• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI BAKTERI POTENSIAL PROBIOTIK PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN PATIN SIAM ( Pangasius hypophthalmus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IDENTIFIKASI BAKTERI POTENSIAL PROBIOTIK PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN PATIN SIAM ( Pangasius hypophthalmus)"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI BAKTERI POTENSIAL PROBIOTIK PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN PATIN SIAM

( Pangasius hypophthalmus)

SISKA SITOHANG 130302011

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

IDENTIFIKASI BAKTERI POTENSIAL PROBIOTIK PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN PATIN SIAM

( Pangasius hypophthalmus)

SKRIPSI

SISKA SITOHANG 130302011

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

IDENTIFIKASI BAKTERI POTENSIAL PROBIOTIK PADA SALURAN PENCERNAAN IKAN PATIN SIAM

( Pangasius hypophthalmus)

SKRIPSI

SISKA SITOHANG 130302011

Skripsi Sebagai Satu Diantara Beberapa Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(4)
(5)

ABSTRAK

SISKA SITOHANG. Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik pada Saluran Pencernaan Ikan Patin ( Pangasius pangasius ). Dibimbing oleh DWI SURYANTO dan YOESSOEMARYONO

Probiotik merupakan mikroba hidup yang sangat menguntungkan bagi sel inang karena dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora usus. Seleksi mikroba khususnya bakteri asam laktat (BAL) sangat diperlukan untuk mendapatkan strain-strain probiotik yang unggul. Ikan Patin meupakan salah satu ikan air tawar konsumsi yang memiliki nilai ekonomis dan banyak digemari oleh masyarakat karena dagingnya yang gurih dan lembut serta tidak memiliki duri yang cukup banyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis bakteri potensial

probiotik yang terdapat pada saluran pencernaan Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus). Penelitian ini dilakukan pada bulan juni-september

2017 di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I, Kuala Namu Medan. Penelitian dilakukan 3 tahap yaitu isolasi dan seleksi bakteri potensial probiotik serta identifikasi jenis-jenis bakteri potensial probiotik yang berhasil diisolasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri probiotik dalam saluran pencernaan berupa usus dan lambung yaitu Bacillus coagulans, Streptococcus bovis type I, Bacillus badius dan Micrococcus roseus.

Kata Kunci : Bakteri Probiotik, Ikan Patin, Bacillus coagulans, Streptococcus bovis type I, Bacillus badius dan Micrococcus roseus.

(6)

ABSTRACT

SISKA SITOHANG: “Identification of Bacteria Probiotic Potential on Patin Fish Digestive Tract ( Pangasius Pangasius ). Dibimbing oleh DWI SURYANTO dan YOES SOEMARYONO

Probiotics are a type of microbes that have beneficial for stem cells by improving the balance of intestinal microflora. Selection of microbes, especially lactic acid bacteria (BAL) is necessary to obtain superior probiotic strains. Fish Patin is one of the freshwater fish consumption that has economic value and much favored by the community because the meat is savory and soft and does not have enough thorns. This study aims to determine the types of probiotic potential bacteria found in the digestive tract of Siamese Patin Fish (Pangasius hypophthalmus). This research was conducted on June-September 2017 at Fish

Quarantine Center, Quality Control and Fishery Product Safety Class I Medan, Kuala Namu Medan. The research was conducted in 3 stages, namely isolation and selection of potential bacteria probiotics and identification of potential bacterial species of probiotics that successfully isolated. The results showed that probiotic bacteria in the digestive tract of intestine and stomach are Bacillus coagulans, Streptococcus bovis type I, Bacillus badius and Micrococcus roseus.

Keywords: Probiotic Bacteria, Patin Fish, Bacillus coagulans, Streptococcus bovis type I, Bacillus badius and Micrococcus roseus.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Siska Sitohang dilahirkan di Tanjungbalai pada tanggal 05 April 1995 dari pasangan : ayah Sari Sitohang dan ibu Delfina Aritonang. Penulis merupakan anak ke lima dari enam bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penulis adalah Sekolah Dasar (SD) Negeri 137698 Tanjungbalai pada tahun 2001-2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Tanjungbalai pada tahun 2007-2010 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Tanjungbalai pada tahun 2010-2013. Penulis diterima di program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (MSP FP USU) pada tahun 2013 melalui jalur undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi diantaranya sebagai anggota Ikatan mahasiswa Manajemen Sumberddaya Perairan Universitas Sumatera Utara (IMASPERA), Badan Pengurus Harian (BPH) Unit Ikatan Mahasiswa Katolik USU (IMK-USU) pada periode 2015-2016. Penulis juga pernah menjadi asisten laboratorium dalam Praktikum Sumberdaya Hayati Perairan (T.A 2017/2018). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan pada tahun 2016.

Untuk menyelesaikan studi di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, penulis melaksanakan penelitian dengan judul skripsi “Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik pada

(8)

dibimbing oleh Prof. Dr. Dwi Suryanto M.Sc dan Dr. Ir. Yoes Soemaryono, MH.,M.Sc.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukurpenulispanjatkankehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat serta karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikanusulanpenelitian dengan judul“Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik pada Saluran Pencernaan Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)“. Skripsi ini merupakan satu diantara beberapa syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Sari Sitohang dan Ibunda Delfina Aritonang yang telah member dukungan doa, moril dan material kepada penulis.

2. BapakProf. Dr. Dwi Suryanto M.Sc Ketua Komisi Pembimbingdan Bapak Dr.Ir.Yoes Soemaryono, MH.,M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbin, Ibu Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua Program Studi dan Bapak Rusdi Leidonald, SP, M.Sc selaku dosen Pembimbing Akademik dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc selaku Ketua program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, seluruh staf pengajar serta Pegawai Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan.

4. Ibu Barita Br. Aritonang selaku pegawai laboratorium Balai Karantina Ikan Kualanamu Kelas I Medan I yang telah membimbing saya selama penelitian.

5. Saudara/I penulis Chandra Sitohang, Julita Sitohang Purba, Juliwati Sitohang Purba, Jatenra Sitohang dan Six Sanjai Agustinus Sitohang.

(10)

6. Kepada Terkasih Yonas Afrianto Tarigan dan Sahabat-sahabat Adriana Tarigan, Desti Natalia Simbolon, Putri Yanti Simanjuntak, Maryenta Manik, Azvi Mauriza Damanik, Maria br Sinulingga, Yohanita N.W Sihite, Fransiska F. Naibaho, Erna Lestari Indah Nababan, Sarah Silva Bru Ginting, Riki Ardiansyah Nasution, Elisa Lestari Simanjuntak dan teman-teman seperjuangan MSP angkatan 2013 yang telah membantu selama perkuliahan maupun penelitian dan memberikan dukungan, doa selama penulis melaksanakan penelitian hingga skripsi ini selesai dikerjakan.

7. Seluruh anggota IMK St. Fransiskus Xaverius Fakultas Pertanian USU yang telah memberikan doa dan semangat kepada penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat sebagai dasar penelitian selanjutnya dan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Februari 2018

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Kerangka Pemikiran ... 3

Tujuan Penelitian ... 5

Manfaat Pemikiran ... 5

TINJAUAN PUSTAKA IkanPatin Siam (Pangasius hypophthalmus) ... 6

Kebiasaan Makan Ikan Patin ... 7

SaluranPencernaanIkanPatin ... 8

Bakteri ... 9

Bakteri di saluranPencernaanIkan ... 11

Probiotik ... 13

Bakteri Probiotik ... 14

Lactobacillus acidophilus ... 14

Lactobacillus bulgaricus ... 15

Lactobacillus casei ... 16

Streptococcus thermophilus ... 17

Genus Bacillus sp. ... 18

Bacillus thuringiensis ... 18

(12)

