• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)

Ikan Patin (Pangasius sp.) memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia yang tersebar di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat, dan gurih sehingga ikan patin banyak digemari oleh masyarakat. Selain itu ikan patin memiliki beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran per individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm (Tarmizi, et al., 2016).

Gambar 2. Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) (Susanti, 2016) Ikan Patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiruan. Ikan Patintidak memiliki sisik, kepala ikan

Patin relatif kecil dengan mulut terletak diujung kepala agak ke bawah (Seperti pada gambar 2) Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. Sudut

mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang besar

dan bergerigi pada bagian belakang, sedangkan jari-jari lunak pada sirip punggungnya terdapat 6-7 buah.

Saat ini ikan patin menjadi salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan. Ikan air tawar yang memiliki warna putih keabu-abuan ini, memiliki cita rasa yang khas dan mengandung protein cukup tinggi. Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan daging ternak. Protein daging ikan patin cukup tinggi yaitu 16,58%. Ikan patin tidak memiliki sisik dan memiliki semacam duri yang tajam di bagian siripnya dan tergolong dalam kelompok catfish. Pada beberapa daerah ikan patin memiliki nama yang berbeda-beda antara lain ikan Jambal, ikan Juara, Lancang dan Sodarin. Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi (Lubis, et al., 2015).

Menurut Susanti (2016) klasifikasi Ikan Patin Siam sebagai berikut:

Phylum : Chordata

Species : Pangasius hypophthalmus

Kebiasaan Makan Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)

Pakan yang berkualitas akan membantu meningkatkan pertumbuhan, produksi dan reproduksi ikan. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung

protein, energi, mineral dan vitamin yang dibutuhkan oleh ikan. Patin mempunyai kebiasaan makan didasar perairan atau kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis makanannya, patin digolongkan sebagainikan yang omnivore. Pada fase larva, ikan patin cenderung bersifat karnivora. Pada saat larva, patin bersifat kanibalisme, yaitu memiliki sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri. Jika kekurangan pakan, larva ikan patin tidak segan-segan memakan kawannya seniri (Gusdi, 2012).

Ikan Patin termasuk ikan pemakan segala (omnivora). Pada habitat alami, ikan patin memakan serangga, biji-bijian, ikan rucah, udang-udangan dan moluska. Sedangkan pada skala pembudidayaan, ikan patin biasanya diberi makanan buatan berupa pelet. Ikan Patin (Pangasius sp.) termasuk FamilyPengasidae, yaitu jenis ikan yang memiliki lubang mulut kecil berpinggiran bola mata yang bebas, sirip punggung tambahan sangat kecil dan bersungut di hidung (Tim Perikanan WWF-Indonesia, 2015).

Saluran Pencernaan Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)

Sistem pencernaan berbagai jenis ikan memiliki perbedaan pada morfologi dan fungsinya. Saluran pencernaan pada ikan karnivora lebih pendek daripada ikan herbivora. Ikan herbivora memiliki usus yang lebih panjang yaitu sampai 3 kali panjang tubuhnya karena bahan makanan nabati lebih sukar untuk dicerna.

Secara umum alat pencernaan pada ikan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan ikan berturut-turut di mulai dari mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus, dan anus. Struktur histologi esofagus, lambung, dan usus ikan secara umum tersusun atas empat lapisan utama

yaitu mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa. Lapisan mukosa terdiri dari lamina epitelia, lamina propria, dan muskularis mukosa. Lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur, pembuluh darah, limfe dan saraf.

Lapisan muskularis tersusun atas otot memanjang (longitudinal) dan melingkar (sirkuler). Lapisan serosa terdiri dari jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan sel adiposa (Nafis, et al., 2017).

Pada saluran pencernaan ikan terdapat mikroba dalam jumlah besar dengan aktivitas dan kapasitas metabolik yang sangat beragam yang dapat memberi pengaruh positif maupun negatif pada fungsi fisiologis saluran pencernaan sehingga diharapkan dapat memengaruhi pemanfaatan nutrient dan energi pakan(Setiawati,et al., 2016).

