi terpadunya kepentingan bersama (Hasibuan, 2005). Tujuannya adalah menghasilkan integrasi yang cukup kukuh, mendorong kerjasama yang produktif dan kreatif untuk mencapai sasaran bersama.

Hubungan antar manusia (Human Relations) akan tercipta serta terpelihara dengan baik, jika ada kesediaan melebur sebagian keinginan individu demi tercapainya kepentingan bersama yang didasarkan atas saling pengertian, harga menghargai, hormat menghormati, toleransi menghargai pengorbanan dan peranan yang diberikan setiap individu anggota kelompok/karyawan. Untuk jelasnya pengintegrasian dan terciptanya hubungan dapat digambarkan skema sebagai berikut :

Gambar 1. : Hubungan Antar Manusia

Penjelasan :

a. Lingkaran I adalah kepentingan-kepentingan organisasi dan untuk inilah organisasi didirikan oleh pimpinan.

b. Lingkaran II adalah keinginan-keinginan individu karyawan dan untuk inilah karyawan bersedia bekerja pada organisasi.

c. Bagian A adalah kepentingan-kepentingan organisasi yang dilebur oleh atas kesediaan pimpinan (benefit and service) demi tujuan bersama.

d. Bagian C adalah keinginan-keinginan individu karyawan yang dilebur atas kesediaan dari karyawan demi tujuan bersama.

e. Bagian B adalah pernyataan kepentingan organisasi dan keinginan individu karyawan yang harus dilakukan secara bersama.

f. Semakin besar kemauan melebur kepentingan dan keinginan anggota organisasi, semakin baik hubungan antar manusia di dalam organisasi tersebut untuk mencapai tujuan bersama.

g. Jika hubungan antar manusia didalam organisasi semakin serasi, tujuan bersama akan lebih mudah dicapai dengan hasil yang lebih memuaskan.

Menurut Effendy (1993) pengertian “human relations” dalam arti luas maupun sempit :

Hubungan antar manusia (human relations) dalam arti luas adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam segala situasi dan dalam semua bidang kehidupan, sehingga menimbulkan kebahagiaan dan kepuasan hati pada kedua belah pihak. Jadi human relations dalam arti luas dilakukan dimana saja.

Hubungan antar manusia (human relations) dalam arti sempit adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja (work situation) dan dalam organisasi kekaryaan

(work organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan dan kegiatan

bekerja dengan semangat kerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati. Sedang tujuannya adalah untuk menggiatkan seseorang (orang-orang) bekerja dengan semangat kerjasama, produktif, dengan hati puas dan senang. Dari definisi diatas kiranya dapat diuraikan bahwa tujuan kegiatan “hubungan manusiawi “ adalah untuk menumbuhkan gairah kerja dan kerjasama yang baik untuk mencapai hasil yang semaksimal mungkin.

Oleh karena itulah, Maier (Effendy, 1993) menyatakan :

Dengan Human relations dapat diusahakan untuk menghilangkan rintangan-rintangan komunikasi, mencegah salah pengertian dan mengembangkan segi konstruktif sifat tabiat manusia, sehingga dengan adanya human relations ini maka para pegawai sebagai petugas pelaksana tugas digairahkan dan digerakan kearah yang lebih baik.

Selanjutnya Effendy (1993) menyatakan, dipandang dari sudut pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu kelompok, hubungan antar

manusia adalah interaksi orang-orang yang menuju suatu situasi kerja yang memotivasikan mereka untuk bekerja sama secara produktif maupun sosial.

Jelas bahwa ciri khas hubungan antara personalia yang sifatnya manusiawi. Manusia yang berinteraksi itu terdiri dari jasmani dan rohani, yang beraksi dan berbudi, yang selain merupakan makhluk pribadi juga makhluk sosial, maka dalam melakukan hubungan manusiawi harus memperhitungkan diri manusia dengan segala kompleksitasnya itu.