METODE PENELITIAN

Waktu dan LokasiPenelitian ... 20

Alat dan Bahan ... 20

ProsedurPenelitian ... 21

Deskripsi Area Penelitian ... 21

PengambilanSampel ... 22

PersiapanPemeriksaan Sampel ... 22

IsolasiBakteri ... 23

Identifikasi Bakteri ... 23

Uji Probiotik ... 24

1. Uji Hidrolisis Pati (Amilum) ... 24

2. Uji Hidrolisis Kasein (Protein) ... 24

Uji Biokimia ... 25

1. Uji MR (Methyl Red) ... 25

2. Uji VP (Voges Proskauer) ... 25

3. Uji Gelatin ... 25

4. Uji Oksidase ... 25

5. Uji Motilitas ... 26

6. Uji Katalase ... 26

7. Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) ... 26

8. Uji Gula gula ... 27

Uji Daya Hambat Bakteri Patogen (Aeromonas hydrophyla) 27

Analisis Data ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 29

Bakteri Potensial Probiotik pada Lambung dan Usus Ikan .... 29

Morfologi Koloni dan Sel Bakteri Potensial Probiotik Ikan .. 29

Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik .... 31

Hidrolisis Pati (Amilum) dan Kasein (Protein) ... 32

Indikasi Penghambat Bakteri Aeromonas hydrophyla ... 34

Pembahasan ... 35

Bakteri Potensial Probiotik pada Lambung dan Usus Ikan .... 35

Morfologi Koloni dan Sel Bakteri Potensial Probiotik Ikan .. 37

Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik .... 38

Hidrolisis Pati (Amilum) dan Kasein (Protein) ... 39

Indikasi Penghambat Bakteri Aeromonas hydrophyla ... 41

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 4

2. Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) ... 7

3. Bakteri Lactobacillus acidophilus ... 15

4. Bakteri Lactobacillus bulgaricus ... 16

5. Bakteri Lactobacillus casei ... 17

6. Bakteri Streptococcus thermophilus ... 17

7. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Ikan ... 20

8. Kolam Sampel Ikan Patin ... 22

9. Bentuk sel dari isolat ... 30

10. (a) Hidrolisis Pati (b) Hidrolisis Kasein ... 33

11. Indikasi Penghambat Bakteri Aeromonas hydrophila... 34

(14)

DAFTAR TABEL

No. Teks Halaman

1. Morfologi Koloni Isolat Bakteri Potensial Probiotik pada Ikan Patin .. 30 2. Karakterisasi Isolat Bakteri Potensisal Probiotik pada Ikan Patin ... 31 3. Kemampuan Isolat Kandidat Probiotik Menghidrolisis Patin dan Kasein 32 4. Uji Daya Hambat ... 35

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Teks Halaman

1. Prosedur Penelitian ... 49

2. Alat Penelitian ... 50

3. Bahan Penelitian ... 54

4. Proses Isolasi ... 57

5. Uji Pati (Amilum) ... 59

6. Uji Kasein (Protein) ... 59

7. Uji Antagonis ... 60

8. Uji Pewarnaan Gram ... 60

9. Uji Biokimia ... 62

10. Hasil Bakteri Probiotik ... 64

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) adalah salah satu jenis ikan air tawaryang paling banyak diminati dan dikonsumsi oleh masyarakat. Ikan Patin ini merupakan ikan yang termasuk bernilai ekonomis tinggi. Dagingnya pun rendah sodium sehingga cocok bagi orang yang diet garam dan mudah dicerna oleh usus.

Ikan Patin merupakan spesies ikan dari jenis Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak duri, kecepatan tumbuhnya relatif cepat, fekunditas dan sintasannya tinggi, dapat diproduksi secara massal dan memiliki peluang pengembangan skala industri.Dengan banyak keunggulan tersebut ikan ini menjadi salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik dalam segmen usaha pembenihan maupun usaha pembesarannya.Sebagian jenis dari ikan patin ini merupakan ikan introduksi dari Bangkok-Thailand dan sebagian lagi merupakan jenis ikan lokal Indonesia yang terdapat pada sungai-sungai di pulau Sumatera, Kalimantan serta Jawa.Patin dikenal sebagai hewan yang bersifat nokturnal, yakni melakukanaktivitas atau yang aktif pada malam hari. Ikan ini suka bersembunyi di liang – liang tepi sungai (Yuliartati, 2011).

Sistem pencernaan berbagai jenis ikan memiliki perbedaan pada morfologi dan fungsinya. Saluran pencernaan pada ikan karnivora lebih pendek daripada ikan herbivora. Ikan herbivora memiliki usus yang lebih panjang yaitu sampai 3 kali panjang tubuhnya karena bahan makanan nabati lebih sukar untuk dicerna.

(17)

kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan ikan berturut-turut di mulai dari mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus, dan anus. Struktur histologi esofagus, lambung, dan usus ikan secara umum tersusun atas empat lapisan utama yaitu mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa. Lapisan mukosa terdiri dari lamina epitelia, lamina propria, dan muskularis mukosa. Lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur, pembuluh darah, limfe dan saraf (Nafis, et al., 2017).

Prinsip dasar kerja probiotik adalah pemanfaatan kemampuan mikroba dalam meningkatkan penyerapan pada saluran pencernaan ikan. Senyawa- senyawa racun yang dihasilkan pada metabolisme bakteri probiotik seperti asam laktat, hidrogen peroksida, bakteriosin yang bersifat antimikroba dan antibiotik mampu menekan pertumbuhan bakteri pathogen. Akan lebih efektifapabila probiotik menggunakan jenis mikroorganisme indigenous (asli) yaitu yang diperoleh berasal darisaluran pencernaan dan lingkungan yang sama/miripdengan hewan inang (Yulvizar,et al., 2014).

Probiotik diharapkan mampu memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan manusia atau ternak, dengan cara memperbaiki sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba alami yang tinggal di dalam saluran pencernaan makhluk hidup.

Banyak sekali manfaat kesehatan dari produk probiotik, antara lain meningkatkan ketahanan terhadap penyakit infeksi saluran pencernaan dan menurunkan risiko terjadinya tumor dan kanker kolon (Winarno, 1997).

Salah satu mekanisme kerja probiotik adalah menghasilkan asam sehingga akan menurunkan pH di dalam saluran pencernaan. Dengan menurunnya pH di dalam saluran pencernaan maka pH feses pun akan menurun. Probiotik tidak

(18)

hanya menjaga keseimbangan ekosistem dalam saluran pencernaan namun juga dapat menahan aktifitas mikroba pengurai protein sehingga menyebabkan kadar amonia feses menurun. Suplementasi probiotik dapat memperbaiki fungsi dan kesehatan usus serta meningkatkan uptake nutrient (Manin,et al., 2012).

Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Apa jenis-jenis bakteri potensial probiotik yang terdapat dalam saluran pencernaan ikan Patin(Pangasius hypophthalmus)?

2. Apakah bakteri potensial probiotik yang berhasil diidentifikasi bersifat antagonistik terhadap bakteri uji patogen Aeromonas hydrophila?

Kerangka Pemikiran

Ikan Patin merupakan salah satu spesies ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan potensial untuk dikembangkan serta menjadi ikan yang banyak disukai masyarakat karena ikan tersebut memiliki tekstur yang lembut, memiliki warna yang bersih, serta proteinnya juga tinggi. Seiring dengan meningkatnya usaha dalam budidaya ikan Patin, juga tantangan yang akan dihadapi oleh para pelaku budidaya ikan pada umumnya yaitu timbulnya serangan penyakit baik dari lingkungan maupun dari pakan, inang dan patogen.

Di antara banyaknya bakteri yang terkandung dalam usus, terdapat bakteri yang berfungsi sebagai probiotik. Probiotik adalah suatu suplemen yang berasal dari bakteri hidup yang bermanfaat bagi tubuh inang tanpa merusak jaringan

(19)

inang. Probiotik dikatakan bermanfaat karena memiliki kemampuan untuk menyeimbangkan bakteri yang terdapat di dalam usus, sehingga berperan penting untuk kesehatan.

Jeni-jenis bakterial yang sering terdapat padasaluran pencernaan ikan Patin sangat perlu diketahuisehingga dapat digolongkan apakah bakteri tersebut bersifat probiotik atau patogen pada ikan patin maupun ikan lainnya. Oleh sebab itu maka dilakukan penelitian tentang jenis bakteri probiotik potensial pada saluran pencernaan ikan Patin. Saat ini, informasi yang berkaitan dengan bakteri pada ikan Patin di Indonesia masih kurang, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang identifikasi bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan ikan Patin.Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)

Pembesaran

Saluran Pencernaaan

Bakteri

Patogen Probiotik

Isolasi Bakteri

Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik

(20)

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui jenis bakteri potensial probiotik yang terdapat dalam saluran pencernaan ikan Patin Siam(Pangasius hypophthalmus)?

2. Untuk mengetahui apakah bakteri potensial probiotik yang berhasil diidentifikasi bersifat antagonistik terhadap bakteri uji patogen Aeromonas hydrophila.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat memperoleh mikroba yang berpotensi sebagai kandidat probiotik sehingga dapat diaplikasikan dalam menekan atau menghambat bakteri patogen sebagai langkah pengendalian penyakit pada ikan air tawar serta memberikan informasi bagi yang membutuhkan.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)

Ikan Patin (Pangasius sp.) memiliki nilai ekonomis tinggi dan merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia yang tersebar di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein yang cukup tinggi, rasa dagingnya khas, enak, lezat, dan gurih sehingga ikan patin banyak digemari oleh masyarakat. Selain itu ikan patin memiliki beberapa kelebihan lain, yaitu ukuran per individunya besar dan di alam panjangnya bisa mencapai 120 cm (Tarmizi, et al., 2016).