Saluran pencernaan mempunyai hubungan mutualisme dengan inangnya, yaitu memanfaatkan inang sebagai tempat hidupnya. Keuntungan bagi inang adalah umumnya mikroba memakan sisa atau menggunakan bahan buangan, banyak bakteri usus dapat mensintesis vitamin, mensekresi enzim, dan membantu pencernaan nutrien, dan kehadiran mikrob asli cenderung menekan pertumbuhan bakteri patogen sehingga dapat melindungi inang terhadap penyakit serta merangsang fungsi kekebalan tubuh (Aslamyah, et al., 2009).

Bakteri

Bakteri merupakan mikroba uniseluler. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi seksualnya secara pembelahan. Bakteri disebut juga sebagai Ubiquitous, artinya ada di mana

mana. Jumlah bakteri tergantung keadaan sekitar. Misalnya jumlah bakteri di dalam tanah tergantung jenis dan tingkat kesuburan tanah (Mastang, 2016).

Bakteri umunya berukuran kecil dengan karakteristik dimensi sekitar 1 μm. bentuknya dapat bulat atau cocci, batang atau bacilli. Sel dapat berbentuk tunggal ataupun rantaian. Beberapa kelompok memiliki flagel dan dapat bergerak aktif. Bakteri memiliki berat jenis 1,05 – 1,1 g cm-3 dan berat sekitar 10-12 g sebagai partikel kering. Ukuran aktual tergantung dari laju pertumbuhan, media tumbuh dan sebagainya. Ada tiga bentuk dasar bakteri, yaitu bentuk bulat atau Coccus, bentuk batang atau Silindris, bentuk lengkung atau Vibrio (Hidayat, et al., 2006).

Bentuk bulat pada jenis bakteri ini sebenarnya tidak ada bakteri yang betul betul bulat, tetapi spheroid. Bentuk bulat atau Coccus dapat dibedakan yaitu, Micrococcus yaitu bulat satu, Diplococcus bulat bergandengan dua, Streptococcus bulat bergandengan seperti rantai sebagai hasil pembelahan sel ke satu atau dua arah dalam satu garis, Tetracoccus bulat terdiri dari empat sel yang tersusun dalam bentuk bujur sangkar sebagai hasil pembelahan sel ke dua arah, Sarcina bulat terdiri dari delapan sel yang tersusun dalam bentuk kubus sebagai hasil pembelahan sel ke tiga arah, Staphilococcus bulat tersusun sebagai kelompok buah anggur sebagai hasil pembelahan sel ke segala arah (Mastang, 2016).

Bentuk batang, pada jenis bakteri berbentuk batang dapat dibedakan ke dalam bentuk batang panjang dan batang pendek dengan ujung datar atau lengkung. Bentuk batang dapat dibedakan lagi atas bentuk batang yang mempunyai garis tengah sama dan tidak sama di seluruh bagian panjangnya.

Bakteri bentuk batang dapat terdiri atas sel tunggal begandengan dua-dua (Diplocillus) dan sebagai rantai (Streptobacillus) (Hidayat,et al, 2006).

Banyak spesies bakteri yang mempunyai alat gerak yang disebut dengan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu: Atrik merupakan kelompok bakteri yang tidak mempunyai flagel, Monotrik merupakan kelompok bakteri yang mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya, Lofotrik merupakan kelompok bakteri yang mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya, Amfitrik merupakan kelompok bakteri yang mempunyai sejumlah flagel pada kedua ujungnya dan Peritrik merupakan kelompok bakteri yang mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya (Prasetyawati, 2009).

Bakteri di Saluran Pencernaan Ikan

Komunitas bakteri (mikrobiota) pada hewan akuatik diduga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan kemampuan bertahan hidup inang.

Mikrobiota dapat mempengaruhi sejumlah besar ekspresi gen pada inangnya, terutama gen yang berperan dalam imunitas dan nutrisi. Bakteri dapat membantu nutrisi inang dengan produksi enzim atau senyawa esensial dan dapat mencegah bakteri patogen oportunis untuk berproliferasi dan mengkolonisasi tubuh inang, terutama pada tahap larva di mana sistem imunitas belum berkembang sempurna.