Musanef (1998) menyatakan bahwa tidak dapat disangkal adanya kenyataan dalam praktek bahwa untuk sebagian kegagalan yang dialami oleh pimpinan dalam suatu usaha yang baik dalam instansi pemerintah maupun swasta disebabkan oleh tidak dijalankannya suatu “hubungan manusiawi” yang baik antara keseluruhan orang-orang dalam organisasi yang bersangkutan, yang mengakibatkan ketimpangan dan tidak adanya keharmonisan dalam menanggapi kebijaksanaan- kebijaksanaan pimpinan dan akhirnya timbulah sabotase dan rasa enggan untuk bertanggung jawab dari pegawai-pegawainya.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan “hubungan antar manusia” maka :

1. Dapat diusahakan untuk menghilangkan rintangan-rintangan komunikasi. 2. Mencegah salah pengertian yang dapat menimbulkan kesimpangsiuran. 3. Mengembangkan segi konstruktip sifat tabiat manusia.

4. Menciptakan keharmonisan dalam menanggapi kebijaksanaan-kebijaksanaan pimpinan.

5. Mencegah timbulnya sabotase atau rasa enggan untuk bertanggung jawab dari pegawai bawahannya.

Adapun dasar pemikiran “hubungan manusiawi” seabagai metode yang penting untuk mengadakan kerjasama, adalah karena di dalam setiap usaha kerjasama terdapat sebagian individu yang berbeda. Oleh karena itu di dalam organisasi, dimana titik sentral “hubungan manusiawi”, maka karyawan itu harus ditinjau dari segi individu dalam kelompok.

Siagian (1986) menyebutkan “hubungan manusiawi” adalah keseluruhan rangkaian hubungan, baik yang bersifat formal antara atasan dengan bawahan, atasan dengan atasan serta bawahan dengan bawahan yang laian yang harus dibina

dan dipelihara sedemikian rupa sehingga tercipta suatu team work dan suasana kerja yang intim dan harmonis dalam rangka pencapaian tujuan.

Kemudian untuk melengkapi pengertian “hubungan antar manusia” yang lebih dikemukakan, berikut adalah :

Dari sudut pandangan yang terbatas, “hubungan antar manusia” sebagai suatu bidang kegiatan manusia untuk pengintegrasian orang-orang kedalam suatu suasana kerja sedemikian rupa sehingga secara produktif, koperatif dan dengan menimbulkan kepuasan ekonomi, psikologis dan sosial.

Dari beberapa definisi diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa diantara para ahli terdapat adanya persamaan pendapat yakni adanya hubungan yang harmonis antara bawahan dengan bawahan, antara bawahan dengan atasan.

Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa disamping persamaan-persamaan yang ada diantara definisi tersebut diatas, juga terdapat adanya perbedaan- perbedaan ini adalah dalam bidang pemakaian istilah saja, akan tetapi tujuan” hubungan antar manusia” dalam arti sempit dimaksudkan untuk menciptakan hubungan yang harmonis dan serasi dengan rekan-rekan pegawai lainnya dan dengan pimpinannya sehingga terbina hubungan kerja yang tinggi dan bentuk kerja sama yang rapi dan saling menguntungkan.

Kecakapan dan Kegiatan-kegiatan Hubungan Antar Manusia

Kecakapan dan pengetahuan yang dibawa oleh pekerja ke tempat kerja sering tidak menjamin bahwa ia akan bekerja dengan baik, selektif dan produktif. Mungkin pimpinan atau para pimpinan dalam organisasi itu masih perlu kesediaannya untuk mengerjakan pekerjaannya dengan tekun, rajin dan bergairah, tidak malas serta membuang waktu secara percuma.

Setiap pekerja mempunyai sifat, sikap dan tingkah laku yang berbeda dan ini dipertemukan dalam suatu organisasi, dalam suasana kerja sama sifat, sikap dan prilaku yang berbeda tersebut harus dapat dipadu menjadi suatu kekuatan kerja sama yang ampuh dan tangguh, berjalan searah, sesama menuju pencapaian tujuan organisasi, kerja. Untuk tercapainya tujuan itu maka perlu diadakan suatu pendekatan, yaitu dengan “hubungan antar manusia”. Agar maksud dan tujuan “hubungan antar manusia” tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka perlu

menerapkan atau memperhatikan prinsip-prinsip “hubungan antar manusia” itu sendiri.