Gambar 2. Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) (Susanti, 2016) Ikan Patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiruan. Ikan Patintidak memiliki sisik, kepala ikan

Patin relatif kecil dengan mulut terletak diujung kepala agak ke bawah (Seperti pada gambar 2) Hal ini merupakan ciri khas golongan catfish. Sudut

mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang berfungsi sebagai peraba. Sirip punggung memiliki sebuah jari-jari keras yang berubah menjadi patil yang besar

(22)

dan bergerigi pada bagian belakang, sedangkan jari-jari lunak pada sirip punggungnya terdapat 6-7 buah.

Saat ini ikan patin menjadi salah satu komoditas unggulan di bidang perikanan. Ikan air tawar yang memiliki warna putih keabu-abuan ini, memiliki cita rasa yang khas dan mengandung protein cukup tinggi. Ikan patin dinilai lebih aman untuk kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah dibandingkan dengan daging ternak. Protein daging ikan patin cukup tinggi yaitu 16,58%. Ikan patin tidak memiliki sisik dan memiliki semacam duri yang tajam di bagian siripnya dan tergolong dalam kelompok catfish. Pada beberapa daerah ikan patin memiliki nama yang berbeda-beda antara lain ikan Jambal, ikan Juara, Lancang dan Sodarin. Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi (Lubis, et al., 2015).

Menurut Susanti (2016) klasifikasi Ikan Patin Siam sebagai berikut:

Phylum : Chordata Sub Phylum : Vertebrata Class : Pisces Sub Class : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub Ordo : Siluroidae Family : Pangasidae Genus : Pangasius

Species : Pangasius hypophthalmus

Kebiasaan Makan Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)

Pakan yang berkualitas akan membantu meningkatkan pertumbuhan, produksi dan reproduksi ikan. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung

(23)

protein, energi, mineral dan vitamin yang dibutuhkan oleh ikan. Patin mempunyai kebiasaan makan didasar perairan atau kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis makanannya, patin digolongkan sebagainikan yang omnivore. Pada fase larva, ikan patin cenderung bersifat karnivora. Pada saat larva, patin bersifat kanibalisme, yaitu memiliki sifat yang suka memangsa jenisnya sendiri. Jika kekurangan pakan, larva ikan patin tidak segan-segan memakan kawannya seniri (Gusdi, 2012).

Ikan Patin termasuk ikan pemakan segala (omnivora). Pada habitat alami, ikan patin memakan serangga, biji-bijian, ikan rucah, udang-udangan dan moluska. Sedangkan pada skala pembudidayaan, ikan patin biasanya diberi makanan buatan berupa pelet. Ikan Patin (Pangasius sp.) termasuk FamilyPengasidae, yaitu jenis ikan yang memiliki lubang mulut kecil berpinggiran bola mata yang bebas, sirip punggung tambahan sangat kecil dan bersungut di hidung (Tim Perikanan WWF-Indonesia, 2015).

Saluran Pencernaan Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)

Sistem pencernaan berbagai jenis ikan memiliki perbedaan pada morfologi dan fungsinya. Saluran pencernaan pada ikan karnivora lebih pendek daripada ikan herbivora. Ikan herbivora memiliki usus yang lebih panjang yaitu sampai 3 kali panjang tubuhnya karena bahan makanan nabati lebih sukar untuk dicerna.

Secara umum alat pencernaan pada ikan terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan ikan berturut-turut di mulai dari mulut, rongga mulut, faring, esofagus, lambung, usus, dan anus. Struktur histologi esofagus, lambung, dan usus ikan secara umum tersusun atas empat lapisan utama

(24)

yaitu mukosa, submukosa, muskularis, dan serosa. Lapisan mukosa terdiri dari lamina epitelia, lamina propria, dan muskularis mukosa. Lapisan submukosa terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur, pembuluh darah, limfe dan saraf.

Lapisan muskularis tersusun atas otot memanjang (longitudinal) dan melingkar (sirkuler). Lapisan serosa terdiri dari jaringan ikat longgar, pembuluh darah dan sel adiposa (Nafis, et al., 2017).

Pada saluran pencernaan ikan terdapat mikroba dalam jumlah besar dengan aktivitas dan kapasitas metabolik yang sangat beragam yang dapat memberi pengaruh positif maupun negatif pada fungsi fisiologis saluran pencernaan sehingga diharapkan dapat memengaruhi pemanfaatan nutrient dan energi pakan(Setiawati,et al., 2016).

Saluran pencernaan mempunyai hubungan mutualisme dengan inangnya, yaitu memanfaatkan inang sebagai tempat hidupnya. Keuntungan bagi inang adalah umumnya mikroba memakan sisa atau menggunakan bahan buangan, banyak bakteri usus dapat mensintesis vitamin, mensekresi enzim, dan membantu pencernaan nutrien, dan kehadiran mikrob asli cenderung menekan pertumbuhan bakteri patogen sehingga dapat melindungi inang terhadap penyakit serta merangsang fungsi kekebalan tubuh (Aslamyah, et al., 2009).

Bakteri

Bakteri merupakan mikroba uniseluler. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi seksualnya secara pembelahan. Bakteri disebut juga sebagai Ubiquitous, artinya ada di mana

(25)

mana. Jumlah bakteri tergantung keadaan sekitar. Misalnya jumlah bakteri di dalam tanah tergantung jenis dan tingkat kesuburan tanah (Mastang, 2016).

Bakteri umunya berukuran kecil dengan karakteristik dimensi sekitar 1 μm. bentuknya dapat bulat atau cocci, batang atau bacilli. Sel dapat berbentuk tunggal ataupun rantaian. Beberapa kelompok memiliki flagel dan dapat bergerak aktif. Bakteri memiliki berat jenis 1,05 – 1,1 g cm-3 dan berat sekitar 10-12 g sebagai partikel kering. Ukuran aktual tergantung dari laju pertumbuhan, media tumbuh dan sebagainya. Ada tiga bentuk dasar bakteri, yaitu bentuk bulat atau Coccus, bentuk batang atau Silindris, bentuk lengkung atau Vibrio (Hidayat, et al., 2006).

Bentuk bulat pada jenis bakteri ini sebenarnya tidak ada bakteri yang betul betul bulat, tetapi spheroid. Bentuk bulat atau Coccus dapat dibedakan yaitu, Micrococcus yaitu bulat satu, Diplococcus bulat bergandengan dua, Streptococcus bulat bergandengan seperti rantai sebagai hasil pembelahan sel ke satu atau dua arah dalam satu garis, Tetracoccus bulat terdiri dari empat sel yang tersusun dalam bentuk bujur sangkar sebagai hasil pembelahan sel ke dua arah, Sarcina bulat terdiri dari delapan sel yang tersusun dalam bentuk kubus sebagai hasil pembelahan sel ke tiga arah, Staphilococcus bulat tersusun sebagai kelompok buah anggur sebagai hasil pembelahan sel ke segala arah (Mastang, 2016).

Bentuk batang, pada jenis bakteri berbentuk batang dapat dibedakan ke dalam bentuk batang panjang dan batang pendek dengan ujung datar atau lengkung. Bentuk batang dapat dibedakan lagi atas bentuk batang yang mempunyai garis tengah sama dan tidak sama di seluruh bagian panjangnya.

(26)

Bakteri bentuk batang dapat terdiri atas sel tunggal begandengan dua-dua (Diplocillus) dan sebagai rantai (Streptobacillus) (Hidayat,et al, 2006).

Banyak spesies bakteri yang mempunyai alat gerak yang disebut dengan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya 0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi menjadi lima golongan, yaitu: Atrik merupakan kelompok bakteri yang tidak mempunyai flagel, Monotrik merupakan kelompok bakteri yang mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya, Lofotrik merupakan kelompok bakteri yang mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya, Amfitrik merupakan kelompok bakteri yang mempunyai sejumlah flagel pada kedua ujungnya dan Peritrik merupakan kelompok bakteri yang mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya (Prasetyawati, 2009).

Bakteri di Saluran Pencernaan Ikan

Komunitas bakteri (mikrobiota) pada hewan akuatik diduga memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan kemampuan bertahan hidup inang.

Mikrobiota dapat mempengaruhi sejumlah besar ekspresi gen pada inangnya, terutama gen yang berperan dalam imunitas dan nutrisi. Bakteri dapat membantu nutrisi inang dengan produksi enzim atau senyawa esensial dan dapat mencegah bakteri patogen oportunis untuk berproliferasi dan mengkolonisasi tubuh inang, terutama pada tahap larva di mana sistem imunitas belum berkembang sempurna.

Berbeda dengan hewan terestrial, hewan akuatik berbagi ekosistem yang sama

(27)

dengan komunitas bakteri yang berasosiasi dengannya, sehingga komunitas bakteri selalu berubah secara dinamis mengikuti komunitas bakteri di lingkungannya (Widya,et al., 2016).