Berbeda dengan hewan terestrial, hewan akuatik berbagi ekosistem yang sama

dengan komunitas bakteri yang berasosiasi dengannya, sehingga komunitas bakteri selalu berubah secara dinamis mengikuti komunitas bakteri di lingkungannya (Widya,et al., 2016).

Mikroba yang terdapat di dalam saluran pencernaan sangat kompleks dan merupakan komunitas yang dinamis. Total mikroba yang terdapat di saluran pencernaan diperkirakan mencapai 1012 sel setiap gram isi dengan total sekitar 1015 yang terdiri dari lebih 1000 spesies, atau diperkirakan sekitar 3000-4000 spesies. Berat mikroorganime ini mencapai 1,5 kg di dalam tubuh dan menyumbang 60% berat feses (Rahayu, 2008).

Salah satu lingkungan yang menjadi habitat bakteri adalah saluran pencernaan ikan.Saluran pencernaan adalah tabung khusus yang terbagi menjadi beberapa bagian yang memanjang dari bibir hingga anus yang meliputi lambung, usus kecil dan usus besar. Fungsi utama saluran pencernaan adalah mengubah

makanan menjadi komponen yang dapat dicerna dan diserap oleh tubuh, dan dalam proses metabolismenya bersimbiosis dengan bakteri

(Zoetendal,et al.,2004).

Menurut Leano et al(2005), jumlah bakteri yang ditemukan dalam saluran pencernaan ikan lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan perairan sekitarnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa saluran pencernaan ikan menyediakan habitat yang menguntungkan bagi bakteri.

Probiotik

Probiotik adalah mikroba hidup yang sangat menguntungkan bagi sel inang karena dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora usus. Seleksi mikroba

khususnya bakteri asam laktat (BAL) sangat diperlukan untuk mendapatkan strain-strain probiotik yang unggul. Hal tersebut dikarenakan tidak semua BAL berpotensi sebagai probiotik (Fuller, 1989).

Probiotik produk yang tersusunoleh biakan mikroba atau pakan alamimikroskopik yang bersifat menguntungkaninang. Penggunaan probiotik di dalambidang budidaya perikanan bertujuan untukmenjaga keseimbangan mikroba danpengendalian patogen dalam saluranpencernaan, serta perbaikan lingkunganperairan melalui proses biodegradasi. Probiotik sebagai sel-sel mikrobayang diberikan dengan cara masuk kesaluran gastrointestinal dan tetap hidupdengan tujuan memperbaiki kesehatan (Parameswari,et al., 2013).

Penggunaan probiotik kedalam air pemeliharaan ikan dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap kesehatan ikan karena probiotik tersebut akan mengubah komposisi bakteri dalam air dan sedimen sehingga dapat memperbaiki beberapa parameter kualitas air danmeningkatkan kelangsungan hidup benih ikan.

Probiotik merupakan mikroorganisme hidup non patogen yang berfungsi menyeimbangkan mikroorganisme dalam saluran pencernaan melalui

“competitive exclusion” sehingga mikroorganisme patogen akan didesak keluar, dan pada gilirannya dapat memperbaiki sistem pencernaan dan laju pertumbuhan,

efisiensi dan konversi pakan, serta meningkatkan kesehatan ternak (Lisna dan Insulistyowati, 2015).

Proses kerja dari bakteri probiotik yakni menghasilkan enzim-enzim yang berfungsi untuk mempercepat proses dari pencemaran ikan. Salah satu kandidat bakteri probiotik tersebut adalah Bacillus sp. Bakteri ini merupakan bakteri proteolitik yang dapat menguraikan protein menjadi asam amino. Asam amino ini

digunakan bakteri untuk memperbanyak diri, sehingga dapat meningkatkan protein pakan dan menurunkan serat kasar. Selain itu bakteri ini mampu menguraikan disakarida atau poliaskarida menjadi gula sederhana dan dengan sifatnya. Dengan sifat-sifat tersebutlah bakteri Bacillus sp. ini mampu meningkatkan protein dan karbohidrat pada pakan (Anggraini, et al., 2012).