Sepuluh prinsip “hubungan antar manusia” yang sering disebut dengan istilah “The Ten Commandement of Human Relations”. Selanjutnya Siagian (1986). Sepuluh prinsip tersebut adalah :

1. Harus ada sinkronasi antara tujuan organisasi dengan tujuan-tujuan individu didalam organisasi tersebut.

2. Suasana kerja yang menyenangkan

3. Informalitas yang wajar dalam hubungan kerja. 4. Manusia bawahan bukan mesin

5. Kembangkan kemampuan sampai tingkat yang maksimal 6. Pekerjaan yang menarik dan pentuh tantangan.

7. Pengakuan dan penghargaan atas pelaksanaan tugas dengan baik. 8. Alat perlengkapan yang cukup.

9. “The Right Man in The Right Place”

10.Balas jasa harus setimpal dengan jasa yang diberikan.

Kegiatan “hubungan antar manusia” adalah motivasi, bagaimana motivasi para karyawan untuk bekerja secara memuaskan untuk dapat mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas para karyawan dalam bekerjasama dalam rangka menuju sasaran yang telah direncanakan, dalam hal ini komunikasi memegang peranan penting.

Memotivasi dan berkomunikasi merupakan kegiatan “hubungan manusiawi” yang pokok disamping kegiatan atau aspek lainnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Devis (Effendy, 1993) yang menyatakan bahwa :

Dipandang dari sudut pemimpin yang bertanggung jawab untuk memimpin suatu kelompok hubungan antar manusia adalah interaksi orang-orang yang menuju suatu kerja yang memotivasikan mereka untuk bekerja sama untuk produktif dengan perasaan puas baik ekonomis, psikologis, maupun sosial.

Komunikasi Organisasi

Salah satu faktor yang amat menentukan dalam proses manajemen dan kepemimpinan adalah komunikasi. Dalam komunikasi itulah dapat diwujudkan hubungan dalam lingkungan organisasi dan hubungan ke luar.

Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dalam aktivitas manajerial. Tanpa komunikasi yang baik, lingkungan organisasi akan menjadi kaku dan beku (Statis) dan dengan pihak luar akan terpencil. Oleh karena hakekat manajemen dan kepemimpinan adalah untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerja sama dengan orang lain, maka sudah tentu diantara Manusia-manusia yang bekerja sama itu harus ada komunikasi.

Kerjasama itu tidak akan mungkin tercapai tanpa komunikasi. Demikian juga dengan organisasi atau perusahaan tak dapat melepaskan diri dari padanya, melainkan harus ada kontak dengan dunia luar yang dibina melalui saluran komunikasi yang tepat.

Effendy (2000), memberikan arti tentang komunikasi yang istilah komunikasi berasal dari perkataan latin “Communicatio” yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran. Istilah “Communicatio” dari kata

Communis yang berarti “sama” yang dimaksud sama disini adalah kesamaan

makna. Jadi antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi harus terdapat kesamaan. Jika tidak terjadi kesamaan makna maka komunikasi tidak berlangsung, jika temannya itu mengerti apa maksudnya. Terjadilah percakapan yang berarti komunikasi berjalan. Apabila temannya itu tidak mengerti maka komunikasi berarti tidak berjalan karena tidak ada respon.

Jadi seseorang akan dapat merubah sikap pendapat atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif dalam arti apabila keduanya selain mengerti bahasa yang dipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan.

Komunikasi sebagai alat adalah sangat penting untuk mengetahui pendapat serta kerjsama setiap bawahan bagi pimpinan. Disamping pimpinan dapat mengecek ke lapangan untuk mendapatkan informasi dari tangan pertama guna menghindari kesimpang siuran. Oleh karenanya faktor komunikasi demikian penting, maka menjadi tanggung jawab lancar tidaknya komunikasi tersebut,

karena bila tidak lancar keputusan dengan sendirinya akan salah pula. Disamping itu pula bahwa komunikasi memungkinkan proses manajemen. Berarti komunikasi memegang peranan untuk menggerakan karyawan guna mencapai tujuan organisasi.