Mikroba yang terdapat di dalam saluran pencernaan sangat kompleks dan merupakan komunitas yang dinamis. Total mikroba yang terdapat di saluran pencernaan diperkirakan mencapai 1012 sel setiap gram isi dengan total sekitar 1015 yang terdiri dari lebih 1000 spesies, atau diperkirakan sekitar 3000-4000 spesies. Berat mikroorganime ini mencapai 1,5 kg di dalam tubuh dan menyumbang 60% berat feses (Rahayu, 2008).

Salah satu lingkungan yang menjadi habitat bakteri adalah saluran pencernaan ikan.Saluran pencernaan adalah tabung khusus yang terbagi menjadi beberapa bagian yang memanjang dari bibir hingga anus yang meliputi lambung, usus kecil dan usus besar. Fungsi utama saluran pencernaan adalah mengubah

makanan menjadi komponen yang dapat dicerna dan diserap oleh tubuh, dan dalam proses metabolismenya bersimbiosis dengan bakteri

(Zoetendal,et al.,2004).

Menurut Leano et al(2005), jumlah bakteri yang ditemukan dalam saluran pencernaan ikan lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan perairan sekitarnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa saluran pencernaan ikan menyediakan habitat yang menguntungkan bagi bakteri.

Probiotik

Probiotik adalah mikroba hidup yang sangat menguntungkan bagi sel inang karena dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora usus. Seleksi mikroba

(28)

khususnya bakteri asam laktat (BAL) sangat diperlukan untuk mendapatkan strain-strain probiotik yang unggul. Hal tersebut dikarenakan tidak semua BAL berpotensi sebagai probiotik (Fuller, 1989).

Probiotik produk yang tersusunoleh biakan mikroba atau pakan alamimikroskopik yang bersifat menguntungkaninang. Penggunaan probiotik di dalambidang budidaya perikanan bertujuan untukmenjaga keseimbangan mikroba danpengendalian patogen dalam saluranpencernaan, serta perbaikan lingkunganperairan melalui proses biodegradasi. Probiotik sebagai sel-sel mikrobayang diberikan dengan cara masuk kesaluran gastrointestinal dan tetap hidupdengan tujuan memperbaiki kesehatan (Parameswari,et al., 2013).

Penggunaan probiotik kedalam air pemeliharaan ikan dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap kesehatan ikan karena probiotik tersebut akan mengubah komposisi bakteri dalam air dan sedimen sehingga dapat memperbaiki beberapa parameter kualitas air danmeningkatkan kelangsungan hidup benih ikan.

Probiotik merupakan mikroorganisme hidup non patogen yang berfungsi menyeimbangkan mikroorganisme dalam saluran pencernaan melalui

“competitive exclusion” sehingga mikroorganisme patogen akan didesak keluar, dan pada gilirannya dapat memperbaiki sistem pencernaan dan laju pertumbuhan,

efisiensi dan konversi pakan, serta meningkatkan kesehatan ternak (Lisna dan Insulistyowati, 2015).

Proses kerja dari bakteri probiotik yakni menghasilkan enzim-enzim yang berfungsi untuk mempercepat proses dari pencemaran ikan. Salah satu kandidat bakteri probiotik tersebut adalah Bacillus sp. Bakteri ini merupakan bakteri proteolitik yang dapat menguraikan protein menjadi asam amino. Asam amino ini

(29)

digunakan bakteri untuk memperbanyak diri, sehingga dapat meningkatkan protein pakan dan menurunkan serat kasar. Selain itu bakteri ini mampu menguraikan disakarida atau poliaskarida menjadi gula sederhana dan dengan sifatnya. Dengan sifat-sifat tersebutlah bakteri Bacillus sp. ini mampu meningkatkan protein dan karbohidrat pada pakan (Anggraini, et al., 2012).

Kandungan probiotik dapat menyebabkan tingginya aktifvitas bakteri pada saluran pencernaan dan perbedaan kandungan bakteri probiotik dalam pakan dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ikan. Proporsi jumlah koloni bakteri probiotik dapat bekerja secara maksimal dalam pencernaan ikan, sehingga daya cerna ikan pun menjadi lebih tinggi dalam menyerap sari-sari makanan dan menghasilkan pertumbuhan yang baik (Banjarnahor, et al., 2016).

Bakteri Probiotik 1. Lactobacillus acidophilus

Lactobacillus acidophilus adalah salah satu dari delapan genera umum bakteriasam laktat (BAL). Bakteri L. acidophilus dapat tumbuh baik dengan oksigenataupun tanpa oksigen, bakteri ini dapat hidup pada lingkungan yang sangat asamsekalipun, seperti pada pH 4-5 atau dibawahnya dan bakteri ini merupakan bakterihomofermentatif yaitu bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai satu-satunyaproduk akhir. Bakteri L. acidophilus merupakan probiotik yang selama bertahun-tahunbanyak digunakan, karena aman dan tidak menimbulkan risiko infeksi berupabakterimia. Bakteri L. acidophilus dapat menghambatpertumbuhan bakteri patogen seperti Salmonella thypimurium yaitu

(30)

bakteri yangdapat menyebabkan terjadinya infeksi saluran cerna yang dikenal dengan nama salmonellosis (Tambunan, 2016)

Aktifitasbakteri Lactobacillus sp. yangmenghambat pertumbuhan bakteri patogen pada saluran pencernaan. Bakteri asamlaktat (Lactobacillus sp.) dapatmenghambat pertumbuhan bakteri patogen dengan memproduksi protein yang disebutbakteriosin. Senyawa bakteriosin yang diproduksi bakteri asam laktat dapatbermanfaat karena menghambat bakteripatogen yang dapat menginfeksi padasaluran pencernaan. Selain bakteriosin,asam laktat yang dihasilkan oleh bakteriasam laktat dapat memberikan efekbakterisidal untuk bakteri lain karena pHlingkungan dapat turun menjadi 3-4,5 (Parameswari, et al., 2013).

Gambar 3. Lactobacillus acidophilus (Sandine, 1979)

2. Lactobacillus bulgaricus

Lactobacillus bulgaricus adalah salah satu BAL yang digunakan sebagai starter kultur untuk susu fermentasi. Bakteri ini dapat ditemukan di dalam vagina dan sistem pencernaan, dimana mereka bersimbiosis dan merupakan sebagian kecil dari flora usus. Lactobacillus tersebar luas di lingkungan, terutama pada hewan dan produk makanan sayur-sayuran. Mereka biasanya mendiami saluran usus burung dan mamalia, dan vagina mamalia, dan tidak bersifat patogen.

Bakteri L. bulgaricus adalah bakteri probiotik karena telah lolos dari uji klinis,

(31)

enzimnya mampu mengatasi intoleransi terhadap laktosa, menormalkan komposisi

bakteri saluran pencernaan serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Waspodo, 1997).

Gambar 4. Lactobacillus bulgaricus (Tambunan, 2016)

3. Lactobacillus casei

Lactobacillus casei pada produk minuman fermentasi laktat termasuk jenisbakteri asam laktat homofermentatif, yaitu bakteri yang memfermentasi glukosarnenjadi asam laktat dalam jumlah yang besar (90%). Selain asam laktat yangdihasilkan, ia juga menghasilkan asam sitrat, malat, suksinat, asetaldehid, diasetildan asetoin dalam jumlah yang kecil, yang mempengaruhi cita rasa minumanfermentasi laktat. Berdasarkan morfologinya, L. casei berbentuk batang pendek dalam kolonitunggal maupun berantai dengan ukuran panjang 1,5 - 5,0 mm dan lebar 0,6 - 0,7mm. Bakteri ini bersifat Gram positif, katalase negatif, tidak membentukendospora maupun kapsul, tidak mernpunyai flagela dan tumbuh dengan baikpada kondisi anaerob fakultatif. Berdasarkan suhu pertumbuhannya, bakteri initermasuk bakteri mesofil yang dapat hidup pada suhu 15-41°C dan pada pH 3,5atau lebih, sedangkan kondisi optimum pertumbuhannya adalah pada suhu 37°Cdan pH 6,8 (Tambunan, 2016).

(32)

Gambar 5. Lactobacillus casei (Speck, 1978)

4. Streptococcus thermophilus

Streptococcus thermophilus merupakan bakteri termofilik yang dapat tumbuhpada suhu 45°C. Perbedaan suhu tersebut membedakan bakteri ini dari spesiesStreptococci lainnya. Karakteristik S. thermophilus antara lain: berbentuk bulatyang membentuk rantai, Gram positif, katalase negatif, dapat mereduksi litmusmilk, tidak toleran terhadap konsentrasi garam yang lebih besar dari 6,5 %, tidakberspora, bersifat termodurik, tidak dapat tumbuh pada suhu 10°C, dan menyukaisuasana mendekati netral dengan pH optimum untuk pertumbuhan adalah 6,5 (Helferich dan Westhoff, 1980).