Kandungan probiotik dapat menyebabkan tingginya aktifvitas bakteri pada saluran pencernaan dan perbedaan kandungan bakteri probiotik dalam pakan dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ikan. Proporsi jumlah koloni bakteri probiotik dapat bekerja secara maksimal dalam pencernaan ikan, sehingga daya cerna ikan pun menjadi lebih tinggi dalam menyerap sari-sari makanan dan menghasilkan pertumbuhan yang baik (Banjarnahor, et al., 2016).

Bakteri Probiotik 1. Lactobacillus acidophilus

Lactobacillus acidophilus adalah salah satu dari delapan genera umum bakteriasam laktat (BAL). Bakteri L. acidophilus dapat tumbuh baik dengan oksigenataupun tanpa oksigen, bakteri ini dapat hidup pada lingkungan yang sangat asamsekalipun, seperti pada pH 4-5 atau dibawahnya dan bakteri ini merupakan bakterihomofermentatif yaitu bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai satu-satunyaproduk akhir. Bakteri L. acidophilus merupakan probiotik yang selama bertahun-tahunbanyak digunakan, karena aman dan tidak menimbulkan risiko infeksi berupabakterimia. Bakteri L. acidophilus dapat menghambatpertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella thypimurium yaitu

bakteri yangdapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran cerna yang dikenal dengan nama salmonellosis (Tambunan, 2016)

Aktifitasbakteri Lactobacillus sp. yangmenghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran pencernaan. Bakteri asamlaktat (Lactobacillus sp.) dapatmenghambat pertumbuhan bakteri patogen dengan memproduksi protein yang disebutbakteriosin. Senyawa bakteriosin yang diproduksi bakteri asam laktat dapatbermanfaat karena menghambat bakteripatogen yang dapat menginfeksi padasaluran pencernaan. Selain bakteriosin,asam laktat yang dihasilkan oleh bakteriasam laktat dapat memberikan efekbakterisidal untuk bakteri lain karena pHlingkungan dapat turun menjadi 3-4,5 (Parameswari, et al., 2013).

Gambar 3. Lactobacillus acidophilus (Sandine, 1979)

2. Lactobacillus bulgaricus

Lactobacillus bulgaricus adalah salah satu BAL yang digunakan sebagai starter kultur untuk susu fermentasi. Bakteri ini dapat ditemukan di dalam vagina dan sistem pencernaan, dimana mereka bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora usus. Lactobacillus tersebar luas di lingkungan, terutama pada hewan dan produk makanan sayur-sayuran. Mereka biasanya mendiami saluran usus burung dan mamalia, dan vagina mamalia, dan tidak bersifat patogen.

Bakteri L. bulgaricus adalah bakteri probiotik karena telah lolos dari uji klinis,

enzimnya mampu mengatasi intoleransi terhadap laktosa, menormalkan komposisi

bakteri saluran pencernaan serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Waspodo, 1997).

Gambar 4. Lactobacillus bulgaricus (Tambunan, 2016)

3. Lactobacillus casei

Lactobacillus casei pada produk minuman fermentasi laktat termasuk jenisbakteri asam laktat homofermentatif, yaitu bakteri yang memfermentasi glukosarnenjadi asam laktat dalam jumlah yang besar (90%). Selain asam laktat yangdihasilkan, ia juga menghasilkan asam sitrat, malat, suksinat, asetaldehid, diasetildan asetoin dalam jumlah yang kecil, yang mempengaruhi cita rasa minumanfermentasi laktat. Berdasarkan morfologinya, L. casei berbentuk batang pendek dalam kolonitunggal maupun berantai dengan ukuran panjang 1,5 - 5,0 mm dan lebar 0,6 - 0,7mm. Bakteri ini bersifat Gram positif, katalase negatif, tidak membentukendospora maupun kapsul, tidak mernpunyai flagela dan tumbuh dengan baikpada kondisi anaerob fakultatif. Berdasarkan suhu pertumbuhannya, bakteri initermasuk bakteri mesofil yang dapat hidup pada suhu 15-41°C dan pada pH 3,5atau lebih, sedangkan kondisi optimum pertumbuhannya adalah pada suhu 37°Cdan pH 6,8 (Tambunan, 2016).