Lewis (1987) mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran pesan yang menghasilkan derajat kesamaan makna antara si pengirim dan si penerima. Organisasi disusun untuk mengerjakan tugas dalam rangka mencapai tujuan yang mana para manajer, para bawahan, rekan-rekan yang setaraf, serta lingkungan eksternal perlu dihubungkan oleh proses-proses komunikasi (Hicks dan Gullet, 1987). Pentingnya komunikasi dalam organisasi ditegaskan oleh Koehler et al

(1976) bahwa dalam organisasi, komunikasi merupakan perekat yang mengeratkan hubungan antara pimpinan bawahan. Komunikasi merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan organisasi. Komunikasi dapat disamakan dengan oksigen atau sesuatu yang vital bagi kehidupan. Komunikasi yang efektif penting bagi semua organisasi, oleh karena itu para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan berkomunikasi.

Jelaslah, bahwa dalam melaksanakan fungsinya sebagai dinamisator organisator pemimpin harus selalu komunikasi baik melalui hubungan formal maupun informal. Hubungan formal ialah jalinan antara pimpinan dengan bawahan berdasarkan konsekwensi ketentuan hukum, saluran resmi, dan jalan komando untuk melaksanakan koordinasi dan manajemen. Hubungan informasi adalah hubungan yang berupa kotak pribadi, pertemuan, tukar pikiran, dengan pendapat melalui tata cara dan prosedur kebiasaan dalam pergaualan dan dialog.

Menurut Devito (1992) komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi, di dalam kelompok formal maupun informal organisasi. Yang termasuk dalam komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi pada organisasi. Isinya berupa cara-cara kerja dalam organisasi, produktivitas, kebijakan, memo, pernyataan dan surat-surat resmi, sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya tidak pada organisasinya sendiri, tetapi lebih pada para anggotanya secara individual.

Selanjutnya Umar (1999) mengatakan bahwa terdapat hal penting yang perlu diperhatikan mengenai komunikasi dalam organisasi, yaitu menyangkut bentuk dan arus komunikasi yang terjadi diantara anggota organisasi. Arus informasi dalam organisasi meliputi (1) komunikasi vertikal yang meliputi komunikasi ke bawah dan ke atas (2) komunikasi ke samping (horisontal) dan komunikasi ke luar (diagonal).

Menurut Devito (1992) komunikasi ke atas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hirarki yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi, misalnya, para karyawan ke pimpinan atau para dosen ke dekan fakultas. Jenis komunikasi ini biasanya mencakup (1) kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan; (2) masalah yang berkaitan dengan pekerjaan dan pertanyaan yang belum terjawab; (3) berbagai gagasan untuk perubahan dan saran-saran perbaikan; (4) perasaan yang berkaitan dengan pekerjaan mengenai organisasi, pekerjaan itu sendiri, pekerjaan lainnya. Komunikasi ke atas sangat penting untuk mempertahankan pertumbuhan organisasi, memberikan manajemen umpan balik yang diperlukan mengenai semangat kerja dan berbagai ketidakpuasan. Komunikasi ini juga membuat bawahan mempunyai rasa memiliki dan menjadi bagian dari organisasi. Sedangkan komunikasi ke bawah adalah pesan yang dikirim dari tingkat hirarki yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah, sebagai contoh pesan yang dikirim oleh pimpinan ke karyawan.

Berkaitan dengan arus informasi dalam komunikasi organisasi, Tubbs dan Moss (2000) mengatakan bahwa komunikasi horisontal atau lateral adalah pertukaran pesan diantara orang-orang yang sama tingkatan otoritasnya di dalam organisasi. Devito (1992) mengatakan bahwa komunikasi lateral berperan dalam memperlancar pertukaran pengalaman, pengetahuan, metode dan masalah, hal ini dapat dipahami karena pesan yang bergerak diantara anggota organisasi terjadi pada level yang sama. Selain itu komunikasi horisontal dapat meningkatkan semangat kerja dan kepuasan kerja. Hubungan yang baik dan komunikasi yang berarti diantara para karyawan, merupakan sumber utama kepuasan. Namun terdapat masalah yang mendasar pada komunikasi horisontal, yaitu adanya kecenderungan karyawan yang terspesialisasi dalam pekerjaan dan mereka merasa bidang mereka merupakan satu-satunya yang paling penting dalam menentukan

kemajuan organisasi, sehingga terjadi persaingan yang tidak sehat dalam hal kekuasaan dan sumber daya, misalnya dalam hal promosi pekerjaan.