Gambar 6. Streptococcus thermophilus (Tambunan, 2016)

(33)

5. GenusBacillus sp.

Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang, gram positif dan dapat membentuk endospora. Anggota spesies dari genera Bacillus menunjukkan kemampuan fisiologis yang luas sehingga dapat hidup di berbagai lingkungan termasuk lingkungan yang ekstrim seperti habitat yang tercemar logam berat timbal (Pb). Kemampuan fisiologis bakteri mengatasi tekanan lingkungan yang tercemar logam Pb tergantung pada metabolisme selnya, dapat melalui adsorbsi pada dinding sel atau permukaan eksternal, kemudian diikuti dengan transport aktif yang tergantung pada metabolisme sel. Resistensi dan adaptasi bakteri terhadap logam berat tergantung spesies dan konsentrasi logam berat yang terpapar di sekitar bakteri tersebut (Prasetya, et al., 2012).

6. Bacillus thuringiensis

Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) memiliki ukuran lebar 1,0 - 1,2 μm dan panjang 3 - 5 μm dan diameter 5-10 mm. Termasuk bakteri Gram positif, Sel menghasilkan endospora berbentuk oval dengan letak subterminal. Endospora merupakan bentuk dorman bakteri-bakteri tertentu dan bersifat tahan terhadap suhu tinggi, sinar ultraviolet, sinar-X, bahan kimia, dan pengeringan. Selain adanya endospora, Bacillus thuringiensis (Bt) memiliki strktur yang disebut Kristal protein protoksin intraseluler. Kristal protein ini adalah ciri khas yang dimiliki oleh bakteri Bacillus thuringiensis (Bt). Kemampuannya membentuk kristal (tubuh paraspora) bersamaan dengan pembentukan spora, yaitu pada waktu sel mengalami sporulasi. Kristal tersebut merupakan kompleks protein yang mengandung toksin (δ-endotoksin) yang terbentuk di dalam sel 2-3 jam setelah

(34)

akhir fase eksponensial dan baru keluar dari sel pada waktu sel mengalami autolisis setelah sporulasi sempurna. Bacillus thuringiensis (Bt) dapat tumbuh pada interval suhu 0 – 500C dan memiliki pertumbuhan optimum pada suhu 400C Selain itu, Bacillus thuringiensis (Bt) dapat tumbuh pada kisaran pH 6.4 sampai 7.5 dan mampu tumbuh optimum pada pH 7.0. Bacillus thuringiensis (Bt) dapat tumbuh optimum pada kisaran salinitas 20 - 50 ppt karena bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan bakteri halotoleran yang dapat mentolerir berbagai tingkat salinitas (Parameswari, et al., 2013).

Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) memiliki ciri koloni bakteri seperti bewarna putih berbentuk bulat, tepian berkerut atau bergelombang, elevasi timbul, dan permukaannya kasar. Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan salah satu jenis bakteri yang dapat diisolasi langsung dari tanah, kotoran, dan bagian tumbuhan (Tambunan, 2016).

(35)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September tahun 2017. Sampel ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) berasal dari Jalan Bunga Sakura No.16, Tanjung Selamat, Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara. Peta lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 7.

Identifikasi bakteri dilaksanakan di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan I, Koala Namu.

Gambar 7. Peta Pengambilan Sampel Ikan

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan untuk isolasi dan identifikasi antara lain, inkubator, autoclave, pipet tetes, erlenmeyer, bunsen, cawan petri, beaker glass, mikroskop

(36)

Mortar Porselen, kamera digital, pisau, laminar air flow, objek glass, tabung reaksi, rak tabung, cover glass, timbangan digital, sarung tangan, rak tabung, penjepit tabung, gunting, pinset, batang pengaduk, lemari pendingin, jangka sorong, masker, jarum ose dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa organ saluran pencernaan ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) yaitu lambung dan usus, isolate bakteri Aeromonas hydropila, alumunium foil, kapas, aquades, media TSIA(Triple Sugar Iron Agar), media MRSA (Man Ragosa Sharpe Agar), media TSA (Tryptone Soya Agar), media LIA (Lysine Iron Agar), media SC (Simmon Citrat Agar), media Gelatin, media OF, media SA (Starch Agar), media MIO (Motility Indole Ornithin), media MR-VP (Methyl Red dan Voges Proskaurt), media SIM (Sulfid Indol Motility), media gula-gula (glukosa, arabinosa, sorbitol, manitol, inositol dan sukrosa), reagen H2023% KOH 3%, methyl-red, reagen kovacs, iodine 2%, bahan untuk uji pewarnaan Gram (kristal violet, iodine, safranin, alkohol dan akuades), larutan fisiologis NaCl 0,85 %, HCL 0,2 N, minyak emersi, alcohol 70%, oxidase strips, paper disk, kapas, tissue gulung, plastic 10 kg, kertas label, aluminium foil.

Prosedur Penelitian Deskripsi Area Penelitian

Sampel ikan diambil dari satu kolam budidaya yang berlokasi di Jalan Bunga Sakura No.16, Tanjung Selamat, Medan Tuntungan, Kota Medan, Sumatera Utara. Kolam budidaya ini merupakan kolam yang terbuat dari beton dengan ukuran 3 x 3 m.

(37)

Gambar 8. Kolam Sampel Ikan Patin Siam

Pengambilan Sampel

Ikan sampel dimasukkan kedalam kantong plastik yang telah diisi sebanyak 3 ekor dengan panjang 30-35 cm dan berat sekitar 300-400 gram untuk selanjutnya dibawa dan diperiksa di Stasiun Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Medan II, Belawan.

Persiapan Pemeriksaan Sampel

Alat dan bahan yang akan digunakan disterilkan dengan autoklaf pada temperatur 121ºC pada tekanan uap 15 lb/in2 selama 15 menit (Marlina, 2008).

Ikan yang dijadikan sampel adalah ikan Patin yang ada ditambak pembesaran.

Ikan Patin dibedah untuk diambil organ pencernaan berupa lambung dan usus ikan yang segarlalu dimasukkan ke dalam larutan fisiologis NaCl 0,85%.

Selanjutnya, lambung dihancurkan atau dihaluskan menggunakan mortar porselen.

(38)

Isolasi Bakteri

Sampel yang telah dihaluskan, kemudian dilakukan seri pengenceran.

Metode seri pengenceran yang dilakukan dengan larutan NaCI fisiologis steril dengan Pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, sampai 10-5

Setelah inkubasi selama 48 jam, dilakukan isolasi bakteri dengan metode goresan kuadran beberapa tahap hingga diperoleh 1 isolat yang murni. Setelah koloni tumbuh dimasing-masing media, kemudiankoloni yang berbeda dari warna,bentuk, tepian dan elevasi dipilih dan dikultur kembali pada media MRSA dengan menggunakan teknik cawangoresan kuadran beberapa tahap hinggadiperoleh isolat yang murni, kulturdiinkubasi dengan posisi cawanterbalik selama 24 – 48 jam pada suhu 37ºC.Setiap koloni tunggal yang berbeda dan terbentuk setelah pemurnian, kemudian masing-masing diinokulasikan pada media TSA miring untuk persiapan pengujian selanjutnya sebagai stok bakteri dan . Sebanyak 1 mLhasil pengenceran kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah berisi medium MRSA dengan menggunakan metode cawan sebar (spread plate), kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

Setelah inkubasi selama 24 jam, koloni dengan penampakan morfologi yang berbeda dari warna, bentuk, tepian, dan elevasi pada medium MRSA kemudian diambil dan dimurnikan (diisolasi) pada media baru MRSA dengan menggunakan metode cawan gores dengan beberapa tahap sampai didapatkan koloni bakteri tunggal sebagai isolat murni, kultur diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

Identifikasi Bakteri

(39)

dapat di simpan sebagai isolat cadangan apabila terjadi kegagalan pada tahap selanjutnya.

Seleksi kandidat probiotik dilakukan berdasarkan kemampuan mendegradasi protein dan karbohidrat dengan melakukan serangkaian uji hidrolisis pati (amilum) dan uji hidrolisis kasein (protein) serta melakukan uji penghambatan bakteri potensial probiotik terhadap bakteri patogen untuk mengetahui bakteri potensial probiotik yang berhasil didapatkan mempunyai kemampuan untuk menghambat patogen yang sering menyerang ikan budidaya.