Gambar 5. Lactobacillus casei (Speck, 1978)

4. Streptococcus thermophilus

Streptococcus thermophilus merupakan bakteri termofilik yang dapat tumbuhpada suhu 45°C. Perbedaan suhu tersebut membedakan bakteri ini dari spesiesStreptococci lainnya. Karakteristik S. thermophilus antara lain: berbentuk bulatyang membentuk rantai, Gram positif, katalase negatif, dapat mereduksi litmusmilk, tidak toleran terhadap konsentrasi garam yang lebih besar dari 6,5 %, tidakberspora, bersifat termodurik, tidak dapat tumbuh pada suhu 10°C, dan menyukaisuasana mendekati netral dengan pH optimum untuk pertumbuhan adalah 6,5 (Helferich dan Westhoff, 1980).

Gambar 6. Streptococcus thermophilus (Tambunan, 2016)

5. GenusBacillus sp.

Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang, gram positif dan dapat membentuk endospora. Anggota spesies dari genera Bacillus menunjukkan kemampuan fisiologis yang luas sehingga dapat hidup di berbagai lingkungan termasuk lingkungan yang ekstrim seperti habitat yang tercemar logam berat timbal (Pb). Kemampuan fisiologis bakteri mengatasi tekanan lingkungan yang tercemar logam Pb tergantung pada metabolisme selnya, dapat melalui adsorbsi pada dinding sel atau permukaan eksternal, kemudian diikuti dengan transport aktif yang tergantung pada metabolisme sel. Resistensi dan adaptasi bakteri terhadap logam berat tergantung spesies dan konsentrasi logam berat yang terpapar di sekitar bakteri tersebut (Prasetya, et al., 2012).

6. Bacillus thuringiensis

Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) memiliki ukuran lebar 1,0 - 1,2 μm dan panjang 3 - 5 μm dan diameter 5-10 mm. Termasuk bakteri Gram positif, Sel menghasilkan endospora berbentuk oval dengan letak subterminal. Endospora merupakan bentuk dorman bakteri-bakteri tertentu dan bersifat tahan terhadap suhu tinggi, sinar ultraviolet, sinar-X, bahan kimia, dan pengeringan. Selain adanya endospora, Bacillus thuringiensis (Bt) memiliki strktur yang disebut Kristal protein protoksin intraseluler. Kristal protein ini adalah ciri khas yang dimiliki oleh bakteri Bacillus thuringiensis (Bt). Kemampuannya membentuk kristal (tubuh paraspora) bersamaan dengan pembentukan spora, yaitu pada waktu sel mengalami sporulasi. Kristal tersebut merupakan kompleks protein yang mengandung toksin (δ-endotoksin) yang terbentuk di dalam sel 2-3 jam setelah

akhir fase eksponensial dan baru keluar dari sel pada waktu sel mengalami autolisis setelah sporulasi sempurna. Bacillus thuringiensis (Bt) dapat tumbuh pada interval suhu 0 – 500C dan memiliki pertumbuhan optimum pada suhu 400C Selain itu, Bacillus thuringiensis (Bt) dapat tumbuh pada kisaran pH 6.4 sampai 7.5 dan mampu tumbuh optimum pada pH 7.0. Bacillus thuringiensis (Bt) dapat tumbuh optimum pada kisaran salinitas 20 - 50 ppt karena bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan bakteri halotoleran yang dapat mentolerir berbagai tingkat salinitas (Parameswari, et al., 2013).

Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) memiliki ciri koloni bakteri seperti bewarna putih berbentuk bulat, tepian berkerut atau bergelombang, elevasi timbul, dan permukaannya kasar. Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat diisolasi langsung dari tanah, kotoran, dan bagian tumbuhan (Tambunan, 2016).

Dokumen terkait