Menurut Ruslan (2005), komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi baik yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan dan dari bawahan kepada atasan atau yang dikenal dengan komunikasi vertikal dan juga komunikasi horizontal yaitu komunikasi satu level yang terjadi antara karyawan dengan karyawan lainnya dalam satu organisasi. Sedangkan komunikasi diagonal adalah komunikasi yang terjadi antar lintas eselon dua dalam lingkup satu instansi departemen seperti antara Pusdiklat Pegawai dengan Biro Kepegawaian dan Hukum Departemen Komunikasi dan Informatika.

Selanjutnya Ruslan (2005), mengatakan bahwa komunikasi eksternal yaitu : komunikasi yang berlangsung atau terjadi dua arah antara pihak organisasi / lembaga dengan pihak luar, misalnya unit kerja Pusdiklat Pegawai dengan Kantor Lembaga Administrasi Negara.

Dalam komunikasi internal maupun eksternal Hanjana (2003) akan memanfaatkan saluran komunikasi cetak maupun elektronika. Saluran komunikasi cetak meliputi : memo, brosur, buletin, poster, gambar, pedoman, laporan dan grafik. Sedangkan saluran komunikasi elektronika yaitu : Hand Phone (HP), Email, Faximile, Telepon, Film, Slide, Foto dan Internet.

Saluran komunikasi baik melalui media cetak maupun elektronika untuk mendukung keberhasilan tujuan organisasi. Diskusi kelompok merupakan kegiatan “hubungan antar manusia” dan termaksud komunikasi kelompok kecil. Dalam kegiatan “hubungan antar manusia” diskusi kelompok banyak dilakukan dalam rangka memecahkan suatu masalah yang timbul dalam situasi kerja atau mengembangkan kinerja kerja pegawai.

Diskusi kelompok adalah suatu pertemuan atau rapat untuk mengemukakan pendapat bertukar fikiran secara sehat, teratur dan bertanggung jawab berdasarkan prinsip kekeluargaan, toleransi dan gotong royong dengan tujuan, memecahkan masalah secara praktis untuk memperoleh keputusan bersama (Abbas,1986).

Mardiatmaja (1986) menyatakan bahwa diskusi kelompok adalah suatu komunikasi timbal balik dengan saluran bahasa secara langsung dua arah atau lebih untuk memperdalam pemahaman suatu masalah, agar sedapat mungkin

(lebih) mencapai kesepahaman dan memutuskan pengambilan langkah-langkah tertentu dalam rangka kerjasama yang tetap.

Para pegawai adalah pelaksana tujuan yang sedang dicapai oleh organisasi beserta manajemennya, seluruh pegawai yang akan mengerjakan tugas akan saja perlu mengetahui tujuan tersebut tetapi juga bawahan dalam pembicaraan pada tahap pelaksanaanya. Disini faktor psikologis ikut berperan. Dengan diikutsertakan para pegawai dalam diskusi, secara psikologis pegawai merasa dirinya dianggap sebagai manusia berharga oleh karena keputusan-keputusan untuk melaksanakanya merupakan hasil musyawarah bersama, mereka bekerja dengan perasaan tanggung jawab penuh.

Berhasilnya suatu usaha kerja sama (organisasi) sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh orang-orang yang berada didalamnya baik yang digerakan maupuan yang menggerakan. Walaupun sarana-sarananya lengkap, usaha untuk organisasi itu tidak akan berhasil apabila manusia-manusianya tidak memenuhi persyaratan yang diminta oleh usaha kerjasama tersebut. Hal ini akan merupakan masalah yang besar apabila yang tidak memenuhi persyaratan tersebut adalah pihak-pihak yang menggerakan.

Telah dimaklumi bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat melepaskan diri dari ketergantungan orang lain. Tegasnya manusia harus hidup bermasyarakat. Karena keduanya saling membutuhkan. Kehidupan dalam bermasyarakat ini mengharuskan pula adanya pemimpin. Pemimpin dan kepemimpinan memang sulit dipisahkan, manusia dan tingkah lakunya, bagai dua sisi mata uang. Dalam pergaulan sehari-hari manusia tidak dapat melepaskan diri dari keterikatan dengan sesamanya. Dituntut untuk mewujudkan satu kehidupan bermasyarakat inilah diperlukan adanya pemimpin.