Uji Probiotik

1. Uji Hidrolisis Pati (Amilum)

Suspense bakteri hasil biakan murni diambil satu ose dan digoreskan pada cawan yang berisi media Starch Agar, dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah inkubasi, dilakukan uji iodine dengan cara meneteskan iodine pada permukaan agar yang berisi isolat. Uji hidrolisis pati positif ditandai dengan adanya zona kuning atau bening disekeliling isolat yang mengindikasikan enzim amylase diproduksi oleh isolat sehingga didaerah tersebut amilum sudah dihidrolisis (Cappucino, 1983).

2. Uji Hidrolisis Kasein (Protein)

Suspensi bakteri hasil biakan murni diambil satu ose dan digoreskan pada cawan yang berisi media Skim Milk Agar (SMA), dan diinkubasi paa suhu 37°C selama 24 jam. Uji hidrolisis protein positif ditandai dengan adanya zona bening di sekeliling koloni yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut mempunyai aktivitas proteolitik (Fardiaz, 1992).

(40)

Uji Biokimia

1. Uji MR (Methyl Red)

Sebanyak 1 ose (ose bulat) isolat bakteri diambil dari stok kultur dan diinokulasikan pada medium MR-VP cair dalam tabung reaksi. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Sebanyak 5 tetes methyl-red ditambahkan di atas preparat isolat bakteri. Hasil positif apabila terbentuk kompleks berwarna merah muda sampai merah yang menandakan bahwa mikroba tersebut menghasilkan asam (Anastiawan, 2016).

2. Uji VP (Voges Proskauer)

Sebanyak 1 ose (ose bulat) isolat bakteri diambil dari stok kultur dan diinokulasikan pada medium MR-VP cair dalam tabung reaksi. Selanjutnya diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu 37°C. Medium kemudian ditambahkan 0,2 mL KOH 40% dan 0,6 mL alfanaftol lalu dikocok selama 30 detik. Hasil positif jika medium berubah warna lembayung (Lestari, 2016).

3. Uji Gelatin

Sebanyak satu ose isolat bakteri diinokulasikan pada media cair Gelatin dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 29ºC. Uji positif ditandai dengan media cair tetap mencair apabila telah diletakkan di dalam lemari es selama beberapa menit dan uji negatif ditandai dengan membekunya media gelatin jika diletakkan di dalam lemari es (Anastiawan, 2016).

(41)

4. Uji Oksidase

Tujuan uji oksidase adalah untuk mengetahui ada tidaknya enzim oksidase pada bakteri dengan menggunakan paper oksidase yang dapat dilihat perubahan warna yang terjadi pada paper oksidase, Sebanyak satu ose isolat bakteri digoreskan pada kertas Oxidase Test Strip. Tunggu selama 1 menit, lalu amati hasilnya. Uji positif ditandai dengan perubahan warna menjadi biru violet dan uji negatif ditandai dengan tidak adanya perubah warna pada kertas oxidase test strip (Lestari, 2016).

5. Uji Motilitas

Sebanyak 1 ose (ose lurus) isolat dari stok kultur lalu diinokulasikan dengan cara ditusuk pada medium SIM tegak, lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Hasil positif (motil) apabila terdapat rambatan-rambatan disekitar bekas tusukan jarum pada medium dan hasil negatif (non motil) bila tidak terdapat

rambatan-rambatan disekitar bekas tusukan jarum ose pada medium (Anastiawan, 2016).

6. Uji Katalase

Isolat bakteri diambil sebanyak 1 ose (ose bulat) dari masing-masing stok kultur kemudian dicelupkan ke dalam reagen H2O2

Isolat bakteri diambil sebanyak 1 ose (ose lurus) dari masing-masing stok kultur kemudian diinokulasikan dengan cara ditusukkan pada medium TSIA.

yang telah diisi ke dalam tabung reaksi. Hasil positif apabila terbentuk gelembung gas pada ose, dan hasil negatif apabila tidak terbentuk gelembung gas (Lestari, 2016).

7. Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar)

(42)

Kemudian diambil lagi 1 ose (ose bulat) isolat bakteri dari masing-masing stok kultur dan digores pada permukaan medium. Selanjutnya diinkubasi selama 2- 3x24 jam pada suhu 37OC. Perubahan yang diamati setelah inkubasi adalah warna medium menjadi kuning menandakan asam, warna medium menjadi lebih merah menandakan medium menjadi basa, warna menjadi hitam menandakan terbentuknya H2S dan bila medium terangkat menandakan bahwa mikroba tersebut mampu untuk memproduksi gas (Anastiawan, 2016).

8. Uji Gula-Gula

Sebanyak satu ose isolat bakteri diinokulasikan ke dalam tabung-tabung reaksi yang berisi medium fermentasi glukosa, arabinosa, sorbitol, manitol, inositol dan sukrosa, dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 29ºC. Uji positif ditandai dengan berubahnya warna medium menjadi kuning dan apabila dalam tabung terdapat gelembung, berarti fermentasi tersebut menghasilkan gas (CO2

Metode yang digunakan adalahmetode teknik cawan sebar (spreadplate).

Bakteri A. hydrophila serta bakteri potensial probiotik disuspensikanhingga kekeruhannya sama denganlarutan suspensi Mc Farland yaitu 108CFU/ml. A.

hydrophila diisolasi kedalam cawan petri yang terdapat media TSA dengan teknik cawan sebar kemudian paper diskyang telahdirendam dalam suspensi bakteripotensial probiotik diletakkan diatassebaran A. hydrophila dalam cawanpetri. Kultur diinkubasi pada suhu 35

)(Lestari, 2016).

Uji Daya Hambat Bakteri Patogen Aeromonas hydrophila

oCselama 24 jam. Setelah inkubasi

(43)

dilakukan, kemudian diamati adanya indikasi penghambatan dengan terbentuknya zona bening pada media yang berarti menunjukkan kemampuan dalam menghambat bakteri uji pathogen. Kemudian diameter zona bening yang yang terbentuk diukur dengan menggunakan jangka sorong.

Analisis Data

Setelah uji morfologi dan uji biokimia selesai maka data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan mendeskripsikan secara sistematis dan akurat secara ilmiah. Hasil uji terhadap isolat-isolat yang diperoleh, dilakukan upaya identifikasi bakteri berdasarkan karakter biokimia sesuai dengan tabel biokimia dengan berpedoman pada buku“Cowan amd Steels’s (1974) Manual for The Identification of Medical Bacteria”

(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Bakteri Potensial Probiotik pada Lambung dan Usus Ikan Patin Siam

Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa jumlah isolate

bakteri potensial probiotik dari isolasi lambung dan usus ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) ditemukan sebanyak 4 isolat bakteri, yaitu terdapat 2

isolat bakteri dari hasil isolasi lambung dan 2 isolat bakteri dari hasil isolasi pada usus. Hasil tersebut diperoleh detelah dilakukan uji untuk menyeleksi seluruh isolate yang ditemukan dari lambung dan usus ikan Patin (P. hypophthalmus) sehingga diperoleh isolate bakteri yang memang merupakan potensial probiotik yaitu sebanyak isolate murni.

Morfologi Koloni dan Sel Bakteri Potensial Probiotik pada Ikan Patin

Isolate-isolat bakteri potensial probiotik yang ditemukan dari hasil isolasi lambung dan usus ikan Patin (P. hypophthalmus) dapat dilihat dari morfologi koloni meliputi tepian, elevasi dan warna koloni. Adapun cirri-ciri morfologi dari keempat koloni yang berhasil diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan bahwa ke-4 jenis bakteri memiliki kemiripan pada tepian yaitu bertepi licin, sedangkan pada elevasi ada terbagi dua yaitu berelevasi datar dan cembung. Pada warna dan bentuk memiliki perbedaan yaitu ke-2 isolat ada berwarna kuning dan 2 isolat lainnya berwarna putih dengan bentuk batang ddan kokus.

(45)

Tabel 1. Morfologi Koloni Isolat Bakteri Potensial Probiotik pada Ikan Patin

Kode Isolat Koloni Morfologi Sel

Tepian Elevasi Warna Gram Bentuk U103

U105

Licin Datar Putih + Basil

Licin Cembung Kuning + Kokus

L105 Licin Cembung Putih + Kokus

L103 Licin Datar Kuning + Basil

Pengamatan morfologi pada sel isolate bakteri potensial probiotik yang diperoleh dari ikan Patin perlu dilakukan dengan pewarnaan Gram dan Uji Biokimia untuk mengidentifikasi bakteri potensial probiotik pada ikan Patin.

Pewarnaan gram dilakukan secara mikroskopik dengan pembesaran 100x kemudian didapat hasil pewarnaan gram dari ke-4 isolat bakteri yaitu berwarna ungu yang merupakan bakteri Gram positif karena mampu mengikat kristal violet.

Dari ke-4 isolat bakteri yang didapat, terdapat 2 isolat bakteri yang berbentuk batang atau basil dan yang 2 lagi berbentuk kokus atau bulat. Hasil dari pewarnaan Gram dari isolate bakteri potensial probiotik yang sudah dilakukan dapat dilihat pada gambar 9.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 9. Bentuk sel dari isolat (a) U103 (b) L105 (c) L103 (d) U105

(46)

Karakteristik dan Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik pada Ikan Patin Hasil pengamatan morfologi sel baik pewarnaan Gram dan Uji Biokimia dari ke-4 isolat merupakan bakteri gram positif yang ditandai dengan sel bakteri yang mampu mengikat kristal violet (ungu) dapat dilihat pada Gambar 5. Terdapat 2 macam bentuk bakteri yang telah diamati yaitu basil (batang) seperti terlihat pada gambar Hasil uji Biokimia dari ke-4 bakteri yang diperoleh menurut buku Cowan and Steel’s (1974) Manual for The Identification of Medicall Bacteria.

Tabel 2. Karakterisasi Isolat Bakteri Potensisal Probiotik pada Ikan Patin

Uji biokimia U103 L105 L103 U105

Morfologi sel

Gram + + + +

Bentuk Basil Basil Kokus Kokus

Spora - - - -

Biokimia

TSIA k/k k/k k/k k/k

- Gas - - - -

- H2S - - - -

Katalase + + + +

Okasidase + + - +

Pepton

- Motilitas + + - -

- Indol - - - -

MR - + + +

VP - - - -

Citrat + - - -

OF F O O O

LIA - - - -

Ornithin (MIO) + + - -

Gelatin - - - -

Karbohidat

- Glukosa - + + +

- Laktosa - + + +

- Sukrosa + - + -

- Manitol + - - -

- Sorbitol - - - -

- arabinosa - - - +

- rafinosa - + +

- fruktosa - - - -

- maltosa - - + -

Spesies Bakteri Bacillus badius

Bacillus coagulans

Streptococcus bovis type I

Micrococcus roseus Keterangan: (+) Positif, (-) Negatif, (F) Fermentatif, (O) Oksidatif

(47)

Hasil karakteristik dan iddentifikasi ke-4 isolat bakteri yang di dapat dengan kode U103 merupakan bakteri Bacillus badius, isolat dengan kode L105

merupakan bakteri Bacillus coagulans, isolat dengan kode L1 merupakan bakteri Streptococcus bovis type I sedangkan isolat yang terakhir engan kode G1 merupakan bakteri Micrococcus roseus.

Hidrolisis Pati (Amilum) dan Kasein (Protein) pada Isolat Bakteri

Uji hidrolisis pati (amilum) dan kasein (protein) dilakukan yaitu untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menguraikan enzim amylase dan protease yang merupakan tahap awal dalam seleksi seluruh isolasi bakteri untuk mendapatkan kandidat bakteri yang berpotensi probiotik pada ikan Patin. Uji hidrolisis dilakukan dengan menggoreskan masing-masing koloni bakteri pada media uji pati (amilum) dan kasein (protein). Pengamatan hasil uji hidrolisis pati dan kasein ditandai dengan adanya zona bening disekeliling isolat yang telah ditumbuhkan seperti pada Gambar 10 dan Tabel 3.

Tabel 3. Kemampuan Isolat Kandidat Probiotik Menghidrolisis Patin dan Kasein

Kode Isolat Hidrolisis

Kasein Pati

U103 + +

U105 + +

L103 + +

L105 + +

Keterangan : (+) Positif, (-) Negatif

(48)

Gambar 10. (a) Hidrolisis Pati (b) Hidrolisis Kasein

a

L103

U105

U103

L105

b

(49)

Dari semua isolat bakteri yang didapat mampu menghidrolisis pati dan kasein dapat dilihat pada gambar 6. Dimana hidrolisis kasein yang artinya adalah aktivitas enzim protease yang memecah protein menjadi asam amino. Bakteri mampu mengidrolisis amilum karena dapat menghasilkan enzim amylase yang memecah tepung menjadi glukosa, maltosa dan dekstrin.

Indikasi Penghambat Bakteri Aeromonas hydrophila

Isolat-isolat bakteri yang mampu menghidrolisis pati (amilum) dan kasein

(protein) tersebut selanjutnya dilakukan uji tantang pada bakteri Aeromonas hydrophila untuk mengetahui adanya indikasi penghambatan terhadap

A.hydrophila. Uji tersebut dilakukan untuk dapat memastikan bahwa ke-4 isolat bakteri tersebut merupakan isolat bakteri yang berpotensi probiotik pada ikan Patin karena mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen A.hydrophila.

Pengujian daya hambat dari ke-4 isolat bakteri yang didapat dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 11.

Gambar 10. Indikasi Penghambat Bakteri A.hydrophila

(50)

Tabel 4. Uji Daya Hambat

Nama Isolat Diameter Zona Hambat (mm)

U103 7

U105 7

L103 8

L105 9

Kemampuan penghambatan pertumbuhan patogen yang terdapat pada gambar 7 menunjukkan bahwa ke-4 isolat dari isolasi saluran pencernaan ikan Patin menghasilkan zona bening disekitar paper diskdan besarnya zona bening yang dihasilkan tiap isolat berbeda-beda berdasarkan tingkat daya hambat bakteri terhadap bakteri uji. Berdasarkan gambar 7, nilai indikasi hambatan pada bakteri Bacillus badius (U103) sebesar 7 mm, bakteri Micrococcus roseus(U105) sebessar 7 mm, bakteri bakteri Streptococcus bovis type I (L103) sebesar 8 mm dan Bacillus coagulans(L105) sebesar 9 mm. Menurut Pan et al. (2009) Zona penghambatan potensi probiotik ibagi menjadi tiga yaitu <11 mm potensi rendah, 9-11 mm moderat dan >11 mm potensi tinggi. Oleh karena itu, keempat isolat tersebut termasuk kedalam potensi moderat karena memilliki ukuran <11 mm.

Pembahasan

Bakteri Potensial Probiotik pada Saluran Pencernaan Ikan Patin

Probiotik akan berpengaruhterhadap kecepatan fermentasi pakandalam saluran pencernaan, sehinggaakan sangat membantu prosespenyerapan makanan dalampencernaan ikan. Beberapa bakteri telah terbuktimembentuk spora untuk melaksanakanseluruh siklus hidup, sporulasi danperkecambahan di saluran pencernaansehingga pembentukan spora atauperkecambahan dapat terjadi di

(51)

meningkatkanpencernaan dan penyerapan proteinpada saluran percernaan karenameningkatnya aktivitas protease usus. Aplikasiprobiotik ditampilkan untukmeningkatkan keseimbangan mikrobausus, sehingga menyebabkanpeningkatan penyerapan makanan danmengurangi masalah patogen

dalamsaluran pencernaan (Butar-butar et al., 2015)

Isolasi bakteri pada penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bakteri potensial probiotik dari ikan Patin (Pangasius hypophthalmus). Isolasi dilakukan pada saluran pencernaan ikan Patin berupa lambung dan usus yang belum sama sekali terkena antibiotik atau bahan kimia lainnya yang telah diberikan melalui pakan ataupun kualitas air dalam proses pembudidayaan agar kandidat bakteri probiotik yang ditemukan bukan merupakan bakteri dari hasil penggunaan probiotik ataupun antibiotic melainkan bakteri potensial probiotik melalui pakan alami yang terdapat pada lambung dan usus ikan Patin.

Bakteri probiotik atau bakteri baik adalah bakteri asam laktat yang hidup di dalam usus, bersimbiosis dengan mikroflora usus yang mampu melawan bakteri patogen di dalam usus, oleh karena itu pemberian probiotik dapat berpengaruh menguntungkan bagi kesehatan.Bakteri probiotik menghasilkan enzim yang mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki mekanisme dalam menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan seperti amylase, protease, lipase dan selulosa dalam meningkatkan nutrisi pada pakan. Enzim tersebut yang akan membantu menghidrolisis nutrien pakan (molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat, protein dan lemak menjadi molekul yang lebih sederhana yang akan mempermudah pencernaan dan penyerapan dalam saluran

(52)

pencernaan ikan. Selain itu dapat menurunkan senyawa metabolit beracun, mempercepat pertumbuhan dan kestabilan plankton, menurunkan pertumbuhan bakteri yang merugikan, penyedia pakan alami dalam bentuk bakteri dan dapat menumbuhkan beberapa jenis bakteri pengurai. Bakteri probiotik dapat bekerja secara maksimal dalam pencernaan ikan, sehingga daya cerna ikan pun menjadi lebih tinggi dalam menyerap sari-sari makanan dan menghasilkan pertumbuhan yang baik.

Hasil isolasi maka didapatkan isolat murni sebanyak 4 isolat, yaitu terdapat 2 isolat bakteri dari lambung dan 2 isolat lainnya dari usus ikan Patin.