Sebagaimana dikemukakan Pamudji (1996) bahwa :

Istilah kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin” yang artinya bimbing atau tuntun. Dari kata “pimpin” lahirlah kata kerja menuntun dan kata benda “pemimpin”, yaitu orang yang berfungsi memimpin atau orang yang membimbing atau menuntun.

Sedangkan Abdurahman (Kartono,1996) mengemukakan, bahwa seseorang pemimpin adalah seorang yang dapat menggerakan orang-orang lain disekitarnya

(disekelilingnya bawahannya, didalam pengaruhnya) untuk mengikuti pemimpin menyebutkan bahwa:

Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecerdasan dan kelebihan, khususnya kecakapan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas- aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Jadi seorang pemimpin adalah pribadi yang memiliki kecakapan khusus dengan tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran- sasaran tertentu.

Pemimpin dengan kepemimpinannya berupaya menggerakan dan mengarahkan langkah secara bersama-sama untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah disepakati bersama. Memimpin, menggerakan dan mengarahkan merupakan tugas dan terutama dari seorang pemimpin.

Siagian (1986) Mengemukakan ciri-ciri seorang pemimpin sebagai berikut : 1. Memiliki kondisi yang sehat sesuai dengan tugasnya.

2. Berpengetahuan luas

3. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui kerja keras dan berkat kepemimpinannya.

4. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksitas dari pada tujuan yang hendak dicapai.

5. Memiliki stamina (daya kerja) dan antusiame yang besar. 6. Gemar dan cepat mengambil keputusan.

7. Objektif dalam arti, dapat menguasai emosi dan lebih banyak menggunakan rasio.

8. Adil dalam memperlakukan bawahan.

9. Menguasai prinsip-prinsip “Human Relations”

10.Menguasai teknik - teknik berkomunikasi

11.Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap bawahannya tergantung atas situasi dan masalah yang dihadapi.

Adapun pengertian kepemimpinan dalam bahasa inggris adalah

Leadership” yang mempunyai beberapa pengertian. Kepemimpinan itu termasuk

kepemimpinan memuat prinsip-prinsip, rumusan-rumusan, serta dalil-dalil yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteranaan kehidupan manusia.

Menurut Bintoro (2000), bahwa kepemimpinan itu adalah kemampuan yang sanggup menyakinkan orang supaya bekerjasama dibawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk tercapai, atau melakukan suatu tujuan tertentu.

Dari pengertian diatas dimaksudkan supaya mengupayakan orang lain bekerjasama sehingga pemimpin tersebut dapat menggunakan bawahan berdasarkan kewenangan yang ada padanya.

Dalam konsep kepemimpinannya melekat kewibawaan dimana kedua hal tersebut sukar dipisahkan sebab keduanya adalah dasar untuk mempengaruhi perilaku yang lain. Jadi hakekat kepemimpinan itu adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggerakan, membimbing, memimpin serta mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan. Pace dan Faules (2005) menyatakan bahwa tujuan kepemimpinan adalah membantu orang untuk menegakan kembali, mempertahankan dan meningkatkan motivasi.

Motivasi Kerja

Dalam bekerja sehari-hari kita melihat seseorang atau seorang bawahan yang termenung kurang gairah kerja atau seseorang bawahan yang bersikap acuh tak acuh terhadap manajer dan pekerjaanya, maka manajer wajib menimbulkan semangat dan gairah kerjanya kembali pekerjaan itu disebut memotivasi kebawah, tetapi kita sering juga mendengar orang menyebut seseorang bukan tidak dapat melakukan pekerjaannya tetapi kemauan terhadap pekerjaan tersebutlah yang kurang. Dengan kata lain ungkapan tersebut maknanya sama dengan Motifnya yang kurang untuk mengerjakan pekerjaannya.

Effendy (1993) mengatakan bahwa motif adalah daya gerak yang mencakup dorongan, alasan dan kemauan yang timbul dari dalam diri seseorang yang menyebabkan ia berbuat sesuatu, motivasi pada hakekatnya adalah pembangkitkan atau menimbulkan motif, dapat pula dikatakan suatu kegiatan menjadi motif.

Motif-motif yang mendorong manusia untuk melakukan sesuatu pekerjaan

Dokumen terkait