Dari hasil uji morfologi dan biokimia diperoleh bahwa bakteri yang berpotensi sebagai kanidat probiotik yang diperoleh dari saluran pencernaan ikan Patin adalah Bacillus badius, Micrococcus roseus, Streptococcus bovis type I dan Bacillus coagulans. Hal ini sesuai dengan Anggriani et al., (2012) yang menyatakan Bacillus sp. Berperan sebagai bakteri probiotik yang mampu merombak pakan relatif lebih singkat dan menekan bakteri pathogen yang ada dalam saluran pencernaan dan aktifitas bakteri dalam pencernaan akan berubah dengan cepat ketika ada mikroba yang masuk melalui pakan dan air.

Keseimbangan mikroflora di dalam saluran pencernaan akan sangat berpengaruh terhadap peran bakteri sebagai probiotik yang akan menekan bakteri pathogen lainnya sehingga saluran pencernaan lebih baik dalam mencerna makanan.

Morfologi Koloni dan Sel Bakteri Potensial probiotik pada Ikan Patin

Berdasarkan hasil pengamatan koloni dari ke-4 isolat bakteri potensial probiotik pada Tabel 1. diketahui bahwa morfologi pada ke-4 isolat bakteri

(53)

memiliki kesamaan pada tepian yaitu licin sedangkan pada elevasi, warna dan bentuk terbagi menjai 2 yaitu elevasi cembung dan datar, warna putih dan kuning serta pada bentuk bulat dan batang. Ke-4 isolat yang didapat yaitu berasal dari hasil isolasi usus dan lambung ikan Patin. Terdapat 2 isolat bakteri dari hasil isolasi dari lambung dan 2 isolat bakteri lainnya berasal dari hasil isolasi usus.

Untuk mengetahui morfologi sel bakteri potensial probiotik dilakukan dengan pengamatan menggunakan pewarnaan gram. Berdasarkan pewarnaan pada seluruh isolat bakteri potensial probiotik bahwa yang mampu mempertahankan warna ungu (Kristal violet) setelah pelunturan dengan alkohol aseton adalah bakteri dengan gram positif. Hal ini sesuai dengan Mastang (2016) yang menyatakan bahwa Pengecatan gram memisahkan antara bakteri Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif pada pewarnaan Gram berwarna biru keunguan hal ini disebabkan kompleks crystal violet yang masuk ke dalam sel bakteri Gram positif tidak dapat tercuci oleh alkohol karena adanya lapisan peptidoglikan yang kokoh pada dinding sel.

Karakterisasi dan Identifikasi Bakteri Potensial Probiotik

Isolat yang berhasil diisolasi dan dikarakterisasi dari saluran pencernaan ikan Patin berupa usus dan lambung ada terdapat 4 isolat dimana dua diantaranya merupakan bakteri potensial probiotik Bacillus badius dan Bacillus coagulans dengan kode isolat U103 dan L105. Hal ini sesuai dengan Pelczar et al. (1976) yang menyatakan bahwa Bacillus merupakan bakteri yang berbentuk batang dapat dijumpai di tanah dan air termasuk pada air laut. Beberapa jenis menghasil enzim ekstraseluler yang dapat menghidrolisis protein dan polisakarida kompleks.

(54)

Bacillus spp membentuk endospora, merupakan gram positif, bergerak dengan adanya flagel peritrikus, dapat bersifat aerobik atau fakultatif anaerobik serta bersifat katalase positif.

Pengamatan ciri-ciri tersebut, dibandingkan dengan ciri-ciri bakteri yang diuraikan oleh Cowan and Steel’s Manual for the Identification of Medical Bacteria. Berdasarkan dari serangkaian pengamatan koloni bakteri, pewarnaan Gram, dan uji biokimia didapatkan bakteri Micrococcus roseus dengan kode isolat U105 memiliki ciri-ciri dengan bentuk kokus, Oksidase positif , katalase positif dan berwarna ungu. Hal ini sesuai dengan Thoyip et al., (2007) yang menyatakan bahwa Genus Micrococcus memiliki ciri: sel berbentukbulat, berukuran 0,5-2,0 μm. Sel tersusuntunggal, tetrad, bergerombol. Reaksi grampositif, jarang yang motil, dan tidak membentukendospora. Koloni biasanya berwarna kuningatau merah. Micrococcus hidup secara aerob,katalase positif, sering oksidase juga positif, meskipun ada juga yang negatif, tidakmenghasilkan asam dari karbohidrat atau sedikitmenghasilkan asam. Suhu optimum pertumbuhan 25-37°C.

Hidrolisis Pati (Amilum) dan Kasein (Protein) pada Isolat Bakteri

Bakteri probiotik merupakan bakteri yang sangat menguntungkan bagi ikan karena dapat mencegah bakteri patogen dan merupakan penghasil beberapa enzim yang dibutuhkan ikan dalam pencernaan dan penyerapan dalam saluran pencernaan ikan. Sesuai denganArief et al.,(2008) yang menyatakan bahwa bakteri probiotik menghasilkan enzim yang mampu mengurai senyawa kompleks menjadi sederhana sehingga siap digunakan ikan. Bakteri yang terdapat dalam probiotik memiliki mekanisme dalam menghasilkan beberapa enzim untuk pencernaan pakan

(55)

pakan. Enzim tersebut yang akan membantu menghidrolisis nutrien pakan (molekul kompleks), seperti memecah karbohidrat, protein dan lemak menjadi

molekul yang lebih sederhana yang akan mempermudah pencernaan dan penyerapan dalam saluran pencernaan ikan.

Uji hidrolisis pati dilakukan yaitu untuk mengetahui ke-4 isolat yang didapat apakah mampu dalammenguraikan karbohidrat. Berdasarkan uji hidrolisis yang telah dilaksanakan maka ke-4 isolat bakteri tersebut mampu menghidrolisis pati dan membentuk zona bening. Dimana Uji hidrolisispati ditandai dengan terbentuknya zonabening setelah diteteskan iodin padaisolat bakteri. Hal ini terjadi karenamolekul pati merupakan molekul yanglarut dalam air dan memberikan warnabiru apabila tercampur dengan larutaniodin dan akan membentuk zonabening apabila menghidrolisis pati.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, uji hidrolisis protein dari ke-4 isolat yang didapat mamampu menghasilkan zona bening disekeliling bakteri yang ditanam pada media Skim Milk Agar atau media susu skim yang mengandung kasein yang dapat dipecah oleh mikroorganisme proteolitik. Uji hidrolisis protein dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menguraikan protein dengan menghasilkan enzim protease. Protease merupakan enzimyang digunakan secara luas padaindustri pakan ternak. Salah satu fungsiprotease yaitu berperan dalamdegradasi protein menjadi asam amino,sehingga menjadikan pakan ternaklebih mudah diserap oleh pencernaanhewan ternak.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa isolat bakteri potensial probiotik berasal dari genus Bacillus sp. Micrococcus roseus dan Streptococcus bovis

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus)
Gambar 2. Ikan Patin Siam (Pangasius hypophthalmus) (Susanti, 2016)  Ikan Patin mempunyai bentuk tubuh memanjang, berwarna putih   perak  dengan punggung berwarna kebiruan
Gambar 3. Lactobacillus acidophilus (Sandine, 1979)
Gambar 4. Lactobacillus bulgaricus (Tambunan, 2016)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun norma Establishment Clause dalam Konstitusi Amerika Serikat melarang pemerintah federal dan negara bagian, termasuk peradilan mengutamakan agama tertentu, peluang

Penelitian ini menggunakan simulasi dengan software Maxsurf, kemudian dilakukan dengan metode perhitungan manual yang nantinya digunakan untuk menentukan jumlah

PHP (HyperText Preprocessor) ... Penelitian Sejenis ... Jenis Penelitian ... Tempat Penelitian .... Metode Pengumpulan Data ... Pengembangan Sistem ... Requirements Definition

Jika dalam 1 hari bakso goreng tersebut tidak habis terjual, langkah apa yang anda lakukan?. Jawab :

Tujuan dalam pembuatan sistem ini adalah dengan adanya aplikasi berbasis SMS Gateway, pelanggan lebih mudah mendapatkan informasi barang terbaru maupun barang lama

Tidak ada hubungan antara luas dapur dengan kejadian ISPA pada balita di keluarga pembuat gula aren Desa Pandanarum dan Desa Beji Kecamatan Pandanarum Kabupaten

4.1.5 Gambaran self care pada penderita hipertensi berdasarkan indikator kepatuhan diet rendah garam sebagian besar responden responden dengan tingkat kepatuhan sedang

Sistem ini juga tersedia fasilitas mencetak data yang setelah dimasukkan sehingga dapat. menjadi